Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan

Volume 03 Number 01 2019


ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Pengembangan Kompetensi Profesionalisme Guru di Era Digital


(Abad 21)

Zainuddin Notanubun*
PGSD- FKIP Universitas Pattimura Ambon
Email : z_notanubun@yahoo.co.id

ABSTRAK

The development of information and communication technology (ICT) brings


change in all lines of life. 21st century Learners live in a digital environment full
of information flows. Many negaries reform the objectives and practice of
education due to the influence of ICT development and various forms of
educational innovation. The greatest hope of educational innovation is the
support and integration of ICT in the learning process, thus enhancing the quality
of student learning experience. The characteristics of 21st century students are
very different from previous era students. In the 21st century one must have four
skills (communication, colaboration, critical Thinking and problem Sorving and
Creativity and Innovation). This skill has always been reflected in the learning
that will be implemented by a professional teacher, by having the competence of
pedagogic, professional, personality, and social competence.

Keywords: development, competence, and professionalism, digital

Pendahuluan
Era digital sudah begitu marak ditandai oleh makin luasnya jangkauan internet, namun
demikian ada juga masyarakat yang masih belum terjangkau internet, dan bahkan masih berupa
wilayah blank spot. Kondisi seperti itu berimplikasi terhadap perkembangan pelayanan
pendidikan,sehingga juga berkonsekuensi terhadap karakteristik guru dan dan siswanya,
meskipun sudah berada dalam abad 21.
Sekolah, guru, dan siswa di daerah perkotaan memang sudah terkoneksi jaringan internet,
dan bahkan ada pula wilayah yang sama sekali belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi.
Akan tetapi pada abad 21 sekarang ini masyarakat Indonesia memang sudah menjadi bagian
tidak terpisahkan dengan era digital. Karena itu, apa pus harus menyesuaikan dengan kehadiran
era baru berbasis digital, sehingga bagaimana menjadi bagian dari era digital sekarang ini
dengan memanfaatkan teknologi digital dan berjejaring ini secara produktif.
Menurut Smaldino, dkk (2010) kemunculan masayarakat informasi itu ditandai dengan
empat karakter dasar: Pertama, ada teknologi-teknologi yang bertindak berdasarkan informasi.
Kedua, karena informasi adalah bagian dari seluruh kegiatan manusia, teknologi-teknologi itu
mempunyai efekyang meresap. Ketiga, semua sistem yang menggunakan teknologi informasi

54
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

didefenisikan oleh ‘logika jaringan’ yang memungkinkan mereka memengaruhi suatu varietas
luas proses-proses dan organisme-organisme. Keempat, teknologi-teknologi baru sangat
fleksibel, memungkinkan mereka beradaptasi dan berubah secara terus-menerus. Akhirnya
teknologi-teknologi spesifik yang diasosiasikan dengan informasi sedang bergabung menjadi
suatu sistem yang sangat terintegrasi dalam upaya meningkatkan dan pengembangan
kompetensi guru.
Pengembangan kompetensi guru landasan pijaknya adalah Undang-undang Nomor 14
tahun 2005 kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Setiap kompetensi dapat diuraikan sebagai
berikut; Kompetensi merupakan unjuk kerja (ability to do) yang dilatarbelakangi oleh
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini mengandung makna bahwa kualitas
unjuk kerja itu ditentukan oleh penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Semakin
tinggi kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan, semakin tinggi pula unjuk
kerjanya, dan sebaliknya. Jadi ada korelasi posetif tinggi antara tingkat penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan kompetensi yang dibentuk. Kompetensi adalah
seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan
penampilan unjuk kerja sebagai guru secara tepat (Djumiran dkk., 2009:3 - 4.)
Seorang guru yang professional harus memiliki 4 kompetensi. Kompetensi tersebut
antara lain:
(1) (Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Termasuk ke dalam
kemampuan ini antara lain sub-sub kemampuan; (a) menata ruang kelas, (b) menciptakan iklim
kelas yang konduktif, (c) memotivasi siswa agar gaira belajar, (d) memberi penguatan verbal
maupun non verbal, (e) memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas kepada siswa, (f) tanggap
terhadap gangguan kelas, dan (g) menyegarkan kelas jika kelas mulai lelah.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
seperti memahami karakteristik siswa, kemampuan merencanakan pembelajaran, mengevaluasi
hasil belajar, serta kemampuan pengembangan ragam potensi siswa. Kompetensi pedagogik
guru abad 21 tidak cukup hanya mampu menyelenggarakan seperti biasanya, guru dituntut
untuk adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi
serta mampu memanfaatkannya dalam proses pembelajaran, artinya kemampuan guru
khususnya digital literasi perlu tarsus untuk diintegrasikan.

