Anda di halaman 1dari 21

EBI

EJAAN BAHASA INDONESIA


PERUBAHAN
EYD MENJADI PUEBI

Permendikbud
Nomor 50 Tahun 2015
tentang
Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia
Perubahan PUEBI Kembali
menjadi EYD Edisi V
EYD Edisi Kelima ini ditetapkan bertepatan dengan 50
tahun penetapan EYD, yaitu 16 Agustus 1972.

Pedoman ejaan edisi kelima ini Kembali menggunakan nama


Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), sebuah
nama yang telah lama muncul dan melekat di benak
masyarakat penutur bahasa Indonesia. Pada edisi keempat,
ejaan ini dikenal dengan nama Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI). Jika dilihat sejarahnya, sejak
pertama kali diresmikan pada 1972, ejaan ini telah
menggunakan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Kemudian, pada edisi kedua (1987) dan edisi
ketiga (2009), ejaan ini mendapatkan tambahan frasa
pedoman umum sehingga diterbitkan dengan nama
Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (PUEYD).
METAMORFOSIS
EJAAN BAHASA INDONESIA
Dibuat oleh orang Belanda untuk membakukan
1901 Van Ophusyen Bahasa Melayu

Ejaan Republik Penyederhanaan Van Ophusyen (Oe jadi u),


1947 misalnya oemoer 🡪 umur dst.
(Ejaan Suwandi)
Untuk memperbarui Ejaan Republik.
Ejaan
1957 Diftong ditulis berdasarkan pelafalannya.
Pembaharuan
Contoh: kalau 🡪 kalaw, gulai 🡪 gulay, dll.
Merupakan penyempurnaan dari Ejaan Pemba-
Ejaan Melindo haruan. Namun tidak sempat digunakan karena
1959
(Melayu-Indonesia) hubungan Indonesia dan Malaysia yang saat itu
kurang baik.
Ejaan yang Merupakan ejaan penyederhanaan dan penyem-
1972 purnaan dari Ejaan Republik.
Disempurnakan
Pedoman Umum Penambahan aturan dalam penulisan.
2015 Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI)
Kebijakan Baru
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
1. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan bahasa
dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
2. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu pengeta-
huan tetap digunakan, misalnya pada kata furqan,
dan xenon.
3. Awalan "di-" dan kata depan "di" dibedakan penulisannya.
Kata depan "di" pada contoh di rumah, di sawah, penulis-
annya dipisahkan dengan spasi, sementara "-di“ pada
dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
4. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-
unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda
perulangan.
Kebijakan Baru Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Ada beberapa hal perubahan dari EYD ke PUEBI, yakni meliputi penambahan huruf
diftong, penggunaan huruf tebal, penggunaan huruf kapital, serta pengunaan
tanda baca titik koma (;).
1. Huruf diftong yang ditambahkan dalam PUEBI adalah ‘ei’. Perlunya penam-
bahan ini dikarenakan Bahasa Indonesia banyak menyerap istilah bahasa
asing, misalnya pada kata ‘survei’. Dengan begitu, sekarang terdapat empat
diftong dalam bahasa Indonesia, yakni ai, au, ei, dan oi.
2. Pada penggunaan huruf tebal, sebelumnya memang tidak diatur pada EYD.
Pada PUEBI, penggunaannya diatur untuk penegasan bagian tulisan yang
ditulis miring, dan menegaskan bagian karangan, seperti judul, bab, atau sub-
bab.
3. Selain itu, penggunaan huruf kapital yang berubah adalah untuk unsur
julukan. Jika dulu unsur julukan tidak ditulis dengan diawali huruf kapital,
sesuai PUEBI kini julukan harus ditulis dengan diawali huruf kapital.
4. Aturan lain adalah tanda titik koma (;) digunakan pada akhir princian yang
berupa klausa dan digunakan untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian
dalam kalimat yang sudah menggunkan tanda baca.
PENGGUNAAN EJAAN
BERDASARKAN PUEBI

Pedoman Umum Ejaan Bahasa


Indonesia kini menjadi rujukan
utama dalam penulisan ejaan yang
mencakup penerapan tanda baca,
kata penghubung, kata ulang,
pemenggalan kata, singkatan dan
akronim, huruf kapital, huruf
miring, serta huruf tebal.
Spasi pada Tanda Baca

BENTUK SALAH BENTUK BENAR


akademisi / dosen akademisi/dosen
sekolah – sekolah sekolah-sekolah
“ Perlawanan Kaum Tertindas “ ”Perlawanan Kaum Tertindas”
( pemangku kepentingan ) (pemangku kepentingan)
Siapa saja yang datang ? Siapa saja yang datang?
… sebagai berikut : … sebagai berikut:

Pengetikan tanda baca seperti dalam contoh


seharusnya tidak diberi spasi.
Penggunaan Tanda Baca
BENTUK SALAH BENTUK BENAR
s/d s.d.
a/n a.n.
PT. PT
CV. CV
Rp.2.000,- Rp2.000,00
Ia senang menerima ‘amplop’. Ia senang menerima “amplop”.
Swt Swt.
saw saw.
ra r.a.
Ia bilang, “Aku sudah tak tahan”! Ia bilang, “Aku sudah tak tahan!”
sama2 sama-sama
pukul 17.00-20.00 pukul 17.00—20.00
TANDA CONTOH PENGGUNAAN
∙ Social distancing ‘pembatasan sosial’ menjadi
pilihan pilihan terbaik bagi masyarakat pada masa
pandemi ini (digunakan pada pemadanan kata)
petik tunggal (‘)
∙ “Dia tadi sempat berbisik, ‘Siapa yang
melukaimu?’” (digunakan pada kutipan dalam
kutipan kalimat langsung)

∙ “Di mana pasar terdekat?”


petik ganda (“) ∙ Ibu-ibu “menyerbu” operasi pasar gula pasir. (digu-
nakan sebagai kata berkonotasi)

∙ Jangan main-main dengan orang itu.


∙ Lomba ini berlangsung se-Jawa Barat.
Usia pernikahannya menginjak tahun ke-20.
Tanda hubung (-) ∙
∙ Saya mulai menekuni dunia kepenulisan sekitar
1990-an.
∙ Laporan hasil akhir sudah dapat di-download.

∙ Pelatihan ini akan berlangsung pukul 17.00–18.00.


Tanda pisah (–) (bermakna sampai dengan)
∙ Jarak Bandung–Jakarta 120 km.
Penggunaan Huruf Kapital
BENTUK SALAH BENTUK BENAR
Abdullah Bin Abdul Kadir Abdullah bin Abdul Kadir
Bahasa Minang bahasa Minang
Bangsa Indonesia bangsa Indonesia
batik pekalongan batik Pekalongan
Bulan Agustus bulan Agustus
gang Kelinci Gang Kelinci
Hari Natal hari Natal
ikan Mujair ikan mujair
jalan Cempedak Jalan Cempedak
jenderal Doni Jenderal Doni
jeruk Bali jeruk bali
ke-Barat-baratan kebarat-baratan
ke-Islaman Keislaman
ketua IDI Ketua IDI
masakan padang masakan Padang
mesin Diesel mesin diesel
peng-Indonesiaan kata asing Pengindonesiaan kata asing
presiden Jokowi Presiden Jokowi
pulau Bali Pulau Bali
sapi Benggala sapi benggala
selat Lombok Selat Lombok
Suku Asmat suku Asmat
Tahun Hijriah tahun Hijriah
Penggunaan Huruf Tebal

Untuk menegaskaskan
Untuk menegaskan
bagian-bagian karangan,
bagian tulisan yang
seperti judul buku, bab,
sudah ditulis miring
atau subbab

jenderal bukan jendral Editlinguistik

Ramadan bukan Ramadhan 1.1 Anatomi Buku

antrean bukan antrian 1.1.2 Text Matter


Huruf tebal tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Untuk tujuan ini gunakan huruf miring.
Penggunaan Huruf Miring/Italik
✔ Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang
dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
- Membaca buku berjudul Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. sangat menyentuh.
- Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan
Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
✔ Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
- Kata shalat menurut KBBI ditulis tanpa h.
- Dia tidak memukul, tetapi dipukul.
✔ Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa
asing.
Misalnya:
- Berbeda dengan bahasa Indoensia, bahasa Sunda mengenal tingkatan bahasa yang disebut
un-dak usuk basa.
1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak
ditulis dengan huruf miring.
2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring
ditandai dengan garis bawah.
3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks
berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
Penggunaan Huruf Kapital
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
- Apa maksudnya? - Dia membaca buku.
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya:
- Yulio Aditia - Dewa Pedang - Jenderal Kancil

✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan
Misalnya:
- Islam - Alkitab - Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-
Nya.
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keaga-
maan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama
orang.
Misalnya:
- Sultan Hasanuddin - Irwansyah, Magister Humaniora - Nabi Ibrahim
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keaga-
maan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Penggunaan Huruf Kapital
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat.
Misalnya:
- Wakil Presiden Adam Malik - Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
- Perdana Menteri Nehru - Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
- bangsa Indonesia - suku Baduy - bahasa Sunda
Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan
tidak ditulis dengan huruf awal kapital, misalnya pengindonesiaan kata asing, kejawa-jawaan, dan
keinggris- inggrisan.
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari
raya.
Misalnya:
- tahun Masehi - bulan Maulid - hari Lebaran
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
- Konferensi Asia Afrika - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia - Perang Dunia II
Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf
Penggunaan Huruf Kapital
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
- Bandung - Danau Toba - Gang Kelinci Dataran Tinggi -
Catatan:
• Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya: - berlayar ke teluk mandi di sungai - menyeberangi selat berenang
di danau
• Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya: - bika ambon - nangka belanda (Anona muricata)
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang
sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya: - Republik Indonesia - Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna)
di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat
kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
- Saya sudah menuntaskan menulis buku berjudul Perlindungan dan Hak Anak
Penggunaan Huruf Kapital
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
- S.H. = sarjana hokum - S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat
- M.Hum. = magister humaniora - Mgr. = monseigneur
- K.H. = kiai haji - Hj. = hajah
- Dg. = daeng - Tb. = tubagus
- Dt. = datuk - St. = sutan
- Dr. = doctor - Prof. = profesor
- Tn. = tuan - Sdr. = saudara
✔ Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam
penyapaan
atau pengacuan.
Misalnya:
- "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan. Dendi bertanya, "Itu apa, Bu?"
- "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
- Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
- "Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?"
Penggunaan Tanda Petik Tunggal (‘…’)

✔ Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan
lain.
Misalnya:
- Kata dia, “Perutku berbunyi 'kriuk-kriuk' dari tadi."
- “Aku mendengar teriakan Ibu, ‘Mas, cepat ke sini!', dan aku pun lari seketika,“
ujar Jojo.
- "Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya' berkumandang di arena olimpiade itu,"
kata Ketua KONI.
✔ Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau pen-
jelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:
- tergugat 'yang digugat‘ - retina 'dinding mata sebelah dalam'
- noken 'tas khas Papua‘ - retina 'dinding mata sebelah dalam'
- tadulako 'panglima‘ - tuah sakato 'sepakat demi manfaat
bersama'
- marsiadap ari 'saling bantu‘ - money politics 'politik uang'
- policy 'kebijakan‘ - wisdom 'kebijaksanaan'
Penggunaan Tanda Petik Ganda (“…”)

✔ Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
- "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.
- "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
✔ Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
- Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.
- Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
- Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.
- Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta seminar.
- Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku Editilinguistik
✔ Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempu-
nyai arti khusus.
Misalnya:
"Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!
Silakan dibaca Kembali
aturan lengkapnya pada link
berikut ini:
https://ejaan.kemdikbud.go.id/
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai