Tugas Perkembangan Kurikulum
Tugas Perkembangan Kurikulum
Selanjutnya, pihak penjajah yang merasakan perlu adanya pegawai rendahan yang
dapat membaca dan menulis guna membantu pengembangan usaha, khususnya
tanam paksa, maka dibentuklah lembaga-lembaga pendidikan. Namun kelas ini
masih hanya diperuntukkan untuk kalangan terbatas, yaitu anak-anak priyai.
Konsep ideal pendidikan kolonialis adalah pendidikan yang mampu mencetak para
pekerja yang dapat dipekerjakan oleh penjajah pula. Tujuan pendidikan kolonial
tidak terarah pada pembentukan dan pendidikan orang muda untuk mengabdi pada
bangsa dan tanah airnya sendiri, akan tetapi dipakai untuk menanamkan nilai-nilai
dan norma-norma masyarakat penjajah agar dapat ditransfer oleh penduduk
pribumi dan menggiring penduduk pribumi menjadi budak dari pemerintahan
kolonial. Pendidikan model bentukan Belanda pada masa ini terdapat dua macam.
Pertama, Sekolah Kelas Dua untuk anak pribumi dengan lama pendidikan 3 tahun.
Sementara kurikulum yang diajarkan meliputi berhitung, menulis dan membaca.
Kedua, Sekolah Kelas Satu yang diperuntukkan untuk anak pegawai pemerintah
Hindia Belanda. Lama pendidikan ini awalnya 4 tahun, kemudian 5 tahun dan
terakhir 7 tahun. Kurikulum yang diajarkan meliputi ilmu bumi, sejarah, ilmu
hayat/ menggambar dan ilmu mengukur tanah. Sementara bahasa pengantarnya
menggunakan Bahasa Melayu dan Bahasa Belanda.Anak-anak masa ini diajarkan
untuk mengumpulkan kerikil dan pasir untuk pertahanan, serta menanam pohon
jarak untuk membuat minyak sebagai kepentingan perang. Namun masa ini, bahasa
pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Dengan demikian penggunaan
bahasa Indonesia hampir merata di semua sekolah. Materi yang dipelajari
sebenarnya tidak jauh beda dengan masa pendudukan Belanda, namun hanya saja
yang awalnya semua hal yang berbau Belanda tergantikan dengan model-model
Jepang.
B.Perkembangan Kurikulum Orde Lama
Perubahan kurikulum disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh para
penguasa. ada beberapa hal yang memang tujuannya disesuaikan dengan tuntutan
kondisi zaman.
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda “leer plan”artinya rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan
lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional.
Sedangkan, asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu
dikenal dengan sebutan “Rencana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada
tahun 1950. Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan
pikiran. Yang diutamakan adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat.
Pada masa tersebut siswa lebih diarahkan bagaimana cara bersosialisasi dengan
masyarakat. Proses pendidikan sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Aspek
afektif dan psikomotorik lebih ditekankan dengan pengadaan pelajaran kesenian
dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu, yang lebih penting adalah bagaimana
menumbuhkan kesadaran bela negara. Kemungkinan model ini masih
terkontamninasi dengan model pendidikan yang diterapkan oleh Jepang
sebelumnya.
2) Kurikulum 1952-1964
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana Pelajaran
Terurai 1952”. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, dan seorang guru mengajar
satu mata pelajaran. Pada masa ini memang kebutuhan peserta didik akan ilmu
pengetahuan lebih diperhatikan, dan satuan mata pelajaran lebih dirincikan.
Namun, dalam kurikulum ini siswa masih diposisikan sebagai objek karena guru
menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu pengetahuan. Guru yang
menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang
menentukan standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.
Sistem pendidikan masa ini dikenal dengan Sistem Panca Wardana atau sistem
lima aspek perkembangan yaitu perkembangan moral, perkembangan intelegensia,
perkembangan emosional/artistik, perkembangan keprigelan dan perkembangan
jasmaniah. Sistem panca wardana ini dapat diuraikan menjadi beberapa mata
pelajaran.
1) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan masa orde baru. Kelahiran
Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan
pada pembentukan manusia Pancasila sejati.
Dasar pendidikan masa ini adalah Falsafah Negara Pancasila sesuai dengan
Ketetapan MPRS No. XXVI/MPRS/1966. Sedang Tujuan pendidikan nasional
adalah membentuk manusia pancasila sejati berdasarkan ketentuan ketentuan
seperti yang dikehendaki oleh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi
Undang-Undang Dasar 1945 ( Tap. MPRS No. XXVII/MPRS/1966).
Kurikulum pada tingkatan SD 1968 dibagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama,
kelompok pembinaan Pancasila; pendidikan agama, pendidikan kwarganegaraan,
pendidikan bahasa Indonesia, bahasa daerah dan olahraga. Kedua, Kelompok
pembinaan pengetahuan dasar; berhitung, ilmu pengetahuan alam, pendidikan
kesenian, pendidikan kesejahteraan keluarga (termasuk ilmu kesehatan). Ketiga,
Kelompok kecakapan khusus; kejuruan agragia (pertanian, peternakan, perikanan),
kejuruan teknik (pekerjaan tangan/perbekalan), kejuruan ketatalaksanaan/jasa
(koperasi, tabungan).
Pada masa ini siswa hanya berperan sebagai pribadi yang masif, dengan hanya
menghapal teori-teori yang ada, tanpa ada pengaplikasian dari teori tersebut. Aspek
afektif dan psikomotorik tidak ditonjolkan pada kurikulum ini. Praktis, kurikulum
ini hanya menekankan pembentukkan peserta didik hanya dari segi intelektualnya
saja.
2) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan
efisien berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
yang dikenal dengan istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional
umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini peran guru menjadi lebih penting, karena setiap guru wajib
untuk membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar-mengajar
berlangsung. Tiap guru harus detail dalam perencanaan pelaksanaan program
belajar mengajar.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan
sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan,
dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang
disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan
dan kebutuhan masyarakat.
c.) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah
sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Ronald H. 1983. Selecting and Developing Media for Instruction. New
York: Van Nastrand Reinhold Company.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah
http://filsufgaul.wordpress.com/2009/08/30/sejarah-pendidikan-indonesia/http://
ebookbrowse.com/sejarah-pendidikan-dari-zaman-kolonial-belanda-sampai-
kurikulum-ktsp-pdf-d339796568
http://masnoer80.blogspot.com/2013/01/sejarah-perkembangan-kurikulum-di.html
Nur hasani
_____________________