JURNAL PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN
SIKAP PENANGANAN PERTAMA KEJANG DEMAM
PADA BALITA DI POSYANDU BANGAU VIII
DESA LEUWISADENG KABUPATEN
BOGOR TAHUN 2017
Oleh
VIRLLY GUSVIYANI
NIM 201413059
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA
TAHUN 2018HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN SIKAP
PENANGANAN PERTAMA KEJANG DEMAM PADA
BALITA DI POSYANDU BANGAU
VII DESA LEUWISADENG
KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2017"
Virlly Gusviyani’, Rizka Sulistiangsih’,
ABSTRAK
Latar Belakang: Kejang demam (febris convulsion/stuip/step) yaitu kejang yang timbul
pada waktu demam yang tidak di sebabkan oleh proses di dalam kepala (otak: seperti
meningitis atau radang selaput otak, ensifilitis atau radang otak) tetapi diluar kepala
misalnya karena ada nya infeksi di saluran pemapasan, telinga atau infeksi di saluran
pencemaan. Biasanya dialami anak usia 1 bulan sampai 5 tahun. Bila anak sering kejang,
uutamanya dibawah 6 bulan, kemungkinan besar mengalami epilepsy.” Hal ini apabila
dikaitkan dengan kejang demam maka semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang ibu
tentang kejang demam maka semakin baik frekuensi sikap penanganan pertama kejang,
demam yang terjadi pada balita.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan
Sikap Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Balita di Posyandu Bangau VIN Desa
Leuwisadeng Tahun 2017.
Metode Penelitian ; Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif. Analitik
Kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi yang diteliti adalah ibu yang
memiliki balita di Posyandu Bangau VIII Desa Leuwisadeng berjumlah 90. dengan teknik
pengambilan sampel Total Sampling.
Hasil Penelitian: Di dapatkan hasil dari 90 responden menunjukan hasil analisis,
sebagian besar ibu yang memiliki balita pengetahuan kurang mempunyai sikap yang
negatif , yaitu sebanyak 30 responden (33,3%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan
menggunakan chi square diperoleh nilai p value = (0,025) dengan nilai signifikan adalah
(0,05)
Simpulan : ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan sikap
penanganan pertama kejang demam pada balita di Posyandu bangau VIII Desa
Leuwisadeng tahun 2017.
Kata Kunci + Pengetahuan Ibu, Sikap Penanganan Pertama Kejang Demam
Kepustakaan +20 Literatur (4 Buku dan 16 Browsing)
Jumlah Halaman: xvi, 96 halaman, 5 tabel, 2 bagan, 12 lampiran
judul Skripsi.
*Mahasiswa STIKes Wijaya Husada (Pencliti
*Dosen PembimbingTHE CORELATION MOTHER'S KNOWLEDGE WITH THE
FIRST ATTITUDE OF HUMAN RESOURCES IN.
CHILDREN IN POSYANDU BANGAU VIII
VILLAGE LEUWISADENG
BOGOR DISTRICT
2017 YEAR"
Virlly Gusviyani’, Rizka Sulistiangsih’.
ABSTRACT
Background : Febrile seizures (febrile convulsion / stuip / step) are seizures that arise
during a fever that are not caused by a process in the head (brain: such as meningitis or
inflammation of the lining of the brain, encephalitis or inflammation of the brain) but
outside the head for example infections in the respiratory tract, ears or infections in the
digestive tract. Usually experienced by children aged 1 month to 5 years. If the child
often has seizures, especially under 6 months, it is most likely to experience epilepsy.
This is when associated with febrile seizures, the higher the level of knowledge a mother
hhas about febrile seizures, the better the frequency of first febrile seizures that occur in
infants.
Objective : Determine the corelation between the knowledge of mothers and the attitude
of handling the first febrile seizure in toddlers at the Posyandu VII in Leuwisadeng
Village in 2017.
Method : The research design used is Quantitative Analytical Descriptive with a Cross
Sectional approach. The population studied were mothers who had children under five in
the posiyandu bangau VIH Leuwisadeng Village totaling 90. with a Total Sampling
technique.
