Anda di halaman 1dari 10

BAB I

I. Pendahuluan

Film Bollywood “3 Idiots” yang disutradarai oleh Rajkumar Hirani telah sukses

menyita perhatian penonton di seluruh belahan dunia. 3 Idiots juga mencetak rekor

fantastis di minggu pertamanya. Bayangkan saja, dalam waktu empat hari usai resmi

dirilis ke pasaran sejak 25 Desember, film disebar ke 40 negara ini berhasil

mengantongi 1 miliar rupee (lebih dari 200 miliar rupiah) Film 3 Idiots yang dibintangi

oleh Aamir Khan sebagai Ranchhoddas Shyamaldas Chhanchad, Rancho, Phunsukh

Wangdu, dan Chhotte. Bintang cantik Kareena Kapoor sebagai Pia Sahasrabuddhe,

sedangkan R. Madhavan sebagai Farhan Qureshi dan Sharman Joshi sebagai Raju

Rastogi. Film 3 Idiots ini bercerita tentang tiga orang mahasiswa teknik mesin di ICE

Engineering, India. Tiga orang ini bernama Rancho, Farhan, dan Raju. Mereka adalah

teman satu kamar di asramanya. Farhan dan Raju adalah mahasiswa biasa yang nilainya

hanya rata-rata. Sedangkan seorang Rancho adalah seorang mahasiswa yang jenius dan

memiliki berbagai ide cemerlang dalam setiap aksinya.

Awal pertemuan dengan Rancho pada saat semua mahasiswa mengalami masa

orientasi dengan membuka celana mereka dan hanya menanggalkan celana dalam saja.

Keberanian dan pemikiran jenius Rancho berani mengkritisi tentang cara pembelajaran

yang berlaku di dalam Universitas tersebut. Selama dia di Universitas itu mendapatkan

banyak tekanan baik dari dosen pengajar dan rektor. Rancho dinilai memiliki pola

pemikiran yang bertentangan dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di dalam

Universitas. Bahkan kedua temannya Raju dan Farhan juga terkena imbasnya dan nyaris

dikeluarkan dari sekolah tersebut.

1
Ketegangan itu berlanjut saat Rancho mendapati seorang mahasiswa bernama

Joy Lobo yang mati gantung diri di kamar asramanya. Namun, Rancho berani berkata

kepada rektornya bahwa hal tersebut bukan bunuh diri melainkan pembunuhan yang

dilakukan secara tidak langsung dari sistem pembelajaran di Universitas tersebut.

Rancho menilai sistem pembelajaran di sebuah Universitas teknik bukan berarti

mengharuskan kita menjadi sebuah mesin juga, tetapi harus lebih manusiawi. Dia juga

tidak setuju dengan adanya sistem peringkat yang dinilai membeberkan kelemahan di

muka umum.

Protes-protes keras yang dilakukan oleh tokoh Rancho (Amir Khaan) inilah

yang membuat film ini menarik. Tema yang diangkat film ini pendidikan dengan alur

flash-back. Jika diakitkan dengan perspektif Post-Kolonialisme, adanya relasi kuasa

antara sistem pendidikan dan peserta didik, antara pemimpin dengan orang yang

dipimpin, bahkan ketergantungan manusia terhadap mesin dan teknologi. Post-

Kolonialisme tidak hanya berbicara tentang sebuah keadaan pasca masa kolonial

(penjajahan) melainkan tentang keadaan suatu negara dan pola fikir yang digunakan

masih dalam belenggu kolonial. Bedanya yang menjadi penjajah adalah kaumnya

sendiri. Pembahasan akan dibahas lebih detail dalam bab II.

2
BAB II

2. Pembahasan

Film 3 Idiots merupakan film cerdas dan berbobot. Dalam penokohannya film

ini dikemas dengan menggunakan tiga ikon orang yang memiliki kepribadian dan pola

pikir yang unik. Representasi orang-orang yang cerdas digambarkan dengan tiga orang

idiot bukan tanpa maksud, hal itu justru ingin menunjukkan kecacatan yang

sesungguhnya bukan pada orang-orang yang kita anggap idiot, melainkan pada diri kita

sendiri yang autis terhadap zaman. Film ini banyak sekali mengusung kritik sosial,

terutama mengkritisi sistem pendidikan yang berada di seluruh penjuru dunia. Beberapa

poin penting yang diusung film ini dalam perspektif post-kolonialisme adalah adanya

relasi kuasa pada alur ceritanya. Post-kolonialisme merupakan bentuk penyadaran dan

kritik atas praktik masa kolonialisme yang terjadi di zaman yang modern. Perbedaannya

penjajah kali ini adalah kaum sesama.

Relasi kuasa yang dimaksud adalah, adanya hubungan antara penguasa atau

pengendali dengan peserta yang dikendalikan. Dalam bagian pertama film ini, adegan

perpeloncoan yang dilakukan oleh senior kepada juniornya, merupakan salah satu ciri

adanya praktek kolonialsme yang masih berjalan pada masa modern dan merdeka.

Penjajah bukan lagi bangsa lain, melainkan bangsa sendiri. Ada pula relasi kuasa antara

rektor ICE yang mendapatkan julukan Mr. VIRUS terhadap peserta didiknya melalui

sistem pendidikan yang tidak efisien. Semua peserta didik tertekan dan tidak leluasa

mengekspresikan dirinya terhadap segala sesuatu yang ingin mereka kerjakan. Mereka

sengaja di atur dengan tepat seperti berjalannya mesin dan saat sudah tak mampu

menahan tekanan tersebut mesin itu rusak (bunuh diri). Rektor bertindak sebagai

penjajah yang menindas peserta didiknya dengan berbagai sistem yang tidak efisien.

3
Perspektif post-kolonialisme dalam film 3 Idiots ini mampu menguak peristiwa-

peristiwa yang terjadi pada zaman kolonial dan masih berlanjut pada zaman yang sudah

modern. Pada masa penjajahan contohnya, para budak rela bekerja hanya untuk

bertahan hidup. Pekerjaan para budak selalu tergantung pada mesin yang hanya dimiliki

oleh pemilik modal. Sehingga keseimbangan sistem sosial tidak ada. Sama halnya yang

terjadi pada film 3 Idiots ini, anggapan tentang sekolah teknik mesin adalah terbaik.

Orang yang mampu menguasai mesin dengan baik, adalah orang besar. Anggapan

tentang ilmu sains dan teknologi lebih baik dari pada ilmu sosial, sudah sering terjadi

dalam kehidupan masa lalu. Bahkan pada zaman modern saat ini. Para mahasiswa

berlomba menjadi yang terbaik, belajar menghafal dan memperoleh nilai yang terbaik.

Mereka diperbudak dengan sistem dan ketentuan yang diterapkan pada kesadaran

mereka. Membuat mereka bekerja seperti mesin untuk mencapai segala sesuatu.

Perspektif post-kolonialisme juga membangkitkan kesadaran bahwa penjajahan

bukan semata-mata dalam bentuk fisik, melainkan psikologis. Tidak kalah pentingnya

juga bahwa teori postkolonialisme bukan semata-mata teori, melainkan suatu kesadaran

itu sendiri, bahwa masih banyak pekerjaan besar yang harus dilakukan, seperti

memerangi imperialisme, orientalisme, rasialisme, dan berbagai bentuk hegemoni

lainnya, baik material maupun spiritual, baik yang berasal dari bangsa asing maupun

bangsa sendiri. Dalam film ini juga telah ditampilkan penjajahan secara psikologis yang

telah dilakukan oleh sistem pendidikan. Seorang peserta didik harus mencapai nilai

yang ditargetkan, yang tercepat adalah pemenang dan yang lambat akan terus tertinggal.

Seperti kutipan dialog rektor Mr. Viru berikut: “Bersaing, atau mati. Hidup ini

perlombaan. Jika kau tidak cepat, seseorang akan mengalahkanmu dan melaju kencang

meninggalkanmu”.

4
Sistem pendidikan yang demikian memang efektif untuk memacu semangat

bersaing satu-sama lain, tapi tidak efisien karena dalam persaingan bidang akademik,

seharusnya yang tertinggal bukan malah ditinggalkan melainkan memahami ketinggalan

mereka dan keslahan yang mereka perbuat sebenarnya. Satu cara pembelajaran tidak

mungkin bisa digunakan untuk semua karakter peserta didik. Ambil saja prinsip tidak

ada orang bodoh di dunia ini, hanya cara pemahaman dan belajar saja yang berbeda.

Jadi bukan terpaku pada satu sistem pembelajaran, dan ketika ada suatu pemahaman

yang berbeda harusnya juga bisa diterima dengan baik. Bukan malah disalahkan dan

dianggap bodoh. Sikap rektor dalam film ini mungkin digambarkan sebagai orang yang

disiplin dan tegas, tetapi tidak memiliki kepekaan terhadap mental peserta didiknya,

yang dia harapkan hanya bukti hitam di atas putih bahwa nilai mereka mencapai target

kelulusan.

Hal lain yang dapat disoroti dalam film ini adalah banyaknya kritik sosial,

budaya, yang hendak disampaikan pada penonton. Diantaranya:

A. Kritik Keras Terhadap Sistem Pendidikan

Kritik terhadap kekakuan sistem pendidikan divisualisasikan secara apik oleh

film ini. Tokoh Rancho yang dihadirkan sebagai pemberontak sistem, menyadarkan

dosen sekaligus rektor dengan pola pemikirannya yang unik. Rancho mengkritisi dosen

teknik mesin yang bertanya tentang definisi mesin kepadanya. Dia menjawab dengan

pemahaman yang sederhana, namun dosen tersebut tidak menerima argumennya. Ada

salah satu temannya bernama Chatur menjelaskannya dengan tepat sesuai dengan

definisi buku. Rancho protes dia menganggap pemahamannya sama hanya bahasanya

saja yang berbeda, lebih sederhana. Dalam dialognya Rancho berkata kurang lebih

5
seperti ini: “kita belajar disini bukan untuk menghafal pak, apa bedanya pemahaman

saya dengan penjelasan Chatur. Maksudnya sama, hanya saja pemilihan bahasanya

lebih sederhana..”. Dosen itu mengatakan tidak membutuhkan bahasa yang sederhana,

tetapi definisi yang tepat. Sebuah kritik yang dilontarkan Rancho adalah bahwa

universitas bukan hanya menghasilkan insinyur - insinyur yang hanya pintar bicara,

menitik beratkan kepada orientasi teori tanpa adanya pengaplikasian dari teori tersebut.

Bahkan hanya menghasilkan lulusan yang nantinya bekerja untuk mngabdi kepada

perusahaan asing, dengan gaji besar, namun tidak berfikir untuk memajukan bangsanya

sendiri. Universitas bukan mengajarkan ilmu yang aplikatif namun mengajarkan

bagaimana mendapatkan nilai yang bagus. Pandangannya begitu maju dan menentang

pandangan kuno tentang membuat mesin, dan baginya semua hal yang kita pelajari

tidak hanya berdasarkan "teks book", seperti yang dia ajarkan di perguruan tinggi saat

ini. Sisi lain yang ditunjukkan dari sistem pendidikan bukan malah mendidik melainkan

menciptakan robot-robot pekerja yang berambisi hanya ingin memperoleh nilai terbaik,

kelulusan dan pekerjaan. Fim ini mengajarkan kita bahwa nilai akademik bukanlah

segalanya, status tidaklah penting, ijazah bukanlah hal yang harus anda raih, karna yang

terpenting adalah seberapa jauh ilmu dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

Bentuk diskriminasi di dalam dunia pendidikan serta sistem yang membelenggu pola

pikir mahasiswa di tunjukkan dalam film ini.

B. Kritik Sosial dan Budaya

Kritik sosial yang ingin disampaikan oleh film ini tertuju kepada orang tua

sebagai salah satu pemegang peran penting terhadap kelangsung kehidupan anaknya.

Dalam film ini ditunjukkan sikap orang tua yang selalu memaksakan kehendak mereka

6
terhadap anaknya. Ya, memang benar adanya tidak satupun orang tua yang

menginginkan anaknya gagal dan hidup menderita di masa depan. Maka dari itu ke-

posesifan orang tua terhadap anaknya menjadi malapetaka tersendiri. Orang tua Farhan

yang selalu memaksakan anaknya menjadi insinyur dan ahli bidang mesin tidak

mengetahui bahwa anaknya lebih menyukai fotografi. Ibu Raju rela bekerja menjadi

pembantu karena ingin melihat anaknya sukses menjadi insinyur dan kehidupan mereka

akan membaik setelah Raju mendapatkan pekerjaan. Padahal Raju tidak mampu

mengikuti pelajaran yang yang ada di ICE. Anak laki-laki rektor meninggal bunuh diri

karena tiap tahunnya selalu gagal masuk ujian di ICE. Dia tidak sanggup menelan

kegagalan, dan mengakhiri hidupnya karena malu tidak mampu menuruti kehendak

ayahnya yang menginginkannya menjadi insinyur. Meskipun cita-citanya adalah

sebagai seorang sastrawan. Sikap patriarki orang tua inilah yang menyebabkan anak-

anak menjadi seorang pelaku pasif dalam memutuskan sesuatu. Dengan adanya adat

harus menuruti perintah orang tua, anak-anak menjadi subjek yang tak berdaya dalam

menjalankan ambisi orang tua yang berujung sebuah penyesalan dan psikologis yang

tertekan. Film ini membuka mata kita sebagai orang tua agar memiliki sikap yang

bijaksana dalam memutuskkan segala sesuatu. Lebih menghidupkan sisi manusiawi

ketimbang ambisi yang gagal anda raih dan secara tidak sadar dilimpahkan kepada

anak.

Di samping itu ada suatu hal menarik dalam film ini mengenai budaya

pernikahan masyarakat India. Dalam film ini diceritakan kakak Raju yang sudah telat

menikah karena tidak mampu membayar mas kawin (dowry). Di India, dowry atau mas

kawin dalam sebuah perkawinan dibayarkan oleh keluarga pengantin perempuan kepada

keluarga pengantin laki-laki. Tingkat kekerasan terhadap perempuan menjadi intens

7
ketika keluarga perempuan tak mampu membayar mas kawin yang ditentukan. Dalam

tradisi India perempuan dipandang sebagai milik ayahnya ketika dia masih kecil, milik

suami ketika menikah, milik anak laki-lakinya ketika ia menjanda. Perempuan tak

pernah menjadi milik dirinya sendiri. Dalam budaya ini hak perempuan terlihat sangat

tidak diperhitungkan.

Film ini juga memperlihatkan kritik patriarki yang sangat kental dalam budaya.

Dimana seorang ayah merupakan dewa yang tidak pernah melakukan kesalahan dan

perintahnya harus diikuti. Padahal belum tentu seorang ayah memahami perasaan

anaknya seperti pemahaman seorang ibu.

8
BAB III

3. Penutup

Secara keseluruhan film 3 Idiots merupakan terobosan yang sangat cerdas.

Pengemasan film yang apik menjadikan keseluruhan isi cerita tersampaikan secara

ringan dan mampu dinikmati. Pesan-pesan dan kritik yang terdapat dalam film ini juga

membuat klimaks konflik tersendiri dalam tiap adegannya. Pengetahuan tentang hakikat

pembelajaran dan mengajar ilmu pengetahuan bukan hanya menghafal tetapi memahami

aplikasinya, merupakan salah satu gagasan cerdas dan inovatif. Dialog yang cukup

mengena dalam film ini: "Sekarang kita putar sebentar semenit kita tadi, dan pikirkan,

ketika saya lontarkan sebuah pertanyaan, Adakah yang berpikir bahwa hari ini kita

akan belajar sesuatu yang baru? Adakah..? Tidak. Semuanya berlomba. Apa gunanya

jika kalian hanya begini? Apakah pengetahuan kalian meningkat? Tidak! Hanya akan

ada tekanan. Ini adalah Universitas, bukan Panci Bertekanan. Singa sirkus juga belajar

untuk bisa duduk di kursi, hanya karena takut dicambuk. Tapi kita tetap boleh menyebut

singa ini terlatih, bukan terdidik". Sangat mengagumkan dialog ini, sangat lugas dan

tepat mengenai sasaran. Selain itu, film ini menekankan kepercayaan diri bagi seorang

mahasiswa untuk berhasil. “All is well” adalah mantra yang populer di film ini untuk

meningkatkan kepercayaan diri. Jika anda terbebani dengan berbagai persoalan dalam

belajar termasuk beban untuk sukses, belajar anda tidak akan menyenangkan dan tentu

tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tapi jika anda belajar dengan sepenuh hati

tanpa beban, anda akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan kesuksesan akan

mengikutinya. Tradisi dan budaya India juga terekam dalam film ini. Dilengkapi dengan

kisah persahabat, cinta dan perjuangan hidup juga menambah kekayaan film ini.

9
Daftar Pustaka

http://www.tabloidbintang.com/asia/bollywood/722-3-idiots-film-bollywood-terlaris-

sepanjang-masa.html

Di akses pada tanggal 9 Juni. Pukul 16.00.

http://www.muslimdaily.net/berita/internasional/organisasi-islam-india-serukan-

pernikahan-sederhana.html#.UbUgvtiGp_A

Di akses pada tanggal 9 Juni. Pukul 16.33.

10

Anda mungkin juga menyukai