55
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

(2). Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan


kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta
didik serta berakhlak mulia.
(3) Kompetensi Sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar. dan
(4) Kompetensi profesional`merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya. Kompetensi ini juga disebut dengan penguasaan
sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian.
Keempat kompetensi tersebut, dalam pelaksanannya merupakan satu ketuan yang utuh,
karena seorang yang memiliki kompetensi ini merupakan syarat untuk dikategorikan sebagai
guru yang professional. Untuk mencapai guru professional memerlukan proses yang cukup
panjang, sesuai dengan pasal 20 UU No 14 tahun 2005 bahwa dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalan, guru berhak: (a) Merencanakan pembelajaran, yang bermutu serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran. (b) Mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. (c) Bertindak oyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. (d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-
undangan, hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika. (e) Memelihara dan
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa, dan (f) Guru harus memiliki kemampuan dalam
menggunakan TIK dalam proses pembelajaran.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan, dengan pendekatan kualitatif.
Menurut Sugiyono, (2013:362) Penelitian kualitatif ditunut mampu mengorganisasikan semua
teori yang dibaca. Kajian teori dalam penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan berapa jauh
peneliti memiliki teori Dan memahami permasalahan yang diteliti. Di samping itu, penelitian
kualitatif justru dituntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori
berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial.

56
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Pengembangan Kompetensi Guru Abad 21


Abad 21 yang ditandai dengan kehadiran era media (digital age) sangat berpengaruh
pada pengelolaan pembelajaran dan perubahan karakteristik siswa. Pembelajaran abad 21
menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Dalam pengembangan pembelajaran abad 21, guru dituntut merubah
pola pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru (teacher centred) menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred) karena sumber belajar melimpah
bukan hanya nara sumber guru, sehingga peran guru menjadi fasilitator, mediator, motivator
sekaligus leader dalam proses pembelajaran. Pola pembelajaran yang konvensional bias
dipahami sebagai pembelajaran di mana guru banyak memberikan ceramah (transfer of
knowledge) sedangkan siswa lebih banyak mendengar, mencatat, dan mengahafal. Kemampuan
pedagogi dengan pola konvensional dipandang sudah kurang tepat dengan era saat ini.
Karakteristik siswa abad 21 sangat berbeda dengan siswa era sebelumnya. Pada abad 21
ini seseorang harus memiliki empat keterampilan (communication, colaboration, critical
thinking and problem Sorving dan creativity and innovation). Keterampilan ini sudah
semestinya tercermin dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh seorang guru.
Keterampilan Abad 21 dapat diintegrasikan dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga pilihan
metode, media dan pengelolaan kelas benar-benar meningkatkan keterampilan tersebut. Karena
itulah menjadi keharusan kemampuan pedagogi guru menyelesaikan dengan karakteristik dan
keterampilan yang diperlukan di abad 21.
Karakteristik seperti yang digambarkan di atas, adalah cocok dalam pengembangan
professional guru pada abad 21. Oleh karena itu, guru terus meningkatkan minat baca dengan
menambah koleksi buku. Setiap kali terdapat masalah pembelajaran, maka guru perlu
menambah pengetahuan melalui bacaan buku, baik cetak, maupun digital yang bias diakses
melalui internet. Tanpa minat baca tinggi, maka guru pada era pedagogi siber sekarang ini akan
ketinggalan dengan pengetahuan siswanya, sehingga akan menurunkan kredibilitas atau
kewibawaan guru. Hilangnya kewibawaan guru akan berdampak serius, bukan saja pada
menurunnya kualitas pembelajaran, tetapi juga bagi kemajuan sebuah bangsa.
Salah satu cara untuk mengembangkan kompetensi guru adalah melalui sertifikasi guru,
namun hal ini melalui proses yang panjang untuk memperoleh sertifikat pendidik. Sertifikat
pendidik bagi guru berlaku sepanjang yang bersangkutan menjalankan tugas sebagai guru
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Serifikat pendidik ditandai dengan satu nomor
registrasi guru yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sertifikasi diperoleh

57
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

melalui pendidikan profesi yang diakhiri dengan uji kompetensi.


