Anda di halaman 1dari 37

BAB III PERENCANAAN JALAN RAYA

A. PENENTUAN KLASIFIKASI JALAN


1. Penentuan Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi Jalan
Jalan yang direncakana masuk dalam klasifikasi jalan Kolektor dikarenakan
akan melayani lalu lintas dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

2. Penentuan Muatan Sumbu Terberat (MST) Berdasarkan Fungsi dan Kelas Jalan
Berdasarkan fungsi dari ruas jalan yang direncanakan yaitu sebagai jalan
Kolektor, maka berdasarkan Tabel 2.1, jalan tersebut masuk dalam kategori
jalan kelas III dengan muatan sumbu terberat 8 ton. Penentuan jalan kelas III
A karena syarat dimensi kendaraan yang relative lebih besar dari kelas III B.

3. Penentuan Klasifikasi dan Kelas Jalan Berdasarkan Data LHR


Dengan data LHR kurang dari 2000 SMP perhari, maka ruas jalan yang
direncanakan masuk dalam katagori jalan penghubung. Liat tabel 2.2.
4. Klasifikasi Berdasarkan Medan Jalan
1. STA 0+000
Elevasi Kiri = 2469 m
Elevasi Kanan = 2494 m
Δh = Elevasi. Kiri – Elevasi. Kanan
= 2469 – 2494 = 25 m

2494 m

Δh = 25 m

2469 m
L = 30 m
Gambar 4.2. Perbedaan Elevasi Melintang
i = ( Δh / Lebar pot. Melintang) x 100

= ( 25 m / 30 m ) x 100

= 83.33 m

Dengan melihat Tabel 2.3. STA 0+000 masuk dalam jenis medan Gunung
Hasil perhitungan dengan cara yang sama dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 3.1. Perhitungan Kelandaian Melintang

BEDA LEBAR POT KLASIFIKASI


KETINGGIAN KELANDAIAN
No STA TINGGI MELINTANG MEDAN
KIRI KANAN
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h)
1 0+000 2469 2494 -25 30 -83.333 GUNUNG
2 0+100 2471 2494 -23 30 -76.667 GUNUNG
3 0+200 2427 2457 -30 30 -100.000 GUNUNG
4 0+300 2428 2428 0 30 0.000 DATAR
5 0+400 2407 2389 18 30 60.000 GUNUNG
6 0+500 2408 2380 28 30 93.333 GUNUNG
7 0+600 2366 2348 18 30 60.000 GUNUNG
8 0+700 2322 2354 -32 30 -106.667 GUNUNG
9 0+800 2318 2347 -29 30 -96.667 GUNUNG
10 0+900 2298 2317 -19 30 -63.333 GUNUNG
11 1+000 2293 2293 0 30 0.000 DATAR
12 1+100 2312 2334 -22 30 -73.333 GUNUNG
13 1+200 2294 2311 -17 30 -56.667 GUNUNG
14 1+300 2293 2293 0 30 0.000 DATAR
15 1+400 2257 2274 -17 30 -56.667 GUNUNG
16 1+500 2230 2267 -37 30 -123.333 GUNUNG
17 1+600 2219 2262 -43 30 -143.333 GUNUNG
18 1+700 2221 2258 -37 30 -123.333 GUNUNG
19 1+800 2212 2238 -26 30 -86.667 GUNUNG
20 1+900 2193 2215 -22 30 -73.333 GUNUNG
21 2+000 2176 2211 -35 30 -116.667 GUNUNG
BEDA LEBAR POT KLASIFIKASI
KETINGGIAN KELANDAIAN
No STA TINGGI MELINTANG MEDAN
KIRI KANAN
22 2+100 2160 2190 -30 30 -100.000 GUNUNG
23 2+200 2165 2174 -9 30 -30.000 GUNUNG
24 2+300 2137 2163 -26 30 -86.667 GUNUNG
25 2+400 2105 2126 -21 30 -70.000 GUNUNG
26 2+500 2068 2078 -10 30 -33.333 GUNUNG
27 2+600 2047 2052 -5 30 -16.667 BUKIT
28 2+700 2074 2064 10 30 33.333 GUNUNG
29 2+800 2104 2123 -19 30 -63.333 GUNUNG
30 2+900 2141 2171 -30 30 -100.000 GUNUNG
(Sumber : Hasil Perhitungan)
Dari Tabel 3.1. di atas dapat di cari persentase dari masing-masing klasifikasi medan
yaitu ;
3
Datar ¿ x 100 %=10 %
30
1
Bukit ¿ x 100 %=3.33 %
30
26
Gunung ¿ x 100 %=86.67 %
30
Maka ruas jalan yang direncanakan masuk dalam klasifikasi medan yaitu Gunung.
B. DATA TEKNIS PERENCANAAN
Data – data teknis perencanaan jalan:
1. Kecepatan rencana:
Dengan klasifikasi medan gunung dan fungsi jalan sebagai jalan kolektor

