Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ORIENTASI BARU PERENCANAAN


PENDIDIKAN
PERENCANAAN STRATEGIS SPESIFIKASI
TUJUAN PERENCANAAN

Dipresentasikan Pada seminar kelas Mata Kuliah

ORIENTASI BARU PERENCANAAN PENDIDIKAN

Pada Program Magister (S2) Teknologi Pendidikan

Oleh :

NURLINA

06032682327006

Dosen Pengasuh :
 Prof.Dr.Sri Sumarni, M.Pd
 Dr. Riswan Jaenudin., M.Pd
 Dr.Erna Retna Safitri , M.Pd
 Dr. Santi Oktarina.,M.Si

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu!

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Orientasi Baru Perencanaan Pendidikan dengan
judul Perencanaan Strategis Spesifikasi Tujuan Perencanaaan tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam juga semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sang manajer
sejati Islam yang selalu memberikan cahayanya dalam sejarah hingga saat ini.

Dalam proses pembuatan makalah ini, tentunya tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis selama ini. Tentunya
makalah ini, masih jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari itu penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga kiranya makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Amiin Yaa Robbal „Aalamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu!

Palembang, 1 September 2023

Penulis

Nurlina

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan strategis spesifikasi tujuan perencanaan dikenal dengan perencanaan jangka


panjang. Strategis adalah konfigurasi tentang hasil yang ingin dicapai di masa depan
(Murdick R., 1983). Perencanaan strategis adalah proses menentukan sasaran utama,
kebijaksanaan tentang mengadakan dan menggunakan berbagai sumber dan strategis dalam
mengatur sumber pengadaan dan penyalahgunaannya agar tujuan dapat tercapai (Johnson,
Kast and Rosenzweig, 1963). Beberapa bentuk konfigurasi adalah sebagai berikut:
• Ruang lingkup Ruang lingkup pendidikan mencakup jumlah hasil pendidikan,
berbagai hasil pendidikan yang diinginkan, pasaran pendidikan, pengguna hasil pendidikan
dan karakteristik yang ditetapkan sebagai hasil dari pendidikan.
• Hasil persaingan Produktivitas pendidikan yang berhubungan dengan pengelolaan
yang spesifik, posisi suplai, dan kapasitas dalam memberikan tanggapan terhadap gerak
perubahan.
• Target Spesifikasi berbagai target yang menekankan pada pernyataan kuantitatif
dari berbagai tujuan, investasi, profitabilitas, dan memperkirakan risiko atau berbagai faktor
lainnya.
• Penataan berbagai sumber Menentukan berbagai sumber pendidikan berkaitan
dengan faktor geografi, penempatan pengembangan sumber daya kependidikan, dan
kemungkinan perubahan yang berkaitandengan sistem nilai.
Sistem nilai mengarah pada gagasan:
a. konsep dan berbagai praktik kependidikan.
b. Perencanaan koordinatif Perencanaan koordinatif bertujuan untuk memberikan arahan
selama melaksanakan perencanaan pendidikan sehingga pencapaian tujuan dapat terlaksana
secara efisien dan efektif.
c. Perencanaan operasional Perencanaan operasional berfokus melaksanakan rencana
strategis di lapangan (Fattah, 2012).
Pelaksanaan setiap kegiatan dilakukan berdasarkan aturan, prosedur, dan ketentuan karena
melihat kondisi di lapangan secara langsung hal ini memungkinkan data bersifat kuantitatif
dan terukur. Umumnya digunakan dimensi uang.
Berdasarkan jangka waktunya (Somantri, 2014):
a. Perencanaan jangka pendek Perencanaan jangka pendek atau lebih dikenal sebagai rencana
operasional perencanaan adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang disusun dalam
kurun waktu kurang dari 5 tahun. Perencanaan jangka pendek adalah penjelasan dari
perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang.
b. Perencanaan jangka menengah Perencanaan jangka menengah merupakan uraian dari
rencana jangka panjang yang memiliki sifat operasional dalam durasi waktu di atas 5-10
tahun.
c. Perencanaan jangka panjang Perencanaan jangka panjang yang memiliki durasi waktu di
atas 10-25 tahun. Dalam perencanaan jangka panjang terdapat perencanaan jangka menengah
dan perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka

3
pendek bertugas untuk menyempurnakan perencanaan jangka panjang. Berbagai jenis
perencanaan di yang telah diuraikan sebelum memiliki kaitan satu sama lain sebagai contoh
dalam jangka pendek perencanaan operasional meliputi perencanaan meso, makro, dan
mikro. Perencanaan jangka panjangberhubungan dengan perencanaan strategi dan
perencanaan makro. Perencanaan jangka pendek berhubungan dengan perencanaan
operasional dan perencanaan mikro (Pidarta, 1988).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan makalah ini, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang di maksud perencanaan strategis spesifikasi tujuan perencanaan ?
2. Bagaimana bentuk perencanaan stregis dalam pendidikan ?

4
BAB II

PEMBAHASAN
Definisi Perencanaan Pendidikan

Definisi tentang perencanaan pendidikan menurut beberapa ahli adalah sebagai


berikut:
1. Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan
seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepada
pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan
yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara (Yusuf Enoch
dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
2. Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan
dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan
yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara
sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidangbidang itu sendiri maupun
dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis
kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016)
3. Perencanaan pendidikan adalah suatu proses berpikir yang mendalam,
menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan hal-hal yang dapat digunakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau dapat pula dikatakan bahwa perencanaan
pendidikan adalah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk mencapai
tujuan dalam bidang pendidikan (Sanjaya, 2015) Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah sebuah proses penyusunan serangkaian
kebijakan pendidikan dalam mengendalikan masa depan di bidang pendidikan sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan.
Paradigma Universal Pembangunan Pendidikan Sekolah Dasar Penyelenggaraan pendidikan
sekolah dasar sebagai bagian dari penyelenggaraan pendidikan, didasarkan pada beberapa
paradigma universal yang perlu diperhatikansebagai berikut:

1. Pendidikan sebagai Suatu Gerakan Pemerintah bertanggung jawab menyelenggarakan


pendidikan sekolah dasar yang sebaik-baiknya bagi semua warga negara. Namun, semua pihak dapat
memberi kontribusi dalam penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar agar hasilnya optimal.
Penyelenggaraan sekolah dasar harus disikapi sebagai suatu gerakan wajib belajar yang menjadi
tanggungjawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
2. Pendidikan Menghasilkan Pembelajar Penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar harus
memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik menjadi subjek pembelajar mandiri

5
yang bertanggung jawab, kreatif dan inovatif. Penyelenggaraan pendidikan jenjang sekolah dasar
diupayakan menghasilkan insan pembelajar yang memiliki kemauan dan kemampuan belajar yang
tinggi. Pembelajar hendaknya memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung dan nilai sikap
yang baik, sehingga diharapkan mampu menyesuaikan diri dan merespons tantangan baru dengan
baik.
3. Sekolah Dasar yang Menyenangkan Sekolah Dasar sebagai satuan pendidikan
merupakan suatu ekosistem pendidikan dasar, sebagai tempat interaksi antara peserta didik, guru,
tenaga kependidikan, dan lingkungan. Sekolah dasar harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi
warga sekolah, baik siswa, guru, tenaga pendidik, maupun orangtua siswa.
4. Pemberdayaan Manusia Seutuhnya Memperlakukan peserta didik sekolah dasar
sebagai subjek merupakan penghargaan terhadap peserta didik sebagai manusia yang utuh. Peserta
didik memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan
intelektual, spiritual, sosial, dan kinestetik. Paradigma ini merupakanfondasi dari pendidikan sekolah
dasar yang menyiapkan peserta didik untuk berhasil sebagai pribadi yang mandiri (makhluk individu),
sebagai elemen dari sistem sosial yang saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain (makhluk
sosial) dan sebagai pemimpin bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di muka bumi (makhluk
Tuhan).
5. Pembelajaran Sepanjang Hayat Berpusat pada Peserta Didik Pembelajaran merupakan
proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir hingga akhir hayat yang
diselenggarakan secara terbuka dan multimakna. Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung secara
terbuka melalui jalur formal, nonformal, dan informal yang dapat diakses oleh peserta didik setiap
saat, tidak dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu. Pembelajaran dengan sistem terbuka
diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur
pendidikan (multi entry-multi exit system). Pendidikan multimakna diselenggarakan dengan
berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan akhlak mulia, budi perkerti luhur,
dan watak, kepribadian, atau karakter unggul, serta berbagai kecakapan hidup (life skills). Paradigma
ini memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik menjadi subjek pembelajar mandiri
yang bertanggung jawab, kreatif, inovatif, sportif, dan berkewirausahaan. Dalam konteks ini
pembelajaran di sekolah dasar perlu menerapkan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM).
6. Pendidikan untuk Semua Pendidikan, minimal pada tingkat pendidikan dasar, adalah
bagian dari hak asasi manusia dan hak setiap warga negara yang usaha pemenuhannya harus
direncanakan dan dijalankan dengan sebaik mungkin. Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan
pendidikan dasar yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil
pembangunan dan sekaligus menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk
mendukung keberlangsungan pembangunanbangsa. Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar
sebagai pemenuhan hak asasi manusia telah menjadi komitmen global. Oleh karena itu, program
pendidikan untuk semua yang inklusif diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan
informal dengan sistem pendidikan terbuka dan demokratis serta berkesetaraan gender agar dapat
menjangkau mereka yang berdomisili di tempat terpencil serta mereka yang mempunyai kendala
ekonomi dan sosial. Paradigma ini menjamin keberpihakan kepada peserta didik disekolah dasar
yang memiliki hambatan fisik ataupun mental, hambatan ekonomi dan sosial, ataupun kendala
geografis, yaitu layanan pendidikan untuk menjangkau mereka yang tidak terjangkau oleh pendidikan
formal. Keberpihakan diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan sekolah khusus, pendidikan
layanan khusus, ataupun pendidikan nonformal dan informal, pendidikan dengan sistem guru

6
kunjung, pendidikan jarak jauh, dan bentuk pendidikan khusus lain yang sejenis sehingga menjamin
terselenggaranya pendidikan yang demokratis, merata, dan berkeadilan serta berkesetaraan gender.
7. Pendidikan untuk Perkembangan, Pengembangan, dan/atau Pembangunan
Berkelanjutan. Pendidikan menghasilkan manusia berakhlak mulia yang menjadi rahmat bagi
semesta alam. Manusia seperti itu memenuhi kebutuhannya dengan memerhatikan kebutuhan
generasi saat ini dan generasi-generasi yang akan datang (keberlanjutan intergenerasional).
Paradigma ini mengajak manusia untuk berpikir tentang keberlanjutan planet bumi dan
keberlanjutan keseluruhan alam semesta. Pendidikan harus menumbuhkan pemahaman tentang
pentingnya keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem, yaitu pemahaman bahwa manusia adalah
bagian dari ekosistem. Pendidikan sekolah dasar harus memberikan pemahaman tentang membaca,
menulis, dan berhitung serta nilai-nilai tanggung jawab sosial dan natural untuk memberikan
gambaran pada peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari sistem sosial yang harus bersinergi
dengan manusia lain dan bagian dari sistem alam yang harus bersinergi dengan alam beserta seluruh
isinya. Dengan nilai-nilai itu maka akan muncul pemahaman kritis tentang lingkungan (sosial dan
alam) dan semua bentuk intervensi terhadap lingkungan, yang baik dan yang buruk, termasuk
pembangunan.
8. Pendidikan Sebagai Pranata Pembentukan Karakter Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keberhasilan seorang anak dalam kehidupan ditentukan oleh faktor emotional quetient dan spiritual
quotient. Sementara itu, faktor intelektual hanya menyumbang sedikit bagi keberhasilan hidup
seseorang. Dengan demikian seyogyanya pendidikan di sekolah dasar merupakan suatu proses
komprehensif yang bisa membentuk anak unggul secara intelektual juga unggul dalam mental dan
spiritual. Sebagai suatu proses yang komprehensif, pendidikan di sekolah dasar harus
mengintegrasikan ilmu pengetahuan, budi pekerti, kreativitas, dan inovasi dalam suatu kesatuan
sehingga mampu mengeksplorasi seluruh potensi peserta didik berupa kekuatan batin, karakter,
intelektual, dan fisik
Gambar 1 memperlihatkan bahwa dalam konsep pendidikan holistik, bobot basis karakter
merupakan bobot terbesar dalam pembelajaran tahap awal. Makin tinggijenjang pendidikan bobot
pengetahuan dan keterampilan makin besar. Proses pendidikan tersebut dilaksanakan melalui proses
eksplorasi, penguatan dan pemberdayaan. Dengan demikian penerapan pembentukan karakter
(Jujur, Taat Beribadah, Sopan Santun, Disiplin, Minat Membaca, Rajin Belajar, Gerakan yang dilakukan
Bersama-sama, dll) di sekolah dasar merupakan hal yang sangat strategis.

Gambar 1 Pendidikan Karakter sebagai landasan pembentukan insan Indonesia cerdas dan
kompetitif

7
Jenis Perencanaan Pendidikan
Beberapa jenis perencanaan pendidikan adalah sebagai berikut (Fattah, 2012):

1. Berdasarkan besarnya
a. Perencanaan makro Pemerintah pusat, atau kelompok tertentu yang dipilih
pemerintah pusat yang bertugas menyusun perencanaan makro (Pidarta, 1988). Beberapa
syarat yang harus dimiliki dalam melakukan fungsi perencanaan makro adalah sebagai
berikut:
• Tujuan pendidikan nasional disusun dengan jelas dan diuraikan secara spesifik
menjadi beberapa tujuan.
• Pemerintah berperan penting dalam mengembalikan keputusan dan membuat
prosedur kerja yang efektif.
• Menggunakan sektor yang ada dalam memobilisasi berbagai sumber pembiayaan.
• Menyusun prioritas berdasarkan tingkat, bentuk, dan jenis pendidikan.
• Menyediakan alokasi biaya berdasarkan prioritas yang sudah ditentukan.
• Melaksanakan penilaian yang berkelanjutan dan merevisi program berdasarkan
penilaian tersebut.
• Mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan dalam melaksanakan
pendidikan.
b. Perencanaan meso
Perencanaan meso adalah perencanaan yang meliputi wilayah pendidikan tertentu
sebagai contoh sebuah provinsi dan perencanaan meso terjadi akibat perbedaan situasi dan
kondisi di suatu daerah (Pidarta, 1988). Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan mengajak seluruh perguruan tinggi di daerah tersebut untuk ikut terlibat dalam
menyusun perencanaan meso untuk pendidikan menengah dan dasar dan perguruan tinggi
c. Perencanaan mikro
Perencanaan mikro adalah bagian dari perencanaan meso pada tingkat institusional.
Lembaga institusional memiliki hak khusus dan sejalan perencanaan makro dan meso.
Misalnya: kegiatan dalam proses belajar mengajar.

2. Berdasarkan tingkatannya
a. Perencanaan strategis
Perencanaan strategis dikenal dengan perencanaan jangka panjang.
Strategis adalah konfigurasi tentang hasil yang ingin dicapai di masa depan (Murdick
R., 1983). Perencanaan strategis adalah proses menentukan sasaran utama, kebijaksanaan
tentang mengadakan dan menggunakan berbagai sumber dan strategis dalam mengatur
sumber pengadaan dan penyalahgunaannya agar tujuan dapat tercapai (Johnson, Kast and
Rosenzweig, 1963).
Beberapa bentuk konfigurasi adalah sebagai berikut:
• Ruang lingkup Ruang lingkup pendidikan mencakup jumlah hasil pendidikan,
berbagai hasil pendidikan yang diinginkan, pasaran pendidikan, pengguna hasil pendidikan
dan karakteristik yang ditetapkan sebagai hasil dari pendidikan.

8
• Hasil persaingan Produktivitas pendidikan yang berhubungan dengan pengelolaan
yang spesifik, posisi suplai, dan kapasitas dalam memberikan tanggapan terhadap gerak
perubahan.
• Target Spesifikasi berbagai target yang menekankan pada pernyataan kuantitatif dari
berbagai tujuan, investasi, profitabilitas, dan memperkirakan risiko atau berbagai faktor
lainnya.
• Penataan berbagai sumber Menentukan berbagai sumber pendidikan berkaitan
dengan faktor geografi, penempatan pengembangan sumber daya kependidikan, dan
kemungkinan perubahan yang berkaitan dengan sistem nilai. Sistem nilai mengarah pada
gagasan, konsep dan berbagai praktik kependidikan.
Perencanaan koordinatif
Perencanaan koordinatif bertujuan untuk memberikan arahan selama melaksanakan
perencanaan pendidikan sehingga pencapaian tujuan dapat terlaksana secara efisien dan
efektif.
Perencanaan operasional
Perencanaan operasional berfokus melaksanakan rencana strategis di lapangan (Fattah,
2012). Pelaksanaan setiap kegiatan dilakukan berdasarkan aturan, prosedur, dan ketentuan
karena melihat kondisi di lapangan secara langsung hal ini memungkinkan data bersifat
kuantitatif dan terukur. Umumnya digunakan dimensi uang.
3. Berdasarkan jangka waktunya (Somantri, 2014):
a. Perencanaan jangka pendek.
Perencanaan jangka pendek atau lebih dikenal sebagai rencana operasional perencanaan
adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang disusun dalam kurun waktu kurang dari 5
tahun. Perencanaan jangka pendek adalah penjelasan dari perencanaan jangka menengah dan
perencanaan jangka panjang.
b. Perencanaan jangka menengah Perencanaan jangka menengah merupakan uraian dari
rencana jangka panjang yang memiliki sifat operasional dalam durasi waktu di atas 5-10
tahun.
c. Perencanaan jangka panjang Perencanaan jangka panjang yang memiliki durasi waktu di
atas 10-25 tahun.
Dalam perencanaan jangka panjang terdapat perencanaan jangka menengah dan perencanaan
jangka pendek. Perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek bertugas
untuk menyempurnakan perencanaan jangka panjang. Berbagai jenis perencanaan di yang
telah diuraikan sebelum memiliki kaitan satu sama lain sebagai contoh dalam jangka pendek
perencanaan operasional meliputi perencanaan meso, makro, dan mikro. Perencanaan jangka
panjangberhubungan dengan perencanaan strategi dan perencanaan makro. Perencanaan
jangka pendek berhubungan dengan perencanaan operasional dan perencanaan mikro
(Pidarta, 1988).