Result : In getting results from 90 respondents showed the results of the analysis, most of
the mothers who had toddlers of knowledge lacked a negative attitude, namely as many as
30 respondents (33.3%). Based on the results of statistical tests using chi square obtained
a value ofp value = (0.025) with a significant value is < (0.05).
Conclussion : there is a significant relationship between the knowledge of mothers and
the attitude of first handling febrile seizures in toddlers at the Posyandu Bangau VIIT in
Lewwisadeng Village in 2017.
Keywords Mother's Knowledge, Attitude for First Handling of Fever Sei:
Reference: 20 Literature (4 Books, 16 Browsing)
Number ofPages : xvi, 96 pages, 5 tables, 2 charts, 12 attachments
res
"The Titleofscientifiepapers
*Students STIKes Wijaya Husada Bogor(Researcher)
*LetcturerPENDAHULUAN
Hampir semua orang pemah
mengalami demam, ada yang cuma
demam ringan dan ada yang sampai
demamnya tinggi sekali. Demam
merupakan keadaaan yang sering di temui
sehari-hari dalam Kehidupan terutama
pada anak yang tubuhnya masih rentan
terhadap penyakit. Peningkatan suhu yang
abnormal —misalnya —akibat _ penyakit.
Beragam penyakit memang biasanya di
mulai dengan manifestasi berupa demam,
Untuk mengatasi ketidaknyamanan yang
di akibatkannya, di lakukan berbagai cara
mulai dari sederhana sampai harus
kepelayanan Kesehatan. Demam
merupakan —kasustersering yang
menyebabkan orangtua membawa anak ke
pelayanan keschatan dan terkadang
‘membuat orang tua panik.“”
Angka kejadian kejang demam di
Indonesia dilaporkan pada tahun 2013-
2014 mencapai 3-4% dari anak yang
berusia umur dibawah lima tahun terjadi
tiap tahun. Di Amerika hampir 1,5 juta
dan sebagian besar lebih sering terjadi
pada anak berusia 6 hingga 32 bulan 2
tahun), terutama pada usia 18 bulan,
Insiden kejadian kejang demam berbeda di
berbagai negara. Angka kejadian kejang
demam pertahun tercatat 2-4% didaerah
Eropa Barat dan Amerika, sebesar 5-10%
India 8,8% di Jepang.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor 2015 tingginya kematian balita
dapat pula disebabkan oleh rujukan yang
terlambat, maupun penanganan medi
yang Kurang adekuat. Untuk mencapai
target MDGs (Millennium Development
Goals) tahun 2015 sebesar 32/1000
kelahiran hidup, maka perlu kelengkapan
dan tatalaksana penyakit sesuai Standar
Operasonal (SOP) sangat penting agar
penanganan penderita dapat dilaksanakan
lebih baik, schingga lebih banyak balita
dari kematian.
Penyebab kematian balita terbesar adalah
penyakit Diare dan Gastroentritis
(21.43%), urutan—-kedua adalah
Bronchoneumonia sebesar (18,88%) yang
etiga dari 10 penyakit lainya adalah
kejang demam (11,69%).
Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) data di Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2015 penderita kejang demam
di Rumah sakit berjumlah 2.220 untuk
umur 0-1 tahun, sedangkan umur 1-4
tahun berjumlah 5,696, Di Rumah Sakit
Kabupaten Bogor didapatkan data pada
tahun 2015 dengan kejang demam yaitu
11,69%.
