Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SISTEM INFORMASI AUDIT

KELOMPOK 2

DISUSUN OLEH :
1. Mellin Atikawati (2020031034)

2. Novi Mulyaningsih (2020031043)

3. Puri Puspa Rani (2020031048)

4. Shina Destasya (2020031055)

5. Putri Nesya (2020031058)

6. Desti Dwi (2020031060)

7. Sabina Ananda Putri (2020031068)

8. Adam Haikal Nurrizal (2020031076)

9. Ardhisty Budhi Utami (2020031026)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


YAYASAN ADMINISTRASI INDONESIA
JAKARTA
Pengertian Audit Sistem Informasi
Audit sistem informasi merupakan sebuah proses yang melibatkan pengumpulan dan
penilaian bukti-bukti untuk menilai apakah sistem komputer dapat mengamankan aset,
memelihara integritas data, mendorong pencapaian tujuan organisasi secara efektif, serta
menggunakan sumber daya secara efisien. Auditing sendiri adalah sebuah proses sistematik
yang objektif untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai pernyataan tindakan dan
transaksi yang bernilai ekonomi, dengan tujuan memastikan tingkat kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan hasil dari audit ini kemudian
dikomunikasikan kepada para pemangku kepentingan yang terkait.

Tujuan dari Audit Sistem Informasi


Tujuan dari Audit Sistem Informasi dapat dikelompokkan ke dalam dua aspek utama dari
ketatakelolaan, yaitu:

1. Kesesuaian (Conformance)
Pada kelompok tujuan ini, audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh
kesimpulan atas aspek kesesuaian, yaitu kerahasiaan (confidentiality), integritas
(integrity), ketersediaan (availability), dan kepatuhan (compliance). Tujuan ini bertujuan
untuk memastikan bahwa sistem informasi suatu organisasi memenuhi standar dan
peraturan yang berlaku serta menjaga keamanan dan kerahasiaan data yang dimiliki.
2. Kinerja (Performance)
Pada kelompok tujuan ini, audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh
kesimpulan atas aspek kinerja, yaitu efektivitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), dan
kehandalan (reliability). Tujuan ini bertujuan untuk memastikan bahwa sistem informasi
suatu organisasi dapat digunakan secara optimal untuk mencapai tujuan bisnis yang
telah ditetapkan dengan cara yang efektif, efisien, dan dapat diandalkan.

Tahapan Audit Sistem Informasi

Tahapan Audit Sistem Informasi meliputi beberapa langkah sebagai berikut:

1. Perencanaan Audit (Planning The Audit)


Langkah pertama dalam audit sistem informasi adalah perencanaan, yang melibatkan
investigasi klien untuk menentukan pekerjaan audit yang dapat diterima, menempatkan
anggota audit, dan membuat perjanjian audit. Selain itu, analisis prosedur bisnis klien
dan identifikasi risiko audit juga dilakukan.
2. Pengujian Pengendalian (Test Of Controls)
Tahap ini melibatkan pengujian kontrol resiko pada level maksimal sebagai acuan untuk
pengurangan biaya testing. Evaluasi yang lebih detail diperlukan untuk memastikan
identifikasi kontrol berjalan efektif.
3. Pengujian Transaksi (Test Of Transaction)
Pihak auditor memanfaatkan test atas transaksi untuk mengevaluasi apakah ada
kesalahan atau proses yang tidak biasa dalam kegiatan transaksi yang dapat
mengakibatkan kesalahan pencatatan material di dalam laporan keuangan.
4. Pengujian Keseimbangan atau Keseluruhan Hasil
Pada tahap ini, tes substantif seperti menghitung persediaan fisik, melakukan konfirmasi
utang, dan melakukan perhitungan ulang pada aktiva tetap perusahaan dilakukan untuk
mengetahui pendekatan apa yang digunakan.
5. Penyelesaian / Pengakhiran Audit
Tahap terakhir audit sistem informasi melibatkan beberapa tes tambahan atas bukti
yang ada untuk menghasilkan laporan. Ruang lingkup audit lebih fokus pada sumber
daya informasi yang tersedia seperti aplikasi, infrastruktur, personil, dan informasi.

Jenis Audit Sistem Informasi


1. Audit Laporan Keuangan adalah salah satu jenis audit sistem informasi yang paling
umum. Audit ini dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa laporan
keuangan suatu perusahaan telah disajikan secara akurat, adil, dan sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku. Tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk
memberikan keyakinan kepada pengguna laporan keuangan bahwa laporan tersebut
dapat diandalkan dan dapat dipercaya.
Audit laporan keuangan melibatkan pengujian dokumen dan catatan keuangan, serta
pengumpulan bukti-bukti pendukung untuk memastikan bahwa laporan keuangan
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Audit laporan keuangan
biasanya dilakukan oleh auditor eksternal yang independen dan memiliki keahlian
khusus dalam bidang audit dan akuntansi.
2. Audit Operasional (Operational Audit) adalah suatu jenis audit pada aplikasi komputer
yang terdiri dari tiga jenis, yaitu:
- Post implementation Audit (Audit setelah implementasi) Audit ini dilakukan untuk
memeriksa apakah sistem aplikasi komputer yang telah diimplementasikan pada
suatu organisasi atau perusahaan telah efektif sesuai dengan kebutuhan pengguna
dan telah dijalankan dengan sumber daya yang efisien. Auditor mengevaluasi
apakah sistem aplikasi tertentu perlu dimodifikasi atau bahkan dihentikan karena
sudah tidak sesuai kebutuhan atau mengandung kesalahan.
- Concurrent Audit (Audit secara bersama) Audit ini dilakukan oleh auditor yang
menjadi anggota dalam tim pengembangan sistem. Mereka membantu tim dalam
meningkatkan kualitas pengembangan sistem yang dibangun oleh para sistem analis,
desainer, dan programmer dan akan diimplementasikan. Auditor dalam hal ini
mewakili pimpinan proyek dan manajemen sebagai quality assurance.
- Concurrent Audits (Audit secara bersama-sama) Audit ini dilakukan oleh auditor
untuk mengevaluasi kinerja unit fungsional atau fungsi sistem informasi
(pusat/instalasi komputer) apakah telah dikelola dengan baik, apakah kontrol dalam
pengembangan sistem secara keseluruhan sudah dilakukan dengan baik, dan apakah
sistem komputer telah dikelola dan dioperasikan dengan baik.
Point 1

Sistem Pengendalian Internal


salah satu tugas dan tanggung jawab Departemen Internal Audit adalah melaksanakan
pemeriksaan dan penilaian efisiensi dan efektivitas di bidang operasional, keuangan, akuntansi,
sumber daya manusia dan kegiatan lainnya.

Efektivitas Sistem Audit Internal dan Pengendalian Internal


Direktur utama menilai efektivitas Sistem Audit Internal dan Pengendalian Internal berdasarkan
Laporan Audit yang disampaikan oleh Kepala Audit Internal. Selain itu sepanjang tugasnya,
Departemen Audit Internal berkomunikasi langsung dengan Direksi, Dewan Komisaris dan atau
Komite Audit dan anggota Dewan Direksi, Dewan Komisaris dan / atau Komite Audit. Oleh
karena itu, Departemen Audit Internal melakukan rapat secara teratur dengan Direksi, Dewan
Komisaris dan Komite Audit untuk mengkoordinasikan kegiatannya dengan kegiatan auditor
eksternal.

Tanggungjawab Audit Internal pada Audit Sistem Informasi

Untuk bisa menjalankan audit internal, para auditor menjalankan prinsip yang menjunjung
tinggi integritas, objektivitas serta kerahasiaan. Terdapat kompetensi tertentu dan juga kode
etik terkait yang harus diterapkan. Dalam skema PDCA (Plan Do Check Action), audit internal
mengambil tugas penuh di bagian check dan melakukan pemeriksaan menyeluruh bahwa
semua yang dilakukan dan direncanakan perusahaan berjalan sesuai dengan rencana. Tanggung
jawab auditor internal pada audit sistem informasi meliputi berbagai aspek yang penting dalam
menjalankan tugasnya. Berdasarkan informasi yang ditemukan, tanggung jawab auditor
internal dalam audit sistem informasi mencakup:

1. Auditor internal harus mengumpulkan informasi awal tentang bagian atau unit dalam
perusahaan yang akan diaudit atau diperiksa.
2. Auditor internal perlu meninjau dokumen dan persyaratan lain yang berkaitan dengan
bagian yang diaudit.
3. Auditor internal harus melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap sistem informasi
yang ada dalam auditee, termasuk pengamatan langsung terhadap proses kerja dan
interaksi antar unit atau departemen.
4. Auditor internal bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti audit
yang cukup dan relevan.
5. Auditor internal harus melaporkan temuan audit atau masalah-masalah yang ditemukan
selama audit internal.
6. Auditor internal juga bertanggung jawab untuk memantau tindak lanjut hasil audit
internal sampai dinyatakan selesai.

Selain itu, auditor internal juga memiliki tanggung jawab untuk menjalankan tugasnya dengan
independen, tidak memihak auditee, serta memiliki pemahaman yang cukup tentang audit dan
auditee. Mereka juga harus memastikan bahwa audit sistem informasi dilakukan secara efektif
dan efisien, serta memberikan umpan balik, jaminan, dan perlindungan terhadap aset,
integritas data, dan tujuan organisasi secara efektif.

Dengan demikian, tanggung jawab auditor internal pada audit sistem informasi mencakup
serangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan informasi, pemeriksaan sistem, pelaporan
temuan, dan pemantauan tindak lanjut hasil audit untuk memastikan keberhasilan audit sistem
informasi.

Komponen Sistem Informasi


Komponen Sistem Informasi yang tepat waktu dapat dicapai dengan komponen teknologi.
Komponen teknologi sistem komputer mempercepat proses pengolahan data dan teknologi
telekomunikasi mempercepat proses transmisi data dan informasi, sehingga membuat
informasi dapat disajikan tepat waktunya. Informasi yang akurat dapat dicapai dengan
komponen kontrol. Komponen kontrol atau pengendalian akan menjaga sistem informasi dari
kesalahan-kesalahan yang di sengaja atau tidak disengaja. Komponen kontrol membuat sistem
informasi menghasilkan informasi yang akurat. Sistem informasi mempunyai enam buah
komponen, yaitu (1) komponen input atau komponen masukan, (2) komponen model, (3)
komponen output atau komponen keluaran, (4) komponen teknologi, (5) komponen basis data
dan (6) komponen kontrol atau komponen pengendalian. Keenam komponen ini harus ada
bersama-sama dan membentuk satu-kesatuan. Jika satu atau lebih komponen tersebut tidak
ada, maka sistem informasi tidak akan dapat melakukan fungsinya, yaitu pengolahan data dan
tidak dapat mencapai tujuannya, yaitu menghasilkan informasi yang relevan, tepat waktu dan
akurat. (Jogianto, 2005: 46)

Komponen Input

James (2001:24) menjelaskan bahwa input merupakan data yang masuk ke dalam sistem
informasi. Komponen ini perlu ada karena merupakan bahan dasar dalam pengolahan
informasi. Sistem informasi tidak akan dapat menghasilkan informasi jika tidak mempunyai
komponen input. Jika sistem informasi tidak pernah mendapatkan input, tetapi dapat
menghasilkan output, ini merupakan hal yang ajaib. Input yang masuk ke dalam sistem
informasi dapat langsung diolah menjadi informasi atau jika belum dibutuhkan sekarang dapat
disimpan terlebih dahulu di storage dalam bentuk basis data. Input dari sistem informasi
berupa dta yang akan diolah oleh sistem ini. Data dari sistem informasi dapat berasal dari luar
organisasi, misalnya data saham dari pasara modal, atau dari dalam organisasi, misalnya data
penjualan. Data untuk sistem informasi perlu ditangkap dan di catat di dokumen dasar.
Dokumen dasar merupakan formulir yang digunakan untuk menangkap dari data sistem
informasi. Dokumen dasar ini dapat membantu di dalam penanganan arus data sistem
informasi, yaitu:

1. Dapat menunjukkan macam dari data yang harus dikumpulkan dan ditangkap.
2. Data dapat dicatat dengan jelas, konsisten dan akurat.
3. Data mendorong lengkapnya data akuntansi, disebabkan data yang dibutuhkan
disebutkan satu persatu di dalam dokumen dasarnya.
4. Bertindak sebagai pendistribusi data, karena sejumlah tembusan dari formulir-formulir
tersebut dapat diberikan kepada individu atau departemen-departemen yang
membutuhkannya.
5. Dokumen dasar dapat membentu di dlam pembuktian terjadinya suatu transaksi yang
sah, sehingga sangat berguna untuk pelacakkan pemeriksaan.
6. Dokumen dasar dapat digunakan sebagai cadangan atau pelindung dari file-file data di
komputer. Proses selanjutnya setelah data tercatat di dokumen dasar adalah
memasukkan data tersebut ke dalam sistem informasi.

Komponen Output

Produk dari sistem informasi adalah berupa informasi yang berguna bagi para
pemakainya. Output merupkan komponen yang harus ada di sistem informasi. Sistem informasi
yang tidak pernah menghasilkan output, tetapi selalu menerima input dikatakan bahwa input
yang diterima masuk ke dalam lubang yang dalam. Output dari sistem informasi dibuat dengan
menggunakan data yang ada di basis data dan diproses menggunakan model yang tertentu,
Kenneth (2008).

Komponen Basis Data

Basis data adalah kumpulan dari data yang saling berhubunga satu dengan yang lainnya,
tersimpan di perangkat keras Komputer dan digunakan perangkat lunak untuk
memanipulasinya (Jhon, 1985:14). Dari definisi ini, terdapat tiga hal yang berhubungan dengan
basis data, yaitu sebagai berikut :

1. Data itu sendiri yang diorganisasikan dalam bentuk basis data (database)
2. Simpanan permanen (storage) untuk menyimpan basis data tersebut. Simpanan ini
merupakan baggian dari teknologi perangkat keras yang digunakan di system
informasi. Simpanan permanen yang umumnya digunakan berupa hard disk.
3. Parangkat lunak untuk memanipulasi basi datanya. Perangkat lunak ini dapat dibuat
sendiri dengan menggunakan bahasa pemrograman komputer atau dibeli dalam
bentuk suatu paket. Banyak paket perangkat lunak yang disediakan untuk
memanipulasi basis data. Paket perangkat lunak ini disebut dengan data base
management system dan merupakan komponen sistem informasi.

DBMS yang populer untuk mengolah basis data sekarang ini adalah Relation Data Base
Management System. RDBMS menggambarkan suatu file basis data sepertisuatu tabel, yaitu
bagian kolom menggambarkan field dari data dan bagian baris menunjukkan record dari data.

Komponen Model

Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi berasal dari data yang diambil dari basis data
yang diolah lewat suatu modelmodel tertentu. Model pertama menjadi komponen sistem
informasi yang digunakan di sistem informasi dapat berupa model logika yang menunjukkan
suatu proses perbandingan logika atas model matematika yang menunjukkan proses
perhitungan matematika (Faiz, 2005). Model kedua yang digunakan adalah model matematik
untuk menghitung unit yang harus dipesan. Misalnya adalah barang dengan kode 102 yang
harus dipesan kembalisebanyak 7 unit. Pertanyaanya adalah mengapa harus dipesan 7 unit?
Mengapa tidak lebih atau kurang dari 7 unit? Pemesanan kembali sebanyak 7 unit merupakan
jumlah yang paling ekonomis yang sudah dihitung melalui model matematik. Economics Order
Quantity (EOQ) Persediaan barang yang paling ekonomis dipengaruhi oleh 2 macam biaya,
yaitu:

1. Purchasing cost atau procurement cost, yaitu biaya pemesanan sesuai dengan frekuensi
pemesanannya, sebesar frekuensi pemesanan dikalikan dengan biaya setiap kali pesan.
Frekuensi pemesanan dapat dihitung dari jumlah unit yang dibutuhkan selama 1 periode
dibagi dengan banyaknya unit tiap kali pesan. Sehingga dapat menjadi komponen sistem
informasi yang bagus.
2. Carrying cost, yaitu biaya penyimpanan yang dihitung berdasarkan rata-rata persediaan
yang ada di gudang, sebesar biaya penyimpanan per unit barang dikalikan dengan rata-rata
unit persediaan di gudang.

• Biaya penyimpanan per unit barang dapat dihitung dari persentase harga pembelian
perunitnya.
• Total biaya yang terjadi adalah merupakan penjumlahan dari 2 komponen biaya
tersebut.
• Total biaya yang paling minimum dapat dihitung dari turunan pertama dari total
biaya sama dengan nol.

Komponen Teknologi
Komponen Model Teknologi merupakan komponen yang penting di sistem informasi. Tanpa
adanya teknologi yang mendukung, maka system informasi tidak akan dapat menghasilkan
informasi yang tepat waktunya. Komponen teknologi mempercepat sistem informasi dalam
pengolahan datanya. Komponen teknologi dapat dikelompokkan ke dalam dua macam kategori,
yaitu teknologi sistem computer (perangkat keras dan perangkat lunak) dan teknologi sistem
telekomunikasi. Teknologi merupakan kotak alat (tool box) dalam sistem informasi.Teknologi
digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data,
menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara
menyeluruh.

Komponen Kontrol

Menurut Michael (1996:67) menjelaskan bahwa ”komponen kontrol juga merupakan


komponen yang penting dan harus ada disistem informasi”. Komponen kontrol ini digunakan
untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi merupakan informasi
yang akurat. dalam komponen sistem informasi, sistem pengendalian atau kontrol dalam sistem
informasi dapat diklasifikasikan sebagai sistem pengendalian secara umum (general
control system) dan sistem pengendalian aplikasi (application control system). Pengendalian
secara umum dapat terdiri dari pengendalian-pengendalian sebagai berikut:

1. Pengendalian organisasi.
2. Pengendalian dokumentasi.
3. Pengendalian perangkat keras.
4. Pengendalian keamanan fisik.
5. Pengendalian keamanan data.
6. Pengendalian komunikasi.

Pengendalian aplikasi dari komponen sistem infomasi dapat diklasifikasikan sebagai


pengendalian masukan (input control), pengendalian proses (processing control) dan
pengendalian keluaran (output control). Pengendalian aplikasi umumnya merupakan
pengendalian yang sudah diprogramkan di perangkat lunaknya. Pengendalian aplikasi
diantaranya adalah control digit check, reasonable check, echo check, batch control check.

Organisasi Data Dan Metode Pemrosesan Data


• Pengertian Organisasi Data
Organisasi data adalah cara mengatur data mentah dalam urutan yang dapat
dimengerti. Pengorganisasian data meliputi klasifikasi, tabel distribusi frekuensi,
representasi gambar, representasi grafis, dll.
Organisasi data membantu kita mengatur data agar mudah dibaca dan dikerjakan. Sulit
untuk bekerja atau melakukan analisis apa pun terhadap data mentah. Oleh karena itu, kita
perlu mengatur data untuk mewakilinya dengan cara yang tepat.

• Kebutuhan Organisasi Data


Ada banyak manfaat pengorganisasian data. Manfaat pertama dan terpenting adalah
mengurangi waktu pencarian data yang memakan waktu. Data yang tidak terorganisir
memiliki banyak hambatan dalam hal penataan data. Misalkan Anda memiliki data hasil
1000 siswa di sebuah sekolah, dan Anda perlu mengetahui berapa banyak siswa yang
mendapat nilai persentase lebih besar dari 90.

Jika data Anda tidak terorganisir, dibutuhkan banyak waktu dan sumber daya untuk
mengumpulkan informasi yang diperlukan, namun misalkan Anda telah mengatur data
dalam urutan persentase, maka akan sangat cepat dan mudah untuk memilah informasi
yang diperlukan. Pengorganisasian data juga membantu mengurangi kehilangan data dan
mengurangi kesalahan. Misalkan Anda mengalami kebingungan dalam kumpulan data yang
berbeda, maka satu-satunya solusi untuk masalah tersebut adalah dengan mengatur data
dengan benar.

Pengorganisasian data juga membantu Anda memahami mengapa data dikumpulkan dan
apa kegunaannya yang tepat, Setelah data disusun, ini memberi Anda validitas pekerjaan
yang dilakukan. Tampilan data yang berurutan selalu diterima dibandingkan dengan
tampilan yang tiba-tiba dan tidak terorganisir. Organisasi data dapat bermacam-macam
jenisnya, bergantung pada kebutuhan pengguna. Terkadang, nilai berulang dalam data
dikumpulkan bersama untuk mengetahui modus data atau terkadang data disusun dalam
urutan menaik atau menurun, untuk mencari median dari kumpulan data tertentu.

