Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL

& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu


Kabupaten Penajam Paser Utara

BAB III
PROSEDUR OPERASI

3.1. Umum
Dalam pelaksanaan pengoperasian air bendung air baku sebaiknya menggunakan
blangko-blangko operasi standar yang telah digunakan serta dikuasai oleh para petugas
ranting Dinas Pengairan setempat. Blanko-blanko tersebut sebaiknya dibuat dan disediakan
oleh pengurus jika bendung air baku sudah difungsikan. Jika bangunan ini pelaksanaan O&P
nya diserahkan kepada pihak Pemda setempat dan untuk selanjutnya dilimpahkan kepada
PDAM atau pihak Kecamatan atau pihak desa, maka akan sedikit berbeda sistem O&P nya.
Dalam usaha peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat, pengaliran air baku
adalah sangat penting. Air harus mengalir dengan volume yang cukup dan lancar dengan
mutu yang memenuhi persyaratan dan serta bebas dari pencemaran. Pengaliran air harus
disesuaikan dengan jumlah kebutuhan.
Sementara itu langkah-langkah penyusunan rencana pengaliran air adalah sbb :
 Membuat rencana kebutuhan air pada masing-masing zona pelayanan
 Mengumpulkan data jumlah pelanggan atau SR dari unit pelayanan pada masing-masing
zona pelayanan
 Menentukan kebutuhan air di jaringan transmisi, reservoir dan distribusi pada masing-
masing zona
 Mencatat muka air yang tersedia pada sumber air baku diperkirakan dari kenyataan
fluktuasi musim kemarau dan penghujan yang tercatat pada periode sebelumnya atau
berdasarkan buku catatan
 Menentukan waktu-waktu pengaliran dan pengurasan dari data pencatatan pada musim
penghujan dan kemarau.

3.2. Pengumpulan Data


Dalam pelaksanaan operasi air bendung air baku dan jaringan diperlukan data-data
yang akan menunjang pembuatan rencana operasi yang baik, maupun untuk keperluan lain
pada masa yang akan datang. Data-data perlu dihimpun dan diupdate secara teratur dan
diarsipkan dengan baik. Data yang perlu dikumpulkan antara lain :

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 1
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

 Data pemakai air bendung air baku; jumlah penduduk/jumlah KK, yang bisa diairi oleh
bendung air baku, catatan mutasi atau bertambah (fluktuasi pengguna air) akibat
bertambahnya atau pindahnya penduduk.
 Data debit sungai normal dicatat dalam blanko, periodik setengah bulanan oleh Penjaga
Bendung air baku/Sub Ranting.
 Data debit banjir dicatat dalam blanko, dicatat tanggalnya, jam berapa, perkiraan debitnya
dan lokasi pengamatannya. Dilaporkan pada tiap kejadian/insidentil oleh Penjaga
Bendung air baku/Sub Ranting.
 Data curah hujan dihimpun dalam blanko, meliputi stasiun hujan yang ada atau dekat
dengan lokasi bendung air baku. Dilaporkan setiap bulan oleh Sub Ranting. Data curah
hujan tahunan dibuat oleh Cabang Dinas Pengairan untuk setiap stasiun dalam blanko dan
merupakan laporan tahunan Dinas Pengairan atau Dinas Pertanian.
 Data pengurangan pengguna air bendung air baku karena kerusakan jaringan pipa atau
bangunan bendung air baku yang dihimpun dalam blanko tersendiri.
 Perlunya blangko-blangko lain yang dibutuhkan saat pengoperasian air bendung air baku
yang disebabkan oleh perubahan tingkah laku manusia atau kejadian alam.

