Konsep Dasar, Konsep Non Farmakologi, Dan Pico
Konsep Dasar, Konsep Non Farmakologi, Dan Pico
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata
artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari
luar. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) (Azizah et al., 2014). Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau
penciuman.(Yusuf et al., 2015).
Klasifikasi Halusinasi
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan,
kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatanotak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi
yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini
Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) dalam (Azizah et al., 2014) faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresso
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala halusinasi penting perlu diketahui (Azizah et al., 2014)
antara lain:
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis da terciptanya
hubungan sosial yang harmonis. Rentang respons yang paling maladaptif adalah adanya
waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang
respons neorobiologi.(Yusuf et al., 2015)
Adaptif Maladaptif
Keterangan Gambar:
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
b. Respon psikososial meliputi:
1. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2. ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapanyang benar-
benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3. Emosi berlebihan atau berkurang.
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun responmaladaptif
meliputi:
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankanwalaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataansosial.
2. Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternalyang tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.
Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara
merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
Sp1 keluarga:
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam rawat pasien.
2. Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala halusinasi dsn jenis halusinasi yang di alami
pasien beserta proses terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi.
Sp 2 Keluarga:
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan halusinasi.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien halusinasi
SP 3 Keluarga:
1. Membantu keluarga membuat jadwal kegiatan aktifitas dirumah termasuk minum obat.
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
Ada dua jenis musik, yaitu musik "acid" (asam) dan musik "alkaline" (basa).
Musik penghasil acid adalah musik hard rock yang dapat membuat orang marah,
bingung, kaget, dan penuh perhatian contohnya musik hard rock dan rapp. Musik
Alkaline adalah musik klasik yang lembut, yang dapat membuat orang rileks dan
tenang seperti halnya musik klasik. Musik klasik Mozart dapat meningkatkan
konsentrasi, daya ingat, dan rasa ruang. Dalam gelombang otak, gelombang alfa
mewakili perasaan tenang dan kesadaran, dan rentang gelombangnya adalah 8-13 Hz.
Semakin lambat gelombang otak, semakin rileks, puas dan damai yang dirasakan,
namun jika seseorang melamun atau merasa dalam keadaan gelisah atau kurang
perhatian secara emosional, maka teknik musik klasik dapat membantu meningkatkan
kesadaran dan meningkatkan kesejahteraan organisasi Psikologis seseorang dengan 15
menit (Damayanti, Jumaini, & Utami, 2014).
Adapun tujuan dari terapi musik adalah memberikan rasa tenang, membantu
mengendalikan emosi, memberikan relaksasi pada tubuh dan pikiran penderita,
sehingga berpengaruh terhadap pengembangan diri, dan menyembuhkan gangguan
psikososialnya (G. Purnama et al., 2016)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam terapi musik menurut (Suryana, 2012)
adalah sebagai berikut :
2. Usahakan klien untuk tidak menganalisa musik, dengan prinsip nikmati musik ke
mana pun musik membawa
3. Gunakan jenis musik sesuai dengan kesukaan klien terutama yang berirama
lembut dan teratur. Upayakan untuk tidak menggunakan jenis musik rock and roll,
disco, metal dan sejenisnya. Karena jenis musik tersebut mempunyai karakter
berlawanan dengan irama jantung manusia.
Daftar Pustaka
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2014). Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Damayanti, R., Jumaini, & Utami, S. (2014). Efekifitas Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Dengar Di Rsj Tampan
Provinsi Riau. Jom Psik Vol. 1, 1.
Direja, S. H. A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Djunaedi & Yitnarmuti.(2008). Psikoterapi Gangguan Jiwa. Jakarta: Pt. Buana Ilmu Populer.
Eka, N. M., & Sapria, E. N. (2019). Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Dan Terapi Religius Terhadap Frekuensi Halusinasi. Jurnal Prima Stiker
Mataram , 47.