Berdasarkaan data di Puskesmas
Sadeng Pasar pada tahun 2017 penderita
kejang demam berjumlah 20 orang untuk
umur 1-5 tahun, Karena tidak semua balita
yang mengalami kejang demam langsung
dibawa kepuskesmas. Kemungkinan orang
tua langsung membawanya ke rumah sakit
terdekat, dan klinik-Klinik yang didirikan
oleh Dokter umum dilingkungan sekitar
Berdasarkan data di Posyandu Bangau
VIII pada tahun 2017 penderita kejang
demam berjumlah 5 orang untuk umur 1-5
tahun,
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan penulis melalui wawancara
tethadap 10 orang ibu di posyandu bangau
VIII desa leuwisadeng diketahui bahwa 9
orang dengan pengetahuan —cukup
‘mengetahui tentang kejang demam namun
tidak mengetahui cara penanganan kejang
demam. selain memberikan kopi, obat
penurun panas dan ada yang membawa
anaknya kedukun. 1 orang dengan
pengetahuan baik mengetahui tentang
ejang demam dan tahu cara penanganan
Kejang demam pada anak yaitu dengan
‘membawa anak langsung ke dokter, dan
tidak memasukkan sesuatu pada mulut
anak. Diketahui 10 orang ibu di posyandu
bangan VIM Desa Leuwisadeng dengan
bersikap negatif Karena tidak tau caraPenanganan pertama kejang demam pada
anak selain memberikan kecap, sendok
dan membawanya kedukun,
Sehingga berdasarkan latar belakang
diatas peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Antara Pengetahuan Ibu
Dengan Sikap Penanganan Pertama
Kejang Demam Pada Balita Tahun 2017”
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan ini adalah
penelitian kuantitatif (analitik) dengan
pendekatan korelasional dan metode
Cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan di
Posyandu Bangau VIII Desa Leuwisadeng
pada tanggal 4 November tahun 2018.
Posyandu Bangau VIII Desa Leuwisadeng
Kabupaten Bogor berlokasi. di jl.
Leuwisadeng KM.002. Kode Pos
16640". Sample yang ditetapkan dalam
penelitian ini adalah ibu yang memiliki
balita yang berjumlah 90 orang. Dengan
menggunakan metode total sampling. Dan
menggunakan uji statistic chi-square
diperoleh nilai p-value sebesar diperoleh
nilai_p value = 0.025 dengan nilai
signifikan adalah < 0,05 dengan demikian
Ho ditolak Ha di terima, dan artinya
terdapat Keeratan hubungan yang kuat
antara pengetahuan ibu dengan sikap
penanganan pertama kejang demam
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu
Di Posyandu Bangau VIII Desa
Leuwisadeng Tahun 2017
Pengetahuan | Frekuensi | Persentase
Ibu (%)
Kurang 48 533
Cukup 14 15.6
Baik 28 311
Total 90 1000
Berdasarkan tabel 4.1. menunjukkan
bahwa dari 90 responden, sebagian besar
ibu yang memiliki balita dengan
pengetahuan kurang, yaitu sebanyak 48
responden (53.3%).
‘Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Sikap Penanganan
Pertama Kejang Demam Di Posyandu
Desa Leuwisadeng Tahun 2017
Sikap | Frekuensi | Persentase
3)
Positif 47 522,
Negatif 43 418
Total 90 iad
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan
bahwa dari 90 responden, sebagian besar
ibu yang memiliki balita dengan sikap
negatif sebanyak —47—_responden
(52,2%).responden (48,0%).Tabel
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Sikap Penanganan Pertama Kejang
Demam pada Balita di Posyandu Desa Bangau VIII Desa Leuwisadeng Tahun
2017
Pengetahuan _Sikap Penanganan
Ibu Pertama Kejang
Demam
Negatif Positif
% N %
Kurang 30.33.3118 200
Cukup 3 3,3 MW 12,2
Baik 14° 156 14 15,6
Total WT 22 8 48
Total P
Value
%
4g 533-0025
14 15,6
28 31d
90-100
Berdasarkan tabel 4.3. didapatkan
hasil dari 90 responden menunjukan hasil
analisis, sebagian besar ibu yang memiliki
balita pengetahuan Kurang -mempunyai
sikap yang negatif . yaitu sebanyak 30
responden (33,3%). Berdasarkan hasil uji
statistik dengan menggunakan chi square
diperoleh nilai p value = (0,025) dengan
nilai signifikan adalah < (0,05). Sehingga
value < (0,05) dapat disimpulkan ada
Hubungan yang signifikan Antara
Pengetahuan Ibu dengan —_Sikap
Penanganan Pertama Kejang Demam Pada
Balita di Posyandu bangau VII Desa
Leuwisadeng tahun 2017
PEMBAHASAN
1. Analisa Univariat
Pengetahuan adalah merupakan
hasil “tahu” dan ini terjadi setetah
orang mengadakan _pengindraan
terhadap —suatu objek —_tertentu,
Pengindraan terhadap objek terjadi
‘melalui panca indra manusia yakni?
Kejang demam adalah ‘bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (Suhu mencapai <38'C ). Kejang
demam dapat terjadi Karena proses
intrakranial —mupun —ekstrakranial.
Kejang demam terjadi pada 2-4%
populasi anak berumur 6 bulan sampai
dengan 5 tahun, Paling sering anak usia
17-23 bulan.“
Berdasarkan hasil penelitian dari
90 responden, sebagian besar ibu yang
memiliki balita dengan pengetahuan
rang, yaitu sebanyak 30 responden
(33.3%).
Berdasarkan cori dan hasil
penelitian diatas maka peneliti
menganalisa terdapat _keselarasan
antara teori dan hasil bahwa yang
mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan, lingkungan dan sosialbudaya. Faktor yang pertama adalah
pendidikan arena —_responden
berpendidikan fulusan terakhir adalah
SD/MI Kategori pendidikan SD/MI
termasuk kedalam kategori pendidikan
kurang — sehingga _pengetahuannya
kurang, —_faktor kedua adalah
pengalaman , Karena pengalamanan ini
suatu cara untuk memperoleh
Kebenaran suatu pengetahuan ketika
ibu yang memiliki balita belum pernah
mengalami kejang demam maka
pengetahuan — penangananya pun
Kurang, dan faktor sosial budaya
arena’ sosial budaya di lingkungan
setempat masih_mempercayai_ bahwa
kecap, kopi, sendok dan pergi kedukun
bisa mengobati kejang demam.
Penelitian ini juga selaras dengan
hasil penelitian penelitian Erwin
yektiningsih (2013). yang berjudul
hubungan pengetahuan ibu tentang
kejang)demam dengan sikap ibu
terhadap penanganan kejang demam
pada balita, Desain_penelitian
menggunakan cross-sectional.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa sebagian besar ibu memiliki
pengetahuan yang baik yaitu berjumlah
19 responden (43,29).
Sikap adalah ~—_keteraturan
kketeraturan tertentu dalam hal perasaan
(afeksi), pemikiran (kognitif), dan
predisposisi. tindakan——_(Konasi)
seseorang terhadap suatu'aspek
dilingkungan sekitamya‘"”?
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap adalah pengalaman _pribadi,
pengaruh orang lain, —_ pengaruh_
kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama dan
faktor emosional Kadang kala, suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi
sebagai sebagai semacam penyaluran
frustasi atau pengalihan—bentuk
mekanis mepertahanan ego.
Kejang demam adalah kejang
yang. terjadi akibat kenaikan suhu
tubuh diatas 38°C tanpa adanya infeksi
susunan saraf pusat (SSP) atau
gangguan elektrolit pada anak diatas
‘sia | bulan tanpa riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya
Berdasarkan hasil penelitian dari
90 responden, sebagian besar ibu yang
memiliki balita dengan sikap negatif,
yaitu sebanyak 47 responden (52,2%).
Berdasarkan teori. dan hasil
penelitian diatas maka —pencliti
menganalisa terdapat _keselarasan
antara teori dengan hasil bahwa yang
‘mempengarui sikap adalah pengalaman
dimana pengalaman pribadi dapat
mempengaruhi sikap _penanganan
pertama, ketika ibu. yang memiliki
balita pernah mengalami
pengalamanan kejang demam maka
penangananya pun akan mengarah
kkesikap positif, faktor kedua adalah
pengaruh —budaya—_dilingkungan
setempat masih kuat mempercayai
bahwa kecap, kopi, sendok dan pergi
kkedukun bisa mengobati kejang
demam
Penelitian ini juga selaras dengan
hasil_penelitian Erwin yektiningsih
2013) yang berjudul-hubungan
pengetahuan ibu tentang kejang
demam dengan sikap ibu terhadap
penanganan kejang demam pada balita.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa sebagian besar ibu_memiliki
sikap terhadap intervensikejang
demam pada anak yang jumlahnya
positif sampai 24 responden (54,5%).
Berdasarkan hasil uji Correlaton
Coefficiente Contingency diperoleh
nilai yang. signifikan 0,000 <0.05,
antinya ditolak,
Analisa BivariatPengetahuan adalah merupakan
hasil “tahu” dan ini terjadi_setelah
orang mengadakan_pengindraan
terhadap —suatu —objek —tertentu.
Pengindraan terhadap objek terjadi
melalui panca indra manusiayakni
penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba dengan sendiri. "”
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dibagi menjadi Faktor
Intemal yang terdiri dari : pendidikan,
pekerjaan, umur, dan Faktor Ekternal
yang terdiri dari : faktor lingkungan
ddan social budaya.
Sikap adalah —_keteraturan
keteraturan tertentu dalam hal perasaan
(afeksi), pemikiran (kognitif), dan
predisposisi —tindakan—_(Konasi
seseorang terhadap suatuaspek
dilingkungan sekitarnya."””
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap adalah pengalaman ~ pribadi,
pengauh orang lain, —_pengaruh
Kebudayaan, media massa, lembaga
pendidikan dan lembaga agama dan
faktor emosional Kadang kala, suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari emosi yang berfungsi
sebagai sebagai semacam_penyaluran
frustasi atau —_pengalihan bentuk
‘mekanis mepertahanan ego,
Kejang — demam =——_(febris
convulsion/stuip’step) yaitu kejang
‘yang timbul pada waktu demam yang
tidak di sebabkan oleh proses di dalam
epala (otak: seperti meningitis atau
radang selaput ota
radang otak) tetapi diluar kepala
misalnya Karena ada nya infeksi di
saluran pernapasan, telinga atau infeksi
i saluranpencernaan. Biasanya
dialami anak usia 1 bulan sampai 5
tahun. Bila anak sering kejang,
utamanya —dibawah 6 bulan,
Kemungkinan —besar —_ mengalami
epilepsy.”
Hasil penelitian menunjukan hasil
analisis bivariat dengan uji Chi square
dari 90 responden sebagian besar ibu
yang memiliki balita” pengetahuan
kurang mempunyai sikap yang negatif ,
yaitu. sebanyak 30 responden (33,3%)..
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
menggunakan chi square diperoleh
nilai_p value = (0,025) dengan nilai
signifikan adalah < (0,05). Sehingga p
value < (0,05) dapat disimpulkan ada
Hubungan yang signifikan Antara
Pengetahuan Tou dengan _Sikap
Penanganan Pertama Kejang Demam
Pada Balita di Posyandu bangau VIL
Desa Leuwisadeng tahun 2017.
Berdasarkan teori dan hasil
penelitian diatas maka —peneliti
menganalisa terdapat —_kesclarasan
antara teori dan hasil bahwa yang
mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan, pengalaman dan sosial
budaya. Faktor yang pertama adalah
pendidikan —_karena_—_responden
berpendidikan Tulusan terakhir adalah
SD/MI kategori_pendidikan SD/MI
termasuk kedalam Kategori pendidikan
kurang —sehingga _pengetahuannya
kkurang, faktor —kedua adalah
pengalaman , karena pengalamanan ini
swat cara untuk memperoleh
Kebenaran suatu pengetahuan ketika
ibu yang memiliki balita belum pernah
mengalami kejang demam — maka
Pengetahuan penangananya pun
Kurang, dan faktor sosial budaya
arena. sosial budaya di tingkungan
setempat masih mempercayai bahwa
kecap, kopi, sendok dan pergi kedukun
bisa mengobati kejang demam.
Dan yang mempengaruhi sikap
adalah ~~ pengalaman = dimana
pengalaman ——pribadi dapat
mempengaruhi sikap —_penanganan
pertama, Ketika iby yang memiliki
balita pernah mengalamipengalamanan kejang demam maka
penangananya pun akan mengarah
Kesikap positif, faktor kedua adalah
pengaruh budaya —_dilingkungan
setempat masih kuat _mempercayai
bahwa kecap, kopi, sendok dan pergi
kedukun bisa mengobatikejang
demam.
Hasil—penelitian —_tersebut
menunjukan bahwa semakin Kurang
pengetahuan ibu maka semakin negatif
sikap ibu dan sebaliknya —ketika
pengetahatan ibu baik maka semakin
positif sikap ibu dalam penanganan
pertama kejang demam. —Tetapi
pengetahuan bu bukanlah sesuatu
‘yang mutlak mempengaruhi sikap ibu,
Faktor lingkungan, usia, pengalaman,
teman sebaya. Beberapa faktor di atas
tidak di tcliti dalam penelitian ini,
tetapi tidak dapat dipungkiti bahwa
faktor — faktor tersebut dapat
mempengaruhi sikap ibu. Bisa
dibuktikan pada saat penelitian di
Posyanda Bangau VII Desa
Leuwisadeng hambatannya adalah ada
seorang iby yang memilki balita
dengan skor pengetahuan tentang
kkejang demam kurang dan sikapnya
dalam mengatasi kejang demam pada
balita negatil.
Penelitian ini juga selaras dengan
asl penelitian ” penelitian Erwin
yektiningsih (2013). yang berjudul
ubungan pengetahuan iby. tentang
kejang demam dengan sikap ibu
terhadap penanganan kejang demam
pada lita, ~Desain_penelitian
menggunakan cross sectional.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa sebagian besar ibu_memiliki
pengetahuan yang baik yaitu berjumlah
19 responden (43,2%) dan sikap ibu
terhadap intervensi kejang demam
pada anak yang jumlahnya _positif
sampai 24° responden (54,5%).
Berdasarkan hasil ujiCorrelaton
Coefficiente Contingency _diperoleh
nilai yang. signifikan 0,000 <0,05,
artinya ditolak,
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan seperti yang
telah diuraikan s/ebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Diketahui Pengetahuan Ibu, Sebanyak
14 (15.6%) responden dengan
pengetahuan baik, 3 (3.3%) responden
dengan pengetahuan cukup, dan 30
(33.3%) responden dengan
pengetahuan kurang,
2. Diketahui Sikap Penanganan Pertama
Kejang Demam, 47 (52.2%)
responden dengan sikap negatif dan
Sedangkan dari 43 (47.8%) responden
dengan sikap positif.
Diketahui hasil ji statistik dengan
menggunakan chi square diperoleh
nilai p value = 0.25 dengan nilai
signifikan adalah < 0,05. Sehingga
dapat disimpulkanbahwa ada
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu
dengan Sikap Penanganan Pertama
Kejang Demam Pada Balita di
Posyandu bangau —VIII_—Desa
Leuwisadeng tahun 2017,
Saran
Beberapa saran yang
direkomendasikan oleh
sebagai berikut :
1. Bagi lim Pengetahuan (Scientific)
a. Institusi pendidikan
Sebagai informasi_penelitian
dan dokumentasi data penelitian
lebih lanjut mengenai hubungan
antara pengetahuan ibu dengan
sikap penanganan _ pertama
kejang demam pada balita di
penelitiPosyandu Bangau VIII Desa
Leuwisadeng tahun 2017.
.. Peneliti
Dapat _ mengaplikasikan
keilmuan. bidang Keperawatan
Gawat | Darurat yang telah
didapatkan di perguruan tinggi
dan menambah pengalaman,
wawasan dan pengetahuan
tentang hubungan_pengetahuan
ibu dengan sikap penanganan
pertama kejang demam pada
balita di Posyandu Bangau VIII
Desa Leuwisadeng tahun 2017.
Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat di
jadikan sebagai tambahan
bacaan bagi peneliti selanjutnya,
dan memberikan —_keilmuan
dibidang Keperawatan Gawat
Darurat yang berkaitan dengan
hubungan tentang hubungan
pengetahuan ibu dengan sikap
penanganan pertama kejang
demam pada balita di Posyandu
Bangau VIII Desa Leuwisadeng
tahun 2017,
2, Bagi Pengguna (Consume)
a
Puskesmas — Sadeng Pasar
(Posyandu. Bangau VIII Desa
Leuwissadeng)
Khususnya —_kader-kader
Kesehatan untuk lebih aktif
mengadakan — program-program
anak — dengan melakukan
penyuluhan (pendidikan
Kesehatan) tentang _pentingnya
penanganan sejak dini terhadap
kejang demam. Serta diharapkan
membantu. dan memberikan
pelatihan tentang —-metode
penanganan —kejang — demam
dengan cara yang benar, sehingga
‘mengurangi risiko dampak yang
lebih buruk pada anak.
Responden
untuk meningkatkan
pengetahuan ibu—Khususnya
tentang kejang demam itu sendiri
dan diharapkan. = mampu
melakukan — tindakan seperti
antisipasi serta—penanganan
pertama ketika anak mengalami
kejang, —sehingga dapat
mengurangi risiko — terjadinya
kekambuhan, Serta ibu dapat aktif
pada setiap kegiatan posyandu
yang diadakan di masing-masing
desa/wilayah.
DAFTAR PUSTAKA.
1, Lusia(2015). Mengenal Demam
dan Perawatannya pada Anak.
Surabaya: Airlangga University
Press (AUP). Skripsi, tikes
LMuhamadiyah ——Banjarmasin.
Jourmal.umbjm.ac.id/index.php/cari
ng-nursing (Diakses pada tanggal
22 Oktober 2017)
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusama.
2013). Aplikasi_——Aswhan
Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC.
Jakarta : Media Action
Shinnar S, Febrile siizures. (2012)
‘Swaman's Pediantric Neurology
Hal 790-7 (Diakses 26 November
2017)
Wibisono, dk. (2015). Jurnal
Hubungan Pengetahuan Perawat
Tentang Kejang Demam Dengan
Penanganan Kejang Demam Pada
Anak, Manado (Diakses pada
tanggal 28 Maret 2018)
Pudiastuti, RD. 2011). Waspada
Penyakit pada Anak. Jakarta : PT
Indeks ( Diakses pada tanggal 28
‘Maret 2018)10.
12.
IDAL(2013).KejangDemamAnak.(
Online). (Diakses pada tanggal 22
Oktober 2017).
Taslim(2013). Buku Ajar
Neorologis Anak. Jakarta: FKUL
Journal.umbjm.ac.id/index.php/cari
ng-nursing (Diakses pada tanggal
22. Oktober 2017)
Wawan, A dan Dewi, M. (2011).
Teori dan —-Pengukuran
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika
Hidayah, Nurul, (2015).
Pengetahuan Ibu Mengenai
Penanganan Pertama_ Kejang
Demam Pada Anak Di Kelurahan
Ngaliyan — Semarang. Skripsi
Jurusan Keperawatan Falkultas
Kedokteran Universitas Dipnegoro.
(Diakses 06 Oktober 2017)
jurmal.conv/2013/12/patofisiologi-
kejang-demam html (diakses 26
November 2017)
Notoatmodjo, 2012.Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
(Fadisi Revisi). Jakarta : Rineka
Cipta.
Fanny, Fadhilaty(2015). Hubungan
Antara Keatifan bu Dalam
Kegiataan Posyandu dan Pola
Makan Balita dengan Status Gizi
Balita Di Kelurahan Raja Basa
Raya Kecamatan Raja Basa Kota
Bandar Lampung. Skripsi Falkutas
Kedokteran Universitas Lampung.
(Dikases 25 November 2017)
14,
16.
17,
18,
19,
20,
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kuntitatif, Kualicatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sujarweni V — Wiratna, 2014,
Metodologi Peneltian
Keperawatan. Yogyakarta: Gava
Media.
Nototmodjo. 2015. Metodologi
Penelitian Kesehatan
Jakarta:Rineka Cipta
Aawar, Saifuddin, 2012, Sikap
Manusia : Teori dan Pengukuran.
Yogyakarta : Liberty.) Diakses 29
Maret 2018
Marwan, Ruly. 2017. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Penanganan
Pertama Kejadian Kejang Demam
Pada Anak Usia 6 Bulan-5 Tahun
Dipuskesmas, Skripsi_Falkultas,
Keperawatan Dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin. (Diakses 25,
November 2017)
hutp:/ipeta-
jalan.comv/kelurahandesa-
Teuwisadeng-leuwisadeng-kab
bogor’ (Diaks es. 1 November
2018)
Yektiningsih, Erwin, 2013.
Hubungan —Pengetahuan Ibu
Temang Kejang Demam Dengan
Sikap Tou Terhadap Penanganan
Kejang Demam Pada —Batita
Skripsi_ Akper Pemenag Pare
Kendiri, (Diakses 1 November
2018)