Anda di halaman 1dari 28

MATERI AJAR

“Bahasa Indonesia 2”
untuk guru sekolah dasar

Disusun Oleh:
Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.

Materi Ajar ini hanya digunakan sebagai


Bahan pendalaman materi untuk Pengayaan
Mahasiswa Program Studi PGSD
FKIP Universitas Palangkaraya
Tahun 2020

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 1
I. PENERAPAN KAIDAH EJAAN DALAM BAHASA INDONESIA

Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana


melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya dalam sautu bahasa). Secara teknis, yang
dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca.

A. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Pada tahun 1987 surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987 mengemukakan tentang ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan
dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.
(1) Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan Yang Disempurnakan
Dj djalan, djauh j jalan, jauh
J pajung, laju y payung, layu
Nj njoja, bunji ny nyonya, bunyi
Sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat
Tj tjukup, masjarakat c cukup, cuci
Ch tarich, achir kh tarikh, akhir
(2) Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi
sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
F maaf, fakir
V valuta, universitas
Z zeni, lezat
(3) Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai
a:b=p:q
Sinar-X
(4) Penulisan di- atau ke seabgai awalah dan di atau ke seabgai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan
yang mengikutinya.
Di- (awalan) di (kata depan)
Ditulis di kampus
Dibakar di rumah

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 2
Dilempar di jalan
Dipikirkan di sini
Ketua ke kampus
Kekasih ke luar negeri
Kehendak ke atas
(5) Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.
Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3)
penulisan kata, (4) penulisan unsur-unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.

B. Pemakaian Huruf
Dalam hubungan dengan pemakaian huruf, berikut ini disajikan pembahasan
(1) nama-nama huruf, (2) lafal singkatan dan kata, (3) persukuan, dan (4) penulisan
nama diri.
(1) Nama-Nama Huruf
Huruf Nama Huruf Nama
A a a E e e
B b be – bukan bi F f ef
C c ce – bukan se G g ge – bukan ji
D d de H h ha
I i i R r er
J j je S s es
K k ka T t te – bukan ti
L l el U u u
M m em V v fe – bukan fi
N n en W w we
O o o X x eks – bukan ek
P p pe Y y ye – bukan ey
Q q ki bukan kyu Z z zet

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan


disebut bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf yang berikut. Nama tiap-tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang biasa dieja
au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran
w atau y-. dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang terdiri atas gabungan
huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 3
Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam bank
dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, th, dan ts, seperti dalam
kata hadir, dharma, bathin, dan hatsil tidak digunakan dalam bahasa Indonesia.
Catatan:
Huruf e dapat dilafalkan menjadi e benar, seperti terdapat dalam kata-kata lele, beres,
materi, merah, dan kaget, dan dapat pula dilafalkan menjadi e lemah atau e pepet,
seperti terdapat dalam kata-kata beras, segan, kenal, benar, dan cepat.

(2) Lafal Singkatan dan Kata


Kadang-kadang kita merasa ragu-ragu bagaimana melafalkan suatu singkatan atau
suatu kata dalam bahasa Indonesia. Keraguan itu mungkin disebabkan oleh
pengaruh lafal bahasa daerah atau lafat bahasa asing. Padahal, semua singkatan
atau kata yang terdapat dalam Indonesia – termasuk singkatan yang berasal dari
bahasa asing-harus dilafalkan secara lafal Indonesia.
Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

AC [a se] [a ce]
BBC [be be se), (bi bi si] [be be ce]
LNG [el en je] [el en ge]
IUD [ay yu di] [i u de]
TVRI [ti vi er i] [te ve er i]
MTQ [em te kyu] [em te ki]
IGGI [ay ji ji ay] [i ge ge i]
Makin [mangkin] [makin]
Memuaskan [memuasken] [memuaskan]
Pendidikan [pendidi’an] [pendidikan]
Memiliki [memili’i] [memiliki]
Bahu-membahu [bau-membau] [bahu-membahu]
Pascasarjana [paskasarjana] [pascasarjana]
Logis [lohis] [logis]
Sosiologi [sosiolohi] [sosiologi]
Ke mana [ke mana?] [ke mana]
Beberapa [be’be’rapa] [beberapa]

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 4
Ada pendapat yang menyatakan bahwa singkatan yang berasal dari bahasa
Inggris, misalnya AC, BBC, dan IGGI harus dilafalkan seperti bahasa aslinya. Kalau
begitu, kita akan mengalami kesulitan melafalkan singkatan yang berasal dari
bahasa Rusia, bahasa Jerman, atau bahasa Aztec karena nama-nama huruf dalam
bahasa tersebut sudah pasti berbeda dengan nama-nama huruf dalam bahasa
Indonesia.
Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
Indonesia, tetapi singkatan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya.
Misalnya:
Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku
Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]
Unicef [u ni tjef] [yu ni sef]
Sea Games [se a ga mes] [si ge ims]

(3) Persukuan
Persukuan ini diperlukan, terutama pada saat kita harus memenggal sebuah kata
dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Apabila memenggal atau menyukukan
sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku-suku kata
itu tanpa jarak/spasi. Padi pergantian baris, tanda hubung harus dibubuhkan di
pinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang dibubuhkan di bawah ujung baris
adalah hal yang keliru. Perlu juga diketahui bahwa suku kata atau imbuhan yang
terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat satu huruf pada
ujung baris atau pada pangkal baris. Di samping itu, perlu pula diketahui bahwa
sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vikal.
Beberapa kaidah persukuan yang perlu kita perhatikan dengan cermat adalah
sebagai berikut.
a. Penyukuan Dua Vokal yang Berurutan di Tengah Kata
Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisah tersebut
dilakukan di antara kedua vokal itu. Misalnya:

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 5
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
1. Lain La – in La–in
2. Saat Sa – at Sa–at
3. Kait Ka -it Ka-it
4. Main M- ain Ma-in
5. Daun Dau-n Da-un

b. Penyukuan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata


Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemisahan tersebut
dilakukan sebelum konsonan itu. Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
1. Seret Ser-et Se-ret
2. Masam Mas-am Ma-sam
3. Sepatu Sep-atu Se-patu
4. Bahasa Bah-asa Ba-hasa

Selain itu, karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan, gabungan
huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan suku kata terdapat sebelum
atau sesudah pasangan huruf itu. Misalnya;
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
1. Langit Lan-git La-ngit
2. Masyarakat Mas-yarakat Ma-syarakat
3. Mutakhir Mutak-hir Muta-khir
4. Akhirat Ak-hirat Akhi-rat

c. Penyukuan Dua Konsonan Berurutan di Tengah Kata


Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut
terdapat di antara kedua konsonan itu. Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
1. Maksud Ma-ksud Mak-sud
2. Langsung Langs-ung Lang-sung
3. Caplok Ca-plok Ca-plok
4. Merdeka Merd-eka Mer-deka

d. Penyukuan Tiga Konsonan atau Lebih di Tengah Kata


Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut
dilakukan di antara konsonan yang pertama (termasuk ng, ny, sy, dan kh)
dengan yang kedua. Misalnya:

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 6
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
1. Abstrak Abs-trak Ab-strak
2. Konstruksi Kons-truksi Kon-struksi
3. Instansi Ins-tansi In-stansi
4. Bangkrut Bangk-rut Bang-krut

Akan tetapi, untuk kata-kata yang berasal dari dua unsur yang masing-masing
mempunyai arti, cara penyukuannya melalui dua tahap. Pertama, kata tersebut
dipisahkan unsur-unsurnya. Kedua, unsurnya yang telah dipisahkan itu dipenggal
suku-suku katanya. Misalnya:
Kilogram – kilogram – ki-lo-gram
Telegram – tele gram – te-le-gram
Biologi – bio logi – bi-o-lo-gi

e. Penyukuan Kata yang Berimbuhan dan Berpartikel


Imbuhan (awalan dan akhiran), termasuk yang mengalami perubahan bentuk,
dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dalam
penyukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan. Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku


1. Santapan Santa-pan Santap-an
2. Mengail Meng-ail Me-ngail (kt. dasar kail)
3. Mengakui Me-ngakui Meng-akui (kt. dasar aku)
4. Belajar Be-lajar Bel-ajar (kt. dasar ajar)]

f. Penyukuan Nama Orang


Perlu dikemukakan di sini bahwa nama orang tidak dipenggal atas suku-
sukunya dalam pergantian baris. Yang dibolehkan adalah memisahkan nama
orang itu atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya.
Misalnya:
Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Yuyun Nailufar Yuyun Nai-lufar Yuyun Nailufar
Isa Ansori Isa An-sori Isa Ansori
Hadi Nurzaman Hadi Nur-zaman Hadi Nurzaman

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 7
(4) Penulisan Nama Diri
Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan
dengan kaidah yang berlaku. Penulisan nama orang, badan hukum, dan nama
dirilain yang sudah lazim, disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, kecuali apabila ada pertimbangan khusus. Pertimbangan khusus
itu menyangkut segi adat, hukum, atau kesejarahan. Misalnya:
Universitas Padjadjaran
Soepomo Poedjosoedarmo
Imam Chourmain
Dji Sam Soe
Widjojo Nitisastro

C. Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf
menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2)
penulisan huruf miring.

1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital


Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang
menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf kapital itu
adalah sebagai berikut.
a. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan
langsung
Misalnya:
1) Dia bertanya, “Kapan kita pulang”
2) Ketua DEN, Emil Salim mengatakan, “Perekonomian dunia kini belum
sepenuhnya lepas dari cengkeraman resesi dunia.”
3) Presiden RI, Gus Dur, mengatakan, “yang diperlukan oleh bangsa kita saat
ini adalah rekonsiliasi nasional.”
4) Archimides berkata, “Setiap benda yang dimasukkan ke dalam zat cair akan
mendapat tekanan ke atas sehingga beratnya berkurang seberat zat cair
yang dipindahkannya.”

Catatan:
Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah tanda koma (,), bukan titik dua
(:). Tanda baca akhir (tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya) dibubuhkan
sebelum tanda petik penutupan.

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 8
b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan,
termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya,
sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf kapital, dirangkaikan
dengan tanda hubung (-). Hal-hal keagamaan itu hanya terbatas pada nama
diri, sedangkan kata-kata yang menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis,
surga, malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa-meskipun bertalian dengan
keagamaan-tidak diawali dengan huruf kapital. Misalnya:
1) Limpahkan rahmat-Mu, ya Allah
2) Dalam Alqur’an terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia
berakhlak terpuji
3) Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya
4) Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati usaha kita
5) Semoga Engkau menerima arwah kedua orang tua saya.
Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf kapital adalah
nama agama dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Alquran, Injil,
dan Weda.
c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nam gelar (kehormatan,
keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya:
1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim
2) Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin
3) Kepala Lembaga Administrasi Negara, Prof. Bintoro Tjokroamidjojo, M.A.
berpendapat bahwa peningkatan imbalan gaji pegawai negeri harus
diimbangi oleh kualitas pegawai negeri itu sendiri.
4) Akibat terungkapnya skandal dengan mantan sekretarisnya, kedudukan
Presiden Bill Clinton goyah.

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilyah, nama gelar, jabatan dan
pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang.
2) Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya
3) Siapa gubernur yang baru dilantik itu
4) Ia bercita-cita menjadi laksamana
Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu dituliskan dengan huruf kapital. Misalnya:
1) Pagi ini Menteri Perindustrian dan Perdagangan terbang ke Nusa Penida. Di
Nusa Penida Menteri meresmikan sebuah kolam renang. Pada sore hari
beliau kembali ke Jakarta.

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 9
2) Dalam seminar itu Presiden K.H. Abdurrahman Wahid memberikan
sambutan. Dalam sambutannya Presiden mengharapkan agar para ilmuwan
lebih ulet mengembangkan ilmunya untuk kepentingan bangsa dan Negara.

Catatan:
Kita harus menghilangkan perasaan ingin memberikan penghargaan kepada
kata-kata yang dianggap tinggi jika kata-kata itu hanya menunjukkan suatu
jenis, bukan suatunama. Biasanya, penghargaan itu dilakukan dengan cara
menuliskan huruf kapital pada huruf-huruf pertamanya. Kebiasaan ini
merupakan kebiasaan yang salah karena menyalahi kaidah ejaan yang berlaku.
Kata-kata yang biasa ingin kita hargai dengan menuliskan huruf pertamanya
kapital, antara lain, haji, presiden, nasional, perguruan tinggi, internasional,
panglima, dan jenderal. Padahal, kata-kata tersebut tidak perlu ditulis dengan
kapital.
d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama
orang teap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata digunakan sebagai
nama pertama atau terletak pada awal kalimat. Misalnya:
1) Tanam Paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch.
2) Harta yang melimpah milik Jufri Ibnu Sulaiman sebagian besar akan
disumbangkan ke panti asuhan.
3) Pujangga lama yang terkenal adalah Nuruddin ar Raniri.
4) Tokoh yang sangat disegani itu bernama Datuk Maruhum di Aceh.
5) Menurut Ibnu Sina, akar tumbuhan tertentu mengandung khasiat untuk
menyembuhkan penyakit.

e. Huruf besar atau huruf kapital sebagian huruf pertama nama bangsa, suku, dan
bahasa. Misalnya:
1) Dalam bahasa Sunda terdapat lahan
2) Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk menyukseskan pembangunan
3) Yaser Arafat, Presiden Palestina, hari ini bisa di Jakarta.
4) Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani
Sesuai dengan contoh di atas, kata suku, bangsa, dan bahasa tetap dituliskan
dengan huruf awal kecil, sedangkan yang harus dituliskan dengan huruf kapital
adalah nama suku, nama bangsa, atau nama bahasanya, seperti Sunda,
Indonesia, Palestina, dan Piliang. Akan tetapi, jika nama bangsa, suku, dan
bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran sekaligus, kata-kata itu harus ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya:
Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.
Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 10
1) Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing
2) Kita tidak perlu kebelanda-belandaan karena sekarang sudah merdeka
3) Baru saja ia tinggal di sana satu tahun ia sudah keinggris-inggrisan.
4) Coba Anda hindarkan usaha mempranciskan bahasa Indonesia.
Demikian juga, kalau tidak membawa nama suku, nama itu harus dituliskan
dengan huruf kecil. Misalnya:
Petai cina labu siam
Jeruk bali sarung samarinda
Dodol garut gula jawa
Duku palembang kertas manila
Pisang ambon kunci inggris
f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai seabgai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya;
1) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari
Lebaran.
2) Tahun 1998 Masehi adalah tahun yang suram bagi perekonomian kita.
3) Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.
4) Dahulu pernah terjadi Perang Candu di negeri Cina. Akan tetapi, perhatikan
penulisan yang berikut.

g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
geografi. Misalnya:
1) Tahun 1985 Provinsi Sumatra Barat mendapat anugerah Parasnya
Purnakarya Nugraha
2) Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
3) Kapal-kapal laut dari wilayah timur yang akan memasuki perairan Timur
Tengah harus melewati Terusan Sues.
4) Sampah di Sungai Ciliwung akan diolah menjadi bahan pupuk dan kertas.
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kata selat, teluk,
terusan, gunung, sungai, danau, dan bukit ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Nelayan itu berlayar sampai ke teluk
2) Kita harus berusaha agar sungai di daerah ini tidak tercemar
3) Perahu-perahu itu akan melewati selat yang airnya deras
h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi
badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi
resmi. Misalnya:
1) Presiden dan Wakit Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 11
2) Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa bahasa Negara
adalah bahasa Indonesia
3) Semua anggota PBB harus mematuuhi isi Piagam Perserikatan Bangsa-
bangsa.
4) Pemimpin Kerajaan Iran pada saat itu adalah Syah Reza Pahlevi
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis
dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Menurut undang-undang dasar kita, semua warga Negara mempunyai
kedudukan yang sama
2) Pemerintah republik itu telah menyelenggarakan pemilihan umum sebanyak
empat kali.
3) Iran adalah suatu Negara yang berbentuk kerajaan.
i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai seabgai huruf pertama semua kata di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang, yang terletak pada posisi awal.
Misalnya:
1) Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan lain ke Roma.
2) Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
diterbitkan oleh Balai Pustaka
3) Untuk mengetahui seluk-beluk pabrik kertas, Saudara dapat membaca buku
Nusa dan Bangsa yang Membangun.
4) Hasil penelitian profesor itu dikumpulkan dalam buku Cahaya dari Selatan.
j. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan,
kecuali gelar dokter. Misalnya:
1) Proyek itu dipimpin oleh Dra. Jasika Murni
2) Hadi Nurzaman, M.A. diangkat menjadi pimpinan kegiatan itu.
3) Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr. Siswoyo
4) Sejak Dr. Bahraini menangani masalah perlistrikan di desa kami, penduduk
desa tidak pernah mengeluh lagi.

Catatan:
Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr. (doktor dituliskan dengan D kapital r ikecil,
jadi Dr., sedangkan dokter, yang memeriksa penyakit dan mengobati orang sakit,
singkatannya ditulis dengan d dan r kecil, jadi dr.).

k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,dan paman
yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaaan. Singkatan pak, bu, kak, dik dan
sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika diikuti oleh nama
orang/nama jabatan. Kata Anda juga diawali huruf kapital. Misalnya:

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 12
1) Surat Saudara sudah saya terima.
2) Ibunya menjawab pertanyaan Samsi,”Pagi tadi Ibu menjemput pamanmu di
pelabuhan.”
3) Kepala sekolah berkata kepada saya,”Tadi saya menerima berita bahwa Ibu
Sri sakit keras di Bandung.”
4) Saya mengharapkan kehadiran Anda pada pertemuan yang akan
diselenggarakan besok pukul 8.00.
5) Selamat pagi, Pak!
6) Ucapan penaikan bendera tanggal 17 setiap bulan dipimpin Pak Camat.
Akan tetapi, jika tidak dipakai sebgai kata ganti atau sapaan, kata penunjuk
hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita.
2) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
3) Semua camat dalam kabupaten itu hadir.
4) Ketika mengikuti kuliah di Jakarta, ia tinggal bersama pamannya di Kalibata.

2. Penulisan Huruf Miring


a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan tangan atau ketikan, kata
yang harus ditulis dengan huruf miring ditandai dengan garis bawah satu. Misalnya:
1) Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah Bahasa dan
Kesusastraan.
2) Buku Negerakertagama dikarang oleh Mpu Prapanca
3) Berita itu sudah saya baca dalam surat kabar Angkatan Bersenjata dan Republika
4) Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina
5) Majalah Prospek termasuk mingguan berita ekonomi.
Catatan:
Garis bawah satu, sebagai tanda kata yang dicetak miring, harus terputus-putus, kata
demi kata.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
1) Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat Penyelenggaraan Pemilu
1999 lebih baik daripada pemilu-pemilu sebelumnya.
2) Buatlah kalimat dengan kata dukacita.
3) Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ubah ditambah awalan me- akan
muncul mengubah, bukan merubah.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau
ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang disesuaikan ejaannya.
Misalnya:

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 13
1) Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata upgrading?
2) Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana.
3) Weltanschauung diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.
4) Ungkapan Wilujeng sumping dalam bahasa Sunda berarti ‘Selamat datang’.
Catatan:
Sebenarnya, banyak penulisan huruf miring yang lain ataupun penandaan suatu
maksud dengan memakai bentuk huruf tertentu (ditebalkan dan sebagainya). Akan
tetapi, soal itu lebih menyangkut masalah tipografi pencetakan.

D. Penulisan Kata
a. Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata ulang,
dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri,
sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan
serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan
atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang
bersangkutan saja.
b. Bentuk baku dan tidak baku
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Di didik Dididik
Di suruh Disuruh
Berterimakasih Berterima kasih

Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Menghancur leburkan Menghancurleburkan
Kesimpang siuran Kesimpangsiuran
Ketidak adilan Ketidakadilan
Dianak-tirikan Dianaktirikan
Mengambing hitamkan Mengambinghitamkan

c. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Pemakaian
angka dua untuk menyatakan entuk perulangan, hendaknya dibatasi pada tulisan
cepat atau pencatatan saja. Pada tulisan yang memerlukan keresmian, kata ulang
ditulis secara lengkap.

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 14
Kata ulang, tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan sebagian lagi kata
turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus mendapat awalan dan
akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu bagiannya adalah bentuk yang
dianggap berasal dari kata dasar yang sama dengan ubahan bunyi. Mungkin pula,
bagian itu sudah agak jauh berbeda dari bentuk dasar (bentuk asal). Namun,
apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan itu menyatakan perulangan. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Jalan2 Jalan-jalan
Di-besar2-kan Dibesar-besarkan
Me-nulis2 Menulis-nulis
Gerak gerik Gerak-gerik
Sayur mayur Sayur-mayur
Tunggang langgang Tunggang-langgang
Seluk beluk Seluk-beluk
Bolak balik Bolak-balik

d. Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-bagiannya


dituliskan terpisah. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Dayaserap Daya serap
Tatabahasa Tata bahasa
Kerjasama Kerja sama
Dutabesar Duta besar
Mejatulis Meja tulis

Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Mana kala Manakala
Sekali gus Sekaligus
Bila mana Bilamana
Dari pada Daripada
Apa bila Apabila
Segi tiga Segitiga
Sapu tangan Saputangan
Olah raga Olahraga
Loka karya Lokakarya
Suka rela Sukarela
Suka cita Sukacita
Duka cita Dukacita
Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.
Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 15
Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendriiseabgai satu kata
yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu harus
dituliskan serangkai dengan unsur lainnya. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
A moral Amoral
Antar warga Antarwarga
Catur tunggal Caturtunggal
Das darma Dasdarma
Dwi warna Dwiwarna
Ekstra kurikuler Ekstrakurikuler
Kontra revolusi Kontrarevolusi
Maha siswa Mahasiswa
Non migas Nonmigas
Poli gami Poligami
Semi permanen Semipermanen
Super sonic Supersonic
Super ordinat Superordinat

Catatan:
(1) Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di
antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
Misalnya:
Non-RRC
Non-Indonesia
Pan-Islamisme
Pan-Afrikanisme

(2) Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur
berikutnya, yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata berimbuhan,
kata maha dan peri itu ditulis terpisah. Ada ketentuan khusus, yaitu kata maha
yang diikuti oleh esa ditulis terpisah walaupun diikuti kata dasar.
Misalnya:
1) Semoga Yang Mahakuasa merahmati kita semua
2) Jika Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan ujian sarjana bulan
depan.
3) Kita harus memperhatikan perilaku yang baik
4) Marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Penyayang
5) Segala tindakan kita harus berdasarkan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 16
e. Kata ganti ku dan kau – yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau – ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata gati ku,mu, dan nya – yang ada
pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis serangkai dengan yang
mendahuluinya. Misalnya:
1) Pikiranmu dan kata-katamu berguna untuk memajukan negeri ini
2) Kalau mau, boleh kauambil buku itu
3) Penemuannya dalam bidang mikrobiologi sangat mengejutkan dunia ilmu dan
teknologi
4) Masalah banjir kukemukakan dalam diskusi antardepartemen
5) Apa yang kulakukan boleh kaukritik
f. Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti kepada dan
daripada. Misalnya:
1) Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum berhasil.
2) Ketika truk Belanda sudah bergerak ke timur, gerilyawan yang bersembunyi di
bawah kaki bukit lari ke arah barat.
3) Semoga perekonomian kita pada masa yang akan datang lebih cerah daripada
keadaan pada tahun-tahun yang lalu.
4) Para pramuka sedang berkerumun di sekitar api unggun.
g. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hampir
seperti kata lepas. Misalnya:
1) Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah singgah ke rumah
saya
2) Jika saya pergi, dia pun ingin pergi
3) Dengan devaluasi pun ekonomi Indonesia belum tertolong
4) Tidak satu pun Negara anggota OPEC yang tidak setuju jika harga minyak
dinaikkan menjadi 18 dolar AS.

Akan tetapi, kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar, ditulis
serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya ada dua belas kata, yaitu
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun), sunggguhpun, dan
walaupun. Misalnya:
1) Meskipun ia sering ke Jakarta, satu kali pun ia belim pernah ke Taman Mini
Indonesia Indah.
2) Bagaimanapun sulitnya, saya harus menempuh ujian sekali lagi.
3) Walaupun tidak mempunyai uang, ia tetap gembira
4) Biarpun banyak rintangan, ia berhasil menggondol gelar kesarjanaan.

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 17
h. Partikel per yang berarti ‘mulai, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian
kalimat yang mendampinginya. Misalnya:
1) Harga kain itu Rp. 10.000,00 per meter.
2) Saya diangkat menjadi pegawai negeri per Oktober 1974
3) Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per satu.
4) Setelah dinyatakan bersalah, Ali ditahan oleh yang berwajib. Istrinya terpaksa
menghemat belanja harian menjadi Rp. 2.000,00 per hari.

i. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka digunakan untuk
menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c) nilai
uang. Selain itu, angka lazim juga dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga untuk menomori
karangan atau bagian-bagiannya. Misalnya:
Hotel Sahid Jaya, Kamar 125 5 cm
Nan XV, Pasal 26 10 kg
Surah Ali Imran, Ayat 12 15 jam
Tata Bahasa Indonesia I Rp. 1.000,00
j. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1) Dua ratus tiga puluh lima (235)
2) Seratus empat puluh delapan (148)
3) Tiga dua pertiga (3 2/3)
4) Delapan tiga perlima (8 3/5)
k. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara yang berikut.
1) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad teknologi
2) Abad ke-20 ini dikenal juga sebagai abad teknologi
3) Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi
4) Jutaaan penonton televise hanyut dalam emosi kegembiraan yang meluap
setelah Elly Pical memukul roboh penantangnya dari Korea Selatan, Lee Dong
Chun, pada ronde ke-8.
5) Presiden Bill Clinton mengirimkan 250 orang wartawan ke Afrika Selatan. Ke-
250 orang itu mengalami kesulitan di sana.

Berdasarkan contoh di atas, penulisan bilangan tingkat seperti ke XX atau ke-XX,


20, dan ke dua puluh termasuk penulisan yang tidak baku (salah).
l. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
1) Sutan Takdir Alisyahbana adalah pujangga tahun 30-an.
2) Bolehkah saya menukar uang dengan lembaran 1.000an?
3) Angkatan Balai Pustaka sering disebut Angkatan Tahun 20-an
Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.
Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 18
m. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian atau pemaparan.
1) Dia sudah memesan dua ratus bibit cengkeh
2) Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di akademi itu
3) Kendaraan yang beroperasi di DKI Jakarta terdiri atas 1.000 bajaj, 500 bemo,
200 oplet, 100 metro mini, dan 50 bus kota.
4) Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, tahun ini memeriksakan 125 perkara yang
terdiri atas 20 perkara pencurian, 43 perkara tanah, dan 62 perkara kawin
cerai.

n. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Kita sering melihat penulisan lambang
bilangan yang salah seperti di bawah ini.
1) 12 orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu
2) 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni ITI Serpong
3) 20 helai kemeja terjual pada hari itu.
4) 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari Pemerintah.
Penulisan angka yang benar seperti perbaikan berikut.
1) Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu.
2) Sebanyak 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni ITI Serpong
3) Dua puluh helai kemeja terjual pada hari itu
4) Sebanyak 350 orang pegawai mendapat penghargaan dari Pemerintah
o. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu
ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Bentuk Tidak Baku
1) Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua belas) orang.
2) Di perpustakaan kami terdapat 350 (tiga ratus lima puluh) buah buku.
3) Sebanyak 150 (seratus lima puluh) orang peserta ikut dalam pertandingan itu.
Bentuk Baku
1) Jumlah pegawai di perusahaan itu dua belas orang
2) Di perpustakaan kami terdapat 350 buah buku
3) Sebanyak 150 orang peserta ikut dalam pertandingan.

E. Penulisan Unsur Serapan


Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’homme par
Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.
Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 19
l’homme, unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan
asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentuk asalnya.
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian
kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara
utuh di samping kata standar, implement, dan objek.
Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, yang sering digunakan oleh pemakai bahasa.
Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar
Risk Resiko Risiko
system Sistim Sistem
effective Efektip Efektif
technique, techniek Tehnik, tehnologi Teknik, teknologi
echelon Esselon Eselon
method Metoda Metode
charisma Harisma Karisma
frequency Frekwensi Frekuensi
practical, practisch Praktek Praktik
percentage Prorsentase Persentase
stratospheric Stratosfir Stratosfer
description Diskripsi Deskripsi
conduite Kondite Konduite
sidewalk Trotoir Trotoar
receipt Kwitansi Kuitansi
quality Kwalitas Kualitas
formal Formil Formal
rational Rasionil Rasional
director Directur Direktur
ideal Idial Ideal
management Managemen Manajemen
coordination Kordinasi Koordinasi
survey Survei Survai
career Karir Karier
mass media Mass media Media massa
ambulance Ambulan Ambulans
hypothesis Hipotesa Hipotesis
analysis Analisa Analisis
patient Pasen Pasien
activity, activiteit Aktip, aktifitas Aktif, aktivitas
solidarity Solidariteit Solidaritas
complex Komplek Kompleks
psychology Psikology Psikologi
efficiency Effisien Efisiensi
presidential Presidentil Presidensial
contingent Kontingent Kontingen
taxi Taxi Taksi
latex Latek Lateks

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 20
apotheek Apotik Apotek
february Pebruari Februari
november Nopember November

F. Pemakaian Tanda Baca


Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang menyempurnakan
mencakup pengaturan (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda
titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda Tanya, (9)
tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (130 tanda
petik tunggal, (14) tanda ulang, (15) tanda garis miring, dan (16) penyingkat
(apostrof).
1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
1) W.S. Rendra
2) Abdul Hadi W.M.
3) Ach. Sanusi
4) Hadi N.
b. Tanda titik dipakai pada singatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
1) Dr. (doktor)
2) dr. (dokter)
3) S.Ked. (sarjana kedokteran)
4) M.Hum. (magister humaniora)
5) Kol. (colonel)
6) Sdr. (saudara)
7) Ny. (nyonya)
c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang
ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf diberi dua buah
tanda titik, sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga buah huruf atau lebih
hanya diberi satu buah tanda titik.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
1) s/d (sampai dengan) 1) S.d. (sammpai dengan)
2) a/n (atas nama) 2) A.n. (atas nama)
3) d/a (dengan alamat) 3) D.a. (dengan alamat)
4) u/p (untuk perhatian) 4) U.p. (untuk perhatian)
5) d.k.k. (dan kawan-kawan) 5) Dkk. (dan kawan-kawan)
6) t.s.b. (tersebut) 6) Tsb. (tersebut)
7) d.s.b. (dan sebagainya) 7) Dsb. (dan sebagainya)

