Anda di halaman 1dari 3

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota

Negara, diubah sebagaimana berikut:

1. ….
2. ….
3. Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Pasal 6 diubah dan ditambahkan 1
(satu) ayat.
1) Dalam ketentuan Pasal 6 Ayat 1 menjelaskan tentang perubahan posisi
Ibu Kota Nusantara secara geografis.
2) Dalam ketentuan Pasal 6 Ayat 2 menjelaskan tentang perubahan luas
Ibu Kota Nusantara yang meliputi wilayah daratan dan wilayah perairan
laut, serta perubahan batas wilayah Ibu Kota.
3) Dalam ketentuan Pasal 6 Ayat 3 menjelaskan tentang perubahan
beberapa Kawasan yang berada di wilayah darat Ibu Kota Nusantara.
4) Kemudian terdapat penambahan 1 ayat pada Pasal 6 yaitu ayat 6 yang
menjelaskan bahwa otorita Ibu Kota Nusantara menyelenggarakan urusan
pemerintahan pusat dan urusan pemerintahan daerah khusus di dalam
cakupan dan batas wilayah berdasarkan kewenangan khusus Otorita Ibu
Kota Nusantara yang diatur dalam Undang-Undang ini.

Perbedaan dengan Pasal 6 ayat (1), (2), dan ayat (3) pada peraturan
sebelumnya yaitu UU Nomor 3 Tahun 2022 adalah bahwa:
1) Pada ayat 1 terdapat perubahan letak geografis posisi Ibu Kota
Nusantara.
2) Pada ayat 2 terdapat perubahan pada luas wilayah daratan dan wilayah
perairan laut.
3) Pada ayat 3 terdapat perubahan Kawasan yang berada di wilayah darat
Ibu Kota Nusantara.

4. Terdapat perubahan dalam ketentuan Pasal 12 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dan ditambahkan 2 (dua) ayat, yaitu ayat (4) dan ayat (5).
1) Pada ayat 1 menjelaskan bahwa Otorita Ibu Kota Nusantara diberikan
kewenangan khusus atas urrrsan pemerintahan pusat dan urusan
pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan persiapan,
pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara, serta penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Khusus lbu Kota Nusantara, kecuali yang oleh
peraturan perundang-undangan ditentukan sebagai urusan pemerintahan
absolut.
2) Pada ayat 2 menjelaskan bahwa kekhususan yang dimaksud diatas
antara lain kewenangan pemberian perizinan investasi, kemudahan
berusaha, serta pemberian fasilitas khusus kepada pihak yang
mendukung pembiayaan dalam rangka kegiatan persiapan,
pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara, serta pengembangan
Ibu Kota Nusantara dan daerah mitra Ibu Kota Nusantara.
3) Pada ayat 3 dijelaskan bahwa kewenangan khusus sebagaimana yang
dimaksud diatas, untuk lebih lanjutnya diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
4) Terdapat tambahan ayat yaitu Pasal 12 ayat 4 yang menjelaskan
bahwa dalam melaksanakan kewenangan khusus, Otorita Ibu Kota
Nusantara menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk
kegiatan persiapan, pembangunan, dan pemindahan Ibu Kota Negara,
serta penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota
Nusantara.
5) Tambahan ayat yaitu pada Pasal 12 ayat 5 menjelaskan bahwa norma,
standar, prosedur, dan kriteria kewenangan khusus yang dijelaskan diatas
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara.
Perbedaan dengan Pasal 12 ayat (1), (2), dan ayat (3) pada peraturan
sebelumnya yaitu UU Nomor 3 Tahun 2022 adalah bahwa pada ayat 1
menjelaskan bahwa Otorita Ibu Kota Nusantara sebagai penyelenggara
Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara diberi kewenangan khusus
berdasarkan Undang-Undang ini.
Tidak seperti peraturan yang baru, bahwa kewenangan khusus itu mencakup
beberapa hal seperti yang sudah dijelaskan diatas. Sehingga pada ayat 2 dan
ayat 3, ketentuannya sesuai dengan ayat 1 karena ayat 1 , ayat 2 , dan ayat 3
saling berkaitan.

5. Dalam Pasal 15 terdapat 7 ayat yang ditambahkan. Penambahan ketentuan itu


yakni ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8), ayat (9), ayat (10), dan ayat (11).
1) Pada Pasal 15 ayat 5 menjelaskan bahwa pemanfaatan ruang pada setiap
bidang Tanah di dalam cakupan wilayah lbu Kota Nusantara, wajib sesuai dengan
ketentuan penataan ruang Ibu Kota Nusantara yang mengacu pada :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
b. Rencana Zonasi Kawasan Antarwilayah Selat Makassar
2) . (6) Otorita Ibu Kota Nusantara berwenang melakukan penataan ulang Tanah di
dalam wilayah Ibu Kota Nusantara melalui mekanisme: a. pengadaan Tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum, pengadaan Tanah secara langsung,
dan/atau relokasi dalam hal Tanah tidak difungsikan; dan b. konsolidasi Tanah
dalam hal Tanah difungsikan, sesuai dengan ketentuan penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (71 Pendanaan yang dibutuhkan dalam
rangka penataan ulang Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diusulkan
kepada Presiden dan dapat dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (8)
Rencana Tata Ruang KSN Ibu Kota Nusantara dan/atau Rencana Detail Tata
Ruang Ibu Kota Nusantara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan
huruf e dapat dilakukan peninjauan kembali sesuai kebutuhan lbu Kota
Nusantara. (9) Dalam hal peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat
(8) mengakibatkan perubahan Rencana Tata Ruang KSN Ibu Kota Nusantara
dan/atau Rencana Detail Tata Ruang Ibu Kota Nusantara, kegiatan pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang KSN lbu Kota Nusantara
danlatau Rencana Detail Tata Ruang Ibu Kota Nusantara hasil peninjauan
kembali yang ditetapkan, dilakukan kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (10) Ketentuan lebih
lanjut mengenai penataan ulang Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diatur dalam Peraturan Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai