ARTIKEL Undiksha Fix
ARTIKEL Undiksha Fix
ABSTRAK
Dana punia terdiri dari dua kata yaitu “dana” yang berarti pemberian sedangkan
“punia” artinya selamat, baik, bahagia, indah dan suci. Jadi dana punia adalah
pemberian yang baik dan suci. Swadharma adalah kewajiban diri sendiri atau
masing-masing dari pribadi seseorang. Dana punia sebagai salah satu ajaran dharma
perlu dipahami, dihayati secara baik dan diamalkan secara tulus dan ikhlas di dalam
kehidupan nyata. Dana Punia yang menjadi sumbangan keagamaan umat Hindu
harus dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Pertanggungjawaban pengelolaan dana
punia harus akuntabel dan transparan. Penelitian ini bertujuan untuk memaknai
sudut pandang masyarakat Hindu terkait konsep dana punia. Agama Hindu
memiliki ajaran yang membimbing umatnya untuk selalu berada di jalan dharma
dalam jalani hidup. Ajaran agama yang meskipun sudah sangat tua, namun masih
relevan dengan perkembangan zaman-zaman. Kaliyuga mengatakan, peran dana
punia sangat penting dalam kehidupan beragama. Dana punia dapat dikatakan
sebagai puncak dari kehidupan beragama. Kitab suci Hindu mengajarkan bahwa
dana punia tidak bisa hanya bisa dilakukan dengan harta anggota saja, tapi bisa juga
dilakukan dengan hadiah dengan hati yang tulus dan ikhlas meski mengorbankan
perasaan dan punia berupa pemberian dalam bentuk dari tubuh dan jiwa. Dana
punia juga berarti memberi untuk menghilangkan rasa takut.
Kata Kunci: Dana Punia, Kewajiban, Agama Hindu, Perkembangan Zaman,
Dharma.
ABSTRACT
Dana punia consists of two words, namely "dana" which means gift while "punia"
means safe, good, happy, beautiful and holy. So dana punia is a good and holy gift.
Swadharma is the obligation of oneself or each of a person's person. Dana punia as
one of the teachings of dharma needs to be understood, internalized properly and
practiced sincerely and sincerely in real life. The Punia Fund, which is a religious
donation by Hindus, must be made sincerely and sincerely. The responsibility for
managing punia funds must be accountable and transparent. This study aims to
interpret the Hindu community's point of view regarding the concept of dana punia.
Hinduism has teachings that guide its followers to always be on the path of dharma
in life. Even though religious teachings are very old, they are still relevant to the
development of the times. Kaliyuga said that the role of punia funds is very
important in religious life. Dana punia can be said to be the culmination of religious
life. Hindu scriptures teach that donations cannot only be made with members'
assets, but can also be made with gifts with a sincere and sincere heart even though
sacrificing feelings and gifts in the form of gifts from the body and soul. Dana punia
also means giving to get rid of fear.
Keywords: Dana Punia, Obligation, Hinduism, Development of Ages, Dharma.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Ajaran dana punia dijumpai dalam berbagai pustaka suci terutama
bagian Smertinya, bahkan dalam Upanishad (Chandogya Upanishad) telah
tercantum, pengamalan ajaran tersebut, secara traditional telah dilaksanakan oleh
umatnya melalui kegiatan ritual keagamaan, praktek, dana punia selalu dikaitkan
Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat
adil dan makmur, yang sejahtera lahir batin, yang searah dengan tujuan agama
Hindu yaitu Jagathita dan moksa. Bahwa sebagai akibat dari derasnya
pembangunan nasional didasarkan tumbuhnya kemampuan umat yang lebih tinggi
dan di lain pihak timbullah berbagai masalah yang perlu mendapat perhatian kita
melalui dana punia itu.
Memotivasi umat Hindu untuk berdana punia terutama bagi yang mampu,
kemudian secara berkoordinasi diarahkan untuk membantu mereka yang tidak
mampu, adalah suatu hal yang sangat mulia untuk mewujudkan kesejahteraan sosial
itu. Pengamalan ajaran dana punia yang secara tradisional dilaksanakan lewat ritual
keagamaan dari kelembagaan adat, perlu diangkat ke permukaan, kemudian
diarahkan kepada sasaran yang lebih luas. Karena pentingnya dana punia dan
penanaman kebiasaan berdana punia agar umat manusia bisa saling membantu
kehidupan sesamanya. Sehingga tujuan nasional dapat terwujud begitu juga dengan
tujuan agama.
Konsep dana punia yang ada di Hindu didasarkan pada filosofi ajaran Tat Twam
Asi , yang menyatakan bahwa “ia adalah kamu”, “saya adalah kamu”, dan “segala
mahluk adalah sama”. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam
kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh keinginan manusia yang bersangkutan. Dana
yang terkumpul dari kotak sesari maupun sumbangan yang berasal dari individu
maupun organisasi membutuhkan perwujudan pertanggungjawaban keuangan dari
pengurus. Hal ini bertujuan agar uang yang disumbangkan dapat digunakan untuk
membantu upacara yadnya dan kebutuhan maupun pembangunan pura.
Pertanggungjawaban yang diperlukan berbentuk akuntabilitas dan transparansi atas
kejelasan sumbangan keagamaan yang diperoleh sehingga dengan menggunakan
modal pencatatan dan pembukuan dengan berdasarkan aturan akuntansi yang
diharapkan atas kegiatan tersebut yang tidak mengharapkan diperolehnya laba
(nirlaba) karena seluruh dana tersebut bersifat donasi.
Pura merupakan tempat suci dan tempat peribadatan bagi umat Hindu untuk
melakukan penyerahan diri ke Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka meningkatkan
kualitas diri manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk individu. Keberadaan
tempat suci yang disebut pura semakin menyatu dengan kehidupan masyarakat.
Tradisi sumbangan keagamaan atau dana punia yang dilakukan secara tulus ikhlas
dengan tujuan penyerahan kepada Tuhan merupakan salah satu budaya yang
dimiliki oleh umat Hindu.
“Craddhayestam ca purtam ca nityam kuryada tandritah, craddhakrite hyaksaye te
bhawatah swagatairdhanaih” (Manawa Dharmasastra, Bab IV, Sloka 226). Sloka
ini menjelaskan bahwa umat manusia yang senantiasa melakukan tindakan amal
dengan kepercayaan penuh kepada Tuhan akan mendapatkan pahala yang terus
menerus. Dana punia dalam agama Hindu kental dengan nilai ajaran tat twam asi
karena manusia merupakan mahluk sosial dan disertai dengan ketulusan.
Sumbangan yang bersifat sukarela ini dikumpulkan dalam sebuah wadah atau kotak
di bale pura yang kemudian dikumpulkan dan dihitung oleh panitia pujawali.
Sehingga, harus disampaikan kepada masyarakat jumlah dana punia yang
terkumpul dalam bentuk laporan keuangan dengan bentuk pelaporan akuntansi
yang sederhana. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat diketahu bahwa dana
punia yang dihaturkan oleh umat Hindu ke Pura baik dalam rangka
persembahyangan, yadnya, piodalan maupun pembangun sebuah pura dilandaskan
oleh rasa saling memiliki dan pengelola dana dalam hal ini pengurus diberikan
kepercayaan dari seluruh krama pura.
II. PEMBAHASAN
Arti Penting Dana Punia Menurut Ajaran Hindu
Dana punia menurut ajaran agama Hindu merupakan prilaku mulia yang akan
memberikan pahala luar biasa bagi yang melakukannya. Disebutkan dalam regveda
seperti dijelaskan diatas“ Hadiah luar biasa ini adalah bagi mereka yang
memberikan amal saleh. Bagi para penderma amal, matahari bersinar di surga,
mereka mendapatkan keabadian dan memperpanjang kehidupan duniawinya.”
Tuhan yang maha pengasih sangat menyayangi mereka yang berderma, bahkan
digambarkan cahaya matahari dari Surga akan bersinar untuk mereka yang suka
berderma. Keabadian dan umur panjangpun dijanjikan bagi mereka yang
memberikanamal saleh. Begitu besarnya pahala yang akan diterima mereka yang
senang beramal saleh, sudah sepantasnya umat Hindu melaksanakan amal saleh di
dunia ini. Dengan amal saleh, cahaya matahari dari sorga akan menyinari, dalam
pengertian dengan beramal saleh,maka kita bisa melihat tanda - tanda tentang arah
mencapai sorga. Tinggal mengikuti cahaya tersebut, maka manusia akan sampai
ke sorga.
Dana punia pada intinya bukan hanya berbentuk persembahan berupa harta
kekayaan saja. Namun secara lebih luas, dana puniaitu dapat berupa nasehat
(wejangan) para pandita, sifat yang tidak dengki, taat melakukan Dharma. Bagi
seorang guru spiritual, tentunya harta bukanlah sesuatu yang dimiliki secara
berlebihan. Seorang yang menekuni spiritual, tidak akan mementingkan harta benda
dalam kehidupannya. Oleh karena ketiadaan harta, bukan berarti para guru spiritual
tidak bisa berdana punia, karena wejangan yang diberikan lebih utama dari harta
apapun. Wejangan yang diberikan oleh seorang guru spiritual akan dapat
mengangkat seseorang menjadi individu yang lebih baik. Bagitu pula orang yang
sedang berbuat dharma, menurut kitab Sarasamuscaya juga merupakan sebuah dana
punia. Ia yang berbuat dharma memberikan perasaan nyaman kepada setiap orang.
Perasaan nyaman merupakan harta yang sangat berharga. Bila dibandingkan
disebuah tempat ada orang-orang jahat, walaupun punya banyak harta akan lebih
baik disebuah tempat yang tidak ada orang jahat walaupun masyarakatnya hidup
serba berkecukupan.
Dana punia bagi mereka yang tidak iklas akan menjadi sesuatu yang sangat berat.
Harta yang dimiliki dianggap sepenuhnya menjadi miliknya, namun perlu dipahami
bahwa dana punia merupakan sarana untuk menyucikan setiap harta yang
didapatkan. Bagi seseorang yang mencari harta sebanyak-banyaknya, semua
hatanya bisa menjadi suci apabila didermakan. Begitu pula sebaliknya, apabila
harta yang didapatkan walaupun dengan cara yang tidak baik, tapi kalau tidak
diderakan justru bisa menggiringnya kejurang neraka.
triswapye tesu dattam hi widhina apyarjitam dhanam,
datur bhawatyan arthaya paratra daturewa ca.
Terjemahannya:
Walaupun harta itu dperoleh sesuai menurut hukum (dharrna) tetapi bila tidak
didermakan (disedekahkan/diamalkan) kepada yang layak, akan terbenam ke
kawah neraka.
Manawadharmasastra IV. 193
Dana Punia dimaksudkan bukan hanya mengorbankan harta benda kepada orang
yang membutuhkan, namun juga bisa dilakukan dengan memberikan hati yang
dalam hal ini bisa diartikan keiklasan dalam membantu orang lain yang
membutuhkan. Berkarma yang dilakukan dengan hati tulus iklas dapat digolongkan
atidana, begitu juga memaafkan oranglain yang kadang sangat sulit diterima oleh
akal pikiran, namun bila dilakukan dengan keiklasan hati dapat digolongkan
atidana. Memaafkan orang yang bersalah memang merupakan perbuatan yang sulit,
apalagi kesalahan yang dilakukan berulangkali dan tidak memiliki tanda-tanda akan
berhenti.
Dalam Bhagawad Gita XVIII sloka 2 dan 4 menyebutkan bahwa untuk dapat
melepaskan ikatan duniawi seseorang hendaknya terlebih dahulu melakukan tyaga,
yang terdiri dari 3 wujud, yaitu yadnya, dana dan tapa.
Yadnya merupakan upacara korban suci yang dilandasi dengan kesucian dan rasa
tulus iklas. Dana adalah pemberian yang dilakukan dengan dasar kesucian dan rasa
tulus iklas, sedangkan Tapa merupakan pengendalian diri baik dalam pikiran,
perkataan dan perbuatan. Sesuai dengan tema yaitu dana punia, maka dalam hal ini
ada tiga hal yang perlu diperhatikan antara lain syaratnya, pelaksanaannya, dan
dampaknya.
Syarat dana punia itu adalah keiklasan dan kesucian, jika pemberian dilakukan
dengan harapn mendapatkan sesuatu, maka itu mengurangi keiklasan, karena jika
apa yang diharapkan dari pemberian itu tidak tercapai akan menimbulkan
kekecewaan, oleh karena itu jika kita member sesuatu harus iklas, baik itu
pemberian berupa materi, tenaga maupun pikiran. Pemberian berupa materi bisa
dalam bentuk uang, pakaian, maupun makanan, sedangkan pemberian dalam
bentuk tenaga bisa berupa pelayanan atau pertolongan, sedangkan pemberian dalam
bentuk pikiran bisa berupa saran, dukungan, siraman rohani, hiburan solusi dan
sebagainya.
III. KESIMPULAN
Dana Punia yang disumbangkan oleh masing-masing umat atau masyarakat yang
beragama Hindu kepada sebuah pura merupakan sebuah kesadaran religius sebagai
bentuk pertanggungjawabannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku
memberikan sumbangan kepada pura baik dalam kegiatan sehari-hari, yadnya,
maupun pembangunan tidak menyebabkan adanya beban ekonomi, hal ini
berdasarkan hasil wawancara terkait keikhlasan masyarakat dalam berdana punia
dan pengurus dalam melakukan pengelolaan dana punia. Dana punia yang terbaik
dilakukan dengan rasa tulus iklas dan tanpa pamrih. Satwika dana adalah dana punia
yang tepat sasaran dengan tujuan yang benar. Dana punia mesti memperhatikan
aturan-aturan yang berlaku, memberikan di waktu di yang tepat, dan diberikan
kepada orang yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Awanita, Made. 2019. Konsepsi Pengembangan Sistem Pengelolaan Dana Punia
dalam Pemerataan Hasil Pembangunan Keberagamaan Hindu di Bekasi. Jurnal
Widya Sastra Pendidikan Agama Hindu. Vol. 2, No. 1, pp. 95-107.
Sastrawan, Ketut Bali. 2017. Implementasi Dana Punia Menurut Ajaran Agama
Hindu. Maha Widya Duta. Volume 1, No. 1, pp. 54-61.
Sulistiani, Luh Putu Dewi, Anantawikrama Tungga Atmadja, dan Nyoman Trisna
Herawati. 2017. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Punia di Dadia
Prebali, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. E-journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 8, No. 2.
Juliana, Pande. 2014. Melakukan Dana Punia Bentuk Kegiatan Dharma. http://
pandejuliana.wordpress.com/2014/02/06/ m e l a k u k a n - d a n a - p u n i a - a d
a l a h - merupakan-salah-satu-kegiatan-dharma. Diakses tanggal 1-12-2014.
Surayin, Ida Ayu Putu, 2004. Seri IV Upakara Yajna, Manusa Yajna. Surabaya :
Paramita.
Ratini, N. K. (2018). Strategi Penggalian Dana Punia Pada Umat Hindu Kota Palu
Dalam Pembangunan Candi Kurung Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha Sulawesi
Tengah (Perpekstif Pendidikan Agama Hindu). Maha Widya Bhuwana: Jurnal
Pendidikan, Agama Dan Budaya, 1(2), 87-92.
Triani, N. N. A., & Satyawan, M. D. (2016). Memaknai Sisi Akuntansi Sumbangan
Keagamaan Masyarakat Hindu Bali. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(2), 240-
255.