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 21
d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan
ribuan, jutaan, dan seterusnya.
Misalnya:
1) Tebal buku itu 1.150 halaman
2) Minak tanah sebanyak 2.500 liter tumpah
3) Jarak dari desa ke kota itu 30.000 meter
Akan tetapi, jika angka itu tidak menyatakan suatu jumlah, tanda titik tidak
digunakan. Misalnya:
1) Tahun 2000
2) Halaman 1234
3) NIP 130519977
e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata
atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim). Misalnya:
1) DPR
2) SMA Negeri XX
3) Sekjen Depdikbud
4) Tilang
5) Radar
f. Tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang. Misalnya:
1) Lambang Cu adalah lambang kuprum
2) Seorang pialang membeli 10 kg emas batangan
3) Harga karton manila itu Rp. 500,00 per meter
g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala karangan,
kepala ilustrasi tabel, dan sebagainya: Misalnya:
1) Acara Kunjungan Menteri A.S. Hikam
2) Bentuk dan kedaulatan (Bab I, UUD 1945)
3) Azab dan Sengsara
4) Wanita Indonesia di Pentas Sejarah
h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat serta di
belakang nama dan alamat penerima surat. Misalnya:
1) Jalan Harapan III/AB 19
2) Jakarta, 10 Agustus 1998
3) Yth. Sdr. Imam Kurnia
Jalan Cisarua 12
Tasikmalaya

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 22
2. Tanda Koma
Ada kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan dan kapan tanda
koma tidak digunakan.
a. Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan. Misalnya:
1) Saya menerima hadiah dari Paman berupa jam tangan, raket, dan sepatu
2) Satu, dua, . . . tiga!
3) Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya
Catatan:
Jika penggabungan itu hanya terdiri atas dua unsur, sebelum kata dan tidak
dibubuhkan tanda koma. Akan tetapi, jika penggabungannya terdiri atas lebih
dari dua unsur, di antara unsur-unsurnya ada koma, sebelum unsur terakhir
dibubuhkan kata dan.
b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan
sedangkan. Misalnya:
1) Dia bukan mahasiswa Jayabaya, melainkan mahasiswa Atmajaya
2) Saya bersedia membantu, tetapi kau kerjakanlah dahulu tugas itu
3) Dialog Kristen-Islam, Regional di Bali tidak menghasilkan suatu simpulan,
tetapi dialog seperti itu sangat berguna.
4) Pembangunan industri bukan berarti membangun pabrik besar dan kecil
saja, melainkan membangun kesadaran dan kemampuan masyarakat yang
terlibat dalam seluruh proses industrialisasi.

c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya,
anak kalimat didahului oleh kata penghubung bahwa, karena, agar, sehingga,
walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya. Misalnya:
1) Apabila belajar sungguh-sungguh, Saudara akan berhasil dalam ujian.
2) Karena harus ditandatangani oleh Gubernur, surat itu ditulis di atas kertas
berkepala surat resmi.
3) Karena uangnya habis, ia tidak jadi menonton pertandingan PSMS melawan
Persib sore ini.
4) Agar cita-cita Saudara tercapai, Saudara harus bekerja keras.
d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,akan tetapi, namun, meskipun

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 23
demikian, dalam hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu, dalam
pada itu, oleh sebab itu, sebaliknya, selanjutnya, pertama, kedua, misalnya,
sebenarnya, bahkan, selain itu, kalau begitu, kemudian, malah, padahal, dan
sebagainya. Misalnya:
1) Oleh karena itu, kita harus menghormati pendapatnya.
2) Jadi, hak asasi di Indonesia sudah benar-benar dilindungi.
3) Namun, kita harus tetap waspada
4) Selanjutnya, kita akan membicarakan masalah lain.
5) Dalam hubungan itu, masyarakat perlu dirangsang kreativitasnya untuk
mengembangkan industri kecil dan kerajinan.

e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat dpada awal kalimat. Misalnya:
1) Kasihan, dia harus mengikuti lagi ujian akhir semester I tahun depan
2) Aduh, betulkah saya lulus Sipenmaru?
3) O, Kalau begitu saya setuju
4) Wah, kabarnya Anda mendapat hadiah dari Bank Surya sebesar Rp.
5.000.000,00
5) Ya, boleh kamu lebih dulu.
f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
1) “Saya sedih sekali,” kata Paman, “karena kamu tidak lulus.”
2) Kata petugas, “Kamu harus berhati-hati di jalan raya.”
3) “Polisi tetap yakin bahwa pelaku pembunuhan peragawati cantik, Dietje,
adalah Siradjudin alias Romo,” demikian penjelasan Polda Metro Jaya.
4) “Pokoknya, besok kita akan membuat APBN yang realistik, “tutur Ketua
Bappenas, Dr. Boediono, ketika ditanya pers sesuai acara resmi.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, penggunaan titik dua (:) sebelum tanda


petik dalam petikan langsung dianggap salah; tanda baca yang benar adalah
koma (,).
g. Tanda koma digunakan di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian
alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan. Misalnya:
1) Anak saya mengikuti kuliah di Jurusan Perbankan, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas, Jalan Perbanas, Kuningan, Jakarta Selatan.
2) Badung, 10 April 1998
3) Jakarta, Indonesia

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 24
h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
1) Badudu, Yus. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri 1, Bandung:
Pustaka Prima.
2) Tjiptadi, Bambang. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta:
Yudhistira.
3) Halim, Amran. Editor. 1976. Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

i. Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau
marga. Misalnya:
1) A. Ansori, S.H.
2) Ny. Maimunah, M.A.
3) Sobur, M.Sc.
4) Sudarsono, S.E., M.A.
j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan
aposisi.
1) Seorang warga, selaku wakil RT 02, mengemukakan pendapatnya.
2) Produsen minyak terbesar dalam OPEC, Arab Saudi, sudah mengusulkan
supaya harga minyak dapat ditetapkan 18 dolar per barel.
3) Di daerah kami, misalnya, masih banyak warga yang buta huruf.
4) Pada bulan depan, kalau saya tidak salah, akan diselenggarakan pertemuan
tahunan keluarga kita.

k. Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
1) Presiden Ronald Reagan diberitakan frustasi karena dua
IK AK
tokoh kunci dalam staf pembantunya menyatakan menolak mengungkapkan
apa yang mereka ketahui tentang skandal penjualan senjata ke Iran.

2) Menteri mengatakan bahwa pembangunan harus dilanjutkan.


IK AK

3) Semua orang akan berhasil dalam hidup jika bekerja keras


IK AK

4) Tenaganya sudah berkurang sehingga hasil karyanya tidak


IK AK
sempurna lagi

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 25
5) Jenderal Richard Scord menutup kantornya di AS setelah
IK
Letkol Oliver Norta dipecat oleh Ronald Reagan.
AK

3. Tanda Titik Koma (;)


Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya:
Para pemikir mengatur strategi dan langkah yang harus ditempuh; para
pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya; para penyandang dana
menyediakan biaya yang diperlukan.

4. Tanda Titik Dua (:)


a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai tiga jurusan: Sekolah Tinggi Teknik,
Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.

b. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi
Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.

5. Tanda Hubung (-)


a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan.
Bandingkan:
tiga-puluh dua-pertiga (30 2/3) dan tiga-puluh-dua pertiga (32/3)

Mesin-potong tangan (mesin potong yang digunakan dengan tangan)

Mesin potong-tangan (mesin potong yang digunakan dengan tangan)

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 26
b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) sedangkan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengan –an, dan
(d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Misalnya:
1) Pada tahun depan akan diadakan perlombaan paduan suara remaja se-Jawa
Timur di Surabaya.
2) Ke- 315 orang itu berasal dari Mesir.
3) Negara-negara yang meraih kemerdekaan pada akhir decade 1950-an dan
awal 1960-an kini sibuk membangun, mengisi kemerdekaan masing-masing.
4) Warga DKI yang sudah dewasa diwajibkan ber-KTP DKI.
5) Pemberontakan itu dikenal dengan G-30-S PKI.

6. Tanda Pisah (–)


Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan
khusus di luar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau
tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti
‘ke’ atau ‘sampai’, panjangnya dua ketukan.
Misalnya:
1) Kemerdakaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh
bangsa itu sendiri.
2) Pemerintahan Habibie tahun Mei 1998 – Desember 1999.
3) Bus Kramatjati Jurusan Banjar – Jakarta.
4) (Moeliono, 1980: 15 – 31).

Catatan:
Disarankan kepada mahasiswa untuk dapat menambahkan materi yang relevan
sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, diutamakan bahan materi yang
terkini dan terbaru.
Silakan jelajah sumber di internet, dan carilah contoh-contoh bagaimana
implementasinya, berlatihlah seperti yang dicontohkan tersebut.

~ Selamat Belajar ~

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 27
SUMBER PUSTAKA

Alwi, Hasan. et al. 2000. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk
Perguruan Tinggi.

Brown, Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. California: San
Francisco State University.

Cruse, D.A. 1986. Lexical Semantics. 1986. Cambridge: Cambridge University Press.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa


Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Dikti. 2007. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru. Jakarta: Kemendiknas.

Dikti. 2010. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru Sekolah Dasar. Jakarta:
Kemendiknas.

Hayon, Josep. 2003. Membaca dan Menulis Wacana. Jakarta: Storia Grafika.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Matthews, P.H. 2005. Morphology: An Introduction to the theory of Word-Structure.


Terjemahan. Jakarta: FBS Universitas Indonesia.

Parera, J.D. Teori Semantik: Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Tim Dosen. 2010. Standar Isi Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama. Medan:
UNIMED.

Sudaryanto. 1983. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia.: Keselarasan Pola-Urutan.


Seri Ildep Di Bawah redaksi W.A.L. Stokhof. Jakarta: Djambatan.

Dina Mardiana, S.Pd., M.Pd.


Materi Ajar “Bahasa Indonesia 2”
PGSD FKIP Universitas Palangkaraya Page 28

Anda mungkin juga menyukai