Anda di halaman 1dari 29

BAB II

JENIS-JENIS DAN WUJUD TEKS FAKTUAL


DALAM BAHASA INDONESIA

A. Deskripsi Singkat
Ejaan bahasa Indonesia adalah peraturan tulis-menulis dalam bahasa Indonesia. Dengan
kata lain, ejaan itu mengatur bagaimana kita harus menulis sesuatu sehingga antara satu
unsur itu dan unsur lain tidak timbul pengertian yang salah. Ejaan dapat pula diartikan
sebagai keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
hubungan antarlambang-lambang itu.
Ejaan dalam bahasa Indonesia sudah terjadi sebanyak empat kali. Pada tahun 1901
lahirkan Ejaan Van Ophujsen dengan bekerja sama antara Indonesia dan Malaysia.
Setelah dua tahun Indonesia Indonesia merdeka, tahun 1947, dibentuklah ejaan baru yang
bernama Ejaan Republik. Nama ini didasarkan pada status Indonesia sudah menjadi
republik Ejaan itu serin disebut sebagai Ejaan Suwandi karena Menteri Pendidikan dan
Pengajaran pada waktu itu adalah Prof. Soewand. Selanjutnya. pada tahun 1959
direncanakan Ejaan Melindo, yaitu ejaan hasil keja sama antara Indonesia dan Malaysia.
Akan tetapi, keadaan politik pada saat itu membuat Ejaan Melindo tidak terlaksana. Lalu.
pada tahun 1972 lahirlah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempunakan, disingkat dengan
EYD. Pada tahun 2015 EYD diubah menjadi Ejaan Bahasa Indonesia, yang disingkat
dengan EBI.

B. Relevansi
Pengetahuan ejaan sangat penting bagi kehidupan mahasiswa karena tanpa ejaan
mahasiswa tidak dapat menambah ilmu pengetahuannya. Buku, jurnal, surat kabar, dan
sejenisnya tidak dapat dilepaskan dari ejaan. Semua mata kuliah memerlukan ejaan.
Setelah mempelarai materi ejaan tentang huruf besar, huruf mirin, dan kata ini,
mahasiswa dihasapkan mampu menguasai ejaan itu dengan perincian sebagai berkut
1) Mahasiswa mampu menerapkan dan menjelaskan pemakaian huruf capital dengan
benar;
2) Mahasisa mampu menerapkan dan menjelaskan pemakaian hurup miring dengan
benar;
3) Mahasiswa mampu menerapkan dan menjelaskan mana kata yang penulisannya
digabung dan mana penuliannya dipisah pada gabunan kata;
4) Mahasiswa mampu membedakan penulisan kata depan (preposisi) dengan awalan:
5) Mahasiswa mampu menerapkan dan menjelaskan penulisan dan pemakaian unsur
kombinasi dalam bahada Indonesia.

C. Capaian Pembelajaran
a. Uraian Materi

JENIS DAN WUJUD TEKS FAKTUAL

1. Pengertian
Teks faktual ialah teks yang berdasarkan kenyataan dan mengandung kebenaran. Kata
faktual artinya berdasarkan fakta, bukan imajinasi. Teks faktual itu harus dimiliki oleh
orang-orang yang berkecimpung di dunia kampus.

2. Teks Akademik
Teks faktual dapat berwujud sebagai teks akademik atau teks ilmiah. Tek akademik
tampil dalam berbagai jenis misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan
penelitian, editorial, dan artikel ilmiah. Bentuk-bentuk buku, ulasan buku, proposal
penelitain, dan sebagainya itu disebt sebagai genre makro. Di dalam genre makro itu
terdapat campuran dari beberapa genre mikro. Yang termasuk genre mikro adalah
deskripsi, eksposisi, prosedur, ekplanasi, dan diskusi.

3. Perbedaan Teks Akademik dan Teks Nonakademik


Perbedaan teks akademik dan teks nonakademik adalah sebagai berikut.
a. Teks akademik cenderung ragam tulis, sedangkan teks nonakademik cencerung
ragam lisan.
b. Teks akademik sederhana dalam hal struktur kalimat, sedangkan teks nonakademik
rumit dalam struktur kalimat.
c. Teks akademik padat akan kata-kata leksikal, sedangkan teks nonakademik pmetafora
gramatikaladat akan kata struktural.
d. Teks akademik padat informasi, sedangkan teks nonakademik cenderung tidak padat.
e. Teks akademik banyak memanfaatkan nominalisasi, sedangkan teks nnakademik
cenderung sedikit memanfaatkan nominalisasi.
f. Teks akademik banyak memanfaatkan metafora gamatika sehingga banyak
mengandung ungkapan, sedangkan teks nonakademik cenderung sedikit
memanfaankan metafora gramatika sehingga tidak banyak menggunaka ungkapan
g. Teks akademi banyak memanfaatkan istilah teknis, sedangkan teks nonakademik
sedikit menggunakan istilah teknis .

Baik teks akademik maupun teks nonakademik, keduanya haruslah menggunakan ejaan
yang benar. Teks tersebut harus menggunakan atau memakai huruf besar enar memakai
huruf miring dengan benar, dan menulis kata-kata dengan benar pula. Untuk memahami
pemakaian huruf kapia, pemakaian huruf miring dan penulisan kata dengan benar, berikut
ini diajikan pemakaian huruf dan penulsa kata itu.

PENULISAN DAN PEMAKAIAN HURUF

1. Penulisan Huruf
Dalam hubungan dengan penulisan huruf, berikut ini disajikan pembahasan (1) huruf
abjad dan nama-nama huruf, (2) huruf vocal, (3) huruf konsonan. (4) huruf diftong, dan
(5) gabungan huruf konsonan.

1) Huruf Abjad dan Nama Huruf


Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf berikut. Tiap-tiap
huruf itu mempunyai nama sendiri. Nama huruf tersebut adalah nama khusus untuk
bahasa Indonersia yang tidak sama dengan nama huruf pada bahasa lain.
Nama huruf dan pengucapannya hampir sama. Oleh sebab itu, nama huruf
diidentikan dengan melafalkan huruf itu. Umpamanya huruf /v/ melafalkannya
disesuaikan denan lidah Indonesia, yaitu /fé/ bukan /vé/. Oleh sebab itu, nama huruf itu
adalah [fe] bukan [ve]. Kemudian, huruf /q/ melafalkanna disesuaikan dengan lidah orang
Indonesia, yaitu /ki/, bukan /qi/. Oleh sebab itu, nama huruf itu ialah [ki]. Dengan
demikian, kita di Indonesia mengucakan kata [vocal] sama dengan mengucapkan kata
[fokal].
Nama huruf itu secara keseluruhan adalah sebagai berikut.

Huruf Peng- Huruf Peng-


Kapi- Nonka Nama ucap- Kapi- Nonka Nama ucap-
tal pital an Tal pital an
A a a A N n en én
B b be Bé O o o o
C c ce Cé P p pe pé
D d de Dé Q q ki ki
E e e É R r er er
F f ef Éf S s es es
G g ge Gé T t te té
H h ha Ha U u u u
I i i I V v fe fé
J j je Jé W w we wé
K k ka Ka X x eks eks
L l el Él Y y ye yé
M m em Ém Z z zet zét

Kadang-kadang kita merasa ragu-ragu bagaimana melafalkan suatu singkatan atau


suatu kata dalam bahasa Indonesia. Keraguan itu mungkin disebabkan oleh pengaruh
lafal bahasa daerah atau lafal bahasa asing. Padahal, semua singkatan atau kata yang
terdapat dalam bahasa Indonesia--termasuk singkatan yang berasal dari bahasa asing—
harus dilafalkan secara lafal Indonesia. Lafal singkatan ini tidak harus mengikuti lafal
bahasa asing, sepeti bahasa Arab, bahasa Prancis, bahasa Jepang, dan bahasa Rsia.
Berikut ini dipaparkan bagaimana melafalkan beberapa kata dan singkatan dalam bahasa
Indonesia.

Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku


AC [a se] (benar) [a ce] *) Nama benda, bukan singkatan
BBC [be be se] [bi bi si] [be be ce] *) Singkatan nama badan
LNG [el en ji] [el en ge]
LPG [elpiji] (benar) [elpiji] *) Nama benda, bukan singkatan
MTQ [em te kyu] [em te khi]
IGGI [ai ji ji ai] [i ge ge i]

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional
mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia, tetapi sing-
katan itu tetap dilafalkan seperti lafal aslinya, kecuali akronim yang sedah bisa dilafalkan
dengan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Akronim Lafal Tidak Baku Lafal Baku
UNESCO [u nes co] [yu nes ko]
UNICEF [u ni cef] {yu ni sef]
Tetapi akronim berikut dilafalkan dengan bahasa Indonesia.
radar [ - ] [radar]
Untea [ - ] [anti]

2) Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a,
e, i, o, dan u. Dalam hubungannya dengan huruf /e/, untuk pengucapan (pelafalan) kata
yang benar, diakritik berikut ini dapat digunakan jika ejaan kata itu dapat menimbulkan
keraguan. Selama pelafalan kata tersebut tidak menimbulkan persoalan bahasa, tanda
diakritis tidak perlu digunakan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ε].
Misalnya:
Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya:
Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.

3) Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf q dan x khusus digunakan
untuk nama diri dan keperluan ilmu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s].

4) Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang di-lambangkan dengan gabungan
huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Huruf Misalnya Pemakaian dalam Kata


Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
ai - balairung pandai
au autodidak taufik harimau
ei eigendom geiser survei
oi - boikot amboi
5) Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.

Gabungan Misalnya Pemakaian dalam Kata


Huruf
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
Konsonan
kh khusus akhir Tarikh
ng ngarai bangun senang
ny nyata banyak -
sy syarat musyawarah Arasy

Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk misalnya dalam bank dan
sanksi. Kemudian, ada juga gabungan ts seperti pada kata tsunami dan tsanawiyah (?).
Akan tetapi, pemakaian gabungan huruf itu tidak produktif dalam bahasa Indonesia.
Selain dari dua bentuk itu, bentuk gabungan konsonan tidak kita anjurkan, seperti dl
(hadlir), dh (mudharat), gh (maghrib), dz (adzan), dan th (bathin).

2. Pemakaian Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) pemakaian huruf menyangkut dua masalah, yaitu
(1) pemakaian huruf besar atau huruf kapital dan (2) pemakaian huruf miring.

(1) Pemakaian Huruf Besar atau Huruf Kapital


Kaidah pemakaian huruf besar atau huruf kapital dalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:
1) Apa maksudnya?
2) Dia membaca buku.
b. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan.Misalnya:
1) Dewi Sartika
2) Wage Rudolf Supratman
3) Jenderal Kancil
4) Dewa Pedang
5) Jenderal Kancil
6) Halim Perdana Kusuma
7) Diesel

Catatan:
Huruf besar atau huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
ikan mujair mesin diesel
5 ampere 10 volt

Huruf besar atau huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata
tugas. Misalnya:
Rahman bin Zaini berada di Indonesia
Siti Fatimah binti Salim menyantuni anak yatim
Indani boru Sitanggang meraih gelar doctor psikologi
Charles Adriaan van Ophuijsen memimpin rapat eja
Dia dikenal sebagai Mutiara dari Selatan
Harta yang melimpah itu adalah milik Jufri ibnu Hamid.

c. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan
langsung. Misalnya:
1) Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
2) Ibu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
3) Pemerintah menjelaskan, “Pulau-pulau terdepan di perbatasan hendaknya
mendapat perhatian khusus.“

d. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama,
kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.Misalnya:
Islam, Kristen, Hindu, Alquran, Alkitab, Weda, Allah, dan Tuhan.
1) Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
2) Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.

e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, gelar keturunan, dan gelar keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Datuk Maringgih
Hajjah Utamiwati

f. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan
yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
1) Silakan duduk, Prof.
2) Mohon izin, Jenderal.
3) Terima kasih, Kiai.
4) Selamat pagi, Dokter.
g. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat. Misalnya:
1) Wakil Presiden Adam Malik berkunjung ke Jepang,
2) Perdana Menteri Nehru mengemukakan sikap India.
3) Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara dikenal sebagai salah seorang
pahlawan Indonesia.
4) Pada masa revolusi peranan Jenderal Soedirman tidak dapat dilupakan.

h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Dani, bahasa Bali, dan suku Baduy
1) Di Daerah Maluku terdapat juga bahasa Makian
2) Kehidupan suku Piliang sebagian besar bertani.
3) Seluruh bangsa Indonesia menghormati pahlawan.
Catatan:
Jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1) Baru saja ia tinggal di sana satu tahun, ia sudah keinggris-inggrisan.
2) Coba Anda hindarkan usaha mempranciskan bahasa Indonesia.
3) Penjepangan Indonesia dilakukan dengan memasukkan mobil merek Kijang ke
Indonesia.
Demikian juga kata-kata pengindonesiaan, membatakkan, keinggris-inggrisan, dan
kejawa-jawaan.

i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Lebaran, dan hari
Natal
1) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada hari
Lebaran.
2) Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Zulhijah Tahun Hijriyah.

j. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
Konferensi Asia Afrika,
Perang Dunia II,
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Rekapitulasi Tuntang
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan
huruf kapital. Misalnya:
1) Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
2) Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi.
Misalnya:
Jakarta Asia Tenggara
Pulau Miangas Amerika Serikat
Bukit Barisan Jawa Barat
Ngarai Sianok Jazirah Arab
Selat Lombok Lembah Baliem
Sungai Musi Pegunungan Himalaya

Catatan:
Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf
kapital. Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau

Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis
dengan huruf kapital. Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima)
kacang bogor (Voandzeia subterranea)
nangka belanda (Anona muricata)
petai cina (Leucaena glauca)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan
atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya. Misalnya:
1) Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula
aren, dan gula anggur.
2) Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.

Contoh berikut bukan nama jenis.


1) Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik Solo, batik Yogyakarta, dan
batik Madura.
2) Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.
3) Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian
Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.

l. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk. Misalnya:
1) Republik Indonesia
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
3) Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat
Lainnya
m. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, judul karangan, judul artikel, judul
novel, judul majalah, judul surat kabar, judul antologi, judul tabloid, dan judul film,
kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada
posisi awal. Misalnya:
1) Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
2) Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
3) Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.

n. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
S.H. sarjana hukum
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
S.S. sarjana sastra
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
K.H. kiai haji
Hj. hajah
R.A. raden ayu
St. sutan
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
o. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan
lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
1) “Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
2) Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
3) “Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
4) Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
Catatan:
Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan. Misalnya:
1) Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
2) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

Kata ganti Anda ditulis dengan awal huruf besar atau huruf kapital. Misalnya:
1) Sudahkah Anda tahu?
2) Siapa nama Anda?

(2) Pemakaian Huruf Miring


Kaidah pemakaian huruf miring dalam bahasa Indonesia dapat dipaparkan sebagai
berikut.
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
nama surat kabar, nama antologi, nama jurnal, dan nama tabliod yang dikutip dalam
tulisan (karangan). Penulisan huruf miring itu juga termasuk untuk penulisannya
dalam daftar pustaka. Misalnya:
1) Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
2) Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.
3) Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat (Cetakan
Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Misalnya:
1) Huruf terakhir kata abad adalah d.
2) Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
3) Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
4) Anda buat kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:
1) Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
2) Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
3) Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
Catatan:
Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa
daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
Dalam naskah tulisan tangan atau mesin ketik (bukan komputer), bagian yang akan
dicetak miring ditandai dengan garis bawah satu.
Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara
langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

(3) Pemakaian Huruf Tebal


Dalam Ejaan Bahasa Indonesia pemakaian huruf tebal dalam kalimat diatur sebagai
berikut.
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
1. Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia.
2. Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‘dan’.

2) Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul
buku, bab, atau subbab. Misalnya:
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh bahasa standar dan nonstandar,
ratusan bahasa daerah, dan ditambah dengan beberapa bahasa asing, membutuhkan
penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar belakang
akan diuraikan, seperti tampak pada paparan berikut.
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang
beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat bangga
terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat
bangga terhadap bahasa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana sikap bahasa Sunda terhadap perkembangan bahasa Indonesia
2) Bagaimana sikap masyarakat Sunda dalam mengatasi kepunahan bahasa Sunda
pada masa mendatang.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini dapa dipaparkan sebaga berikut.
1) Ingin mengungkapkan sikap bahasa Sunda terhadap perkembangan bahasa
Indonesia
2) Ingin mengungkapkan sikap masyarakat Sunda dalam mengatasi kepunahan
bahasa Sunda pada masa mendatang

PENULISAN KATA

Dalam hubungan penulisan kata, berikut akan dibicarakan bentuk kata dasar, kata
berimbuhan, kata ulang, gabungan kata, pemenggalan kata, kata depan, partikel,
singkatan dan akronim, angka dan bilangan, kata ganti, dan kata sandang.

1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
1) Kantor pajak penuh sesak.
2) Saya pergi ke sekolah.
3) Buku itu sangat tebal.

2. Kata Berimbuhan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
berjalan berkelanjutan
mempermudah gemetar
lukisan kemauan

Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya:
sukuisme seniman
kamerawan gerejawi

Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya:


adibusana, infrastruktur, proaktif
aerodinamika, inkonvensional, purnawirawan
antarkota, kontraindikasi, saptakrida
antibiotik, kosponsor, semiprofesional
awahama, mancanegara, subbagian
bikarbonat, multilateral, swadaya
biokimia, narapidana, telewicara
dekameter, nonkolaborasi, transmigrasi
demoralisasi, paripurna, tunakarya
dwiwarna, pascasarjana, tritunggal
Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang
berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia pan-Afrikanisme
pro-Barat non-ASEAN
anti-PKI

Bentuk maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur
berikutnya, yang berupa kata dasar. Misalnya:
1) Kegiatan itu diikuti oleh seluruh mahasiswa.
2) Semua kita serahkan kepata Tuhan Yang Mahakuasa.
3) Kini perilaku remaja sudah lebih baik.
Bentuk maha dan peri yang diikuti oleh kata turunan ditulis terpisah dengan unsur
berikutnya. Jika bentuk maha yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah
dengan huruf awal kapital. Misalnya:
1) Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
2) Tindakan itu harus sesuai dengan peri keadilan.

Bentuk maha yang diikuti oleh kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat
Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai. Misalnya:
1) Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
2) Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Kata ganti ku dan kau, yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau, ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan nya, yang ada
pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya:
1) Kalau kamu mau membaca buku, boleh kauambil buku itu.
2) Masalah banjir kukemukakan dalam diskusi itu.
3) Tinta merah dituangkannya ke kertas putih.

3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang atau kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya. Misalnya:
anak-anak biri-biri
buku-buku cumi-cumi
hati-hati kupu-kupu
kuda-kuda kura-kura
lauk-pauk berjalan-jalan
mondar-mandir mencari-cari
ramah-tamah terus-menerus
sayur-mayur porak-poranda
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama. Misalnya:
surat kabar → surat-surat kabar
kapal barang → kapal-kapal barang

4. Gabungan Kata
Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisa, seperti daya serap, tata bahasa, kerja sama, duta besar, meja tulis, orang tua,
segi empat, mata air, rumah sakit umum, terima kasih, ibu kota, serah terima, juru tulis,
temu wicara, kambing hitam, model linear, dan persegi panjang..
Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya:
anak-istri pejabat anak istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran. Misalnya:
bertepuk tangan menganak sungai
garis bawahi sebar luaskan
Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan menggarisbawahi
menyebarluaskan penghancurleburan
Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Misalnya:
acapkali hulubalang radioaktif
adakalanya kacamata saptamarga
apalagi kasatmata saputangan
bagaimana kilometer saripati
barangkali manasuka sediakala
beasiswa matahari segitiga
belasungkawa olahraga sukacita
bilamana padahal sukarela
Gabungan kata berikut juga sudah dianggap sebagai satu kata dan harus ditulis
serangkai, yaitu akhirulkalam, Alhamdulillah, astagfirullah, bismillah, bumiputra,
darmabakti, darmawisata, dukacita, halalbihalal, kacamata, kasatmata, kepada,
karatabasa, manasuka, mangkubumi, paramasastra, peribahasa, puspawarna,
saptamarga, sebagaimana, sekalipun, silaturrahmi, syahbandar, titimangsa, wasalam.

5. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. Jika di tengah kata terdapat
huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
bu-ah ma-in ni-at sa-at

Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal. Misalnya:


pan-dai au-la sur-vei am-boi

Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:
ba-pak la-wan de-ngan ke-nyang

Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya:
Ap-ril cap-lok makh-luk man-di
sang-gup som-bong masy-hur swas-ta

Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya:
ul-tra in-fra ben-trok in-stru-men

Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal. Misalnya:
bang-sa ba-nyak ikh-las bang-krut
kong-res makh-luk masy-hur sang-gup
Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur
pembentuknya. Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan

Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan


seperti pada kata dasar. Misalnya:
me-nu-tup me-ma-kai
me-nya-pu me-nge-cat

Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Misalnya:


ge-lem-bung ge-mu-ruh

Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir baris
tidak dilakukan. Misalnya:
1) Beberapa pendapat mengenai masalah i- (salah)
tu telah disampaikan ….
2) Walaupun cuma-cuma, mereka tidak ma- (salah)
u mengambil makanan itu.

Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap
unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. Misalnya:
biografi bio-grafi bi-o-gra-fi
fotografi foto-grafi fo-to-gra-fi
Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya. Misalnya:
1) Lagu “Indonesia Raya” digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
2) Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir Alisjahbana.
Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
1) Ia bekerja di DLLAJR.
2) Pujangga yang terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.

Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
1) Ia bekerja di DLL-
AJR.
2) Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.- Ng. Rangga Warsita.

6. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.Misalnya:
7. Di mana dia sekarang?
8. Kain itu disimpan di dalam lemari.
9. Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.

7. Partikel
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
10. Bacalah buku itu baik-baik!
11. Apakah yang tersirat dalam surat itu?

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:


1) Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
2) Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.

Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai pada dua belas
kata. Kata-kata tersebut adalah adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun,
kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.

Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya:
1) Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
2) Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
3) Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

8. Singkatan dan Akronim


Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat ditulis dengan diikuti oleh
tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana social
S.Kom. sarjana komunikasi

Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
UI Universitas Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
BNN Badan Narkona Nasional
Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
PT perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
SIM surat izin mengemudi
NIP nomor induk pegawai

Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih yang ditulis dengan huruf kecil,
penulisannya harus diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
hlm. halaman dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya
sda. sama dengan di atas yth. yang terhormat

Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang ditulis dengan huruf kecil (lazim dipakai
dalam surat-menyurat), huruf itu masing-masing harus diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
a.n. atas nama d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian

Lambang kimia, lambang satuan ukuran, takaran, timbangan, dan lambang mata uang
ditulis dengan tidak diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
Cu kuprum cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere l liter
kg kilogram Rp rupiah
cc sentimeter kubik ha hektare

Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
BIG Badan Informasi Geospasial
BIN Badan Intelijen Negara
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Mabbim Majelis Bahasa Brunei Darussalam Indonesia Malaysia

Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
puskesmas pusat kesehatan masyarakat
rudal peluru kendali

9. Angka dan Bilangan


Lambang bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
(1)Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
(2)Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
(3)Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
abstain.
(4)Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan
250 sedan.

Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:


1) Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
2) Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari:
1) 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari peme-rintah daerah.
2) 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
1) Panitia mengundang 250 orang peserta.
2) Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca. Misalnya:
1) Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
2) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya 10 triliun rupiah.

Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, ukuran berat, ukuran luas,
ukuran isi, dan ukuran waktu, serta (b) nilai uang. Misalnya:
0,5 sentimeter 5 kilogram
4 hektare 10 liter
2 tahun 6 bulan
1 jam 20 menit Rp5.000,00

Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15

Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 16: 15—16

Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan angka arab, angka rumawi, atau
huruf dengan cara sebagai berikut. Misalnya:
abad XX abad ke-20 abad kedua puluh Perang Dunia II Perang Dunia
Ke-2 Perang Dunia Kedua
Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
1) lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
2) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
3) uang 5.000-an (uang lima ribuan)

Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Misalnya:
Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).

Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan
seperti berikut. Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).

Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Kelapa Dua Koto Nan Ampek
Raja Ampat Simpang Lima

10. Kata Sandang si- dan sang-


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
A.Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
B. Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
C. Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
Catatan:
Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika sang merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
1) Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
2) Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa.

b. Latihan

Untuk memantapkan pengetahuan Anda teks faktual atau tek akademik Anda jawablah
pertanyaan berikut ini.
1. Kapan Anda mulai mengenal istilah genre? Apa perbedaan antara genre makro dan
genre mikro?
2. Anda tumbuh di lingkungan budaya akademik, dapatkah Anda menjelas pengertian
teks akademik?
3. Jelaskan perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik dengan menunjukkan
ciri-ciri yang ada.
4. Siapa yang dituntut untuk menghasilkan teks akademik, dan siapa seja yan
memanfaatkan teks akademik?
5. Mengapa Anda membutuhkan teks akademik? Dalam hal apa Anda memutuhkan teks
akademik?

c. Rangkuman
Teks faktual ialah teks yang berdasarkan kenyataan dan mengandung kebenaran. Kata
faktual artinya berdasarkan fakta, bukan imajinasi. Teks faktual itu harus dimiliki oleh
orang-orang yang berkecimpung di dunia kampus.
Teks faktual dapat berwujud sebagai teks akademik atau teks ilmiah. Tek akademik
tampil dalam berbagai jenis misalnya buku, ulasan buku, proposal penelitian, laporan
penelitian, editorial, dan artikel ilmiah. Bentuk-bentuk buku, uulasan buku, proposal
penelitain, dan sebagainya itu disebt sebagai genre makro. Di dalam genre makro itu
terdapat campuran dari beberapa genre mikro. Yang termasuk genre mikro adalah
deskripsi, eksposisi, prosedur, ekplanasi, dan diskusi.
Dalam bahasa Indonesia terdapat 26 huruf yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o,
p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z. Kemudian, ada fonem yang tidak dapat diwakili oleh huruf-
huruf itu. Oleh sebab itu, dimunculkan konsonan gabung, yaitu ng, ny, sy, dan kh. Di
samping itu, ada diftong yaitu ai, au, oi, dan ei.
Dalam bahasa Indonesia terdapa huruf besar atau huruf kapital Huruf besar atau
huruf kapital dipakai pada awal kalimat, nama orang, petikan langsung, nama Tuhan dan
nama kitab suci dan nama agama, gelar dan pangkat dan jabatan yang diikuti nama oran,
ciri khas geografi, nama negara dan lembaga dan badan dan organisasi dan dokumen,
judul buku dan majalah dan surat kabar, sinkatan gelar kesarjanaan, sebutan hubungan
kekerabatan, dan Anda.
Huruf miring dipakai pada judul buku dan majalah dan surat kabar, istilah asing dan
daerah, dan kata yang dikhususkan.
Semua kata majemuk ditulis terpisah di antara kedua unsurnya. Namun, unsur
kombinasi tetap digabungkan penulisannya.

d. Daftar Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2020. Bahasa Indonesia: Sebagai Mata Kuliah
Wajib Umum untuk Pengembanan Kepribadian. Edisi III Cetakan Ke-3.
Tangerang: Pustaka Mandiri.
Sugiarto, eko. 2013. Master EYD Edisi Baru. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Suaka Media.
Waridah, Ernawati. 2008. EYD Seputar Kebahasaan Indonesa. Jakarta: Penerbi Kawan
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai