Anda di halaman 1dari 14

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK (BERPARTISIPASI

DALAM PERCAKAPAN) MELALUI KOMBINASI MODEL ROLE PLAYING DAN


MODEL TALKING STICK PADA ANAK KELOMPOK A TAMAN KANAK KANAK
ISTANA CERIA KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR KOTA BANJARMASIN

Rahma Damayanti1, Mohammad Dani Wahyudi2


Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
Email : rahmadamayanti38@gmail.com

ABSTRAK
Taman Kanak-Kanak atau pendidikan pra-sekolah memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan
kemampuan berbahasa pada anak usia dini. Dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa pada anak-anak
usia dini, diperlukan metode, media, dan pendekatan yang sesuai untuk mereka. Penggunaan media gambar seri
diharapkan dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan berbicara mereka dengan menggunakan
kalimat-kalimat sederhana dan bahasa yang baik.Pentingnya hal ini terlihat dari fakta bahwa sebagian anak
dalam kelompok A masih mengalami kesulitan dalam mengungkapkan diri secara verbal. Beberapa anak
mungkin masih enggan bertanya, menceritakan cerita, atau mengalami kesulitan dalam berkomunikasi selama
proses pembelajaran. Trend ini tercatat dari lembar observasi sejak tahun 2015 hingga tahun 2017.Oleh karena
itu, bahwa didalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi aktivitas guru, aktivitas anak, dan
perkembangan bahasa menggunakan model Role Playing dan model Talking Stick pada anak-anak
kelompok A di TK Istana Ceria, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin. Metode penelitian yang
digunakan yaitu metode kualitatif dengan jenis penelitian Tindakan Kelas (PTK). Lokasi penelitian yaitu TK
Istana Ceria Banjarmasin Timur, dan pengumpulan data dilakukan melalui observasi terhadap aktivitas guru dan
siswa selama dua siklus.Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dalam perkembangan bahasa.
Aktivitas guru dan anak-anak meningkat dari siklus I ke siklus II, bahkan mencapai kriteria sangat baik.
Perkembangan aspek bahasa anak-anak meningkat dari siklus I ke siklus II, mencapai tingkat berkembang
dengan sangat baik (BSH) dengan predikat bintang tiga (***).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model Role Playing dan model Talking Stick efektif dalam mengembangkan aspek bahasa,
terutama dalam meningkatkan partisipasi anak-anak dalam percakapan di kelompok A TK Istana Ceria
Banjarmasin Timur. Hal ini terlihat dari peningkatan kemampuan anak-anak dalam berpartisipasi dalam
percakapan saat bermain peran.
Kata Kunci: BAHASA, Berpartisipasi Dalam Percakapan

ABSTRACT
Kindergarten or pre-school education is a very important vehicle in developing language in early childhood. In
learning language development in early childhood, appropriate methods, media, and approaches are needed for
children. The use of series image media is expected to develop the ability to speak fluently using simple
sentences with good and correct language.This can be seen from group A in the aspect of language development
is still lacking in expressing language, some students still dare not ask, tell stories and still have difficulty
communicating in learning. This began to be seen from observation sheets in 2015 to 2017.This study aims to
determine teacher activities, children's activities, and language development outcomes using Role Playing
models and Talking Stick models in group A children at Istana Ceria Kindergarten, East Banjarmasin
District, Banjarmasin City.In this study the author uses the method: Qualitative Method with the type of
Classroom Action research (PTK). Research Location at Istana Ceria Kindergarten, East Banjarmasin. Data
collection used observation of teacher and student activities carried out in two cycles. Child activities The data
collected are analyzed by reflecting, namely knowing the extent of children's success in language development
which will then be used as a reference for the next cycle.The results of this study showed an increase in language
development. Judging from the teacher's activity, each meeting has improved, from cycle I to cycle II to achieve
very good criteria, as well as children's activities have increased from cycle I to cycle II to reach very active
criteria (SA). And the results of the development of language aspects in cycle I to cycle II increased until it
reached very well developed (BSH) with 3 stars (***).It can be concluded that by using the Role Playing
model and the Talking Stick Model can develop language aspects in participating in conversations in group
A of Istana Ceria Kindergarten East Banjarmasin, this can be seen from the increase in children's ability in
language aspects, especially participating in conversations when role-playing.
Keywords: LANGUAGE, participate in conversations
PENDAHULUAN kualitas peserta didik dengan aktif
Pendidikan mempunyai arti penting mengembangkan potensi dirinya sehingga
dalam kehidupan, karena pendidikan mempunyai landasan yang kokoh dalam
membuka jalan menuju masa depan yang keimanan, kepribadian yang baik,
cerah, memberikan manfaat bagi individu, kecerdasan, pengendalian diri, pemikiran
masyarakat, lingkungan, agama, dan kritis dan dinamis, tanggung jawab, dan
bangsa. Tanpa pendidikan yang keterampilan aktif yang diperlukan untuk
berkualitas, pengembangan diri seseorang diri sendiri dan masyarakat.
akan terganggu, sehingga berdampak pada Menurut Kamus Besar Bahasa
kualitas bangsa secara keseluruhan. Indonesia, pendidikan yaitu proses
Melalui berbahasa inggris, education perubahan sikap dan perilaku seseorang
berasal dari kata “education” yang terdiri secara perseorangan atau kolektif dalam
dari dua bagian yaitu E dan Duco. E berarti upaya mendewasakan manusia melalui
perkembangan dari luar ke dalam dan dari pengajaran dan pelatihan.
terbatas menjadi berlimpah, sedangkan Selain definisi umum tersebut, para
Duco berarti dalam proses berkembang. ahli pendidikan juga menawarkan berbagai
Dengan demikian, pendidikan dapat sudut pandang. Ki Hajar Dewantara,
dikatakan sebagai upaya menumbuhkan Bapak Pendidikan Nasional Indonesia,
kemampuan diri. mengartikan pendidikan sebagai
Pada dasarnya pendidikan pembinaan segala kekuatan yang melekat
sebagaimana didefinisikan dalam Undang- pada diri anak, bertujuan agar mereka
Undang Sistem Pendidikan Nasional mencapai tingkat keselamatan dan
Nomor 20 Tahun 2003 yaitu usaha sadar kebahagiaan yang setinggi-tingginya
dan terencana untuk menciptakan sebagai manusia dan anggota masyarakat.
lingkungan belajar dan proses H. Horne menggambarkan pendidikan
pembelajaran yang kondusif, sehingga sebagai proses abadi adaptasi yang lebih
memungkinkan peserta didik secara aktif tinggi bagi manusia yang berkembang
mengembangkan potensi dirinya dalam secara fisik dan mental, bebas dan sadar
kekuatan spiritual, pengendalian diri, akan Tuhan, yang diwujudkan dalam aspek
kepribadian. , kecerdasan, akhlak mulia, intelektual, emosional, dan kemanusiaan.
dan keterampilan yang diperlukan bagi Di era modern ini, pendidikan
dirinya dan masyarakat. Pada hakikatnya seharusnya ditanamkan pada anak sejak
pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar, dini untuk mengimbangi persaingan global
nyata, dan terencana dalam suatu proses yang semakin ketat dan menghasilkan
belajar mengajar untuk mewujudkan generasi muda berkualitas. Sejalan dengan
tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, menulis sebagai bagian integral dari proses
pemerintah Indonesia telah menetapkan ini.
pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai Pengembangan bahasa pada anak I I I

langkah awal, dimulai sejak lahir hingga usia dini bertujuan agar mereka dapat
I I I I I I

usia 6 tahun. PAUD yaitu upaya sadar dan berkomunikasi


I I secara lisan
I dengan
I

terencana untuk merangsang lingkungan sekitar. Guru atau tutor dapat


I I I I I I

perkembangan jasmani dan rohani anak, memilih strategi dan metode bervariasi
I I I I I

serta mempersiapkan mereka untuk tahap untuk


I mengembangkan
I kemampuan
I

pendidikan selanjutnya. berbahasa anak, dengan fokus pada stimulasi


I I I I I I

Undang-Undang Nomor 20 Tahun mendengarkan dan menulis. Perkembangan


I I I I

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahasa dimulai sejak bayi, di mana anak
I I I I I I I

mendefinisikan PAUD sebagai pembinaan berkomunikasi melalui tangisan, senyuman,


I I I I

anak dari lahir hingga usia enam tahun dan


I I gerakan tubuh
I sebelum
I I belajar
melalui rangsangan pendidikan. berbicara. Oleh karena itu, PAUD memiliki
I I I I I I

Pendidikan ini bertujuan membangun dasar peran


I krusial
I dalam
I memfasilitasi
I

pertumbuhan fisik, kecerdasan, pengembangan


I keterampilan
I berbahasa
I

sosioemosional, bahasa, dan komunikasi pada anak usia dini, yang memperoleh
I I I I I I

sesuai dengan tahap perkembangan anak bahasa dari lingkungan keluarga dan
I I I I I

usia dini. Tujuan pendidikan yaitu tetangga mereka. Pertumbuhan kosa kata
I I I I I

menciptakan generasi muda berkualitas anak juga diakui meningkat pesat setelah
I I I I I I

melalui panduan dan arahan yang telah mereka mulai berbicara.


I I I

dirancang. Kurikulum seni bahasa yang luas I I I I

Dalam konteks pendidikan anak bertujuan


I untuk
I mengembangkan
I

usia dini, perkembangan anak menjadi keterampilan


I I anak-anak dalam
I

fokus utama karena akan memengaruhi mendengarkan, berbicara, membaca, dan


I I I I

proses pembelajaran di tingkat selanjutnya. menulis. Fokusnya yaitu memungkinkan


I I I I

Perkembangan ini mencakup aspek anak-anak memahami lingkungan sekitar


I I I I

kognitif, fisik-motorik, bahasa, sosial- mereka. Untuk belajar, anak-anak perlu


I I I I I

emosional, agama, dan moral, yang menerima informasi dan mengolahnya.


I I I I

membentuk keseluruhan kepribadian anak. Mendengarkan dan memahami informasi


I I I I

Bahasa, sebagai alat komunikasi dan dianggap sebagai langkah kunci dalam
I I I I I

ekspresi, memegang peranan penting memperoleh pengetahuan (Cassel, 2004;


I I I I

dalam perkembangan anak, dengan Jalongo, 1996) dalam (Ratna


I I I I Wahyu
pengembangan kemampuan Puyasari, 2016). Kemampuan
I

mendengarkan, berbicara, membaca, dan mendengarkan ini tidaklah alami sejak lahir,
I I I I I I
melainkan dipelajari melalui bimbingan dari
I I I I I dapat berbicara lancar dengan kalimat
I I I I I

orang tua, guru, dan lingkungan sekitar pada


I I I I I I I sederhana, menyebutkan banyak nama
I I I I

usia 3-5 tahun (Kupetz & Twiest, 2000)


I I I I I I I benda, binatang, dan tanaman dengan
I I I I I

Nurgiyantoro, B. (2013). Teori I I I karakteristik


I tertentu,
I I serta mampu
I

pengkajian fiksi (Ed. rev.). Yogyakarta:


I I I I I menceritakan kejadian disekitar dengan
I I I I

Gadjah Mada University Press.


I I I I urutan yang benar.
I I I

Pengembangan bahasa pada anak I I I Secara keseluruhan, pengembangan I I

usia dini mengacu pada peningkatan


I I I I I bahasa pada anak usia 4-5 tahun melibatkan
I I I I I I I

kemampuan menguasai alat komunikasi,


I I I I pengembangan kosa kata, kemampuan
I I I I

baik lisan maupun tertulis. (Nurgiyantoro,


I I I I I berbicara, dan keterampilan mendengarkan,
I I I I

B, 2013) menjelaskan bahwa tujuan I I I

sehingga anak dapat mengekspresikan diri


I I I I I

pengembangan bahasa pada anak usia dini


I I I I I I

dengan kata-kata yang dapat dipahami oleh


I I I I I I

yaitu agar mereka dapat menggunakan kata-


I I I I I I

orang lain.
I I

kata untuk mengekspresikan pemikiran,


I I I

Tempat I bermain anak


I atau
I

mengolah kata-kata secara komprehensif,


I I I I

pendidikan prasekolah memiliki peran yang


I I I I I

dan menyampaikan ide dengan bahasa tubuh


I I I I I I

sangat
I I penting I dalam memajukan
I

yang dapat dipahami orang lain. Lingkungan


I I I I I I

kemampuan berbahasa pada anak usia dini.


I I I I I I

yang baik dapat mendukung perkembangan


I I I I I

Dalam
I upaya
I mengembangkan
I

bahasa anak usia dini, yang berkembang


I I I I I I

keterampilan berbahasa pada anak-anak ini,


I I I I I

dengan
I cepat
I I jika didukung
I I oleh metode, media, dan pendekatan yang sesuai
I I I I I I

kemampuan anak dan lingkungan yang


I I I I I

perlu diperhatikan. Penggunaan media


I I I I

kondusif (Novan dan Barnawi, 2014)


I I

gambar seri diharapkan dapat membantu


I I I I I

Menurut (Suyanto, Slamet, 2005) I

meningkatkan kemampuan berbicara anak


I I I I

perkembangan
I bahasa
I I anak terjadi
I

dengan
I menggunakan
I kalimat-kalimat
I

sepanjang manusia aktif secara mental dan


I I I I I I

sederhana dan bahasa yang benar.


I I I I I

dalam
I I lingkungan I yang I mendukung Jika aspek bahasa tidak
pembelajaran. Pada usia 4 tahun, anak dapat
I I I I I I I

diberdayakan dengan baik di Pendidikan


memiliki perbendaharaan kata sebanyak
I I I I

Anak Usia Dini (PAUD), konsekuensinya


4000-6000 kata dan berbicara dalam kalimat
I I I I I I

anak akan mengalami kesulitan dalam


5-6 kata. Pada usia 5 tahun, perbendaharaan
I I I I I I I

berkomunikasi dan berinteraksi dengan


kata terus bertambah menjadi 5.000 hingga
I I I I I I

lingkungannya. Selain itu, anak mungkin


8.000 kata, dengan kalimat yang semakin
I I I I I I

kesulitan mengekspresikan keinginannya


kompleks (Carol Seefelt & Barbara Wasik,
I I I I I I

karena bahasa berperan sebagai alat


2008, 74). Rosmala Dewi (2005:17) juga
I I I I I I

komunikasi utama dalam pengembangan


mencatat bahwa pada usia 4-5 tahun, anak
I I I I I I I

dan interaksi sosial anak. Kondisi ini dapat


mengganggu perkembangan aspek-aspek tersebut menunjukkan bahwa 3 anak sudah
lain pada anak. berkembang sesuai harapan (BSH) atau
Pada TK Istana Ceria Banjarmasin, mendapatkan (***) sesuai indikator, 3
khususnya di kelompok A, terdapat anak mulai berkembang (MB) atau
kekurangan dalam perkembangan bahasa mendapatkan (**) sesuai indikator, dan 9
anak-anak. Beberapa di antaranya tidak anak belum berkembang (BB) atau
berani bertanya, menceritakan mendapatkan (*) dengan bantuan guru
pengalaman, dan mengalami kesulitan sesuai indikator.
berkomunikasi selama proses Tahun 2017, kelompok A memiliki
pembelajaran. Observasi dari tahun 2015 13 anak, terdiri dari 8 anak laki-laki dan 5
hingga tahun 2017 mencatat bahwa dari 15 anak perempuan. Hanya 3 anak yang aktif
anak dalam kelompok A, terdiri dari 6 menjawab, sementara yang lainnya hanya
anak laki-laki dan 9 anak perempuan, diam atau bercanda tanpa memperhatikan
hanya 4 anak yang secara aktif guru. Hasil perkembangan bahasa dari total
berpartisipasi dengan menjawab, 13 anak menunjukkan bahwa 3 anak sudah
sementara yang lainnya cenderung diam berkembang sesuai harapan (BSH) atau
atau bermain sendiri tanpa memperhatikan akan mendapatkan (***) sesuai indikator,
guru. Hal ini terkonfirmasi melalui hasil 3 anak mulai berkembang (MB) atau
evaluasi perkembangan bahasa anak-anak mendapatkan (**) sesuai indikator, dan 7
tersebut, di mana dari total 15 anak, 4 anak anak belum berkembang (BB) atau
telah mencapai perkembangan sesuai mendapatkan (*) dengan bantuan guru
harapan (BSH) atau mendapatkan (***) sesuai indikator.
sesuai indikator, 3 anak mulai berkembang Ini mengindikasikan bahwa
(MB) atau mendapatkan (**) sesuai kemampuan anak dalam menerima bahasa
indikator, dan 8 anak belum mencapai dan memahami cerita yang dibacakan
perkembangan yang diharapkan (BB) atau masih kurang dan belum sepenuhnya
mendapatkan (*) dengan bantuan tercapai. Masalah utama terletak pada
perkembangan guru sesuai indikator. ketidakberanian anak untuk bertanya
Pada tahun 2016, dalam kelompok tentang tema pembelajaran, kesulitan
A terdapat 15 anak, terdiri dari 7 anak laki- berkonsentrasi, dan kesulitan dalam
laki dan 8 anak perempuan. Hanya 3 dari bercerita dengan kalimat sederhana. Faktor
mereka yang aktif dalam menjawab, penyebabnya termasuk sifat pemalu anak,
sedangkan sisanya hanya diam atau kecenderungan bermain dan bercanda
bercanda tanpa memperhatikan guru. dengan teman di kelas, serta kesulitan
Perkembangan bahasa dari total 15 anak
memahami cara atau teknik pembelajaran Talking Stick , di sisi lain,
yang diberikan guru. merupakan suatu model pembelajaran yang
Untuk mengatasi permasalahan ini, tidak hanya menghibur, melainkan juga
peneliti memutuskan untuk menggunakan menjadi metode pembelajaran yang
kombinasi model Role Playing dan dilakukan melalui bermain, sehingga anak-
metode tanya jawab. Pilihan model Role anak tidak merasa sedang belajar saat
Playing dipilih karena merupakan bentuk terlibat dalam permainan tersebut.
aktivitas di mana anak berimajinasi seolah- Pemilihan model ini dilatarbelakangi oleh
olah berada di luar kelas dan memerankan pandangan penulis bahwa Talking Stick
peran orang lain. Metode Role Playing ini dapat menjadi alternatif untuk menciptakan
melibatkan pengembangan imajinasi dan suasana pembelajaran yang dinamis,
penghayatan anak melalui peran-peran menarik minat anak-anak untuk belajar,
tokoh hidup atau benda mati. Metode ini dan mengembangkan kemampuan anak
melibatkan siswa dalam permainan drama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
yang memerankan peran-peran terkait oleh guru.
masalah, tantangan, dan hubungan Menurut (Anita, Lie, 2002)
manusia. menjelaskan bahwa model pembelajaran
Pendapat lain, menurut (Perdana, P, Talking Stick termasuk dalam kategori
2010) menyatakan bahwa metode bermain pembelajaran kooperatif, di mana guru
peran merupakan bentuk pembelajaran di memberikan kesempatan kepada anak-
mana peserta diminta untuk berpura-pura anak untuk bekerja secara mandiri
menjadi seseorang dengan profesi tertentu, sekaligus bekerjasama dengan orang lain
menyerap peran orang tersebut. Subjek dengan cara mengoptimalkan partisipasi
juga diminta untuk berpikir seperti mereka
individu tersebut, memungkinkan mereka Menurut Yohana Milut Rahestri
untuk memahami lebih baik tentang cara (2010), model Talking Stick efektif untuk
menjadi seseorang dengan profesi tersebut. diterapkan dalam penelitian (Mastaniah,
(Fatmawati, E, 2015) juga mengungkapkan 2012:6). Model kooperatif Talking Stick
bahwa bermain peran, atau Role Playing , melibatkan penggunaan tongkat, di mana
yaitu suatu model pembelajaran yang pemegang tongkat diwajibkan menjawab
mewajibkan siswa untuk mengambil peran pertanyaan dari guru setelah mempelajari
sesuai dengan skenario yang telah materi pokok. Selain melatih keterampilan
ditetapkan, dengan tujuan mencapai membaca, pendekatan ini juga bertujuan
kompetensi yang diperlukan dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
pembelajaran. menyenangkan dan membuat anak-anak
aktif, sebagaimana dikemukakan oleh Lie Berlandaskan konsep ini, tahapan I I I

(2006:42)dalam (Fandri Hasrudin & Asrul, dalam pelaksanaan tindakan kelas dapat
I I I I I

2020) diilustrasikan
I sebagai
I berikut:
I I Tahap
Perencanaan,
I I Tahap Tindakan,
I Tahap
I

METODE PENELITIAN Observasi dan Evaluasi, dan Tahap Refleksi.


I I I I I I

Menurut (Arikunto, Suharsimi dkk, I Teknik pengumpulan data dilakukan melalui


I I I I I

2007)Pengembangan Tindakan Kelas (PTK) I I I pemantauan aktivitas guru, aktivitas peserta


I I I I I

dapat dijelaskan secara singkat sebagai suatu


I I I I I I didik,
I dan
I pencapaian
I perkembangan
I

bentuk penelitian yang bersifat reflektif.


I I I I I peserta didik. Selanjutnya, analisis data
I I I I I

PTK melibatkan pelaksanaan tindakan-


I I I I melibatkan evaluasi aktivitas guru, aktivitas
I I I I I

tindakan khusus dengan tujuan untukI I I I peserta didik, serta hasil belajar yang dicapai.
I I I I I I I

memperbaiki dan meningkatkan praktik


I I I I

pembelajaran
I di
I I kelas I secara lebih
I HASIL PENELITIAN I

profesional. Oleh karena itu, PTK secara erat


I I I I I I I Berlandaskan temuan hasil penelitian yang I I I I

terkait dengan masalah-masalah praktis


I I I I dilakukan selama siklus I dan siklus II,
I I I I I I I

yang
I dihadapi
I guru
I dalam
I kegiatan
I dilakukan
I pembahasan
I yang
I meliputi
I

pembelajaran sehari-hari (Awak Badan,


I I I I perbandingan hasil penelitian siklus I dan
I I I I I I

Online).
I siklus II sebagai berikut:
I I I I

Dengan memahami tiga kata kunci I I I I 1. Perbandingan hasil Aktivitas Guru dari I I I I

tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa


I I I I I Siklus I dan Siklus II
I I I I I

Penelitian Tindakan Kelas yaitu usaha untuk


I I I I I I Aktivitas guru
I dalam
I I kegiatan
mengevaluasi kegiatan belajar sekelompok
I I I I perkembangan
I kemampuan
I bahasa
I

peserta didik melalui pemberian tindakan


I I I I I dalam berpartisipasi dalam percakapan
I I I I

(treatment)
I yang
I sengaja
I menggunakan model Role Playing dan
I I I I I I

diimplementasikan. Tindakan tersebut dapat


I I I I Model Talking Stick
I I I I I I pada anak I

dilakukan oleh guru, baik secara individu


I I I I I I kelompok A TK Istana Ceria kecamatan
I II I I I I

maupun bersama-sama dengan peserta


I I I I Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin
I I I I

didik, atau bahkan oleh peserta didik dengan


I I I I I I I pada siklus I dan siklus II dapat
I I I I I I I

bimbingan
I dan
I arahan
I guru.
I I Tujuan dilakukan perbandingan sebagai berikut
I I I I

utamanya yaitu untuk memperbaiki dan


I I I I I Tabel 1 Perbandingan Hasil AktivitasI I I I I

meningkatkan
I kualitas
I pembelajaran
I Guru Siklus I dan Siklus II
I I I I II I I

Mulyasa, 2011, seperti yang dikutip oleh (Ni


I I I I I I I

Perbandingan Siklus I I Siklus II I

Kadek Mila Kusumayani, I Made Citra


Skor I 70% 92%
Wibawa, Kadek Yudiana., 2019)
Kategori Baik Sangat
Baik
I Banjarmasin pada siklus I dan siklus II
I I I I I I I

I
dapat dilakukan perbandingan sebagai
I I I I

Data tabel diatas dapat disajikan I I I I


berikut :
I I

I dalam bentuk gambar sebagai I I I


Tabel 2 Perbandingan Hasil Aktivitas
I I I I

Anak Siklus I dan Siklus II


I I I I II I I

I berikut : I

Perbandingan Siklus I I Siklus II I

Perbandingan Aktivitas Guru pada Persentase 38% 69%


100% siklus I dan siklus II Keaktifan
I

Kriteria Tidak Aktif I I Aktif


80%
60% Dari data tabel diatas, dapat I I I I

40% disajikan dalam bentuk gambar


I I I I

20% berikut :
I I

0%

Gambar 1 Grafik Perbandingan I II I

Aktivitas Guru pada siklus I dan


I I I I I I

Siklus II
I I

Berlandaskan hasil
I observasi
I

Gambar 2Grafik Perbandingan Hasil I I I

aktivitas guru dalam penelitian ini


I I I I I
Aktivitas Anak Siklus I dan siklus II
I I I I I I I

dapat disimpulkan bahwa aktivitas


I I I I
Berlandaskan hasil observasi I I

aktivitas anak dalam penelitian ini


I I I I I

guru dalam kegiatan pembelajaran


I I I I
dapat disimpulkan bahwa aktivitas
I I I I

dilihat dari lembar observasi guru


I I I I I
anak dalam kegiatan pembelajaran
I I I I

dilihat dari lembar observasi anak


I I I I I

pada siklus I dan siklus II


I I I I I I
pada siklus I dan Siklus II
I I I I I I

menunjukkan adanya peningkatan


I I I
menunjukkan adanya peningkatan
I I I

jumlah skor aktivitas anak yaitu pada


I I I I I I

jumlah skor aktivitas guru yaitu


I I I I I
siklus I mencapai 38% dengan
I I I I I

pada siklus I mencapai 70% dengan


I I I I I I
kriteria Tidak Aktif pada siklus II
I I I I I I

mencapai 69% dengan kriteria Aktif.


I I I I I I

kriteria baik,pada siklus II mencapai


I I I I I
Dengan demikian aktivitas anak
I I I I

92% dengan kriteria sangat baik.


I I I I I I
dapat dikatakan berhasil karena
I I I I

sudah I mencapai indikator I I

Dengan demikian aktivitas guru


I I I I
keberhasilan.
I

dapat dikatakan berhasil karena


I I I I
3. Perbandingan Hasil Perkembangan I I

Bahasa Siklus I dan Siklus II


I II I I I I

sudah
I mencapai
I I indikator Berlandaskan hasil observasi I I

keberhasilan.
I
pembelajaran
I dalam kegiatan I I

perkembangan kemampuan bahasa


I I I

2. Perbandingan hasil Aktivitas anak dari I I I I


dalam berpartisipasi dalam percakapan
I I I I

siklus I dan Siklus II


I I I I I
menggunakan kombinasi model Role
I I I I

Aktivitas anak dalam kegiatan I I I


Playing dan model Talking pada anak
I I I I I I I I

perkembangan kemampuan bahasa


I I I
Kelompok A TK Istana Ceria
I I I I I

dalam berpartisipasi dalam percakapan


I I I I
Kecamatan Banjarmasin Timur Kota
I I I I

menggunakan model Roel Playing dan


I I I I I
Banjarmasin pada siklus I dan siklus II
I I I I I I I I I

model Talking Stick


I pada anak
I I I I I I
dapat dilakukan perbandingan sebagai
I I I I

Kelompok A TK Istana Ceria


I I I I I
berikut:
I

Kecamatan Banjarmasin Timur Kota


I I I I
Tabel 3 Perbandingan Hasil I II I guru, aktivitas anak dan hasil
I I I I I

Perkembangan Bahasa Siklus I dan


I I I I I I perkembangan bahasa sebagai berikut:
I I I I

Siklus II I I II Tabel 4. Kecenderungan Seluruh


I I I

Perbandingan Siklus I I Siklus II I


Aspek\
I

Persentase 46% 86% Perbandingan Siklus I I Siklus II I

Keaktifan
I
Aktivitas Guru I 70% 92%
Kriteria Mulai Berkembang Aktivitas Anak I 38% 69%
Berkembang
I Sesuai harapan
I I
Hasil 46% 86%
(MB)
I (BSH)
I
Perkembangan
I

Bahasa
I

Dari data tabel diatas dapat disajikan


I I I I I
Dari data tabel diatas dapat disajikan
I I I I I

dalam bentuk gambar sebagai


I I I I
dalam bentuk gambar sebagai berikut
I I I I II I

berikut :
I I

Gambar 3 Grafik Perbandingan I II I


Gambar 4. Grafik Kecendrungan I I I

Hasil Perkembangan Bahasa Siklus


I I I I
Seluruh Aspek
I I

I dan Siklus II I I I I I
Berlandaskan gambar diatas, dapat I I I

Berlandaskan hasil observasi I I


disimpulkan bahwa aktivitas guru,
I I I I

Perkembangan bahasa dalam


I I I
aktivitas I anak dan hasil I I I

penelitian ini dapat dilihat dari


I I I I I
perkembanganI bahasa I

lembar I observasi hasil I I


menunjukkan adanya peningkatan.
I I I I

perkembangan bahasa anak pada


I I I I
Persentase keberhasilan mengajar
I I I

siklus I dan siklus II menunjukkan


I I I I I I I
aktivitas guru pada siklus I
I I I I I

adanya peningkatan persentase


I I I
mencapai 70% dengan kriteria Baik,
I I I I I

keberhasilan perkembangan anak


I I I
pada siklus II mencapai 92% dengan
I I I I I I

yaitu pada siklus I mencapai 46%


I I I I I I
kriteria Sangat baik. Persentase
I I I I I

dengan kriteria Belum Berkembang


I I I I
keberhasilan anak pada siklus I
I I I I I

(BB), pada siklus II mencapai 86%


I I I I I I
mencapai 38% dengan kriteria
I I I I

dengan kriteria Berkembang Sesuai


I I I I
Tidak Aktif dan pada siklus II
I I I I I I

Harapan (BSH). Dengan demikian


I I I I
mencapai 69% dengan kriteria
I I I I

aktivitas anak dapat dikatakan


I I I I
Aktif. Persentase keberhasilan pada
I II I I

berhasil karena sudah mencapai


I I I I
akktivitas perkembangan anak pada
I I I I

indikator keberhasilan.
I I
siklus I 46% dengan kriteria Mulai
I I I I I I

4. Perbandingan Hasil Aktivitas Guru, I I I


Berkembang dan pada siklus II 86%
I I I I I I

Aktivitas
I Anak dan Hasil I I I
dengan kriteria Berkembang Sesuai
I I I I

Perkembangan Bahasa
I I
harapan. I

Berlandaskan hasil observasi I I


Berlandaskan hasil penelitian yang I I I

pembelajaran
I dalam kegiatan I I
telah dilakukan dan dilaksanak
I I I I

pengembangan kemampuan bahasa


I I I
tersebut maka hipotesis yang
I I I I

dalam berpartisipasi dalam percakapan


I I I I
berbunyi “ jika kemampuan bahasa
I I I I I

menggunakan kombinasi model Role


I I I I
dalam berpasitispasi
I dalam I I

Playing dan model Talking Stick pada


I I I I I I I I I
percakapan I menggunakan I

anak kelompok A TK Istana Ceria


I I I I I I
kombinasi model Role Playing dan
I I I I I I

Kecamatan Banjarmasin Timur Kota


I I I I
Model Talking Stick
I pada I I I I I

Banjarmasin pada siklus I dan siklus II


I I I I I I I I
Kelompok A TK Istana Ceria
I I I I I

dapat
I dilakukan perbandingan I I
Kecamatan Banjarmasin Timur
I I I

persentase hasil observasi aktivitas


I I I I
Kota
I Banjarmasin akan I I Playing dan model Talking Stick
Berkembang” dapat diterima.
dalam kegiatan pembelajaran, guru
I I I

PEMBAHASAN memberikan motivasi kepada anak-


Penelitian TIndakan
I Kelas
I ini
I anak untuk mengembangkan
mengangkat pengembangan bahasa dalam
I I I I kemampuan mereka.
berpartisipasi dalam percakapan dengan
I I I I Peningkatan kualitas pengajaran tidak
menggunakan
I kombinasi
I model
I Role
I terlepas dari peran guru dalam
Playing dan meodel Talking Stick
I I I I I I I I I pada menciptakan lingkungan pembelajaran
Kelompok A TK Istana Ceria Kecamatan
I I I I I I yang efektif. Kegiatan pembelajaran di
Banjarmasin Timur Kota Banjarmasin.
I I I I I kelas dicirikan oleh manajemen kelas,
Subjek penelitian ini yaitu anak kelompok A
I I I I I I I penggunaan media dan sumber
dengan jumlah 13 orang anak terdiri dari 9
I I I I I I I I belajar, serta pilihan metode dan
anak Laki laki dan 4 anak perempuan.
I I I I I I I I strategi pembelajaran. (Masitoh, dkk,
Adapun hasil observasi dan evaluasi pada
I I I I I I 2008) menekankan bahwa dalam
penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut
I I I I I I setiap sesi pembelajaran, guru perlu
:
I memilih strategi pengajaran dengan
1. Aktivitas Guru cermat untuk memudahkan
Kualifikasi aktivitas guru ini semakin pemahaman siswa.
meningkat, sejalan dengan pandangan Guru juga memperhatikan penggunaan
(Winataputra, 2008) yang menyatakan strategi dan metode yang sesuai
bahwa salah satu aspek penting bagi dengan tahap perkembangan anak-
seorang guru sebagai pendidik yaitu anak, seperti terlihat dalam pemilihan
pemahaman terhadap cara belajar strategi atau metode pembelajaran
peserta didik dan keterampilan dalam selama kegiatan pembelajaran.
mengorganisir proses pembelajaran Penggunaan media visual, seperti
untuk mengembangkan potensi dan gambar, juga menjadi salah satu upaya
karakter peserta didik, serta guru untuk membuat pembelajaran
pemahaman tentang metode lebih menarik bagi siswa.
pembelajaran siswa. Pendapat ( Nugraha Ali, 2009) yang
Trend ini dapat diamati dalam konteks menyatakan bahwa pengelolaan
penelitian, di mana guru lebih lingkungan belajar yang efektif yaitu
memahami peserta didik saat lingkungan yang mendorong siswa
mempersiapkan mereka sebelum untuk aktif dan kreatif, mencerminkan
pembelajaran dimulai. Saat praktek guru. Guru memberikan
menggunakan kombinasi model Role kebebasan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan mereka Hasil penilaian ini menunjukkan
selama pelaksanaan skenario pencapaian indikator keberhasilan
pembelajaran, memberikan pujian yang telah ditetapkan. Aktivitas anak
kepada mereka yang berhasil dalam memahami, memainkan,
menceritakan kembali skenario, dan membahas, dan menjawab pertanyaan
tetap memberikan semangat kepada dalam skenario pembelajaran
siswa yang masih ragu untuk menggunakan model Role Playing
berbicara. dan Talking Stick terlaksana dengan
Perspektif (Nurbiana, Dhieni, dkk, baik, mencapai 92% dalam kategori
2008) mengenai kelebihan bercerita, observasi aktif.
termasuk efisiensi waktu dan Peningkatan aktivitas anak ini sesuai
kemudahan pengelolaan kelas, juga dengan pandangan (Badru Zaman,
ditemukan dalam praktik guru. Selama dkk, 2009), yang menyebutkan bahwa
kegiatan Role Playing , guru berhasil anak usia dini cenderung memiliki
memanfaatkan waktu dengan efektif, rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh
menjadikannya lebih mudah untuk karena itu, saat mengikuti
membimbing dan mengelola kelas. pembelajaran Role Playing dan
2. Aktivitas Anak Talking Stick , anak-anak lebih
Berlandaskan pengamatan yang telah cenderung memperhatikan dengan
dilakukan, terungkap bahwa setiap antusias, bertanya tentang berbagai hal
pertemuan mengalami peningkatan yang mereka lihat dan dengar, serta
aktivitas anak. Pada awalnya, banyak belajar untuk berdiskusi dengan
anak yang tergolong kurang aktif atau teman-teman mereka.
cukup aktif secara individual, tetapi Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
pada pertemuan terakhir, semua anak pada kegiatan belajar mengajar, di
mencapai tingkat aktivitas aktif dan mana anak-anak menjadi antusias dan
sangat aktif. Perkembangan ini termotivasi untuk mengikuti kegiatan
tercermin dari persentase keberhasilan sampai selesai. Mereka juga menjadi
dalam siklus I, dimana persentase lebih percaya diri untuk berbicara di
keberhasilan secara klasikal depan teman-teman mereka.
menunjukkan kriteria kurang aktif. Dalam penelitian lain oleh Siti
Namun, terjadi peningkatan pada Salamah (2015) dan Jumiati (2015),
siklus II, dengan persentase yang fokus pada pengembangan
keberhasilan secara klasikal mencapai kemampuan nilai agama dan moral
kriteria sangat aktif. melalui model Role Playing , juga
menunjukkan keberhasilan. Aktivitas menceritakan kembali apa yang
guru, aktivitas anak, dan kemampuan mereka lakukan sesuai dengan
nilai agama dan moral mencapai pemikiran mereka. Selain itu, anak
tingkat keberhasilan yang signifikan, dapat menjawab pertanyaan guru
dengan persentase aktivitas anak setelah menyelesaikan peran dalam
mencapai 85,71% dan 84,22% dalam skenario pembelajaran.
kategori sangat aktif pada masing- Berlandaskan hasil penelitian ini,
masing penelitian. hipotesis yang menyatakan "Jika
3. Hasil Perkembangan Kemampuan kemampuan bahasa anak dalam
Bahasa Anak berpartisipasi dalam percakapan
Hasil kemampuan anak yaitu prestasi menggunakan kombinasi model Role
yang diperoleh setelah mereka Playing dan model Talking Stick ,
mengikuti proses belajar. Evaluasi maka kemampuan bahasa anak
kemampuan belajar digunakan sebagai kelompok A TK Istana Ceria
ukuran kemampuan anak dalam Kecamatan Banjarmasin Timur Kota
memahami materi yang diajarkan oleh Banjarmasin" dapat diterima.
guru. Perbandingan hasil kemampuan
anak dari siklus I hingga siklus III
dalam penelitian ini menunjukkan PENUTUP
peningkatan nilai hingga mencapai Dari penelitian
I tindakan
I kelas
I yang
I

indikator keberhasilan belajar. dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai


I I I I I

Penelitian tindakan kelas yaitu metode berikut:


I

penelitian yang dilakukan oleh guru di 1. Aktivitas I guru I dalam


dalam kelasnya sendiri melalui mengembangkan
I kemampuan
I

introspeksi diri, dengan tujuan untuk bahasa dalam berpartisipasi dalam


I I I I

meningkatkan kinerjanya sebagai guru percakapan dengan menggunakan


I I I

agar hasil belajar siswa dapat model Role Playing


I I I I I dan model I

meningkat (Wardhani & Wihardit, Talking Stick pada anak kelompok A


I I III I I I

2011:1.4). (Nurbiana, Dhieni, dkk, TK


I I Istana Ceria Kecamatan
I I I

2008)mencatat bahwa kegiatan Banjarmasin


I Timur
I I Kota
bercerita membantu proses Banjarmasin sudah sesuai dengan
I I I I

percakapan menjadi lebih langkah-langkah


I metode/model
I

komunikatif. pembelajaran yang digunakan dan


I I I I

Bukti konkret terlihat saat anak berani semua aspek pada aktivitas guru
I I I I I

berkomunikasi dengan guru, mampu terlaksana sangat baik


I I I
2. Aktivitas anak
I I dalam
mengembangkan
I kemampuan
I

bahasa dalam berpartisipasi dalam


I I I I

percakapan
I I menggunakan
kombinasi model Role Playing dan
I I I I I I I

model Talking Stick


I I I I I I pada anak
I I

kelompok A TK Istana Ceria


I I I I I

Kecamatan Banjarmasin Timur Kota


I I I I

Banjarmasin
I mengalami
I

peningkatan aktivitas anak dari


I I I I

siklus I hingga ke siklus II dan


I I I I I I I

mencapai indikator keberhasilan


I I I

yang ditetapkan dengan kategori


I I I I

aktif.
I

3. Perkembangan kemampuan bahasa I I

dalam
I I berpartisipasi dalam
I

percakapan dengan menggunakan


I I I

kombinasi model Role Playing dan


I I I I I I I

model Talking Stick


I I I I I I I pada anak I

kelompok A TK Istana Ceria


I I I I I

Kecamatan Banjarmasin Timur Kota


I I I I

Banjarmasin
I berkembang
I I dan
mampu
I I memenuhi indikator
I

keberhasilan yang ditetapkan baik


I I I I

secara individual maupun klasikal.


I I I I

REFERENCES
Anita, Lie. (2002). Cooperative larning (mempraktikan cooperative learning di ruang-runang
I I I I I I I I I

kelas). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.


I I I I I

Arikunto, Suharsimi dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.: PT Bumi Aksara.
I I I I I I I I I I

Badru Zaman, dkk. (2009). Media dan Sumber Belajar. Jakarta: Universitas. Terbuka.
I I I I I I I I I I

Fandri Hasrudin & Asrul. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
I I I I I I I I I I I

Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPA di SD Inpres 16 Kabupaten Sorong.
I I I I I I I I I I I I I

Jurnal Papeda: Vol 2, No 2, Juli 2020.


I I I I I I I I

Fatmawati, E. (2015). Technology Acceptance model (TAM) untuk menganalisis penerimaan


I I I I I I I I I

terhadap sistem informasi di perpustakaanM INFORMASI PERPUSTAKAAN. Iqra:


I I I I I I I I

Jurnal Perpustakaan dan Informasi, Vol.9 No.1.


I I I I I I

Masitoh, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran di TK. Jakarta: Universitas Terbuka.


I I I I I I I I I
Ni Kadek Mila Kusumayani, I Made Citra Wibawa, Kadek Yudiana. (2019). Pengaruh Model
I I I I I I I I I I I I

Pembelajaran Kooperatif Talking Stick Bermuatan Tri Hita Karana Terhadap Kompetensi
I I I I I I I I I I

Pengetahuan IPA Siswa IV SD. Jurnal Pendidikan Multikultural Indonesia Vol. 2 No.(2) ,
I I I I I I I I I I I I I

55-65.
I

Novan dan Barnawi. (2014). Format PAUD: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi
I I I I I I I I I

Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.


I I I I I I I

Nugraha Ali. (2009). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.
I I I I I I I I I

Nurbiana, Dhieni, dkk. (2008). Metode pengembangan bahasa. Jakarta : Pusat. Penerbitan
I I I I I I I I I I

Universitas Terbuka. .
I I I

Nurgiyantoro, B. (2013). Teori pengkajian fiksi (Ed. rev.). Yogyakarta: Gadjah Mada University
I I I I I I I I I I I

Press.
I

Perdana, P. (2010). Biru Indigo. Jakarta: Voila.


I I I I I I

Ratna Wahyu Puyasari. (2016). Analisis Pemanfaatan Alat Permainan Edukatif (APE) Dalam
I I I I I I I I I I

Menciptakan Pembelajaran Bahasa Di TK TUNAS RIMBA II KOTA SEMARANG.


I I I I I I I I I I

Jurnal Ilmiah FIP Universitas PGRI Semarang Volume 6 Nomor 1 Juli 2016 , 65.
I I I I I I I I I I I I I I

Suyanto, Slamet. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
I I I I I I I I I I

Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


I I I I I I

Winataputra. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.


I I I I I I I I

Anda mungkin juga menyukai