Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah biokimia

Tugas Kelompok :

Abdul Chalim Mudzakir 2211E2015


Ayu Kartini 2211E2025
Pepi Susilawati 2211E2002
Puspa Dwiyanti 2211E2018
Yudisthira Puspitasari 2211E2101

C NON REGULER

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG


DIII ANALIS KESEHATAN
2022
UJI BENNEDICT

A. Dasar Teori
Uji Benedict, yang ditemukan oleh seorang ahli kimia bernama Stanley Rossiter Benedict
pada awal abad ke-20, adalah salah satu metode yang umum digunakan untuk
mengidentifikasi karbohidrat pereduksi dalam sampel. Uji ini berdasarkan reaksi redoks
antara karbohidrat pereduksi dan tembaga(II) sulfat (CuSO4) dalam suasana basa.
Jika karbohidrat pereduksi hadir dalam sampel, endapan Cu2O yang berwarna merah bata
atau kuning kehijauan akan terbentuk. Intensitas warna endapan dapat memberikan petunjuk
kasar mengenai konsentrasi karbohidrat dalam sampel. Semakin kuat warna merah bata,
semakin tinggi konsentrasi karbohidrat dalam sampel.
Namun, uji Benedict hanya dapat mendeteksi karbohidrat pereduksi dan tidak dapat
mengidentifikasi jenis karbohidrat secara spesifik. Oleh karena itu, tes tambahan seperti tes
kualitatif atau kuantitatif menggunakan reagen atau metode lainnya mungkin diperlukan
untuk identifikasi yang lebih rinci.
Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom
Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen clan oksigen dalam
komposisi menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa
asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat
diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari, terutama sumber bahan makan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Hutagalung, 2004)
Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot
dan hati dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai di dalam susu. Pada tumbuh-
tumbuhan, karbohidrat di bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O melalui proses foto sintese
di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang mengandung hijau daun (klorofil). Matahari
merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak
akan dijumpai (Hutagalung, 2004).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi.
Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa
dan maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa
bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa
akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil
positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan
menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan
17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak
1 liter.
Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan,
sampel karbohidrat (Dekstrin, Amilum, Glukosa, Laktosa, dan Maltosa) dilarutkan dalam
air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10
menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa),
hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi).
Dari hasil pengamatan, laktosa, fruktosa, dan maltosa mengalami perubahan menjadi
endapan merah bata yang disebabkan oleh larutan benedict yang terdiri dari tembaga sulfat
(CuSO4). Bahwa pada ketiga sampel tersebut mengalami oksidasi dan mampu mereduksi
senyawa yaitu melepaskan O2 sehingga terbentuk tembaga oksida (Cu2O) yang kita lihat
sebagai endapan merah bata. Sukrosa (gula pasir) dan galakosa tidak terdeteksi oleh pereaksi
Benedict. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa bukanlah gula pereduksi dan tidak
mempunyai gugus OH bebas yang reaktif karena keduanya saling terikat, sedangkan laktosa
mempunyai OH bebas (Winarno, 1997). Sementara itu, gula yang merupakan pereduksi
terkust adalah maltosa karena endapan yang terbentuk warna merah kecoklatan.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

B. Tujuan Pemeriksaan
1. Mendeteksi keberadaan karbohidrat pereduksi: Uji Benedict digunakan untuk
mengidentifikasi apakah suatu sampel mengandung karbohidrat pereduksi, seperti
glukosa, fruktosa, atau galaktosa. Keberadaan karbohidrat pereduksi dalam sampel dapat
memberikan petunjuk adanya gangguan metabolisme karbohidrat atau penyakit seperti
diabetes melitus.
2. Mengukur konsentrasi karbohidrat: Intensitas warna endapan Cu2O yang terbentuk
dalam uji Benedict dapat memberikan perkiraan kasar mengenai konsentrasi karbohidrat
dalam sampel. Semakin kuat warna merah bata, semakin tinggi konsentrasi karbohidrat
dalam sampel. Namun, uji ini tidak memberikan hasil yang tepat secara kuantitatif,
sehingga tes tambahan yang lebih akurat mungkin diperlukan.
3. Penggunaan dalam penelitian dan pendidikan: Uji Benedict juga digunakan dalam
penelitian dan pendidikan sebagai alat untuk mempelajari reaksi redoks yang melibatkan
karbohidrat dan gula pereduksi. Uji ini membantu memahami sifat dan aktivitas
karbohidrat dalam reaksi kimia.

C. PRINSIP PEMERIKSAAN
1. Persiapan larutan: Larutan uji diperoleh dengan mencampurkan sampel yang
mengandung karbohidrat dengan larutan Benedict yang terdiri dari tembaga(II) sulfat,
natrium sitrat, dan natrium karbonat. Larutan Benedict biasanya berwarna biru.
2. Pemanasan: Larutan uji dipanaskan dalam air mandi atau menggunakan pemanas
langsung. Pemanasan menyebabkan karbohidrat pereduksi dalam sampel mengurangi ion
tembaga(II) menjadi tembaga(I). Reaksi redoks ini menghasilkan pembentukan endapan
tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah bata.
3. Pengamatan hasil: Setelah pemanasan, hasil dari uji Benedict diamati. Jika karbohidrat
pereduksi hadir dalam sampel, larutan uji akan berubah warna menjadi merah bata atau
kuning kehijauan, menunjukkan pembentukan Cu2O. Jumlah gula yang hadir dapat
diperkirakan berdasarkan intensitas warna endapan.
Hasil uji Benedict yang positif menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi dalam
sampel. Warna endapan Cu2O yang terbentuk dapat memberikan petunjuk mengenai
konsentrasi karbohidrat dalam sampel. Semakin intens warna merah bata, semakin tinggi
konsentrasi karbohidrat dalam sampel.

D. Pereaksi yang digunakan


17 g CuSO4 5 H2O, 100 g Na2CO3 anhidrat, 170 g natrium sitrat, dilarutkan dalam 1 L
Aquadest.

E. Prosedur Pemeriksaan
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung
3) Lampu spirtus
4) Penjepit tabung
5) Pipet tetes
b. Bahan
1) Reagen Bennedict
2) Dekstrin
3) Amilum
4) Glukosa
5) Laktosa
6) Maltosa
2. Cara Kerja
a. Di siapkan alat dan bahan .
b. Di teteskan reagen bennedict 15 tetes ke dalam 5 tabung reaksi.
c. Di berikan label pada masing-masing tabung.
d. Masukan 5 tetes sampel pada masing masing tabung sesuai dengan nama sampel.
e. Di panaskan sampel di atas nyala api sampai mendidih selama 2 menit.
f. Dinginkan sampel lalu baca hasil.

F. Hasil Pengamatan
Dari hasil praktikum uji benedict didapat hasil :
Amilum : Warna Hijau
Dekstrin : Warna Biru Kehijauan
Glukosa : Warna Merah Bata
Maltosa : Warna Hijau Kecoklatan
Laktosa : Warna Hijau

G. Gambar Hasil Pemeriksaan


UJI BARFOED

A. Dasar teori
Uji barfoed adalah uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan
monosakarida. Hal ini berdaasarkan pada reduksi tembaga (II) asetat menjadi tembaga (I).
Oksida (CU2O), yang membentuk endapan merah bata.
RCHO + 2Cu2+ + 2H2O → RCOOH + Cu2O ↓ + 4H
Dikasarida juga bisa senasib, tapi reaksinya jauh lebih lambat. Gugus aldehida dari
monosakarida yang biasanya membentuk hemiasetal siklikdiosidasi menjadi karboksilat.
Sejumlah zat lain termasuk natrium klorida, dapat mengganggu.

B. Tujuan
Untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida.

C. Prinsip reaksi
Ion Cu2+ dari pereaksi barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula
reduksi monosakarida daripada disakarida yang menghasilkan endapan Cu2O berwarna
merah bata.

D. Pereaksi yang diguanakan


13,3 g Cu asetat 1,9 ml asam asetat glasial dilarutkan dalam 200 ml aquadest.

E. Prosedur Pemeriksaan
1. Alat dan bahan
a. Alat
1) Tabung reaksi
2) Rak tabung reaksi
3) Penjepit tabung
4) Spirtus
5) Korek api
6) Label
7) Pipet tetes
b. Bahan
1) Reagen Bennedict
2) Dekstrin
3) Amilum
4) Glukosa
5) Laktosa
6) Maltosa
2. Prosedur
a. Di Siapkan Alat dan Bahan.
b. Di Teteskan Reagen Barfoed 10 tetes ke dalam 5 tabung reaksi.
c. Di berikan label pada masing masing tabung.
d. Masukan 5 tetes sampel pada masing masing tabung sesuai dengan nama sampel.
e. Kocok dan homogenkan
f. Di panaskan sampel diatas nyala api hingga mendidih selama 1 menit
g. Amati hasil
h. Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk endapan warna merah bata

F. Hasil pengamatan
Dari hasil pengamatan didapat hasil :
Amilum : Negatif
Dekstrin : Negatif
Glukosa : Terjadi endapan merah bata (Positif)
Maltosa : Negatif
Laktosa : Negatif

G. Gambar Hasil pemeriksaan

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpuljan bahwa pada uji barfoed tidak semua
sample positif mengandung gula monosakarida pereduksi hanya terdapat pada sample
glukosa yang positif itu berarti sample tersebut mengandung monosakarida.
DAFTAR PUSTAKA

Clark,John M. 1964. Experimental Biochemistry. WH Freeman and Company.San Franciso

Eaton,David C. 1980. The World of Organic Chemistry.Mc-Graw-Hill Book Company. New york.

Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Universitas Sumatera Utara: Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai