“Bahasa Indonesia 2”
untuk guru sekolah dasar
Disusun Oleh:
Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.
B. Pemakaian Huruf
Dalam hubungan dengan pemakaian huruf, berikut ini disajikan pembahasan
(1) nama-nama huruf, (2) lafal singkatan dan kata, (3) persukuan, dan (4) penulisan
nama diri.
(1) Nama-Nama Huruf
Huruf Nama Huruf Nama
A a a E e e
B b be – bukan bi F f ef
C c ce – bukan se G g ge – bukan ji
D d de H h ha
I i i R r er
J j je S s es
K k ka T t te – bukan ti
L l el U u u
M m em V v fe – bukan fi
N n en W w we
O o o X x eks – bukan ek
P p pe Y y ye – bukan ey
Q q ki bukan kyu Z z zet
AC [a se] [a ce]
BBC [be be se), (bi bi si] [be be ce]
LNG [el en je] [el en ge]
IUD [ay yu di] [i u de]
TVRI [ti vi er i] [te ve er i]
MTQ [em te kyu] [em te ki]
IGGI [ay ji ji ay] [i ge ge i]
Makin [mangkin] [makin]
Memuaskan [memuasken] [memuaskan]
Pendidikan [pendidi’an] [pendidikan]
Memiliki [memili’i] [memiliki]
Bahu-membahu [bau-membau] [bahu-membahu]
Pascasarjana [paskasarjana] [pascasarjana]
Logis [lohis] [logis]
Sosiologi [sosiolohi] [sosiologi]
Ke mana [ke mana?] [ke mana]
Beberapa [be’be’rapa] [beberapa]
(3) Persukuan
Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah kata
dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau menyukukan
sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku-suku kata
itu tanpa jarak/spasi. Padi pergantian baris, tanda hubung harus dibubuhkan di
pinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di bawah ujung baris
adalah hal yang keliru. Perlu juga diketahui bahwa suku kata atau imbuhan yang
terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat satu huruf pada
ujung baris atau pada pangkal baris. Di samping itu, perlu pula diketahui bahwa
sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vikal.
Beberapa kaidah persukuan yang perlu kita perhatikan dengan cermat adalah
sebagai berikut.
a. Penyukuan Dua Vokal yang Berurutan di Tengah Kata
Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisah tersebut
dilakukan di antara kedua vokal itu. Misalnya:
Selain itu, karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan
huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan suku kata terdapat sebelum
atau sesudah pasangan huruf itu. Misalnya;
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
1. Langit Lan-git La-ngit
2. Masyarakat Mas-yarakat Ma-syarakat
3. Mutakhir Mutak-hir Muta-khir
4. Akhirat Ak-hirat Akhi-rat
Akan tetapi, untuk kata-kata yang berasal dari dua unsur yang masing-masing
mempunyai arti, cara penyukuannya melalui dua tahap. Pertama, kata tersebut
dipisahkan unsur-unsurnya. Kedua, unsurnya yang telah dipisahkan itu dipenggal
suku-suku katanya. Misalnya:
Kilogram – kilogram – ki-lo-gram
Telegram – tele gram – te-le-gram
Biologi – bio logi – bi-o-lo-gi
C. Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf
menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2)
penulisan huruf miring.
Catatan:
Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah tanda koma (,), bukan titik dua
(:). Tanda baca akhir (tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya) dibubuhkan
sebelum tanda petik penutupan.
Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilyah, nama gelar, jabatan dan
pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.
2) Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya
3) Siapa gubernur yang baru dilantik itu
4) Ia bercita-cita menjadi laksamana
Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu dituliskan dengan huruf kapital. Misalnya:
1) Pagi ini Menteri Perindustrian dan Perdagangan terbang ke Nusa Penida. Di
Nusa Penida Menteri meresmikan sebuah kolam renang. Pada sore hari
beliau kembali ke Jakarta.
Catatan:
Kita harus menghilangkan perasaan ingin memberikan penghargaan kepada
kata-kata yang dianggap tinggi jika kata-kata itu hanya menunjukkan suatu
jenis, bukan suatunama. Biasanya, penghargaan itu dilakukan dengan cara
menuliskan huruf kapital pada huruf-huruf pertamanya. Kebiasaan ini
merupakan kebiasaan yang salah karena menyalahi kaidah ejaan yang berlaku.
Kata-kata yang biasa ingin kita hargai dengan menuliskan huruf pertamanya
kapital, antara lain, haji, presiden, nasional, perguruan tinggi, internasional,
panglima, dan jenderal. Padahal, kata-kata tersebut tidak perlu ditulis dengan
kapital.
d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama
orang teap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata digunakan sebagai
nama pertama atau terletak pada awal kalimat. Misalnya:
1) Tanam Paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch.
2) Harta yang melimpah milik Jufri Ibnu Sulaiman sebagian besar akan
disumbangkan ke panti asuhan.
3) Pujangga lama yang terkenal adalah Nuruddin ar Raniri.
4) Tokoh yang sangat disegani itu bernama Datuk Maruhum di Aceh.
5) Menurut Ibnu Sina, akar tumbuhan tertentu mengandung khasiat untuk
menyembuhkan penyakit.
e. Huruf besar atau huruf kapital sebagian huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa. Misalnya:
1) Dalam bahasa Sunda terdapat lahan
2) Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk menyukseskan pembangunan
3) Yaser Arafat, Presiden Palestina, hari ini bisa di Jakarta.
4) Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani
Sesuai dengan contoh di atas, kata suku, bangsa, dan bahasa tetap dituliskan
dengan huruf awal kecil, sedangkan yang harus dituliskan dengan huruf kapital
adalah nama suku, nama bangsa, atau nama bahasanya, seperti Sunda,
Indonesia, Palestina, dan Piliang. Akan tetapi, jika nama bangsa, suku, dan
bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran sekaligus, kata-kata itu harus ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya:
Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.
Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 10
1) Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing
2) Kita tidak perlu kebelanda-belandaan karena sekarang sudah merdeka
3) Baru saja ia tinggal di sana satu tahun ia sudah keinggris-inggrisan.
4) Coba Anda hindarkan usaha mempranciskan bahasa Indonesia.
Demikian juga, kalau tidak membawa nama suku, nama itu harus dituliskan
dengan huruf kecil. Misalnya:
Petai cina labu siam
Jeruk bali sarung samarinda
Dodol garut gula jawa
Duku palembang kertas manila
Pisang ambon kunci inggris
f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai seabgai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya;
1) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari
Lebaran.
2) Tahun 1998 Masehi adalah tahun yang suram bagi perekonomian kita.
3) Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.
4) Dahulu pernah terjadi Perang Candu di negeri Cina. Akan tetapi, perhatikan
penulisan yang berikut.
g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
geografi. Misalnya:
1) Tahun 1985 Provinsi Sumatra Barat mendapat anugerah Parasnya
Purnakarya Nugraha
2) Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
3) Kapal-kapal laut dari wilayah timur yang akan memasuki perairan Timur
Tengah harus melewati Terusan Sues.
4) Sampah di Sungai Ciliwung akan diolah menjadi bahan pupuk dan kertas.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kata selat, teluk,
terusan, gunung, sungai, danau, dan bukit ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Nelayan itu berlayar sampai ke teluk
2) Kita harus berusaha agar sungai di daerah ini tidak tercemar
3) Perahu-perahu itu akan melewati selat yang airnya deras
h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi
badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi
resmi. Misalnya:
1) Presiden dan Wakit Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Catatan:
Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr. (doktor dituliskan dengan D kapital r ikecil,
jadi Dr., sedangkan dokter, yang memeriksa penyakit dan mengobati orang sakit,
singkatannya ditulis dengan d dan r kecil, jadi dr.).
k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,dan paman
yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaaan. Singkatan pak, bu, kak, dik dan
sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika diikuti oleh nama
orang/nama jabatan. Kata Anda juga diawali huruf kapital. Misalnya:
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
1) Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat Penyelenggaraan Pemilu
1999 lebih baik daripada pemilu-pemilu sebelumnya.
2) Buatlah kalimat dengan kata dukacita.
3) Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ubah ditambah awalan me- akan
muncul mengubah, bukan merubah.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
D. Penulisan Kata
a. Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang,
dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan
serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan
atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang
bersangkutan saja.
b. Bentuk baku dan tidak baku
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Di didik Dididik
Di suruh Disuruh
Berterimakasih Berterima kasih
Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Menghancur leburkan Menghancurleburkan
Kesimpang siuran Kesimpangsiuran
Ketidak adilan Ketidakadilan
Dianak-tirikan Dianaktirikan
Mengambing hitamkan Mengambinghitamkan
c. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Pemakaian
angka dua untuk menyatakan entuk perulangan, hendaknya dibatasi pada tulisan
cepat atau pencatatan saja. Pada tulisan yang memerlukan keresmian, kata ulang
ditulis secara lengkap.
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Mana kala Manakala
Sekali gus Sekaligus
Bila mana Bilamana
Dari pada Daripada
Apa bila Apabila
Segi tiga Segitiga
Sapu tangan Saputangan
Olah raga Olahraga
Loka karya Lokakarya
Suka rela Sukarela
Suka cita Sukacita
Duka cita Dukacita
Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.
Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 15
Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendriiseabgai satu kata
yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu harus
dituliskan serangkai dengan unsur lainnya. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
A moral Amoral
Antar warga Antarwarga
Catur tunggal Caturtunggal
Das darma Dasdarma
Dwi warna Dwiwarna
Ekstra kurikuler Ekstrakurikuler
Kontra revolusi Kontrarevolusi
Maha siswa Mahasiswa
Non migas Nonmigas
Poli gami Poligami
Semi permanen Semipermanen
Super sonic Supersonic
Super ordinat Superordinat
Catatan:
(1) Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
Non-RRC
Non-Indonesia
Pan-Islamisme
Pan-Afrikanisme
(2) Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur
berikutnya, yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata berimbuhan,
kata maha dan peri itu ditulis terpisah. Ada ketentuan khusus, yaitu kata maha
yang diikuti oleh esa ditulis terpisah walaupun diikuti kata dasar.
Misalnya:
1) Semoga Yang Mahakuasa merahmati kita semua
2) Jika Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan ujian sarjana bulan
depan.
3) Kita harus memperhatikan perilaku yang baik
4) Marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Penyayang
5) Segala tindakan kita harus berdasarkan peri kemanusiaan dan peri keadilan.
Akan tetapi, kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar, ditulis
serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya ada dua belas kata, yaitu
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun), sunggguhpun, dan
walaupun. Misalnya:
1) Meskipun ia sering ke Jakarta, satu kali pun ia belim pernah ke Taman Mini
Indonesia Indah.
2) Bagaimanapun sulitnya, saya harus menempuh ujian sekali lagi.
3) Walaupun tidak mempunyai uang, ia tetap gembira
4) Biarpun banyak rintangan, ia berhasil menggondol gelar kesarjanaan.
i. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka digunakan untuk
menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai
uang. Selain itu, angka lazim juga dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga untuk menomori
karangan atau bagian-bagiannya. Misalnya:
Hotel Sahid Jaya, Kamar 125 5 cm
Nan XV, Pasal 26 10 kg
Surah Ali Imran, Ayat 12 15 jam
Tata Bahasa Indonesia I Rp. 1.000,00
j. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1) Dua ratus tiga puluh lima (235)
2) Seratus empat puluh delapan (148)
3) Tiga dua pertiga (3 2/3)
4) Delapan tiga perlima (8 3/5)
k. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara yang berikut.
1) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad teknologi
2) Abad ke-20 ini dikenal juga sebagai abad teknologi
3) Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi
4) Jutaaan penonton televise hanyut dalam emosi kegembiraan yang meluap
setelah Elly Pical memukul roboh penantangnya dari Korea Selatan, Lee Dong
Chun, pada ronde ke-8.
5) Presiden Bill Clinton mengirimkan 250 orang wartawan ke Afrika Selatan. Ke-
250 orang itu mengalami kesulitan di sana.
n. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Kita sering melihat penulisan lambang
bilangan yang salah seperti di bawah ini.
1) 12 orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu
2) 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni ITI Serpong
3) 20 helai kemeja terjual pada hari itu.
4) 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari Pemerintah.
Penulisan angka yang benar seperti perbaikan berikut.
1) Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2) Sebanyak 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni ITI Serpong
3) Dua puluh helai kemeja terjual pada hari itu
4) Sebanyak 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari Pemerintah
o. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Bentuk Tidak Baku
1) Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua belas) orang.
2) Di perpustakaan kami terdapat 350 (tiga ratus lima puluh) buah buku.
3) Sebanyak 150 (seratus lima puluh) orang peserta ikut dalam pertandingan itu.
Bentuk Baku
1) Jumlah pegawai di perusahaan itu dua belas orang
2) Di perpustakaan kami terdapat 350 buah buku
3) Sebanyak 150 orang peserta ikut dalam pertandingan.
c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya,
anak kalimat didahului oleh kata penghubung bahwa, karena, agar, sehingga,
walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya. Misalnya:
1) Apabila belajar sungguh-sungguh, Saudara akan berhasil dalam ujian.
2) Karena harus ditandatangani oleh Gubernur, surat itu ditulis di atas kertas
berkepala surat resmi.
3) Karena uangnya habis, ia tidak jadi menonton pertandingan PSMS melawan
Persib sore ini.
4) Agar cita-cita Saudara tercapai, Saudara harus bekerja keras.
d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,akan tetapi, namun, meskipun
e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat dpada awal kalimat. Misalnya:
1) Kasihan, dia harus mengikuti lagi ujian akhir semester I tahun depan
2) Aduh, betulkah saya lulus Sipenmaru?
3) O, Kalau begitu saya setuju
4) Wah, kabarnya Anda mendapat hadiah dari Bank Surya sebesar Rp.
5.000.000,00
5) Ya, boleh kamu lebih dulu.
f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
1) “Saya sedih sekali,” kata Paman, “karena kamu tidak lulus.”
2) Kata petugas, “Kamu harus berhati-hati di jalan raya.”
3) “Polisi tetap yakin bahwa pelaku pembunuhan peragawati cantik, Dietje,
adalah Siradjudin alias Romo,” demikian penjelasan Polda Metro Jaya.
4) “Pokoknya, besok kita akan membuat APBN yang realistik, “tutur Ketua
Bappenas, Dr. Boediono, ketika ditanya pers sesuai acara resmi.
i. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau
marga. Misalnya:
1) A. Ansori, S.H.
2) Ny. Maimunah, M.A.
3) Sobur, M.Sc.
4) Sudarsono, S.E., M.A.
j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan
aposisi.
1) Seorang warga, selaku wakil RT 02, mengemukakan pendapatnya.
2) Produsen minyak terbesar dalam OPEC, Arab Saudi, sudah mengusulkan
supaya harga minyak dapat ditetapkan 18 dolar per barel.
3) Di daerah kami, misalnya, masih banyak warga yang buta huruf.
4) Pada bulan depan, kalau saya tidak salah, akan diselenggarakan pertemuan
tahunan keluarga kita.
k. Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
1) Presiden Ronald Reagan diberitakan frustasi karena dua
IK AK
tokoh kunci dalam staf pembantunya menyatakan menolak mengungkapkan
apa yang mereka ketahui tentang skandal penjualan senjata ke Iran.
b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi
Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.
Catatan:
Disarankan kepada mahasiswa untuk dapat menambahkan materi yang relevan
sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, diutamakan bahan materi yang
terkini dan terbaru.
Silakan jelajah sumber di internet, dan carilah contoh-contoh bagaimana
implementasinya, berlatihlah seperti yang dicontohkan tersebut.
~ Selamat Belajar ~
Alwi, Hasan. et al. 2000. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk
Perguruan Tinggi.
Brown, Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. California: San
Francisco State University.
Cruse, D.A. 1986. Lexical Semantics. 1986. Cambridge: Cambridge University Press.
Dikti. 2007. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru. Jakarta: Kemendiknas.
Dikti. 2010. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru Sekolah Dasar. Jakarta:
Kemendiknas.
Hayon, Josep. 2003. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Storia Grafika.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Tim Dosen. 2010. Standar Isi Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama. Medan:
UNIMED.