Fani, J., Nasrul, & Aminuddin. (2016). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (Tak)
Halusinasi Terhadap Kemajuan Perawatan Pada Pasien Halusinasi Di Ruangan
Manggis Rumah Sakit Daerah Madani Palu. Jurnal Kesehatan Prima, 1718-1719.
Gasril, P., Suryani, S., And Sasmita, S. (2020). Pengaruh Terapi Psikoreligious: Dzikir
Dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Yang Muslim Di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi
20(3): 821.
Keliat, B, A., Akemat, Helena, N. & Nurhaeni, H. (2010). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas. Jakarta: Egc.
Murdiyanti, D., & Nuril, R. (2019). Terapi Komplementer Konsep Dan Aplikasi Dalam
Keperawatan. Yogyakarta: Pt. Pustaka Baru.
Nasir, A. Dan Muhith, A. (2011).Dasar Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar Dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Suheri, S., & Mamnu’Ah, M. A. (2014). Pengaruh Tindakan Generalis Halusinasi Terhadap
Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia Di Rs Jiwa Grhasia Pemda
Diy(Doctoral Dissertation, Stikes'Aisyiyah Yogyakarta).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Judul KIA:
Penerapan Terapi Psikoreligius: Zikir dan Murottal Al-Fatihah guna mengurangi Tanda dan Gejala Pada Pasien dengan Gangguan
Persepsi Sensori
PICO
Afriyanti, Sahlan, A., & Isma Sundari, R. (2022). Intervensi Terapi Berdizikir pada Kasus
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran. Indogenius, 1(3), 133–138.
https://doi.org/10.56359/igj.v1i3.84
Agung, R., Handodo, F. ., & Baitus, S. (2022). Pengaruh Terapi Murattal Al-Quran terhadap
Tingkat Skala Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia. Ilmu Keperawatan
(Journal of Nursing Sciences), 11, 90–105.
Akbar, M. A. A., Hasanah, U., & Utami, I. T. (2022). Penerapan Terapi Psikoreligius Dzikir
Pada Pasien Halusinasi Pendengaran. Jurnal Cendikia Muda, 2(1), 180–197.
Fashihah, A., Mardiana, N., & Fitri, N. (2023). Pengaruh Terapi Dzikir Dengan Jari Untuk
Mengontrol Halusinasi Pasien Skizofrenia. Jurnal Penelitian Perawat Profesional,
4(November), 1377–1386.
Jayanti, S. W., & Mubin, M. F. (2021). Pengaruh Teknik Kombinasi Menghardik Dengan Zikir
Terhadap Penurunan Halusinasi. Ners Muda, 2(1), 43.
https://doi.org/10.26714/nm.v2i1.6227
Latifah, Arindari, D. R., & Wati, R. N. L. (2022). Pengaruh Terapi Audio Murottal Al-Quran
(Surah Al-Fatihah) Terhadap Skor Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia. Riset Media
Keperawatan, 5(2), 60–66.
Mardiati, S., Elita, V., & Sabrian, F. (2018). Pengaruh Terapi Psikoreligius: Membaca Al Fatihah
Terhadap Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia. Jurnal Ners Indonesia, 9(1), 110.
https://doi.org/10.31258/jni.8.2.110-123
Muhchin, P., Prasetyo, A., Gati, N. W., & Rekno, W. (2023). Penerapan Terapi Dzikir Dalam
Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia RSJD DR. RM.
Soedjarwadi Klaten Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kesehatan, 132–141.
Munawaroh, M., Susilowati, T., & Reknoningsih, W. (2023). Penerapan Terapi Murattal Al- Qur
’ an Terhadap Tingkat Skala Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di RSJD Dr .
RM . Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(3), 442–448.
https://doi.org/10.54259/sehatrakyat.v2i3.1963
Sari, D. L. P., Fitri, N. L., & Hasanah, U. (2022). Penerapan Terapi Spiritual : Dzikir Terhadap
Tanda Gejala Halusinasi Pendengaran. Jurnal Cendikia Muda, 2(2807–3649), 138.