Dalam program sertifikasi telah ditentukan kualifikasi pendidikan bagi semua guru di
semua tingkatan, yaitu minimal sarjana atau Diploma IV. Dengan memiliki sertifikat pendidik,
guru akan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum, meliputi: gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan tunjangan tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai
guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Guru yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah diberi gaji
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sementara guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama,hal ini dipertuntukan bagi guru yang telah mengantongi sertifikat
pendidik.
Untuk memperoleh sertifikat pendidik tidak semudah membalikkan telapan tangan, dan
memerlukan kerja keras para guru. Sertifikat pendidik akan dapat diperoleh guru apabila
mereka benar-benar memiliki kompetensi dan profesionalisme. Bagi para guru yang memiliki
kompetensi dan profesionalisme, hal ini mungkin bukan merupakan persoalan yang pelik,
melainkan tinggal menunggu waktu. Sebaliknya, para guru yang kurang memiliki kompetensi
dan profesionalisme, hal ini dapat menjadi persoalan yang pelik ketika giliran untuk
disertifikasi telah tiba. Sehubungan dengan hal itu, sesuatu yang pasti adalah guru harus
mempersiapkan diri sedini mungkin untuk disertifikasi, agar kesempatan yang baik itu tidak
hilang begitu saja karena tidak adanya persiapan yang memadai. Guru harus siap mental,
keilmuan, dan finansial. Dalam kaitan dengan persiapan dalam hal keilmuan, guru perlu
meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya, termasuk penguasaan TIK.
Kepentingan sertifikasi dan menjamin mutu pendidikan perlu dilakukan peningkatan
kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Hal ini perlu dipahami karena dengan adanya
pasca sertifikasi guru harus tetap meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mutu
pendidikan tetap terjamin. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain :
1. Studi lanjut program Strata 2 atau Magister merupakan cara pertama yang dapat ditempuh oleh
para guru dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya. Dua jenis program
magister yang dapat diikuti, yaitu program magister yang menyelenggarakan program
pendidikan ilmu murni dan ilmu pendidikan. Kecenderungan para guru lebih suka untuk
mengikuti program ilmu pendidikan agar dapat meningkatkan kompetensi dan

58
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

profesionalismenya.
2. Kursus dan Pelatihan, keikutsertaan dalam kursus dan pelatihan tentang
kependidikan merupakan cara kedua yang dapat ditempuh oleh guru untuk meningkatkan
kompetensi dan profesionalismenya. Walaupun tugas utama seorang guru adalah mengajar,
namun tidak ada salahnya dalam rangka peningkatan kompetensi dan profesionalismenya juga
perlu dilengkapi dengan kemampuan meneliti dan menulis artikel/ buku.
3. Pemanfaatan Jurnal, jurnal yang diterbitkan oleh masyarakat profesi atau perguruan tinggi
dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kompetensi dan profesionalisme. Artikel-artikel di
dalam jurnal biasanya berisi tentang perkembangan terkini suatu disiplin tertentu. Dengan
demikian, jurnal dapat dipergunakan untuk memutakhirkan pengetahuan yang dimiliki oleh
seorang guru. Dengan memiliki bekal ilmu pengetahuan yang memadai, seorang guru bisa
mengembangkan kompetensi dan profesionalismenya seorang guru dalam mentransfer ilmu
kepada peserta didik. Selain itu, jurnal-jurnal itu dapat dijadikan media untuk
mengomunikasikan tulisan hasil pemikiran dan penelitian guru yang dapat digunakan untuk
mendapatkan angka kredit yang dibutuhkan pada saat sertifikasi dan kenaikan pangkat.
4. Seminar, keikutsertaan dalam seminar merupakan alternatif keempat yang dapat ditempuh
untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme seorang guru. Tampaknya hal ini
merupakan cara yang paling diminati dan sedang menjadi trend para guru dalam era sertifikasi,
karena dapat menjadi sarana untuk mendapatkan angka kredit. Melalui seminar guru
mendapatkan informasi-informasi baru. Cara itu sah dan baik untuk dilakukan. Namun
demikian, di masa-masa yang akan datang akan lebih baik apabila guru tidak hanya menjadi
peserta seminar saja, tetapi lebih dari itu dapat menjadi penyelenggara dan pemakalah dalam
acara seminar. Forum seminar yang diselengarakan oleh dan untuk guru dapat menjadi wahana
yang baik untuk mengomunikasikan berbagai hal yang menyangkut bidang ilmu dan profesinya
sebagai guru.

Pengembangan Profesionalisme Guru Abad 21


Abad pengetahuan merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan
menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap
dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena
perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar
biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya
adalah perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan,

59
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

perubahan peran orang tua/guru/dosen, serta perubahan pola hubungan antar mereka.
Perhatian utama pendidikan di abad 21 adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja
bagi masyarakat. Tibalah saatnya menoleh sejenak ke arah pandangan dengan sudut yang luas
mengenai peran-peran utama yang akan semakin dimainkan oleh pembelajaran dan pendidikan
dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan (Trilling dan Hood. 1999)
Kemerosotan pendidikan kita sudah terasakan selama bertahun-tahun, untuk kesekian
kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya
mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti
lagi dengan kurikulum 1994. Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan
bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan
keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam
melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang
meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana
prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru. (Sumargi, 1996) Profesionalisme guru
dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya.
Kadar profesionalisme guru sangat ditentukan oleh tingkat penguasaan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang mendasari terbentuknya kompetensi profesionalisme. Menurut
dikti, Aspak-aspek yang perlu dipahami guru SD adalah:
a. Tahap Perkembangan, perkembangan manusia itu berlangsung seara bertahap.
Tiap-tiap tahap perkembangan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Dilihat dari
perkembangannya, peserta didik SD yang berusia 6 – 12 tahun berada pada tahap Kanak-Kanak
akhir (Elisabth Hurlock dalam Indung Abdulah Saleh, 197 : 8). Sedangkan Elida Prayitno
(1991/1992:16) menyatakan bahwa peserta didik SD berada pada tahap Kanak-Kanak
pertengahan 6-8 tahun. Kanak-kanak akhir 9 – 11 tahun dan praremaja 9 – 13 tahun. Ciri khas
pada tahap ini adalah bermain. Anak gemar bermain sepak bola, bermain kaleng, lompat tali
dan segalanya.
b. Perkembangan Kognitif, menurut Piaget dalam Priyatno (1991/1992:16 dalam Djumiran, 2009:
3 – 19) perkembangan kognitif peserta didik SD berada pada tahap berpikir konkrit dengan
karakteristik:
1. Peserata didik SD hanya mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dapat dilihat,
didengar, diraba, dirasa, dan dicium. Peserta didik SD sulit memahami sesuatu yang berada
dengan yang ia alami.
2. Peesrta didik SD lebih mudah memahami persoalan-persoalan yang divisualkan dari pada

60
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

persoalan-persoalan yang disampaikan secara verbal.


3. Peserta didik SD, lebih –lebih kelas awal mesih mengalami kesulitan untuk memilah-milah
pengalaman belajarnya. Ia menghayati pengaaman belajarnya sebagai suatu totalitas (Tisno
Hadi Subroto dan Ida Siti Herawati, 2002 : 1.10) pengalaman belajar itu dihayati sebagai suatu
kebutuhan atau keseluruhan.
c. Tingkat Kecerdasan, dengan menggunakan intelegensi kecerdasan peserta didik dapat
diketahui. Untuk keperluan pendidikan data hasil tes yang berupa induk kecerdasan (IQ)
dikelompokkan. Lester D. Crow dan Alice Crow (1963 : 156) mengelompokkan kecerdasan
manusia menjadi 9 kelompok yaitu:
1. Near genius indeks, kecerdasan 140 ke atas.
2. Very superior, 130 – 139.
3. Superior, 120 – 129.
4. Abave average, 110 – 119
5. Normal or average, 90 – 109.
6. Below average, 80 – 89.
7. Dull or borderline, 70 – 79.
8. Feeble mindeded, 50 -69.
d. Perkembangan sosial, peserta didik SD yang berusia 6 – 12 tahun oleh ahli psikologi disebut
sebagai usia berkelompok (Gang Age). Anak laki-laki mengelompokkan dengan laki-laki, dan
anak perempuan mengelompokkan dengan perempuan. Kelompok-kelompok itu semata-mata
untuk bermain dan menyalurkan minat. Mereka memperoleh kegembiraan, kepuasan dalam
bermain dengan teman-teman sebaya. Karakteristik perkembangan sosial peserta didik seperti
tersebut di atas berguna bagi guru merancang kegiatan belajar apa yang akan dilakukan siswa.
e. Persepsi yang dimiliki, persepsi yang dimiliki peserta didik, berkaitan dengan pola kehidupan
masyarakat di mana ia tinggal. Kegiatan seperti kerja kelompok, tugas-tugas kelompok, diskusi
kelompok merupakan kegatan-kegiatan dengan karakteristik siswa. Anak yang tinggal di
lingkungan masyarakat nelayan, akan memiliki persepsi yang baik tentang jenis-jenis ikan,
musim ikan, penangkapan ikan, pengawetan ikan, dan sebagainya. Begitu pula anak yang hidup
dalam masyarakat pedagang, akan memiliki persepsi yang baik tentang jual beli, untung rugi
dan sebagainya. Guru perlu memiliki persepsi yang dimiliki peserta didik dan
memanfaatkannya untuk pemenasan bahan pelajaran yang akan dipelajari siswa. Bahan yang
dikemas sesuai persepsi peserta didik akan lebih mudah dipahami dan dikuasai.
f. Kemampuan awal prasyarat. Sebelum membelajarkan peserta didik dengan pokok bahasan

61
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

tertentu, guru perlu memeriksa apakah siswa sudah memiliki kemampuan yang diperlukan
untuk dapat mempelajari pokok bahasan yang akan diajarkan guru. Pemeriksaan kemampuan
awal peserta didik bertujuan untuk mengetahui apakah peserta didik sudah memiliki
prasyaratnya atau belum. Jika sudah, guru dapat langsung membelajarkan peserta didik dengan
pokok bahasan yang telah disiapkan. Tetapi jika peserta didik belum menguasai prasyaratnya,
maka prasyarat itu diperkuat terlebih dulu. Sebab jika tidak, maka kegagalan akan terjadi. Hal
ini tentu akan dilaksanakan dengan baik apabila dilaksanakan oleh guru yang professional
(Djumiran, dkk. 2009).
Guru harus mengetahui tingkat kecerdasan peserta didiknya, karena kecerdasan mempunyai
andil yang besar dalam pengembangan pembelajaran. Guru profesional adalah guru yang
memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang produktif. “Profesi” secara
terminologi diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya
dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kamampuan mental yang
dimaksudkan di sini adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk
melakukan perbuatan praktis. Arikunto mengemukakan bahwa kompetensi profesional
mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang
studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoritik,
maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar
mengajar, berlandaskan pada TIK untuk mencapai tujuan yang lebih optimal.

Karakteristik Guru Abad 21


Perubahan karakter masyarakat secara fundamental sebagaimana terjadi dalam abad 21
tentu berimplikasi terhadap karakter guru. Dalam pandangan progresif, perubahan karakteristik
masyarakat perlu diikuti oleh tranformasi kultur guru dalam proses pembelajaran. Jika sekarang
masyarakat telah berubah ke masyarakat digital, maka guru juga segera perlu
mentranformasikan diri, baik secara teknik maupun sosio-kultur.
Oleh karena itu, perlu mendefenisikan karakter guru seperti apa yang mampu
mentranformasikan diri pada era digital abad 21 sekarang ini. Ada ungkapan bahwa, buku itu
digantikan dengan teknologi, tetapi peran guru tidak bisa digantikan, bahkan harus diperkuat.
Pada eara sekarang, abad 21, guru harus mampu memanfaatkan teknologi digital untuk
mendesain pembelajaran yang kreatif. Kemampuan para guru untk mendidik pada era
pembelajaran digital perlu dipersiapkan dengan memperkuat pedagogi siber pada diri guru.

62
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator harus mampu memanfaatkan teknologi digital
yang ada untuk mendesain pembelajaran kreatif yang memampukan siswa aktif dan berpikir
kritis (kompas, 9 April 2018:12).

Kesimpulan
Guru merupakan suatu pekerjaan professional, yang memerlukan suatu keahlian khusus
sehingga kedudukan guru dalam proses pembelajaran masih belum dapat digantikan oleh mesin
secanggih apapun. Keahlian khusus inilah yang membedakan profesi guru dengan profesi yang
lainnya. Pendidikan guru tidak diperoleh hanya saat pendidikan formal sebelum menjadi guru
namun belangsung seumur hidup (life long teacher education) Artinya meskipun sudah
menjangkau jabatannya harus mengembangkan diri secara berkelanjutan atas dasar refleksi
(reflective provisional). Guru selama proses melaksanakan tanggungjawab dan tugasnya perlu
melakukan up-grage kompetensinya. Sebagai guru tidak hanya meningkatkan profesionalisme
melalui jalur pendidikan dan latihan formal, namun terlibat dalam kegiatan-kegiatan produktif
bagi upaya reformasi pendidikan.
Tantangan kompetensi guru abad 21 adalah beradaptasi memahami disiplin ilmunya
dari berbagai konteks, dan peka terhadap perkembangan kebutuhan peserta didik dan
masyarakat. Guru harus berpacu mengikuti tuntutan perkembangan, bukan hanya terlibat
namun bertindak inovatif. Seorang harus mampu untuk memformulasikan, mengkonstruk,
menyusun, memodifikasi dan peka terhadap informasi sehingga dapat dipahami sebagai suatu
pengetahuan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membawa perubahan di
semua lini kehidupan. Peserta didik abad 21 hidup dalam lingkungan digital yang penuh
dengan arus informasi. Banyak negari melakukan reformasi terhadap tujuan dan praktek
pendidikan akibat pengaruh perkembangan TIK dan berbagai bentuk inovasi pendidikan.
Harapan terbesar dari inovasi pendidikan adalah adanya dukungan dan pengintegrasian TIK
dalam proses pembelajaran, sehingga mempertinggi mutu pengalaman belajar peserta didik.
Guru harus terlibat aktif di dalam inovasi pedagogis. Menurut The Thailand (1997:6)
guru memiliki peran utama bukan sekedar melaksanakan reformasi pendidikan, namun harus
terlibat di dalam merumuskan konsep dan desian reformasi pendidikan yang diperlukan.
Disinilah letak pentingnya guru untuk juga bertindak akademis. Pada tataran praktis dalam
melaksanakan tugas utama memfasilitasi pembelajaran setiap tindakan guru harus berdasarkan
keputusan pedagogis, didasari teori belajar dan pembelajaran mutakhir, teori perkembangan

63
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan
Volume 03 Number 01 2019
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt

peserta didik dan teori-teori lain yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA
Crow Lester D. Crow Alice. 1963. Education Psycology. American Book Company. New
York.

Depdiknas (2004). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Grafindo.

Martinis Yamin. 2008. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Jakarta Putra
Grafika

Djumiran, dkk.2009. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan


Nasional.

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung: Rosda.

Paul Suparno. 2004. Guru Demokratis: di Era Reformasi pendidikan, Jakarta:


Gramedia Widiasarana.

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki
Millenium III. Yogyakarta : Adi Cita.

Sugiyono.2018. Metode Penelitian Manajemeb Pendekatan: kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi


(Mixed Methods), Penelitian Tidakan (Action Research), dan Penelitian Evaluasi.
Bandung: Alfabeta.

Syaiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Alfabeta.
.
Slmalddino, dkk. 2012. Instructional Technology and Media For Leaning. 11Th edition. United
State of America: Pearson

The Thailand Education Reform Project (2002) Teacher Development For Quality Learning.
Brisbane: Office Commecial Service Quaeensland University of Technologi

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen,
Bandung: Penerbit Fokus Media.

64

Anda mungkin juga menyukai