Bentuk Perencanaan Pendidikan


Berbagai bentuk perencanaan pendidikan adalah sebagai berikut (Hamalik, 1985):
1. Perencanaan jangka panjang.
Perencanaan adalah pemeliharaan dan pengembangan sudut pandang yang berkaitan
dengan konsep menyeluruh tentang pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Guru

9
harus mempunyai keahlian dalam membangun unit pembelajaran dan unit sumber organisasi
pendidikan.
2. Perencanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran harus adaptif, fleksibel dan terarah pada kegiatan
pembelajaran sehari-hari di kelas.
3. Unit pembelajaran.
Unit pembelajaran atau disebut juga satuan pembelajaran.
Siswa berkesempatan untuk ikut serta dalam perencanaan pendidikan agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Berbagai bentuk perencanaan pendidikan dari konteks Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) atau Kelembagaan adalah sebagai berikut (Somantri, 2014):
1. Perencanaan Pendidikan Nasional Berbagai perencanaan pendidikan provinsi
digabungkan membentuk perencanaan pembangunan pendidikan nasional.
2. Perencanaan Pendidikan Provinsi Berbagai perencanaan pendidikan kabupaten atau
kota atau kecamatan digabungkan membentuk perencanaan pembangunan pendidikan
provinsi.
Perencanaan Pendidikan Kabupaten atau Kota atau Kecamatan Rencana
pembangunan pendidikan kabupaten atau kota adalah gabungan dari perencanaan
pengembangan berbagai satuan pendidikan.
Perencanaan Satuan Pendidikan atau Perencanaan Berbagai bentuk
perencanaan pendidikan dari segi pendekatannya adalah sebagai berikut (Somantri,
2014):
1. Perencanaan terintegrasi.
Perencanaan terintegrasi adalah suatu sistem perencanaan menyeluruh dari berbagai
aspek pendidikan dalam pembangunan nasional. Perencanaan terintegrasi di bidang
pendidikan bermakna bahwa pembangunan pendidikan adalah penerapan konsep
pembangunan yang terintegrasi dengan pembangunan nasional di semua bidang.
Pembangunan pendidikan berkaitan dengan program pembangunan teknologi,
ketenagakerjaan, transportasi, industri, lingkungan geografis, lingkungan sosial budaya,
ekonomi dan keuangan.
2. Perencanaan pendidikan komprehensif
Perencanaan pendidikan komprehensif ialah perencanaan pendidikan yang
membentuk kesatuan yang utuh, sistematis, dan menyeluruh dalam merencanakan,
menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan di wilayah tertentu, yang mencakup
merencanakan dan mengembangkan pendidikan dasar, pendidikan anak usia dini, pendidikan
tinggi dan pendidikan menengah. Pengembangan dan Perencanaan pendidikan berhubungan
dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, substansi kesiswaan, sarana dan prasarana,
kurikulum, isi/kurikulum, biaya, metode, mutu kelembagaan pendidikan dan kependudukan.

