Apresiasi Film 3 Idiots
Apresiasi Film 3 Idiots
I. Pendahuluan
Film Bollywood “3 Idiots” yang disutradarai oleh Rajkumar Hirani telah sukses
menyita perhatian penonton di seluruh belahan dunia. 3 Idiots juga mencetak rekor
fantastis di minggu pertamanya. Bayangkan saja, dalam waktu empat hari usai resmi
mengantongi 1 miliar rupee (lebih dari 200 miliar rupiah) Film 3 Idiots yang dibintangi
Wangdu, dan Chhotte. Bintang cantik Kareena Kapoor sebagai Pia Sahasrabuddhe,
sedangkan R. Madhavan sebagai Farhan Qureshi dan Sharman Joshi sebagai Raju
Rastogi. Film 3 Idiots ini bercerita tentang tiga orang mahasiswa teknik mesin di ICE
Engineering, India. Tiga orang ini bernama Rancho, Farhan, dan Raju. Mereka adalah
teman satu kamar di asramanya. Farhan dan Raju adalah mahasiswa biasa yang nilainya
hanya rata-rata. Sedangkan seorang Rancho adalah seorang mahasiswa yang jenius dan
Awal pertemuan dengan Rancho pada saat semua mahasiswa mengalami masa
orientasi dengan membuka celana mereka dan hanya menanggalkan celana dalam saja.
Keberanian dan pemikiran jenius Rancho berani mengkritisi tentang cara pembelajaran
yang berlaku di dalam Universitas tersebut. Selama dia di Universitas itu mendapatkan
banyak tekanan baik dari dosen pengajar dan rektor. Rancho dinilai memiliki pola
pemikiran yang bertentangan dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di dalam
Universitas. Bahkan kedua temannya Raju dan Farhan juga terkena imbasnya dan nyaris
1
Ketegangan itu berlanjut saat Rancho mendapati seorang mahasiswa bernama
Joy Lobo yang mati gantung diri di kamar asramanya. Namun, Rancho berani berkata
kepada rektornya bahwa hal tersebut bukan bunuh diri melainkan pembunuhan yang
mengharuskan kita menjadi sebuah mesin juga, tetapi harus lebih manusiawi. Dia juga
tidak setuju dengan adanya sistem peringkat yang dinilai membeberkan kelemahan di
muka umum.
Protes-protes keras yang dilakukan oleh tokoh Rancho (Amir Khaan) inilah
yang membuat film ini menarik. Tema yang diangkat film ini pendidikan dengan alur
antara sistem pendidikan dan peserta didik, antara pemimpin dengan orang yang
Kolonialisme tidak hanya berbicara tentang sebuah keadaan pasca masa kolonial
(penjajahan) melainkan tentang keadaan suatu negara dan pola fikir yang digunakan
masih dalam belenggu kolonial. Bedanya yang menjadi penjajah adalah kaumnya
2
BAB II
2. Pembahasan
Film 3 Idiots merupakan film cerdas dan berbobot. Dalam penokohannya film
ini dikemas dengan menggunakan tiga ikon orang yang memiliki kepribadian dan pola
pikir yang unik. Representasi orang-orang yang cerdas digambarkan dengan tiga orang
idiot bukan tanpa maksud, hal itu justru ingin menunjukkan kecacatan yang
sesungguhnya bukan pada orang-orang yang kita anggap idiot, melainkan pada diri kita
sendiri yang autis terhadap zaman. Film ini banyak sekali mengusung kritik sosial,
terutama mengkritisi sistem pendidikan yang berada di seluruh penjuru dunia. Beberapa
poin penting yang diusung film ini dalam perspektif post-kolonialisme adalah adanya
relasi kuasa pada alur ceritanya. Post-kolonialisme merupakan bentuk penyadaran dan
kritik atas praktik masa kolonialisme yang terjadi di zaman yang modern. Perbedaannya
Relasi kuasa yang dimaksud adalah, adanya hubungan antara penguasa atau
pengendali dengan peserta yang dikendalikan. Dalam bagian pertama film ini, adegan
perpeloncoan yang dilakukan oleh senior kepada juniornya, merupakan salah satu ciri
adanya praktek kolonialsme yang masih berjalan pada masa modern dan merdeka.