3.3. Rencana Pembagian Air


Keperluan rumah tangga penduduk lebih diprioritaskan dalam pemenuhannya, kemudian
disusul oleh keperluan lain seperti untuk ternak, industri dan lain-lain (jika memungkinkan).
Jumlah air yang disalurkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan yaitu misalnya untuk
penduduk adalah jumlah kebutuhan air perhari perorang (ltr/orang/hari) dikalikan dengan jumlah
penduduk yang ada. Pembagian air ini juga dibatasi oleh ketersediaan air yang ada di kolam
bendung air baku atau reservoir, lain halnya jika aliran air pada sumber air baku yang dipakai
terus langgeng. Jika dalam satu desa kebutuhan air yang harus dipenuhi tidak mencukupi, maka
alternatifnya adalah dilakukan dengan cara rotasi dengan jumlah komposisi yang seimbang.
Alternatif terjelek adalah pengurangan rencana pengguna air bendung air baku atau dalam satu
desa diupayakan sumber air baku lain, misalnya dengan membangun bendung air baku lagi atau
memanfaatkan sumber air baku lainnya.
Pembagian air harus dilakukan secara proporsional agar tidak terjadi gejolak sosial.
Pengarahan dan pembinaan terhadap rencana pengguna air bendung air baku merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam operasi dan pemeliharaan bendung air baku.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 2
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

3.4. Pedoman Pengoperasian Jaringan


Seperti diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa pengoperasian jaringan pipa
transmisi meliputi pengambilan air dari sumbernya (bendung air baku), pengaliran air pada
pipa transmisi dan pengolahan dan penampungan air pada unit produksi. Dalam pelaksanaan
operasi berkaitan erat dengan beberapa hal yang telah diuraikan di atas, yaitu :
 Kondisi air pada musim penghujan dan
 Kondisi air pada musim kemarau
3.4.1. Operasi Musim Penghujan
Pengoperasian air bendung air baku dilakukan sebagai berikut :
 Mencegah lumpur memasuki pipa intake dan bak-bak penampungan
 Melindungi bendung air baku dan bangunan pelengkap dari bahaya banjir
Pelaksanaan operasi jaringan pipa harus disesuaikan dengan kemampuan jaringan
berdasarkan diameter dan elevasi pipa. Prosedur yang disusun disini ditujukan hanya sampai
pada jaringan pipa transmisi, dengan mengantisipasi kualitas dan kuantitas air yang tersedia.
Permasalahan yang biasanya dihadapi pada musim hujan adalah melimpahnya suplai air, baik
dari banjir di sungai maupun rembesan pada mata air. Selain itu juga meningkatnya
kekeruhan air akibat banyak lumpur yang terbawa dari daerah hulu.
3.4.2. Operasi Musim Kemarau
Pada musim kemarau inspeksi terhadap pengoperasian jaringan perlu terus dilakukan
dengan kebutuhan air dapat dipenuhi dan bila terjadi kekurangan air, maka alternatifnya
seperti telah dijelaskan di atas.
Pengoperasian musim kemarau ditujukan untuk mengatasi kendala-kendala sebagai
berikut : pada musim kemarau, dimana curah hujan kurang, maka kekeringan bisa terjadi.
Suplai air menjadi kurang bahkan bisa tidak ada, hal ini bisa menyebabkan terganggunya
pelayanan. Dalam kondisi demikian salah satu jalan untuk mengatasinya adalah dengan
pengaturan pembagian air pada unit distribusi.

3.5. Prosedur Operasi


Operasi bendung air baku dan jaringan pipa adalah suatu usaha untuk
mendayagunakan bendung air baku dan jaringan secara efektif dan teratur sebagai sarana
untuk menampung air sekaligus mengalirkan air yang yang berasal dari sungai maupun dari
mata air untuk menunjang pemenuhan kebutuhan air bersih.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 3
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

Tujuan pengoperasian bendung air baku dan jaringan antara lain adalah agar bendung
air baku beserta jaringan pipa yang telah dibangun diusahakan selalu terpelihara dan selalu
berfungsi dengan baik serta dapat melayani kebutuhan masyarakat. Disamping itu juga agar
bendung air baku jaringan pipa dapat dimanfaatkan dan didayagunakan secara maksimal dan
koordinatif mulai dari bangunan bendung air baku, jaringan pipa transmisi, jaringan pipa
induk distribusi hingga jaringan pipa distribusi beserta bangunan-bangunannya yang
disesuaikan dengan jumlah kebutuhan air bersih. Secara umum prosedur operasi bendung air
baku beserta jaringannya terbagi atas 2 (dua) kategori yaitu kegiatan non teknis dan kegiatan
teknis.

3.6. Kegiatan Non Teknis


Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya tujuan utama disusunnya pedoman manual
operasi dan pemeliharaan adalah mencegah terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas air
baku.
Secara umum penurunan kuantitas dan kualitas air baku dapat terjadi pada sumber air
baku yakni pengambilan disini melalui bendung air baku, tetapi juga dapat terjadi karena
adanya penurunan kuantitas dan kualitas pada sistem transmisi.
Untuk mencegah terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas yang berasal dari sumber
air baku dapat dilakukan dengan cara melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
Penurunan sumber air baku dapat terjadi karena adanya penurunan daya dukung lingkungan
pada sumber air, baik pada bagian hulu sungai ataupun lingkungan sekitar lokasi sungai. Guna
mencegah hal tersebut maka perlu adanya usaha konservasi pada daerah tersebut. Untuk itu
maka sebaiknya PDAM Kabupaten Penajam Paser Utara melakukan koordinasi dengan Dinas
Kehutanan atau yang bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan konservasi.
Sementara itu penurunan kualitas dan kuantitas air baku yang terjadi pada sistem
transmisi akan lebih banyak ditangani secara teknis. Namun demikian ada beberapa kegiatan
non teknis yang berkaitan langsung dengan kegiatan teknis yang harus diperhatikan,
diantaranya yaitu :
1. Personil harus mengerti dengan jelas bagian – bagian bendung air baku.
2. Personil harus mengetahui dengan pasti lokasi dari setiap bagian pipa dan
perlengkapannya.
3. Personil harus mempunyai peta tata letak pipa dan perlengkapannya termasuk letak dan
nomor-nomor patok referensi.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 4
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

4. Operasi menutup atau membuka katup harus dicatat jelas dalam bentuk gambar maupun
dalam kartu-kartu katup
5. Membuat dan menyediakan kartu-kartu isian
- Catatan katup
- Catatan pemeriksaan dan perawatan
- Pemeriksaan katup
- Catatan hidran
- Perawatan hidran
- Catatan riwayat meter
- Pengujian dan perbaikan meter
- Catatan meter.

3.7. Kegiatan Teknis


Secara umum kegiatan teknis operasi pada bendung air baku dan sistem transmisi
dimaksudkan untuk mengurangi / mencegah penurunan kuantitas dan kualitas air baku pada
sistem transmisi. Penurunan kuantitas dan kualitas pada sistem transmisi terjadi karena
adanya kehilangan air / kebocoran ataupun gangguan / kerusakan pada sistem transmisi.
Kehilangan air pada sistem transmisi dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air
yang tercatat masuk ke sistim jaringan transmisi dan jumlah air yang tercatat keluar dari
sistem unit produksi. Dengan sederhana hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
Input yang Out put yang
- = Kehilangan air
tercatat Tercatat

Sumber-sumber kehilangan air terdiri atas bermacam-macam komponen dan


umumnya dapat digolongkan sebagai kehilangan air secara fisik dan non fisik. Kehilangan air
secara non fisik adalah setiap komponen yang tidak termasuk sebagai kehilangan langsung
secara fisik dan sistem kehilangan air ini biasanya meliputi komnponen-komponen sebagai
berikut :
Kehilangan secara fisik :
 Kebocoran pada sistem unit pengambilan
 Kebocoran pada pipa trasmisi
 Kebocoran pada sistem unit produksi

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 5
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

Kehilangan secara non fisik :


 Kesalahan pada meter induk pengambilan
 Kesalahan pada meter induk produksi pelanggan
 Sambungan liar dan pencurian air
 Kesalahan administratif, misal pembacaan meter yang dikira-kira, kesalahan
membaca meter
Tingkat kehilangan air sering dinyatakan sebagai persentase dari jumlah pengambilan
air, yang ditentukan dari data unit pengambilan dan jumlah air yang diproduksi, yang
ditentukan dari data unit produksi. Kemudian hasilnya digunakan secara luas untuk
menunjukkan keadaan umum sistem transmisi, khususnya jumlah kebocoran yang ada.
Alasannya yaitu kebocoran secara fisik, biasanya ditemukan merupakan komponen utama
pada perhitungan kehilangan air. Namun, hal ini bisa saja salah apabila ternyata kehilangan
secara non fisik juga menunjukkan angka yang cukup besar karena itu lebih baik menghitung
sedapat mungkin komponen-komponen kehilangan air tersebut dengan pengukuran langsung
dan kemudian menyesuaikan jumlahnya dengan tingkat kehilangan air yang ditentukan secara
tidak langsung dari perkiraan data pengambilan air baku dan data produksi air
Mengukur semua komponen kehilangan air secara fisik pada sistem transmisi dapat
dilakukan dengan mudah, tidak seperti halnya pada sistem distribusi dimana memerlukan
biaya cukup mahal dan membutuhkan waktu lama. Karena itu kebijaksanaan pengendalian
kebocoran harus ditinjau secara berkala untuk mengetahui apakah sumber-sumber telah
digunakan dengan efisien, dan apakah mempunyai pengaruh dan keuntungan yang paling
besar.
Kegiatan operasi dalam perencanaan sistem transmisi ini secara umum dapat
dikelompokan menjadi beberapa bagian yaitu :
 Kegiatan operasi pada unit pengambilan
 Kegiatan operasi pada jaringan transmisi
 Kegiatan operasi pada unit produksi (reservoir)

3.7.1. Kegiatan Operasi pada Unit Pengambilan


a. Tata Cara Operasi Mesin Penggerak
Mesin penggerak yang digunakan di lapangan terdiri dari dua jenis, yaitu mesin
penggerak jenis tenaga listrik dan mesin penggerak jenis tenaga diesel. Mesin
penggerak jenis tenaga listrik, umumnya tidak memiliki banyak permasalahan dalam

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 6
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

pengoperasiannya, hal utamanya yang perlu diperhatikan adalah daya dan voltase
listrik yang sesuai dengan buku petunjuk penggunaan mesin. Sedangkan mesin
penggerak jenis tenaga diesel, banyak dipergunakan di lapangan. Pemilihan jenis
mesin penggerak yang cocok disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
Mesin penggerak merupakan prasarana fisik yang sangat penting dijaga kelestariannya
karena fungsi dan kondisinya sangat mempengaruhi pelaksanaan operasi. Agar
kelestariannya tetap terjaga, maka sebelum melakukan operasi mesin penggerak,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
 Air radiator merupakan komponen utama dari mesin penggerak yang harus
diperhatikan. Air radiator yang digunakan harus dalam kondisi penuh.
 Oli yang digunakan mesin penggerak jumlahnya harus sesuai dengan buku
petunjuk penggunaan mesin.
 Bahan bakar yang digunakan harus cukup ketersediaannya dan dalam kondisi
bersih.
 Pengecekan terhadap saluran bahan bakar, jangan sampai ada yang mengalami
kebocoran.
 Minyak pelumas harus diberikan pada bagian-bagian penting di mesin penggerak.
 Baut-baut pondasi mesin harus dalam kondisi kencang dan tidak ada yang kendor.
 Tata cara menghidupkan mesin dan mematikan mesin penggerak harus sesuai
dengan buku petunjuk penggunaan mesin untuk menghindari human error yang
dapat mengakibatkan mesin penggerak tidak beroperasi secara optimal.

Tata cara operasi mesin penggerak terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut ini :
 Tata cara menghidupkan mesin
Tata cara menghidupkan mesin penggerak terdiri atas dua macam, yaitu secara manual
dan secara elektrik diuraikan sebagai berikut :
Operasional Mesin Secara Manual :
 Stang klep yang ada pada mesin penggerak ditarik sehingga terbuka.
 Tarik posisi pengatur putaran mesin atau gas secukupnya.
 Putar engkol mesin pada kecepatan tertentu tekan stang klep sehingga menutup
klep. Pada saat yang bersamaan itu, tarik engkol. Saat keadaan normal, mesin
akan hidup. Stel pengatur putaran mesin pada ukuran tertentu, yaitu sekitar
1600-1800 rpm.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 7
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

Operasional Mesin Secara Elektrik :


 Lakukan pemeriksaan pada air accu dan kabel penyambungnya, baik yang ada
di accu ataupun yang ada pada motor starter.
 Jika mesin dilengkapi dengan kopling penghubung, hal yang perlu
diperhatikan sebelum starter, yaitu kopling harus dalam posisi netral sehigga
mesin penggerak akan berputar tanpa beban.
 Jika semua kondisi sudah dilaksanakan, maka putarlah kunci kontak ke arah
start.

 Tata cara saat mesin sedang dioperasikan


Pada saat mesin dalam kondisi hidup adalah melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
 Pemeriksaan terhadap alat-alat pengukur temperatur, oli, ampere meter, dan
RPM, untuk memastikan kondisinya dalam keadaan baik.
 Pemeriksaan pada saluran air, untuk memastikan tidak terjadi kebocoran.
 Pengamatan terhadap suara mesin penggerak, untuk memastikan suara mesin
penggerak dalam keadaan normal.
 Pengamatan pada asap yang dikeluarkan oleh mesin penggerak, pada
umumnya apabila mesin dalam kondisi baik maka asap buangan yang
dihasilkan akan bersih.
 Jika semua keadaan diatas dalam keadaan normal atau tidak ada masalah,
maka masukkan handle kopling secara perlahan agar pompa berjalan stabil.
 Lakukan pemeriksaan debit air pada bak pengukur dengan membaca
ketinggian muka air pada mistar ukur.
 Waktu pengoperasian mesin biasanya ditetapkan sebagai berikut :
 Waktu pengoperasian 11 jam, yaitu 06.00-17.00 terdiri dari :
Jam operasi pertama : 06.00-12.00 (6 jam)
Jam istirahat : 12.00-13.00 (1 jam)
Jam operasi kedua : 13.00-17.00 (4 jam)
 Jam pengoperasian efektif harian : 12 jam/hari
 Jam pengoperasian efektif mingguan : 84 jam/minggu
 Jika jam pengoperasian lebih kecil dari 11 jam maka disesuaikan dengan
kondisi dilapangan

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 8
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

 Tata cara saat mematikan mesin


Berikut adalah cara mematikan mesin penggerak :
 Jika mesin dihidupkan secara manual (menggunakan engkol), langkah awal
yang harus dilaksanakan adalah putaran pompa diturunkan terlebih dahulu
sampai pada posisi terendah, selanjutnya handle kopling ditarik kemposisi
netral sehingga pompa akan berhenti. Untuk mematikan mesin penggerak
secara keseluruhan, tarik stang klep sehingga klep membuka dan pada keadaan
normal mesin akan mati.
 Jika mesin dihidupkan dengan starter, langkah awal untuk mematikan mesin
pompa lebih dulu putaran pompa diturunkan sampai putaran rendah terendah.
Jika pompa memakai handle, turunkan putaran kemudian putar kunci kontak
kearah off, maka mesin akan mati secara keseluruhan.
b. Tata Cara Operasi Pompa
Operasi pompa merupakan proses untuk menaikkan air dari dalam sumur ke
permukaan yang akan disalurkan ke petak-petak sawah. Jenis pompa yang dipilih
tergantung dari jenis kapasitas sumur atau potensi air yang ada di dalam tanah.
Terdapat 3 (tiga) jenis pompa yang digunakan, yaitu pompa turbin, pompa sentrifugal,
dan pompa submersible. Buku petunjuk untuk pengoperasian dan pemeliharaan pompa
tersebut umumnya sudah disiapkan oleh industri yang memproduksi. Sehingga setiap
operator yang bertugas melaksanakan operasional pompa harus menguasai cara
operasi dan pemeliharaannya melalui buku petunjuk/manual tersebut.
Langkah awal yang harus diperhatikan sebelum pengoperasian untuk masing-masing
pompa yaitu sebagai berikut :
 Pompa sentrifugal
 Lakukan pemeriksaan pada sambungan-sambungan column pipa ke pompa.
 Isi air pada rumah impeler sampai penuh agar udara yang ada di dalamnya
keluar.
 Jika pada column pipe pompa dilengkapi dengan valve, isi air sampai
memenuhi column pipe.
 Pompa siap untuk dioperasikan.
 Pompa turbin yang menggunakan sistem pelumas air
 Sediakan bak yang dihubungkan dengan pompa/gear box yang dilengkapi
dengan valve.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 9
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

 Buka valve agar air keluar-masuk ke column pipe. Hal ini bertujuan untuk
pelumasan line shaft dan rubber bearing-nya.
 Jika air sudah mencukupi, tutup valve kembali dan pompa siap dioperasikan.
 Pompa turbin yang menggunakan sistem pelumas oli
 Buka valve oli sebelum pengoperasian pompa, oli akan keluar + 30 tetes/menit
dan dijadikan sebagai pelumas awal pada line shaft.
 Selanjutnya lakukan pengoperasian pompa dengan ketentuan dengan keadaan
operasi, kecepatan oli keluar dikurangi hingga oli yang akan keluar adalah 15
tetes/menit.
 Pompa submersible
Pompa submersible atau sering disebut dengan pompa benam dikenal sebagai
Electrical Submersible Pump (ESP). Pompa submersible merupakan jenis pompa
yang dioperasikan di dalam air dan dapat mengalami kerusakan apabila
dioperasikan pada kondisi tidak terendam air. Pompa ini mempunyai syarat tinggi
minimal air yang dapat dipompa dan harus disesuaikan. Tujuannya adalah agar
pengoperasian pompa tersebut memiliki life time yang lama.
Instalasi pompa tersebut memiliki prosedur yang standar dalam pengerjaannya,
dimana pompa tersebut dilengkapi dengan sensor elektroda yang berguna untuk
mendeteksi kedalaman air. Dengan adanya sensor tersebut, pompa yang
diturunkan pada kedalaman batas air minimum akan terdeteksi, sehingga secara
otomatis memutus power ke motor. Pompa submersible memiliki prinsip kerja
dengan mendorong air ke permukaan. Oleh karena ini dalam pengoperasian pompa
tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
 Keadaan manometer untuk indikator head/tekanan discharge pompa.
 Pengamatan pada kedalaman airdiatas pompa yang harus berada pada kondisi
diatas batas minimum.
 Pemeriksaan amperemeter, voltmeter, frekwensi/hertz dari generator (power
supply) dan RPM pompa.
c. Tata Cara Operasi Rumah Pompa
Fungsi rumah pompa yaitu melindungi pompa dan mesin penggerak agar dapat
beroperasi sesuai karakteristik yang ditentukan, serta untuk melindungi pompa dan
mesin penggerak dari ganggunan keamanan. Beberapa kegiatan yang perlu
diperhatikan pada operasi rumah pompa yaitu :

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 10
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

 Pemeriksaan atap rumah pompa.


 Pemeriksaan dinding tembok rumah pompa.
 Pemeriksaan rangka kayu.
 Pemeriksaan daun pintu.
 Pemeriksaan pagar pengaman.

3.7.2. Kegiatan Operasi pada Unit Transmisi


a. Kegiatan operasi pada jaringan pipa
- Cari jalur pipa sesuai dengan catatan dan gambar dan bersihkan jalur pipa dari alang-
alang dan pepohonan serta lakukan pengurasan jaringan pipa transmisi 3 bulan sekali
atau dalam kondisi tertentu (kekeruhan air di atas normal)
- Dalam melakukan pengurasan pilih waktu dan hari pada pemakaian air minimum, lalu
buka valve penguras. Pada kondisi tertentu dimana kekeruhan air jauh di atas normal
maka untuk lebih efektif masukkan udara (kompresor ke dalam pipa)
- Jika ditemukan adanya kebocoran maka perbaiki dengan melakukan pengggantian
pipa yang bocor dan yang rusak

b. Kegiatan operasi pada perlengkapan jaringan transmisi


Jenis perlengkapan pada jaringan transmisi tidak sebanyak dibandingkan dengan jaringan
pipa distribusi. Secara umum perlengkapan pada jaringan transmisi terdiri atas air valve
(katub udara) dan wash out (valve penguras).
Pada umumnya wash out ditempatkan pada jembatan pipa dengan pertimbangan elevasi
yang relatif lebih rendah dan sekaligus sungai / saluran dapat difungsikan sebagai tempat
pembuangan hasil pengurasan. Sementara itu air valve (katub udara) umumnya
ditempatkan pada ketinggian yang berfungsi untuk mengeluarkan udara dalam pipa yang
dapat mempengaruhi tekanan air dalam pipa.
Seperti dijelaskan di atas, wash out dioperasikan 3 (tiga) bulan sekali kecuali dalam
kondisi tertentu, yaitu dengan tujuan untuk menghilangkan endapan lumpur pada pipa
transmisi. Sementara itu air valve dioperasikan pada saat pengisian air dalam pipa setelah
dilakukan pengurasan. Selain untuk membantu tekanan air dalam pipa, air valve juga
berfungsi untuk mencegah terjadi pecahnya pipa transmisi akibat water hammer.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 11
LAPORAN PEDOMAN OPERASIONAL
& PEMLIAHARAAN SID Penyediaan Air Baku Babulu
Kabupaten Penajam Paser Utara

3.7.3. Kegiatan Operasi pada Unit Produksi (Reservoir)


Secara umum komponen unit produksi pada jaringan pipa air bersih adalah bangunan
IPA (Instalasi Pengolahan Air) dan bangunan reservoir. Namun demikian dalam hal ini
pembahasan dibatasi hanya pada kegiatan operasi pada bangunan reservoir.
a. Kegiatan operasi pada reservoir
Kualitas air pada reservoir relatif lebih baik dari air baku karena telah mengalami
beberapa perlakuan / treatment. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengoperasian
pengurasan reservoir hanya dilakukan bersifat insidentil dimana kekeruhan air melampaui
nilai batas ambang yang telah ditentukan.
Sementara itu untuk pengoperasian perlengkapan pada reservoir khususnya untuk valve
out let pada reservoir dilakukan dengan mengatur membuka dan menutup valve setiap
hari, sesuai dengan kebutuhan untuk masing-masing zona pelayanan. Sedangkan
pengoperasian pada perlengkapan berupa meter induk dilakukan dengan membaca catatan
meter air yang diproduksi pada jam tertentu untuk setiap hari.

3.8. Tindakan Darurat


Jika terjadi keadaan darurat seperti kerusakan-kerusakan pada bangunan bendung air
baku atau pipa-pipa transmisi, maka :
 Beberapa pengambilan ditutup
 Perbaikan paling lambat 7 hari
Apabila diperkirakan perbaikan akan memakan waktu lebih dari 7 (tujuh) hari, maka ada
tindakan darurat untuk mengalirkan air.

G G
PT. GLOBETEK GLORY KONSULTAN III - 12

Anda mungkin juga menyukai