Anda di halaman 1dari 2

JURNAL MEMBACA

Hari/Tanggal: Jumat, 8 September 2023

Nama: Marsha Camila Malikania

Kelas: 7i

Nama Penulis:tere liye

Judul Buku:kisah sang penandai

Penerbit:Mahaka publishing

Tahun:2011

Buku tersebut bercerita tentang:

Perjodohan kota champa

Di ujung bulan 33 perjalanan Armada 40 kapal Laksamana ramirez tiba di sebuah kota paling indah,
kota terkenal,sekaligus paling ujung benua Selatan.katanya berkali-kali jauh lebih indah dibandingkan
kota jim yang penuh kenangan dulu.

Menurut cerita yang beredar diantaranya klasik kapal dan para prajurit kota itu tak terkatakan
eloknya. Banyak bangunan itu disebut pagoda) penuh dengan warna-warni dan ukiran elok. Mereka
juga menghiasi kota dengan kubah-kubah kecil di atas bangunan. Melengkung, berputar, melilit, dan
berbagai bentuk menarik lainnya. Tak tak ada kota yang semaju mereka dalam urusan arsitektur dan
tata kota.

Belum lagi ditambah kabar, gadis-gadisnya paling jelita di dunia. Dengan pakaian indah
gemerlapan. Menggunakan manik-manik dan hiasan di dada. menjuntai menggunakan kain dan
bersanggul. Kulitnya kuning langsat bermata jelly,dan rasanya manis sekali. Jim dan pete hanya
menggeleng-gelengkan kepala mendengar deskripsi sehebat itu. Tertawa menatap awak kapal yang
serius sekali membincangkan urusan itu di kabin-kabin mereka.
Saat Armada kota terapung hampir mendekati Pelabuhan kota itu, barulah seluruh awak
tercengang. Mereka tiba persis tengah malam, Laksamana ramizez sebelumnya memutuskan
seluruh kapal yang akan membuang sauh di pelabuhan kota, baru merapat esok harinya agar tidak
terjadi salah paham. Tetapi lihatlah, kota itu terlihat terlalu terang benderang. Menyala

Awak kapal menelan ludah. kota champa yang indah itu ternyata bukan dipenuhi cahaya Elok
dari siluet ribuan lampu yang mempunyai jalanan, kota itu hangus terbakar

Pertempuran besar sedang berkecamuk

Seluruh klasik kapal dan prajurit terdiam, mencoba melupakan kabar buruk yang mereka dengan di
atas kapal sebelumnya, juga pembicaraan mereka. Kalau begini urusannya,

kota itu sudah tidak indah lagi. Siapa pula yang mau berlabuh di tengah kecamuk perang. Peduli
amat dengan gadis yang bermata jelly

Esok harinya,meski matahari sudah tinggi, Laksamana Ramirez bijak menahan diri untuk tidak
merapat. Saat sebelum semuanya benar-benar terlambat, prajurit pengintai di atas yang menara
pedang langit, yang tidak memperdulikan kekacauan dibawahnya, akhirnya menangkap garis tipis
daratan jauh di depan sana. Prajurit itu gemeteran memegangi teropong.

Memastikannya untuk kesekian kali.

Tidak salah lagi.

Itulah tanah Harapan.

Pendapat tentang isi buku tersebut:

Buku ini sangat bagus untuk di baca kalau lagi santai,lagi di taman dan di
baca bareng teman.

Anda mungkin juga menyukai