Nasional(NPSN); dan
c. MA Negeri dan Swasta yang memiliki dengan Nomor Pokok Sekolah
Nasional (NPSN).
(2) Penerima Bosda berkewajiban :
a. Menyusun RKAS;
perundang-undangan.
PRINSIP PENGGUNAAN DANA BOSDA
Wajib melaporkan
SPJ secara manual
dan aplikasi online
PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
• Harus dilakukan melalui perbandingan harga dan kualitas barang/jasa paling sedikit dengan 3
(tiga) calon Penyedia
• Dalam hal jumlah calon Penyedia terbatas dan hanya terdapat 2 (dua) calon Penyedia, maka
perbandingan harga dan kualitas barang/jasa dapat dilakukan dengan 2 (dua) calon Penyedia
• Dalam hal jumlah calon Penyedia terbatas dan hanyaterdapat 1 (satu) calon Penyedia, maka
pemilihan dan penetapan calon Penyedia, harus dilakukan melalui negosiasi harga barang/jasa
dengan calon Penyedia
PEMILIHAN DAN PENETAPAN CALON PENYEDIA
Suap Menyuap
Pemerasan
Perbuatan Curang
Gratifikasi
Kerugian Keuangan Negara.
(Pasal 2, Pasal 3)
Pasal 2
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
PENYUAPAN
(Pasal 5 ayat (1) huruf a, b; Pasal 5 ayat (2); Pasal 6 ayat (1) huruf a, b; Pasal 6
ayat (2); Pasal 11; Pasal 12 huruf a, b, c, d; Pasal 13)
Penyuapan terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1) Penyuap aktif, yaitu pihak yang memberikan atau menjanjikan sesuatu, baik berupa uang
atau barang. Penyuapan ini terkait erat dengan sikap batin subjek hukum berupa niat
(oogmerk) yang bertujuan untuk menggerakkan seorang pejabat penyelenggara negara atau
pegawai negeri agar ia dalam jabatannya berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibannya. Dari pemberian hadiah atau janji tersebut, berarti
subjek hukum mengetahui tujuan yang terselubung yang diinginkannya, yang didorong oleh
kepentingan pribadi, agar penyelenggara negara atau pegawai negeri yang akan diberi
hadiah atau janji berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatan yang bertentangan
dengan kewajibannya. Meskipun pejabat yang bersangkutan menolak pemberian atau janji
terserbut, perbuatan subjek hukum sudah memenuhi rumusan delik dan dapat dijerat oleh
delik penyuiapan aktif, mengingat perbuatannya sudah selesai (voltoid).
2) Penyuapan pasif, yaitu pihak yang menerima pemberian atau janji baik berupa uang
maupun barang. Apabila pegawai negeri tersebut menerima pemberian atau janji dalam
pasl ini, berarti pegawai negeri/penyelenggara negara dimaksud akan menanggung beban
moril untuk memenuhi permintaan pihak yang memberi atau yang menjanjikan tersebut.
PENGGELAPAN DALAM JABATAN
(Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 huruf a, b, c)
a.Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang,
atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung
dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan,
yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan
untuk mengurus atau mengawasinya.
PERENCANAAN
• Memanipulasi data dalam penyusunan RKAS
• RKAS disusun tidak mendasarkan atas kebutuhan sekolah
PELAKSANAAN
• Penggelembungan harga
• Pemalsuan bukti pengeluaran
• Double anggaran
• Kegiatan fiktif
• Pertanggungjawaban kegiatan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
TERIMA KASIH