Penjajah bukan lagi bangsa lain, melainkan bangsa sendiri. Ada pula relasi kuasa antara
rektor ICE yang mendapatkan julukan Mr. VIRUS terhadap peserta didiknya melalui
sistem pendidikan yang tidak efisien. Semua peserta didik tertekan dan tidak leluasa
mengekspresikan dirinya terhadap segala sesuatu yang ingin mereka kerjakan. Mereka
sengaja di atur dengan tepat seperti berjalannya mesin dan saat sudah tak mampu
menahan tekanan tersebut mesin itu rusak (bunuh diri). Rektor bertindak sebagai
penjajah yang menindas peserta didiknya dengan berbagai sistem yang tidak efisien.
3
Perspektif post-kolonialisme dalam film 3 Idiots ini mampu menguak peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada zaman kolonial dan masih berlanjut pada zaman yang sudah
modern. Pada masa penjajahan contohnya, para budak rela bekerja hanya untuk
bertahan hidup. Pekerjaan para budak selalu tergantung pada mesin yang hanya dimiliki
oleh pemilik modal. Sehingga keseimbangan sistem sosial tidak ada. Sama halnya yang
terjadi pada film 3 Idiots ini, anggapan tentang sekolah teknik mesin adalah terbaik.
Orang yang mampu menguasai mesin dengan baik, adalah orang besar. Anggapan
tentang ilmu sains dan teknologi lebih baik dari pada ilmu sosial, sudah sering terjadi
dalam kehidupan masa lalu. Bahkan pada zaman modern saat ini. Para mahasiswa
berlomba menjadi yang terbaik, belajar menghafal dan memperoleh nilai yang terbaik.
Mereka diperbudak dengan sistem dan ketentuan yang diterapkan pada kesadaran
mereka. Membuat mereka bekerja seperti mesin untuk mencapai segala sesuatu.
bukan semata-mata dalam bentuk fisik, melainkan psikologis. Tidak kalah pentingnya
juga bahwa teori postkolonialisme bukan semata-mata teori, melainkan suatu kesadaran
itu sendiri, bahwa masih banyak pekerjaan besar yang harus dilakukan, seperti
lainnya, baik material maupun spiritual, baik yang berasal dari bangsa asing maupun
bangsa sendiri. Dalam film ini juga telah ditampilkan penjajahan secara psikologis yang
telah dilakukan oleh sistem pendidikan. Seorang peserta didik harus mencapai nilai
yang ditargetkan, yang tercepat adalah pemenang dan yang lambat akan terus tertinggal.
Seperti kutipan dialog rektor Mr. Viru berikut: “Bersaing, atau mati. Hidup ini
perlombaan. Jika kau tidak cepat, seseorang akan mengalahkanmu dan melaju kencang
meninggalkanmu”.
4
Sistem pendidikan yang demikian memang efektif untuk memacu semangat
bersaing satu-sama lain, tapi tidak efisien karena dalam persaingan bidang akademik,
mereka dan keslahan yang mereka perbuat sebenarnya. Satu cara pembelajaran tidak
mungkin bisa digunakan untuk semua karakter peserta didik. Ambil saja prinsip tidak
ada orang bodoh di dunia ini, hanya cara pemahaman dan belajar saja yang berbeda.
Jadi bukan terpaku pada satu sistem pembelajaran, dan ketika ada suatu pemahaman
yang berbeda harusnya juga bisa diterima dengan baik. Bukan malah disalahkan dan
dianggap bodoh. Sikap rektor dalam film ini mungkin digambarkan sebagai orang yang
disiplin dan tegas, tetapi tidak memiliki kepekaan terhadap mental peserta didiknya,
yang dia harapkan hanya bukti hitam di atas putih bahwa nilai mereka mencapai target
kelulusan.
Hal lain yang dapat disoroti dalam film ini adalah banyaknya kritik sosial,
film ini. Tokoh Rancho yang dihadirkan sebagai pemberontak sistem, menyadarkan
dosen sekaligus rektor dengan pola pemikirannya yang unik. Rancho mengkritisi dosen
teknik mesin yang bertanya tentang definisi mesin kepadanya. Dia menjawab dengan
pemahaman yang sederhana, namun dosen tersebut tidak menerima argumennya. Ada
salah satu temannya bernama Chatur menjelaskannya dengan tepat sesuai dengan
definisi buku. Rancho protes dia menganggap pemahamannya sama hanya bahasanya
saja yang berbeda, lebih sederhana. Dalam dialognya Rancho berkata kurang lebih
5
seperti ini: “kita belajar disini bukan untuk menghafal pak, apa bedanya pemahaman
saya dengan penjelasan Chatur. Maksudnya sama, hanya saja pemilihan bahasanya
lebih sederhana..”. Dosen itu mengatakan tidak membutuhkan bahasa yang sederhana,
tetapi definisi yang tepat. Sebuah kritik yang dilontarkan Rancho adalah bahwa
universitas bukan hanya menghasilkan insinyur - insinyur yang hanya pintar bicara,
menitik beratkan kepada orientasi teori tanpa adanya pengaplikasian dari teori tersebut.
Bahkan hanya menghasilkan lulusan yang nantinya bekerja untuk mngabdi kepada
perusahaan asing, dengan gaji besar, namun tidak berfikir untuk memajukan bangsanya
bagaimana mendapatkan nilai yang bagus. Pandangannya begitu maju dan menentang
pandangan kuno tentang membuat mesin, dan baginya semua hal yang kita pelajari
tidak hanya berdasarkan "teks book", seperti yang dia ajarkan di perguruan tinggi saat
ini. Sisi lain yang ditunjukkan dari sistem pendidikan bukan malah mendidik melainkan
menciptakan robot-robot pekerja yang berambisi hanya ingin memperoleh nilai terbaik,
kelulusan dan pekerjaan. Fim ini mengajarkan kita bahwa nilai akademik bukanlah
segalanya, status tidaklah penting, ijazah bukanlah hal yang harus anda raih, karna yang
terpenting adalah seberapa jauh ilmu dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Bentuk diskriminasi di dalam dunia pendidikan serta sistem yang membelenggu pola
Kritik sosial yang ingin disampaikan oleh film ini tertuju kepada orang tua
sebagai salah satu pemegang peran penting terhadap kelangsung kehidupan anaknya.
Dalam film ini ditunjukkan sikap orang tua yang selalu memaksakan kehendak mereka
6
terhadap anaknya. Ya, memang benar adanya tidak satupun orang tua yang
menginginkan anaknya gagal dan hidup menderita di masa depan. Maka dari itu ke-
posesifan orang tua terhadap anaknya menjadi malapetaka tersendiri. Orang tua Farhan
yang selalu memaksakan anaknya menjadi insinyur dan ahli bidang mesin tidak
mengetahui bahwa anaknya lebih menyukai fotografi. Ibu Raju rela bekerja menjadi
pembantu karena ingin melihat anaknya sukses menjadi insinyur dan kehidupan mereka
akan membaik setelah Raju mendapatkan pekerjaan. Padahal Raju tidak mampu
mengikuti pelajaran yang yang ada di ICE. Anak laki-laki rektor meninggal bunuh diri
karena tiap tahunnya selalu gagal masuk ujian di ICE. Dia tidak sanggup menelan
kegagalan, dan mengakhiri hidupnya karena malu tidak mampu menuruti kehendak
sebagai seorang sastrawan. Sikap patriarki orang tua inilah yang menyebabkan anak-
anak menjadi seorang pelaku pasif dalam memutuskan sesuatu. Dengan adanya adat
harus menuruti perintah orang tua, anak-anak menjadi subjek yang tak berdaya dalam
menjalankan ambisi orang tua yang berujung sebuah penyesalan dan psikologis yang
tertekan. Film ini membuka mata kita sebagai orang tua agar memiliki sikap yang
ketimbang ambisi yang gagal anda raih dan secara tidak sadar dilimpahkan kepada
anak.
Di samping itu ada suatu hal menarik dalam film ini mengenai budaya
pernikahan masyarakat India. Dalam film ini diceritakan kakak Raju yang sudah telat
menikah karena tidak mampu membayar mas kawin (dowry). Di India, dowry atau mas
kawin dalam sebuah perkawinan dibayarkan oleh keluarga pengantin perempuan kepada
7
ketika keluarga perempuan tak mampu membayar mas kawin yang ditentukan. Dalam
tradisi India perempuan dipandang sebagai milik ayahnya ketika dia masih kecil, milik
suami ketika menikah, milik anak laki-lakinya ketika ia menjanda. Perempuan tak
pernah menjadi milik dirinya sendiri. Dalam budaya ini hak perempuan terlihat sangat
tidak diperhitungkan.
Film ini juga memperlihatkan kritik patriarki yang sangat kental dalam budaya.
Dimana seorang ayah merupakan dewa yang tidak pernah melakukan kesalahan dan
perintahnya harus diikuti. Padahal belum tentu seorang ayah memahami perasaan
8
BAB III
3. Penutup
Pengemasan film yang apik menjadikan keseluruhan isi cerita tersampaikan secara
ringan dan mampu dinikmati. Pesan-pesan dan kritik yang terdapat dalam film ini juga
membuat klimaks konflik tersendiri dalam tiap adegannya. Pengetahuan tentang hakikat
pembelajaran dan mengajar ilmu pengetahuan bukan hanya menghafal tetapi memahami
aplikasinya, merupakan salah satu gagasan cerdas dan inovatif. Dialog yang cukup
mengena dalam film ini: "Sekarang kita putar sebentar semenit kita tadi, dan pikirkan,
ketika saya lontarkan sebuah pertanyaan, Adakah yang berpikir bahwa hari ini kita
akan belajar sesuatu yang baru? Adakah..? Tidak. Semuanya berlomba. Apa gunanya
jika kalian hanya begini? Apakah pengetahuan kalian meningkat? Tidak! Hanya akan
ada tekanan. Ini adalah Universitas, bukan Panci Bertekanan. Singa sirkus juga belajar
untuk bisa duduk di kursi, hanya karena takut dicambuk. Tapi kita tetap boleh menyebut
singa ini terlatih, bukan terdidik". Sangat mengagumkan dialog ini, sangat lugas dan
tepat mengenai sasaran. Selain itu, film ini menekankan kepercayaan diri bagi seorang
mahasiswa untuk berhasil. “All is well” adalah mantra yang populer di film ini untuk
meningkatkan kepercayaan diri. Jika anda terbebani dengan berbagai persoalan dalam
belajar termasuk beban untuk sukses, belajar anda tidak akan menyenangkan dan tentu
tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tapi jika anda belajar dengan sepenuh hati
tanpa beban, anda akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan kesuksesan akan
mengikutinya. Tradisi dan budaya India juga terekam dalam film ini. Dilengkapi dengan
kisah persahabat, cinta dan perjuangan hidup juga menambah kekayaan film ini.
9
Daftar Pustaka
http://www.tabloidbintang.com/asia/bollywood/722-3-idiots-film-bollywood-terlaris-
sepanjang-masa.html
http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/organisasi-islam-india-serukan-
pernikahan-sederhana.html#.UbUgvtiGp_A
10