3. Perencanaan strategis
Perencanaan strategis ialah perencanaan yang dibuat menggunakan skala prioritas
dengan mengatur dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada secara cermat dan
efisien. Perencanaan strategis di bidang pendidikan memprioritaskan pembangunan
danpenyelenggaraan pendidikan. Misalnya, pendidikan dasar merupakan prioritas pendidikan
di mana biaya pendidikan yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan dasar cukup

10
besar. Hal ini karena mutu pendidikan dasar masih belum memuaskan sedangkan pendidikan
dasar adalah fondasi dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Setiap
warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar dan menengah (SMP) hal ini
ditunjukkan dengan adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun dan kebijakan pembebasan biaya
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di sekolah negeri. Jika
pembangunan dan penyelenggaraan pendidikan dasar telah tercapai, maka pemerintah akan
berfokus pada peningkatan dan perluasan mutu pendidikan menengah atas.
4. Perencanaan operasional
yang mencakup kegiatan pengembangan dari perencanaan strategis. Perencanaan
operasional adalah uraian dari perencanaan strategis. Perencanaan yang menguraikan secara
detail mengenai (who) siapa yang melakukan, (what) apa yang harus dilakukan, (when)
kapan hal itu akan dilakukan, (where) di mana akan dilakukan, dan (how) bagaimana
melakukannya. Sebuah dokumen disusun dalam bentuk program kerja dalam upaya
mewujudkan perencanaan operasional. Dokumen ini akan digunakan sebagai panduan bagi
setiap orang dalam melakukan program kerja. Perencanaan operasional di sekolah disusun
dalam bentuk agenda akademik sekolah, program kerja sekolah, jadwal pembelajaran, dan
lain-lain (Somantri, 2014).
Tahap-tahap Penyusunan Rencana Strategis Proses penyusunan rencana strategis
pendidikan dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) diagnosis, (2) perencanaan, dan (3)
penyusunan dokumen rencana. Tahap diagnosis dimulai dengan pengumpulan berbagai
informasi perencanaan sebagai bahan kajian. Kajian lingkungan internal bertujuan untuk
memahami kekuatan-kekuatan (strengths) dan kelemahankelemahan (weakness) dalam
pengelolaan pendidikan. Sementara kajian lingkungan eksternal bertujuan untuk mengungkap
peluang-peluang (opportunities) dan tantangan-tantangan (threats) dalam penyelenggaraan
pendidikan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

11
Perencanaan strategis spesifikasi tujuan perencanaan dikenal dengan perencanaan
jangka panjang. Strategis adalah konfigurasi tentang hasil yang ingin dicapai di masa depan
(Murdick R., 1983). Perencanaan strategis adalah proses menentukan sasaran utama,
kebijaksanaan tentang mengadakan dan menggunakan berbagai sumber dan strategis dalam
mengatur sumber pengadaan dan penyalahgunaannya agar tujuan dapat tercapai (Johnson,
Kast and Rosenzweig, 1963).
Perencanaan strategis ialah perencanaan yang dibuat menggunakan skala prioritas
dengan mengatur dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada secara cermat dan
efisien. Perencanaan strategis di bidang pendidikan memprioritaskan pembangunan
danpenyelenggaraan pendidikan. Misalnya, pendidikan dasar merupakan prioritas pendidikan
di mana biaya pendidikan yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan dasar cukup
besar. Hal ini karena mutu pendidikan dasar masih belum memuaskan sedangkan pendidikan
dasar adalah fondasi dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Setiap
warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar dan menengah (SMP) hal ini
ditunjukkan dengan adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun dan kebijakan pembebasan biaya
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di sekolah negeri. Jika
pembangunan dan penyelenggaraan pendidikan dasar telah tercapai, maka pemerintah akan
berfokus pada peningkatan dan perluasan mutu pendidikan menengah atas.

Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SD Tahun 2015—2019 merupakan


kesinambungan dari Renstra Direktorat Pembinaan SD Tahun 2010—2014. Penyusunan
Renstra Direktorat Pembinaan SD Tahun 2015—2019 dilakukan melalui berbagai tahapan,
antara lain mengidentifikasi, verifikasi, menganalisis data, termasuk koordinasi dengan unit
kerja di lingkup Direktorat, dan partisipasi seluruh pejabat di lingkungan Direktorat
Pembinaan SD. Renstra ini juga telah mengakomodasi semua tugas dan fungsi Direktorat
Pembinaan SD sesuai dengan Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

12

Anda mungkin juga menyukai