maka kecepatan rencana berdasarkan Tabel 2.6 adalah 30 – 50 Km/Jam,

maka diambil kecepatan rencana rata-rata untuk ruas jalan yang

direncanakan yaitu 40 Km/Jam.

2. Dimensi kendaraan rencana:


Ruas jalan yang direncanakan adalah bermedan gunung dan dengan volume

kendaraan dibawah 2000 SMP/hari, maka dimensi kendaraan rencana yang

dipakai adalah kendaraan sedang dengan detail kendaraan seperti pada Tabel

2.5.

3. Lebar jalur jalan rencana:


Ruas jalan yang direncanakan dengan fungsi sebagai jalan Kolektor dan

volume lalu lintas yang < 3000 SMP/hari Maka berdasarkan Tabel 2.4, diambil

lebar jalan ideal 6.00 m dan bahu 1.5 m. Pengambilan lebar jalur ideal karena

dalam rencana perencanaan kriteria kendaraan rencana yang digunakan

adalah kendaraan sedang. Apabila diambil lebar jalur minimum maka jalan

akan sangat sempit diakibatkan dimensi lebar kendaraan sedang yang lebih

besar dibandingkan lebar lajur jalan, hal ini akan menimbulkan ketidak

nyamanan dan keamanan bagi pengguna kendaraan.


C. PENENTUAN TRASE JALAN

B ( Xb = 9,4 : Yc = 36 )

P2 ( Xd = 11,4 : Yd = 27,5 )

P1 ( Xc = 7,5 : Yc = 15 )

A ( Xa = -0,5 : Ya = 6,2 )

Gambar 3.1. Trase Jalan

Tabel 3.1. Koordinat Trase Jalan

Koordinat
Titik X (Cm) Y (Cm)
Awal A -0.5 6.2
P1 7.5 15
P2 11.4 27.5
Akhir B 9.4 36
1. Perhitungan Jarak Lurus (Tangen)
a. Jarak Pada Peta
Rumus yang digunakan adalah :
d titik 2−titik 1=√ ¿ ¿

 Jarak A - P1
d A −P 1=√ ¿ ¿

d A −P 1=√ ¿ ¿

d A −P 1=√ 141.44 . =11.89cm


2

 Jarak P1 – P2
d P 1−P 2=√ ¿ ¿

d P 1−P 2=√ ¿ ¿

d P 1−P 2=√ 171.45 . =13.09 cm


2

 Jarak P2 – B
d P 2−B= √ ¿ ¿

d P 2−B= √ ¿ ¿

d P 2−B= √ 76.25 . =8.73 cm


2

b. Jarak Sebenarnya

Rumus yang digunakan adalah :


Jarak pada Peta
Jarak Sebenarnya=
Skala

 Jarak A - P1
11.89
d A −P 1= =951 m
1/8000

 Jarak P1 – P2
13.09
d P 1−P 2= =1047 m
1/8000
 Jarak P2 – P2
13.098 .73
d P 2−P 3= =698 m
1 /8000

2. Perhitungan Sudut
Rumus yang digunakan adalah :

 Sudut Azimuth A-P1 (Kuadran I)


X P 1− X A
α A− P 1=arc tan
Y P 1−Y A
7.5−(−0.5)
α A− P 1=arc tan
15−6.2
'
α A− P 1=42.27368901 °=42° 16 25.28' '

' '
Δ 1=17 ° 19 40.52 ' ' −42 °16 25.28 '
'
Δ 1=24.94576723 °=24 ° 56 76 ' '

 Sudut Azimuth P1-P2 (Kuadran I)


X P 2− X P 1
α P 1− P 2=arc tan
Y P 2−Y P 1
11.4−7.5
α P 1− P 2=arc tan
27.5−15
'
α P 1− P 2=17.32792178 °=17 °19 40.52 ' '
' '
Δ 2=−13 ° 14 87 ' '−17 ° 19 40.52'
'
Δ 2=−30.5684417=30 °34 .39 ' '

 Sudut Azimuth P2-B (Kuadran IV)


X B− X P 2
α P 2− B=360−arc tan
Y B−Y P 2
9.4−11.4
α P 2− B=360−arc tan
36−27.5
'
α P 2− B=360−13.24051992=346.7594801 °=346 ° 45 34.13 ' '
α P 2− B=−13.24051992=¿13° 14' 87 ' '

Gambar 3.2. Sudut Azimuth dan Sudut Tikungan


D. Perencanaan Geometrik Jalan
1. Perhitungan Alinyemen Horizontal
Penentuan jenis tikungan mengacu pada peraturan “Bina Marga” dengan

ketentuan alur pemilihan tikungan adalah sebagai berikut:

Tikungan Spiral – Circle –


Spiral
(SCS)

YA

Lc < 25 m Tikungan Spiral – Spiral

TIDAK

YA
P < 0,25 m Tikungan Full Circle

TIDAK

YA
e < min (0,04 Tikungan Full Circle
atau 1,5 en

TIDAK

Tikungan Spiral – Circle –


Spiral
(SCS)

Gambar 3.3. Bagan Alur Pemilihan Tikungan


a. Jika Lc < 25 meter, maka digunakan jenis tikungan S-S (Spiral – Spiral)

b. Jika p < 0,25 meter, maka digunakan jenis tikungan FC (Full Circle)

c. Jika e < min(0,04 atau 1,5 e) , maka digunakan tikungan FC (Full Circle)

d. Namun jika persamaan a, b, dan c tidak terpenuhi makan tikungan jenis

Spiral-Circle-Spiral dapat digunakan.

1. NO. PI1
Vr : 40 Km/Jam
Δ1 : 66 ° 16' 29 , 16 ' '
emax : 10 %
emin :2%
Lebar jalan (W) :2x3m
f max=−0.00065 x Vr+ 0.192

f max=−0.00065 x 40+ 0.192

f max=0.166
2
Vr
Rmin =
127(emax + f max )
2
40
¿
127 ( 0 ,1+ 0,166 )

¿ 47.36 m≈ 48 m

Dengan Rmin = 48 m, maka diambil Rr = 50 m

181913.53 x (emax + f max )


Dmax = 2
Vr

181913.53 x (0 ,1+0,166)
Dmax =
402

Dm ax =30.24 °
a. Menentukan Superelevasi Design
2
Vr
e tjd = 2
−f max
127 × Rr
2
40
¿ 2
−0,166
127 ×50

¿−0.1 61(tidak memenuhi syarat )

Karena rumus di atas tidak memenuhi syarat, maka dipakai rumus :


Dmaks=30 ,24 °

1432 ,39
D tjd =
Rr

1432 ,39
D tjd =
50

Dtjd =28,648 °

{( )( )}
2
( Dtjd ) Dtjd
e tjd = −emaks 2
+ 2 × emaks
( D maks ) D maks

{( )( )}
2
( 28,648 ) 28,648
¿ −0 ,10 2
+ 2× 0.10
( 30 ,24 ) 30 , 24

¿ 0.0997

¿ 9 , 97 % <e max 10 %(Oke)

b. Perhitungan Lengkung Peralihan


1. Berdasarkan waktu tempuh maximum ( 3 detik ) untuk melintasi

lengkung peralihan, maka Panjang lengkung :

V
Ls= xT
3,6

40
Ls= x3
3,6

Ls=¿33,333 m

2. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal:


Vr
3
Vr x etjd
Ls=0,022 x −2.727 x
Rr x C C
3
40 40 x 0,0997
Ls=0.022 x −2.727 x
50 x 0 , 4 0,4

Ls=¿43,206 m

3. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian :

(e max −e min )
Ls= x Vr
3,6 x ℜ

Dimana re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang

jalan, untuk Vr ≤ 70 Km/jam, re max = 0,035 m/m/det.

(0 , 1−0,029)
Ls= x 40
3 ,6 x 0,035

Ls=22.54 m

Menggunakan Ls paling effisien 22,54 m, karena penggunaan Ls

terbesar mengakibatkan overlap pada tikungan PI 2

c. Penghitungan sudut spiral s, sudut circle Δc dan lengkung circle Lc


Ls x 90
s=
π x Rr

22, 54 x 90 '
¿ =12 ° 55 15 ,67 ' '
3 ,14 x 50

Δc=Δ1 – (2 x s)

¿ 66 ° 16' 29 , 16 ' ' – (2 x 12 ° 55' 15 ,67 ' ' )

¿ 40 ° 25' 57 ,82 ' '

Δ c x π x Rr
Lc=
180
'
40 ° 25 57 , 82 ' ' x 3 , 14 x 50
¿
180

¿ 35,266 m

Syarat tikungan S-C-S :

Lc > 25 meter  35,266 meter > 20 meter OKE

(Tikungan S-C-S dapat dipakai)

d. Perhitungan besar-besaran tikungan


1.Absis titik SC pada garis tangen (Xs)
2
Ls
Xs=Ls(1− 2
)
40 x Rr
2
22, 54
¿ 22 ,54 (1− 2
)
40 x 50

¿ 22,425 m

2. Ordinat titik SC pada garis tangen (Ys)


2
Ls
Ys=
6 x Rr
2
22, 54
¿ =1,694 m
6 x 50

3. Pergeseran tangen terhadap spiral (P)

p=Ys−Rr x(1−cos s)
' ''
¿ 1,693−50 x (1−cos 12 ° 55 15 ,67 )

¿ 0,427 m

4. Absis dari garis tangen spiral (K)


( )
3
Ls
k =Ls− 2
−(Rr x sin s)
40 x Rr

( )
3
22 ,54 ' ''
¿ 22 ,54− 2
−(50 x sin 12° 55 15 , 67 )
40 x 50

¿ 11,245 m

5.Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik S

Ts=( Rr + P ) x tan1 /2 Δ 1+ K

¿ ( 50+0,427 ) x tan 1/2 66 ° 16 ' 29 , 16' ' +11,245


¿ 44,165 m

6. Jarak PI ke busur lingkaran (Es/Ec)

Rr + P
Es= −Rr
1
cos Δ 1
2

50+0,427
¿ −50
1 ' ''
cos 66 °16 29 , 16
2

¿ 10,222 m

7. Ltotal =Lc +(2 x Ls)

¿ 35,267+(2 x 22 ,54 )

¿ 80,346 m

Kontrol perhitungan:

2 x Ts > Ltotal

2 x 44,165 m > 80,346 m

88,33 m > 80,346 m OKE

Syarat tikungan S-C-S :


p > 0.25 meter  0.427 meter > 0.25 meter OKE

(Tikungan S-C-S dapat dipakai)


e. Perhitungan pelebaran perkerasan di tikungan
Data-data :
Jalan rencana kelas III A (Kolektor) dengan muatan sumbu terberat 8 ton
sehingga direncanakan kendaraan terberat yang melintas adalah kendaraan
sedang.
Rumus yang digunakan :
B=n ( b' + c ) + ( n−1 ) Td +Z

dimana :

B = Lebar perkerasan pada tikungan

n = Jumlah Lajur Lintasan (2)

b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan

c = Kebebasan samping (0,8 m)

Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan

Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi

Perhitungan :
Vr = 40 km/jam

Rc = 50 m

n =2

c = 0,8 (Kebebasan samping)

b = 2,6 m (Lebar lintasan kendaraan sedang pada jalan lurus)

p = 7,6 m (Jarak as roda depan dan belakang kendaraan sedang)

A = 2,1 m (Tonjolan depan sampai bemper kendaraan sedang)

b =Rr− √ Rr − p
'' 2 2

¿ 50− √ 50 −7.6
2 2

= 0.581 m

'
b =b+b ' '
= 2.6 + 0.581

= 3.181 m

Td=√ Rr 2+ A ( 2 P+ A ) −Rr

¿ √ 502 +2 ,1 ( 2 x 7 , 6+2 , 1 )−50

= 0.361 m

Vr
Z=0.105 ×
√ Rr
40
¿ 0.105 ×
√ 50
¿ 0.593 m

B=n ( b' + c ) + ( n−1 ) Td +Z


¿ 2 x ( 3,181+0 , 8 ) + ( 2−1 ) x 0,361+0,593

= 8,916 m

Lebar perkerasan pada jalan lurus 2 x 3 = 6 m

Ternyata B > W

8,916 > 6

8,916 – 6 = 2,916

Karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada tikungan PI1

sebesar 2,916 m.

f. Penghitungan kebebasan samping pada PI1


Data-data:

Jarak pandang henti (Jh) minimum = 40 m (Tabel 2.9.)

Jarak pandang menyiap (Jd) = 200 m (Tabel 2.11.)

Lebar pengwasaan minimal = 20 m

Perhitungan:

1. Jari-jari sumbu lajur (R’)


' 1
R =Rc− x W
2

1
¿ 50− x 6=47 m
2

Ltotal = Lc + (2 x Ls) =35,267 + (2 x 38,769) = 80,346 m

2. Jarak pandang henti berdasarkan TPGJAK 1997

{
Jh=( 0.694 ×Vr )+ 0.004
Vr 2
f }
) {
= ( 0.694 × 40 + 0.004
402
}
0 , 35

= 46,05 m

3. Jarak pandang henti menurut Shirley L Hendarsin

Kelandaian (g) adalah 10%

fp = Koefisien gesek memanjang menurut Bina Marga, fp = 0,35 –

0,55

jalan dengan kelandaian tertentu:


2
Vr
Jh=0,278 x Vr x T +
254 x (f p ± g)
2
40
¿ 0,278 x 40 x 2 , 5+
254 x( 0 ,35 ± 0 , 01)

= 46,33 m

Diambil Jh = 46,33 m

4. Jarak pandang menyiap

Jd = d1 + d2 + d3 + d4

a x T1
d 1=0,278 x T 1 x(Vr−m+ )
2

d 2=0,278 x Vr x T 2
d 3=antara30−100 m

d 4=2/3 d 2

Dengan:

T1 = waktu dalam detik, ∞ 2,12 + 0,026 VR


T2 = waktu kendaraan berada di jalur lawan, (detik), ∞ 6,56 +
0,0048 VR
a = percepatan rata-rata Km/jam/detik ∞ 2,052 + 0,0036 VR
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang mendahului dan
kendaraan yang didahului (biasanya diambil 10-15 Km/jam)
VR = Kecepatan kendaraan rata-rata dalam keadaan mendahului
∞ Kecepatan Rencana (Km/jam)
a x T1
d 1=0,278 x T 1 x(Vr−m+ )
2

(2,052+0,0036 x 40) x (2 ,12+0,026 x 40)


d 1=0,278 x (2 , 12+ 0,026 x 40) x (40−10+ )
2

¿ 29 , 40 m

d 2=0,278 x Vr x T 2

¿ 0,278 x 40 x ( 6 , 56+0,048 x 40 )

¿ 94 ,30 m

d 3=antara30−100 m

¿ 30 m

d 4=2/3 d 2

¿ 2/3 x 94 , 30 m

¿ 62 , 87 m

Jd = d1 + d2 + d3 + d4 = 29,40 + 94,30 + 30 + 62,87 = 216,57 m

5. Kebebasan samping yang tersedia (Eo)


Eo = 0,5 (lebar penguasaan minimal – lebar perkerasan)

= 0,5 (40 – 6) = 17 m

Secara analitis

a. Berdasarkan jarak pandang henti:

Jh = 46,33 m

Lt = 80.346 m

Daerah kebebasan samping E =

Karena Jh < Lt, maka dapat digunakan rumus :

E=R' × 1−cos
[ Jh ×90 °
π ×R' ]
[
¿ 47 × 1−cos
46 , 33× 90 °
3 ,14 × 47 ]
¿ 5 , 59 m

b. Berdasarkan jarak pandang menyiap:

Jd = 216,57 m

Lt = 80,346 m

Karena Jd > Lt, maka dapat digunakan rumus :

[
E=R' × 1−cos
π× R
' ]
Jd × 90 ° (Jd−¿)
+
2
x sin(
Jd x 90 °
π× R
'
)

E=47 × 1−cos
[ 3 , 14 × 47 ]
216 , 57 ×90 ° (216 , 57−80,346)
+
2
x sin(
216 ,57 x 90 °
3 ,14 × 47
)

¿ 129 , 05 m

Hasil analisa:

- Kebebasan samping henti (E) = 5,59 m

- Kebebasan samping menyiap = 129,05 m

- Kebebasan samping yang tersedia (Eo) = 17 m


- Nilai E < Eo = 5,59 m < 17 m

- karena nilai E < Eo maka daerah kebebasan samping yang tersedia

mencukupi.

- Kebebasan samping berdasarkan jarak pandang menyiap 129,05 m > 17

m, sehingga sebelum memasuki tikungan PI1 perlu dipasang rambu

dilarang menyiap.

g. Stationing Lengkung Vertikal


Jika titik A adalah awal ruas jalan, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Sta. A = 0+000
Sta. PI1 = Sta. A + dA-PI1
= (0 + 000) + 951 m) = 0 + 951
Sta. Ts = Sta. PI1 - Ts
= (0 + 951) – (44.165 m) = 0 + 906.835
Sta. SC = Sta. Ts + Ls
= (0 + 906.835) + (22.54 m) = 0 + 929.375
Sta. CS = Sta. SC + Lc
= (0 + 929.375) + (35.266 m) = 0 + 964.641
Sta. ST = Sta. SC + Ls
= (0 + 964.641) + (22.54 m) = 0 + 987.181
h. Gambar Lengkap Lengkung Horizontal

Gambar pake Autocad,


WAJIB SKALATIS

Gambar 3.4. Komponen Lengkung Horizontal PI1

Gambar pake Autocad,


WAJIB SKALATIS

Gambar 3.5. Metode Pencapaian Superelevasi pada Tikungan PI1


Gambar pake Autocad,
WAJIB SKALATIS

Gambar 3.6. Pelebaran perkerasan pada Tikungan PI1 sebesar 2,916 m.


2. Perhitungan Alinyemen Vertikal

Gambar pake Autocad,


WAJIB SKALATIS
Gambar 3.7. Petongan Memanjang Jalan
a. Perhitungan Kelandaian Memanjang
Perhitungan kelandaian memanjang (Grade) menggunakan Elevasi rencana.

Kelandaian memanjang dapat dihitung dengan rumus:

Elevasi Akhir −Elevasi Awal


g= x 100%
Sta . Akhir −Sta . Awal

Perhitungan kelandaian g1 (A – PVI.1)

Elevasi A = 2482.196 Sta. A = 0+000

Elevasi PVI.1 = 2483 .000 Sta. PVI.1 = 0+068.033

Elevasi PVI .1−Elevasi A


g1 = x 100 %
Sta . PVI .1−Sta . A

2483.000−2482.196
g1 = x 100 %
0+ 068.033−0+ 000

g1 = 1,182 %

Perhitungan kelandaian 2(PVI.1 – PVI.2)

Elevasi PVI.1 = 2483 .000 Sta. PVI.1 = 0+068.033

Elevasi PVI.2 = 2442.528 Sta. PVI.2 = 0+183.668

Elevasi PVI .2−Elevasi PVI .1


g2 = x 100 %
Sta . PVI .2−Sta . PVI .1

2442.528−2483.000
g1 = x 100 %
0+183.668−0+068.033

g1 = -35,000 %

Hasil perhitungan kelandaian memanjang dapat dilihat di Tabel 3.2.


b. Penentuan Lengkung Vertikal
Penentuan lengkung dapat dihitung dengan rumus: A = g2 – g1

Hasil Perhitungan dengan tanda:

(-) = Lengkung Vertikal Cembung

(+) = Lengkung Vertikal Cekung

Perbedaaan kelandaian Aljabar (A) PVI.1:

g1 = 1,182 % g3 = -8,728 %

g2 = -35,000 %

A = g2 – g1

= -35,000 % – 1,182 % = -36,182 % (LV Cembung)

A = g3 – g2

= -8,728 % – (-35,000 %) = 26,272 % (LV Cekung)

Tabel 3.2. memuat hasil semua perhitungan kelandaian memanjang dan

perbedaan Aljabar

Tabel 3.2. Perhitungan kelandaiaan memanjang dan perbedaan Aljabar

(Sumber : Hasil Perhitungan)


c. Perhitungan Lengkung Vertikal
1. PVI 1

Direncanakan:

- Station (Sta) = 0+068,033

- Elevasi (ELV) = 2483,000

- Vr = 40 Km

- LV = Lengkung Vertikal Cembung

- A = -36,182 %

a. Mencari Lv min

- Waktu Reaksi (t) = 2,5 detik

- fp = 0,35 – 0,55 (menurut Bina Marga)

- L = 10 % (Shirley L Hendersain)

- Jd = 216.57 m (dari AH)


2
Vr
- Jh = 0,278 x Vr x T +[ ]
254 x ( fp± L )
2
40
= 0,278 x 40 x 2 , 5+[ ]
254 x ( 0 , 35−0 , 01 )

= 46,327 m
2 2
Jh 46,327
- Lv min = = =5,299 m
405 405

- Lv min = Y x A=3 x 36,182=108,545 m

b. Mencari Panjang lengkung vertikal

1. Berdasarkan jarak pandang henti:


2 2
A x J h 36,182 x 46,327
L= = =194,619 m
399 399
Jh < L : 46,327 < 194,619 (memenuhi)

399 399
L=2 x Jh− =2 x 46,327− =81,626 m
A 36,182

Jh > L : 46,327 > 81,626 (tidak memenuhi)

2. Berdasarkan jarak pandang mendahului:


2 2
A x J d 36,182 x 216 ,57
L= = =2020 ,2 m
840 840

Jd < L : 216,57 < 2020,2 (memenuhi)

840 840
L=2 x Jd− =2 x 216 ,57− =409 , 92 m
A 36,182

Jd > L : 216,57 > 409,92 (tidak memenuhi)

3. Berdasarkan syarat keluwesan bentuk:

Lv = 0,6 x v = 0,6 x 40 = 24 m

4. Berdasarkan syarat drainase:

Lv = 40 x A = 40 x 36,182 = 1447,263 m

5. Berdasarkan kenyamanan pengemudi

V x 1000 40 x 1000
Lv = x t= x 2, 5=27,778 m
3600 3600

6. Berdasarkan pengurangan guncangan

V ² x A 40² x 36,182
Lv = = =160,807 m
360 360
Ambil L = 2020,2 m (Lv terbesar) ~ 2020 m.Tapi karena jarak dengan

lengkung vertical selanjutnya hanya 115 m, maka diambil yang terdekat,

yaitu Lv = 110 m. Namun lengkung ini tidak memenuhi syarat Drainase

dan jarak pandang mendahului, jadi pada ruas tersebut dipasang rambu

lalu lintas “Di larang mendahului”. Sehingga:

A x Lv 36,182 x 110
E V 1= = =4,975 m
800 800

1 1
X 1 = x Lv= x 110=27 , 5 m
4 4

A 2 36,182 2
Y 1= .X = x 27 ,5 =1.244 m
200 x Lv 200 x 110

c. Stationing Lengkung Vertikal PVI.1

Sta PLV1 = Sta. PVI1 – (½ Lv)

= (0+068,033) – (½ x 110)

= 0 + 013,033 m

Sta A1 = Sta. PVI1 – (¼ Lv)

= (0+068,033) – (¼ x 110)

= 0 + 040,533 m

Sta PPV1 = Sta. PVI1

= 0+068,033m

Sta B1 = Sta. PVI1 + (¼ Lv)

= (0+068,033) + (¼ x 110)

= 0 + 095,533 m

Sta PTV1 = Sta. PVI1 + (½ Lv)

= (0+068,033) + (½ x 110)

= 0 + 123,033 m
d. Elevasi Lengkung Vertikal PVI.1

Elevasi PLV1 = Elevasi PVI1 – (½ Lv x g1)

= 2483.000 – (½ x 110 x 1,182%)

= 2482,350 m

Elevasi A1 = Elevasi PVI1 – (¼ Lv x g1 ) – y1

= 2483.000 – (¼ x 110 x 1,182%) – 1,244

= 2481,431 m

Elevasi PPV1 = Elevasi PVI1 – Ev1

= 2483,000 – 4,975

= 2478,025 m

Elevasi B1 = Elevasi PVI1 + (¼ Lv x g2) – y1

= 2483.000 + (¼ x 110 x (-35,000%)) – 1,244

= 2472,131 m

Elevasi PTV1 = Elevasi PVI1 + (½ Lv x g2)

= 2483.000 + (½ x 110 x (-35,000%))

Gambar pake Autocad,


= 2463,750 m

WAJIB SKALATIS
110 m
Sta: 0+013.033

Sta: 0+040.533

Sta: 0+068.033
Elevasi : 2482.350

Elevasi : 2481.431

Elevasi : 2478.025

Sta: 0+095.533
Elevasi : 2472.131

Y1=1.24 m
EV1 = 4.97 m

X1 = 27,5 m
Sta : 0+123.033
Elevasi : 2463.750

X1 = 27,5 m Y1=1.24 m

X1 = 27,5 m

X1 = 27,5 m

Gambar 3.8. Lengkung Vertikal Cembung PVI.1

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung terdapat


di Tabel…
2. PVI.2

Direncanakan:

- Station (Sta) = 0+ 183.668

- Elevasi (ELV) = 2442,528

- Vr = 40 Km

- LV = Lengkung Vertikal Cekung

- A = 26,272

a. Mencari Lv min

- Waktu Reaksi (t) = 2,5 detik

- fp = 0,35 – 0,55 (menurut Bina Marga)

- L = 10 % (Shirley L Hendersain)

- Jd = 216.57 m (dari AH)


2
Vr
- Jh = 0,278 x Vr x T +[ ]
254 x ( fp± L )
2
40
= 0,278 x 40 x 2 , 5+[ ]
254 x ( 0 , 35−0 , 01 )

= 46,327 m
2 2
Jh 46,327
- Lv min = = =5,299 m
405 405

- Lv min = Y x A=3 x 26.272=78.815 m

b. Mencari Panjang lengkung vertikal

1. Berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan < L:


2 2
AxJh 26,272 x 46,327
L= = =21,190 m
150+3 , 5 Jh 150+3 , 5 x 46,327

(memenuhi)

2. Berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan > L:


3 , 5 jh 3 ,5 x 46,327
L=2 x Jh− =2 x 46,327− =40,043 m
A 26,272

(tidak memenuhi)

3. Berdasarkan jarak pandangan dibawah bangunan, S < L:


2 2
A x J d 26,272 x 216 ,57
L= = =41,538 m
3480 3480

(memenuhi)

4. Berdasarkan jarak pandangan dibawah bangunan, S > L:

3480 3480
L=2 x Jd− =2 x 216 , 57 =41,538 m
A 26,272

(tidak memenuhi)

5. Berdasarkan syarat keluwesan bentuk:

Lv = 0,6 x v = 0,6 x 40 = 24 m

6. Berdasarkan syarat drainase:

Lv = 40 x A = 40 x 26,272 = 1050,871 m

7. Berdasarkan pengurangan guncangan

V ² x A 40² x 26,272
Lv = = =116,763 m
360 360

Ambil L = 1050,871 m (Lv terbesar) ~ 1050 m.Tapi karena jarak dengan

lengkung vertical sebelumnya hanya 115 m dan lengkung vertical

setelahnya 58 maka diambil yang terdekat, yaitu Lv = 60 m. Namun

lengkung ini tidak memenuhi syarat Drainase dan jarak pandang

mendahului, jadi pada ruas tersebut dipasang rambu lalu lintas “Di larang

mendahului”
A x Lv 26.272 x 60
E V 1= = =1,970 m
800 800

1 1
X 1 = x Lv= x 60=15 m
4 4

A 2 26.272 2
Y 1= .X = x 15 =0.493 m
200 x Lv 200 x 60

c. Stationing Lengkung Vertikal PVI.2

Sta PLV2 = Sta. PVI2 – (½ Lv)

= (0+183.668) – (½ x 60)

= 0 + 153,668 m

Sta A2 = Sta. PVI2 – (¼ Lv)

= (0+183. 668) – (¼ x 60)

= 0 + 168,668 m

Sta PPV2 = Sta. PVI2

= 0+183, 668 m

Sta B2 = Sta. PVI2 + (¼ Lv)

= (0+183. 668) + (¼ x 60)

= 0 + 198,668 m

Sta PTV2 = Sta. PVI2 + (½ Lv)

= (0+183. 668) + (½ x 60)

= 0 + 213,668 m

d. Elevasi Lengkung Vertikal PVI.2

Elevasi PLV2 = Elevasi PVI2 – (½ Lv x g2)

= 2442,528– (½ x 60 x (-35,000%))

= 2453,028 m
Elevasi A2 = Elevasi PVI2 – (¼ Lv x g2 ) + y2

= 2442,528– (¼ x 60 x (-35,000%)) + 0,493

= 2447,285 m

Elevasi PPV2 = Elevasi PVI2 + Ev2

= 2442,528 + 1,970

= 2444,498 m

Elevasi B2 = Elevasi PVI2+ (¼ Lv x g3) + y2

= 2442,528+ (¼ x 60 x (-8,728%)) + 0,493

= 2440,726 m

Elevasi PTV2 = Elevasi PVI2 + (½ Lv x g3)

= 2442,528+ (½ x 60 x (-8,728%)) = 2439,910 m

Gambar pake Autocad, 60 m

WAJIB SKALATIS
Sta: 0+153.668
Elevasi : 2453.028
Sta: 0+168.668
Elevasi : 2447.285
Sta: 0+183.668
Elevasi : 2444.498

X2 = 15 m
Sta: 0+198.668
Elevasi : 2440.726

X2 = 15 m

Y2=0.49 m X2 = 15 m
Sta: 0+213.668
Elevasi: 2439.909

X2 = 15 m
EV2 = 1.97 m
Y2=0.49 m

Gambar 3.9. Lengkung Vertikal Cekung PVI.2

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung terdapat di


Tabel…

Anda mungkin juga menyukai