• Klasifikasi Data
Klasifikasi data menertibkan data mentah. Kami dapat mengklasifikasikan sebagian besar
data berdasarkan kebutuhan atau tujuannya. Berbagai jenis data, berdasarkan
pengorganisasiannya diberikan di bawah ini:

1. Data kronologis
2. Data spasial
3. Data kualitatif
4. Data kuantitatif
Data kronologis dikelompokkan atau diklasifikasikan menurut waktunya, seperti hari,
minggu, bulan, dan tahun. Misalnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun.

Data spasial diklasifikasikan berdasarkan lokasi geografis atau wilayah seperti kota, negara
bagian, negara, dll.

Data kualitatif dikategorikan berdasarkan atribut yang berbeda seperti kebangsaan, jenis
kelamin, agama, status perkawinan, dll. Data tersebut tidak dapat diukur tetapi dapat
diklasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya karakteristik kualitatif. Misalnya saja
mengkategorikan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di suatu kota.

Data kuantitatif adalah jenis data ketika atribut-atribut di atas (dalam kasus klasifikasi
kualitatif) dikategorikan lebih lanjut ke dalam data berbasis angka seperti tinggi badan,
usia, nilai siswa, gaji, dll.

• Pengertian Pemerosesan Data


Pemrosesan data adalah serangkaian operasi yang dilakukan pada data untuk
mengubah, menganalisis, dan mengaturnya menjadi format yang berguna untuk
digunakan lebih lanjut.

• Tujuan Pemerosesan Data


Tujuan pemrosesan data adalah untuk mengekstrak informasi yang relevan dari data
mentah untuk mendukung operasi bisnis seperti pengambilan keputusan dan perkiraan.
Ini dapat melibatkan langkah-langkah seperti pengumpulan data, entri data,
pembersihan, transformasi, integrasi, analisis, dan visualisasi.

• Tahapan Pengelolahan Data


Berikut tahapan pengolahan datanya:
1. Koleksi
Langkah pertama dalam pemrosesan data, yang melibatkan pengumpulan data
dari berbagai sumber seperti sensor, database, atau penyedia data eksternal. Ini
memberikan informasi mentah untuk diproses dan diubah menjadi informasi
yang bermakna. Gunakan data yang relevan dan akurat untuk memastikan
bahwa langkah pemrosesan selanjutnya memberikan hasil yang berarti.
2. Persiapan
Persiapan data melibatkan pembersihan dan pemformatan data untuk
memastikan keakuratan, konsistensi, dan kegunaannya. Langkah ini juga
memerlukan identifikasi entri duplikat, data yang hilang atau tidak lengkap, dan
mengambil tindakan perbaikan yang tepat. Langkah ini meningkatkan integritas
data sebelum diproses untuk menghasilkan hasil yang lebih akurat.

3. Pemrosesan
Langkah ini melibatkan pelaksanaan serangkaian operasi pada data untuk
mengekstraksi wawasan berharga. Ini mungkin melibatkan pekerjaan manual
atau penggunaan kerangka kerja otomatis. Selama langkah ini, Anda
menerapkan berbagai teknik pemrosesan data, termasuk agregasi, pemfilteran,
pengurutan, dan analisis. Teknik-teknik ini membantu mengubah data mentah
menjadi informasi yang bermakna dan dapat ditindaklanjuti.

4. Penyimpanan
Setelah diproses, Anda menyimpan data untuk digunakan di masa mendatang.
Hal ini memungkinkan Anda atau orang lain untuk mengakses informasi dan
mendapatkan manfaat maksimal dari data yang diproses. Anda dapat
menyimpan data menggunakan database atau gudang data untuk digunakan di
masa mendatang, karena hal ini memastikan bahwa data yang diproses mudah
diakses.

5. Pengambilan
Setelah menyimpan data, Anda dapat mengambilnya kembali bila diperlukan.
Pengambilan data melibatkan penggunaan berbagai teknik pengambilan seperti
kueri atau pencarian untuk mengakses data yang disimpan. Anda dapat
mengambil data untuk menyelesaikan pemrosesan dan analisis lebih lanjut.

6. Presentasi
Langkah terakhir dalam pengolahan data adalah menyajikan data yang telah
diproses secara bermakna. Teknik visualisasi data seperti bagan, grafik, dasbor,
atau laporan digunakan untuk membantu pengguna memahami dan menafsirkan
informasi. Penyajian data yang efektif sangat penting untuk memastikan Anda
dapat mengkomunikasikan wawasan dengan jelas dan akurat.

• Jenis Jenis Pengelolahan Data


Ada beberapa jenis pemrosesan data yang dapat Anda gunakan untuk mendapatkan
keluaran yang berbeda-beda. Beberapa jenis utama pemrosesan data meliputi:

a. Pemrosesan batch
Dalam pendekatan pemrosesan batch , Anda memproses sekelompok besar data
secara bersamaan. Ini mungkin melibatkan penyimpanan data yang Anda terima
selama periode tertentu dan kemudian memproses semua data pada akhir
periode tersebut. Meskipun hal ini mengorbankan hasil langsung dari
pemrosesan informasi secara real-time saat Anda menerimanya, hal ini dapat
menawarkan metode yang lebih efisien dalam memproses informasi dalam
jumlah besar ketika ketepatan waktu tidak menjadi perhatian utama.

b. Pemrosesan terdistribusi
Pemrosesan terdistribusi adalah metode di mana pemrosesan data berada di
beberapa mesin atau server. Ini adalah pendekatan yang bermanfaat ketika
beroperasi dengan kumpulan data besar yang tidak muat di satu mesin atau
ketika menggunakan informasi yang dikumpulkan dan disimpan di beberapa
perangkat. Pendekatan ini juga memiliki toleransi kesalahan yang tinggi karena
beberapa server memungkinkan pemrosesan dilanjutkan pada sistem fungsional
ketika satu atau lebih gagal.

c. Pemrosesan waktu nyata


Dalam pemrosesan real-time, data diproses segera setelah dihasilkan, tanpa
penundaan apa pun. Hal ini memerlukan sistem pemrosesan berkecepatan tinggi
dan sering kali melibatkan penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak
khusus untuk menangani permintaan pemrosesan. Ini bisa sangat berguna dalam
aplikasi yang memerlukan pengambilan keputusan cepat atau respons cepat
terhadap perubahan data.

d. Proses paralel
Pemrosesan paralel adalah jenis pemrosesan data yang melibatkan pemecahan
tugas besar menjadi subtugas yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola serta
dapat diproses secara bersamaan. Pendekatan ini dapat mengurangi waktu
pemrosesan secara signifikan dibandingkan dengan pemrosesan sekuensial
tradisional. Dalam pemrosesan paralel, beberapa prosesor atau komputer
bekerja sama untuk memproses subtugas ini, sehingga memungkinkan waktu
pemrosesan lebih cepat dan meningkatkan efisiensi.
• Metode Pengolahan Data
Ada tiga metode pemrosesan yang dapat Anda gunakan saat memilih salah satu jenis
pemrosesan di atas. Tidak semua metode kompatibel dengan semua jenis pemrosesan:
1. Pedoman
Pemrosesan data manual terjadi ketika satu orang atau lebih memproses data
tanpa bantuan alat mekanis atau elektronik. Meskipun pendekatan ini kurang
umum dalam pemrosesan data modern, Anda masih dapat memilih untuk
menggunakannya dalam beberapa situasi. Misalnya, lembaga pemerintah dapat
memulai penghitungan suara pada saat penghitungan ulang.

2. Mekanis
Pemrosesan data mekanis terjadi ketika Anda menggunakan perangkat
sederhana dalam pemrosesan data Anda. Anda dapat menggunakan item seperti
kalkulator atau mesin ketik untuk membantu memproses dan mengubah
informasi ke dalam format fungsional. Pemrosesan data mekanis dapat
meningkatkan kecepatan proyek dan mengurangi potensi kesalahan.

3. Elektronik
Pemrosesan data elektronik adalah bentuk pemrosesan data modern yang paling
umum dan terjadi saat Anda menggunakan perangkat komputer modern. Ini
adalah metode yang disukai sebagian besar pakar bisnis karena dapat
meningkatkan kemampuan dan kecepatan. Menggunakan komputer untuk
mengotomatiskan pemrosesan data Anda juga dapat membantu mengurangi
potensi kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai