Anda di halaman 1dari 30

nama : Jumriani,S.

Pd
NIM : 223157913419
Bidang Study : Teknik Ketenagalistrikan

BAHAN AJAR
PROSEDUR PENGOPERASIAN
PENERANGAN JALAN UMUM

1
PENDAHULUAN

P ara ananda peserta didik , selamat bertemu kembali. Bagaimana perkembangan


studi ananda sekarang? Tentu baik, bukan? Baiklah, sekarang siapkan diri
Ananda untuk mengonstruksi kembali pengetahuan baru. Kali ini kita akan
berbicara tentang Penerangan Jalan Umum.
Para ananda sekalian, pasti pernah melihat Lampu penerangan jalan, lampu penerangan
jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri
atau kanan jalan dan atau di tengah ( di bagian median jalan ) yang digunakan untuk
menerangi jalan Apabila ananda peserta didik perlu memiliki pemahaman yang tepat tentang
Penerangan Jalan Umum. Tentu saja, kajian teori perlu didalami guna memantapkan konsep Anda
tentang Penerangan Jalan Umum. Oleh karena itu, setelah mempelajari Modul ini, Ananda
diharapkan dapat: Menerapkan prosedur pengoperasian Penerangan jalan umum. Agar Anda
dapat mempelajari bahan ajar dengan baik, ikuti petunjuk belajar berikut

ini.

(1) Bacalah secermat mungkin setiap kegiatan belajar pada bahan ajar ini hingga
Anda memahami semua informasi dan pengetahuan yang disajikan.
(2) Kuatkan pemahaman Anda dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi yang ada pada bahan ajar ini.

2
1.1 KOMPETENSI INTI

3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,


konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja
Teknik Instalasi Tenaga Listrik pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks
pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga
masyarakat nasional, regional, dan internasional.

4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang
lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Teknik Instalasi
Tenaga Listrik. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang
terukursesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif,
komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak
mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan
langsung.

3
1.2 KOMPETENSI DASAR dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi


3.13 Menerapkan prosedur 3.13.1 Menerapkan Perencanaan Penempatan
pengoperasian Penerangan Jalan penerangan jalan umum sesuai
Umum sesuai dengan PUIL prosedur pada SNI
3.13.2 Menentukan Kriteria Penempatan
penerangan jalan umum sesuai prosedur
pada SNI

1.3 Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning


dan dipadukan dengan metode ceramah, curah pendapat, kerja kelompok dan
presentasi dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Menerapkan prosedur
pengoperasian Penerangan Jalan Umum sesuai dengan PUIL ini, diharapkan peserta
didik terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat :
1. Menerapkan Perencanaan Penempatan penerangan jalan umum sesuai prosedur pada
SIN secara proaktif, mandiri dan bertanggung jawab
2. Menentukan Kriteria Penempatan penerangan jalan umum sesuai prosedur pada SNI
dengan mandiri dan bertanggung jawab.

4
2. PENERANGAN JALAN UMUM

2.1. Konsep Dasar Lampu Penerangan Jalan

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang
dapat diletakkan atau dipasang di kiri atau kanan jalan dan atau di tengah
( di bagian median jalan ) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun
lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan
( intersection ), jalan layang ( interchange, overpass, fly over ), jembatan dan jalan
di bawah tanah ( underpass, terowongan )
Lampu penerangan yang dimaksud adalah suatu unit lengkap yang terdiri
dari sumber cahaya ( lampu / luminer ), elemen – elemen optic ( pemantul /
reflector, pembias / refractor, penyebar / diffuser ). Elemen – elemen elektrik
( konektor ke sumber tenaga / power supply dan lain - lain ), struktur penopang
yang terdiri dari lengan penopang, tiang penopang vertikal dan pondasi tiang
lampu[2].
Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain :

1. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan;

5
2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan;

3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada

malam hari;

4. Mendukung keamanan lingkungan;

5. Memberikan keindahan lingkungan jalan.

2.2. Standar Perencanaan Penerangan Jalan


2.2.1. Dasar Perencanaan Penerangan Jalan
Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal – hal berikut ini :
a. Volume lalu – lintas , baik kendaraan maupun lingkungan
yang bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dan lain
– lain;
b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi ( lay-out ) jalan
dan persimpangan jalan;
c. Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal,
dan lain – lain;
d. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang
mempengaruhi pantulan cahaya lampu penerangan;
e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya / lampu, data
fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik;

f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain –


lain, agar perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan
ekonomis;
g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan
pengembangan daerah sekitarnya;
h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus


dalam perencanaan penerangan jalan antara lain sebagai berikut :
a. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan;

6
b. Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal ( tikungan )
tajam;
c. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat
parkir, dan lain – lain;
d. Jalan – jalan berpohon;
e. Jalan – jalan dengan lebar median yang sempit, terutama
untuk pemasangan lampu di bagian median;
f. Jembatan sempit / panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah
( terowongan );
g. Tempat – tempat lain dimana lingkungan jalan banyak
berinterferensi dengan jalannya.

Menurut Muhaimin ( 2001 ), penentuan kualitas lampu penerangan


jalan umum perlu mempertimbangkan 6 aspek yaitu :
a. Kuat rata-rata penerangan ( E rata-rata )
Besarnya kuat penerangan didasarkan pada kecepatan maksimal yang
diijinkan terhadap kendaraan yang melaluinya.
b. Distribusi cahaya
Berkaitan dengan kerataan cahaya pada jalan raya. Untuk itu
ditentukan faktor kerataan cahaya yang merupakan perbandingan
kuat penerangan pada bagian tengah lintasan kendaraan dengan
pada
pencahayaan ( uniformity ratio ) yang merupakan rasio maksimum
antara kemerataan pencahayaan maksimum dan minimum menurut
lokasi penempatan tertentu.
c. Cahaya yang silau
Cahaya yang menyilaukan mata dapat menyebabkan keletihan mata,
perasaan tidak nyaman dan kemungkinan kecelakaan. Untuk
mengurangi silau digunakan akrilik atau gelas pada armature yang
berfungsi sebagai filter cahaya.
d. Arah pancaran cahaya dan pembentukan bayangan
Sumber penerangan untuk jalan raya dipasang menyudut 5° -

7
15°. e. Warna dan perubahan warna
Warna cahaya lampu pelepasan gas tekanan tinggi ( khususnya
lampu merkuri ) berpengaruh terhadap warna tertentu, misalnya:
warna merah.
f. Lingkungan
Lingkungan yang berkabut maupun berdebu mempunyai faktor
absorbsi terhadap cahaya yang dipancarkan oleh lampu. Cahaya
kuning kehijauan mempunyai panjang gelombang paling sensitif
terhadap mata sehingga tepat digunakan pada daerah berkabut.
Lampu HPS tepat untuk penerangan jalan pada daerah berkabut.

2.2.2. Satuan Penerangan Sistem Internasional


Satuan penerangan sistem internasional yang digunakan
adalah sebagai berikut :
a. Tingkat / Kuat Penerangan ( Iluminasi – Lux ), didefinisikan
sebagai sejumlah arus cahaya yang jatuh pada suatu permukaan
seluas 1 ( satu ) meter persegi sejauh 1 ( satu ) meter dari sumber
cahaya 1 ( satu ) lumen.
b. Intensitas Cahaya adalah arus cahaya yang dipancarkan oleh
sumber cahaya dalam satu kerucut ( cone ) cahaya, dinyatakan
c. Luminasi adalah permukaan benda yang mengeluarkan /
memantulkan intensitas cahaya yang tampak pada satuan luas
permukaan benda tersebut, dinyatakan dalam Candela per meter
2
persegi ( Cd/m ).
d. Lumen adalah unit pengukuran dari besarnya cahaya (
arus cahaya ).

2.2.3. Perbandingan Kemerataan Pencahayaan (Uniformity Ratio)


Uniformity Ratio adalah perbandingan harga antara nilai minimum
dengan nilai rata-rata atau nilai maksimumnya dari suatu besaran kuat
penerangan atau luminasi pada suatu permukaan jalan.

8
Uniformity Ratio 3 : 1 berarti rata-rata nilai kuat penerangan /
luminasi adalah 3 ( tiga ) kali nilai kuat penerangan / luminasi pada suatu
titik dari penerangan minimum pada permukaan / perkerasan jalan.

2.2.4. Pandangan Silau dan Pandangan Silhoutte


Pandangan Silau adalah pandangan yang terjadi ketika suatu cahaya
/ sinar terang masuk di dalam area pandangan / penglihatan pengendara
yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pandangan bahkan
ketidakmampuan pandangan jika cahaya tersebut datang secara tiba
– tiba.
Pandangan Silhoutte adalah pandangan yang terjadi pada suatu
kondisi dimana obyek yang gelap berada di latar belakang yang sangat
terang, seperti pada kondisi lengkung alinyemen vertikal yang cembung,
persimpangan yang luas, pantulan dari perkerasan yang basah, dan lain –
lain.
Kedua pandangan ini harus diperhatikan dalam perencanaan
penempatan / pemasangan lampu penerangan jalan Tol.

2.2.5. Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan


Sistem penempatan lampu penerangan jalan adalah susunan
penempatan / penataan lampu yang satu terhadap lampu yang lain. Sistem
penempatan ada 2 (dua) sistem, yaitu :
a. Sistem Penempatan Menerus
Sistem penempatan menerus adalah sistem penempatan
lampu penerangan jalan yang menerus / kontinyu di sepanjang

jalan / jembatan[2].
b. Sistem Penempatan Parsial (setempat)
Sistem penempatan parsial adalah sistem penempatan
lampu penerangan jalan pada suatu daerah – daerah tertentu
atau pada suatu panjang jarak tertentu sesuai dengan

keperluannya[2].
2.2.6. Tiang Penopang Lampu
Jenis – jenis tiang penopang lampu penerangan ditinjau dari fungsi

9
dan penempatannya terbagi menjadi :
a. Tiang Penopang Lampu Kaku

Yang dimaksud Tiang Penopang Lampu Kaku adalah


tiang yang direncanakan kaku / tegar sehingga kuat untuk
menahan benturan. Penempatan tiang ini terbatas, kecuali jika
tersedia ruang bebas yang cukup lebar atau dikombinasikan

dengan bangunan pengaman jalan[2].


b. Tiang Penopang Lampu Mudah Patah
Yang dimaksud Tiang Penopang Lampu Mudah Patah
adalah tiang yang direncanakan jika tertabrak tidak akan
memberikan kerusakan yang fatal. Penempatan tiang ini sangat
luas karena dapat dietakkan pada daerah – daerah ruang bebas
yang sempit.

2.3. Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan


Jenis lampu penerangan jalan ditinjau dari karakteristik dan
penggunaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

10
Tabel 2.1 Jenis lampu penerangan jalan berdasar karakteristik
dan penggunaannya

Sumber SNI 7391:2008 hlm. 5

11
Rumah lampu penerangan ( lantern ) dapat diklasifikasikan menurut tingkat
perlindungan terhadap debu / benda dan air. Hal ini dapat diindikasikan dengan
istilah IP ( Index of Protection ) atau indek perlindungan, yang memiliki 2 ( dua )
angka, angka pertama menyatakan indek perlindungan terhadap debu / benda, dan
angka kedua menyatakan indek perlindungan terhadap air. Sistem IP merupakan
penggolongan yang lebih awal terhadap penggunaan peralatan yang tahan hujan
dan sebagainya, dan ditandai dengan lambang. Semakin tinggi indek perlindungan
( IP ), semakin baik standar perlindungannya. Ringkasan pengkodean IP
mengikuti Tabel 2.2 ( A Manual of Road Lighting in Developing Countries ).
Pada umumnya, indek perlindungan ( IP ) yang sering dipakai untuk klasifikasi
lampu penerangan adalah : IP 23, IP 24, IP 25, IP 54, IP 55, IP 64, IP
65, dan IP 66.
Tabel 2.2 Kode Indek Perlindungan IP ( Index of Protection )

Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 6 – 7


Tabel 2.2 ( Lanjutan ) Kode Indek Perlindungan IP ( Index of Protection )

Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 6 – 7


2.4. Kriteria Perencanaan, Kualitas Penerangan dan Kriteria
Penempatan
2.4.1. Kriteria Perencanaan
a. Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan :
- penerangan yang merata
- keamanan dan kenyamanan bagi pengendara
- arah dan petunjuk ( guide ) yang jelas
Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus
memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara
sehingga efek kesilauan dan ketidaknyamanan penglihatan dapat
dikurangi.
b. Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan
efektifitas dan nilai ekonomi lampu, yaitu nilai efektifitas ( lumen / watt
) lampu yang tinggi umur rencana yang panjang
c. Perbandingan Kemerataan Pencahayaan ( Uniformity Ratio ).

Tabel 2.3 Perbandingan Kemerataan Pencahayaan (Uniformity Ratio)


LOKASI PENEMPATAN RATIO
- Jalur Lalu Lintas
- di daerah pemukiman 6:1
- di daerah komersil / pusat kota 3:1
- Jalur PeJalan Kaki
- di daerah pemukiman 10:1
- di daerah komersil I pusat kota 4:1
- Terowongan 4:1
- Tempat – tempat Peristirahatan
6:1
( rest area )
Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 10
2.4.2. Kualitas Penerangan
Kualitas penerangan pada suatu jalan menurut klasifikasi fungsi
jalan ditentukan seperti tabel di bawah ini :
Tabel 2.4 Kualitas Penerangan
Kuat Batasan
pencahayaan Luminansi
silau
(Iluminansi
Jenis E Kemerataan L Kemerataan
)
/
Rata- (Uniformity) rata- (uniformity) TJ
klasifikasi G
rata rata (%
jalan g1 VD VI
(lux) (cd/m )

Trotoar 1-4 0,10 2)


0,10 0,40 0,50 4 20
Jalan lokal :
4 20
- Primer 2-5 0,10 0,50 0,40 0,50
4 20
- Sekunder 2-5 0,10 0,50 0,40 0,50
Jalan kolektor :
3-7 0,14 1,00 0,40 0,50 4- 5 20
- Primer
3-7 0,14 1,00 0,40 0,50 20
- Sekunder 4- 5

Jalan arteri :
- Primer 11 - 20 0,14 - 0,20 1,50 0,40 0,50- 5- 6 10 –
0,70 20
- Sekunder 11 - 20 0,14 - 0,20 1,50 0,40 5- 6
Jalan arteri dgn 0,50- 10 -
0,70 20
akses kontrol,
15 - 20 0,14 - 0,20 1,50 0,40 0,50- 5- 6 10 -
jalan bebas
0,70 20
hambatan

Jalan layang,
Simpang susun, 20 - 25 0,20 2,00 0,40 0,70 6 10
terowongan

Keterangan : g1 : E min/E maks G : Silau (glare)


VD : L min/L maks TJ : Batas ambang kesilauan
VI : L min/L rata-rata
Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 8
2.4.3. Kriteria Penempatan
a. Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.5 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan


JENIS SISTEM PENERAPAN LAMPU
JALAN / JEMBATAN YANG DIGUNAKAN
- Jalan Kolektor sistem menerus dan parsial
- Jalan Arteri sistem menerus dan parsial
- Jalan Lokal sistem menerus dan parsial
- Persimpangan, Interchange, Ramp sistem menerus
- Jembatan sistem menerus
- Terowongan sistem menerus bergradasi

Catatan : Sebaiknya sistem penempatan lampu direncanakan dengan sistem


yang Menerus
Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 11

b. Gambaran umum perencanaan dan penempatan lampu


penerangan jalan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Penempatan lampu penerangan


Dimana :
H = tinggi tiang lampu
L = lebar badan jalan, termasuk median jika
ada e = jarak interval antar tiang lampu
s1+s2 = proyeksi kerucut cahaya lampu
s1 = jarak tiang lampu ke tepi perkerasan
s2 = jarak dari tepi perkerasan ke titik penyinaran terjauh
I = sudut inklinasi pencahayaan / penerangan

c. Besaran – besaran Kriteria Penempatan


Tabel 2.6 Besaran – besaran Kriteria Penempatan Penerangan Jalan Umum
BESARAN –
URAIAN
BESARAN
Tinggi Tiang Lampu ( H )
- Lampu Standar 10 – 15 M
1. Tinggi Tiang rata-rata digunakan 13 M
- Lampu Menara 20 - 50 M
Tinggi Tiang rata-rata digunakan 30 M

Jarak Interval hang Lampu (e)


- Jalan Arteri 3.0 H - 3.5 H
2. - Jalan Kolektor 3.5 H - 4.0 H
- Jalan Lokal 5.0 H - 6.0 H
- minimum jarak interval tiang 30 m

Jarak Tiang Lampu ke Tepi minimum 0.7 m


3.
Perkerasan (s1)
Jarak dari Tepi Perkerasan ke minimum L / 2
4.
Titik Penerangan Terjauh (s2)
5. Sudut Inklinasi ( i ) 20º – 30º
Keterangan : H = Tinggi tiang lampu (meter)
L = lebar badan jalan (meter)
Sumber : Ditjen Bina Marga, 1991 hlm. 10
d. Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari
tipe lampu, tinggi lampu, lebar jalan dan tingkat kemerataan
pencahayaan dari lampu yang akan digunakan. Jarak antar lampu
penerangan secara umum dapat mengikuti batasan seperti pada
Tabel 2.7 di bawah ( A Manual of Road Lighting in Developing
Countries ). Dalam tabel tersebut dipisahkan antara dua tipe rumah
lampu. Rumah lampu ( lantern ) tipe A mempunyai penyebaran
sorotan cahaya / sinar lebih luas, tipe ini adalah jenis lampu gas
sodium bertekanan rendah, sedangkan tipe B mempunyai sorotan
cahaya lebih ringan / kecil, terutama yang langsung ke jalan, yaitu
jenis lampu gas merkuri atau sodium bertekanan tinggi.

Tabel 2.7 Jarak Antar Tiang Lampu Penerangan (e)


Berdasarkan
Tipikal Distribusi Pencahayaan dan Klasifikasi
Lampu
Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 13

e. Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan


Penataan / pengaturan letak lampu penerangan jalan
diatur sebagai berikut :

Tabel 2.8 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan


PENATAAN PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN
TEMPAT PENATAAN / PENGATURAN LETAK
- di Kiri atau Kanan jalan
- di Kiri dan Kanan jalan berselang – seling
Jalan Satu Arah
- di Kiri dan Kanan jalan berhadapan
- di bagian tengah / Median jalan

- di bagian tengah / Median jalan


- kombinasi antara di Kiri dan Kanan berhadapan
Jalan Dua Arah
dengan di bagian tengah Median jalan
- Katenasi
PENATAAN PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN
TEMPAT PENATAAN / PENGATURAN LETAK
- dapat dilakukan dengan menggunakan lampu
Menara
Persimpangan dengan beberapa lampu, umumnya ditempatkan di
pulau – pulau, di median jalan, di luar daerah
persimpangan ( dalam damija ataupun dalam dawasja )
KETENTUAN – KETENTUAN YANG DISARANKAN
- di kiri atau Kanan jalan L < 1.2 H
- di Kiri dan Kanan jalan 1.2 H < L < 1.0 H
berselang – seling
- di Kiri dan Kanan jalan 1.6 H < L < 2.4 H
berhadapan 3L < 0.8 H
- di Median Jalan

Keterangan : H = tinggi tiang lampu (meter)


L = lebar badan jalan(meter)
Sumber : Ditjen Bina Marga, 1991 hlm. 11

Catatan :
Di daerah – daerah atau kondisi dimana median sangat lebar ( > 10 meter ) atau
pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak ( > 4 lajur setiap arah ) perlu di
pertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari
cara – cara tersebut di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan Iampu
penerangan jalan direncanakan sendiri – sendiri untuk setiap arah lalu – lintas.
Badan Standardisasi Nasional ( SNI 7391:2008 ) memberikan gambaran umum
penataan letak lampu penerangan jalan umum, baik jalan satu arah maupun dua arah,
seperti pada gambar – gambar berikut ini.
DI KIRI/ KANAN DI KIRI & KANAN DI KIRI DI MEDIAN JALAN
JALAN BERSELANG-SELING
& KANAN
BERHADAPA
N

Gambar 2.2 Alternatif Penataan Letak Lampu PJU di Jalan Satu


Arah
Sumber : SNI 7391:2008
hlm. 25
DI KIRI/ DI KIRI DI KIRI DI MEDIAN KOMBINASI KATENASI
KANAN & KANAN KANAN JALAN
JALAN BERSELANG &BERHA-
-SELING DAPAN
Gambar 2.3 Alternatif Penataan Letak Lampu PJU di Jalan Dua
Arah
Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 26

Keterangan : e = Jarak antar tiang lampu penerangan


Gambar 2.4 Penempatan Lampu PJU di Kiri/Kanan Jalan di Jalan Dua Arah

Gambar 2.5 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berselang -
seling di Jalan Dua Arah
Sumber : Masterplan PJU Kab. Kutai Kartanegara
2008 hal. 156

Gambar 2.6 Penempatan Lampu PJU di Kiri dan Kanan Jalan Berhadapan
di
Jalan Dua Arah
Sumber : Masterplan PJU Kab. Kutai Kartanegara 2008
hlm. 156
Gambar 2.7 Penempatan Lampu PJU di Median Jalan di Jalan Dua Arah
Sumber : Masterplan PJU Kab. Kutai Kartanegara 2008
hlm. 156

2.4.4. Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan Umum pada Kondisi


Khusus

a. Pada Tikungan / Lengkung Horisontal


Pada tikungan dengan lengkung horisontal, pemasangan lampu
PJU didasarkan pada permukaan tegak lurus terhadap radius
lengkungan sehingga arah pencahayaan lampu ke badan jalan dapat
maksimal seperti tampak pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Bentuk Pola Kuat Penerangan Lampu pada


n / Lengkung Horisontal
Tikunga
Sumber : SNI 7391:2008 hlm. 29
Penataan letak lampu pada tikungan jenis ini
bisa ditempatkan pada lengkung luar atau lengkung
dalam namun sebaiknya dipilih pada radius lengkungan
yang pendek (< 305 m ) seperti pada Gambar 2.9
berikut ini.

J
A
R
A
K
=
e

A. Lampu diletakkan di lengkung luar B. Lampu diletakkan


di lengkung dalam

Gambar 2.9 Penataan Letak Lampu


pada Lengkung
Sumber : SNI
7391:2008
hlm. 30

b. Pada Tikungan / Lengkung Vertikal

Tikungan dengan lengkung vertikal biasanya


terdapat pada jalan – jalan yang berbukit. Pada
tikungan jenis ini, pemasangan lampu juga didasarkan
pada permukaan tegakn / lurus
Lengkung Vertikalradius
terhadap
U Kab. Kutai Kartanegara 2008 hlm. 158
lengkungan seperti pada Gambar 2.10 berikut ini.
Gambar 2.10 Pola Kuat
Penerangan Lampu pada
Tikunga

Contoh Instalasi penerangan jalan umum menggunakan lampu SON T250


watt

Instalasi lampu penerangan jalan umum dapat dilihat pada

Gambar dibawah ini :

LINE N Trafo
F BSN 250 W

IGNITO
R SN
Lampu SON T 58
250 Watt

 Apakah fungsi dari Ignitor SN 58 pada rangkaian diatas?


 Mengapa perlu dipasang kapasitor pada rangkaian instalasi
diatas!
 Apa kelemahan dan keunggulan dari lampu SON T
LATIHAN

Jelaskan fungsi dari penerangan jalan umum!

1. Unsur-unsur apa saja yang harus di perhatikan dalam perencaan pemasangan


penerangan jalan umum!
2. Dimana sajakah Tiang Lampu Tegak Tanpa Lengan digunakan?
3. Apakah perbedaan sistem penempatan lampu terus menerus dengan sistem
penempatan lampu sementara?.
4. Mengapa penempatan lampu penerangan jalan harus terlebih dahulu direncanakan?

JAWABAN LATIHAN

1. ……………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………..
3. ……………………………………………………………………..
4. ……………………………………………………………………..
5. ……………………………………………………………………..

3.1 RANGKUMAN

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat
diletakkan atau dipasang di kiri atau kanan jalan dan atau di tengah ( di bagian
median jalan ) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan, Ada beberapa
aspek yang perlu ananda ketahui dalam pengoperasian penerangan jalan umum
diantaranya

1. Standar perencanaan penerangan jalan


2. Spesifikasi lampu penerangan jalan
3. Kriteria perencanaan, kualitas Penerangan dan kriteria Penempatan
4. Pemasangan lampu rumah penerangan
5. Simbol perencanaan penerangan jalan
3.2 UMPAN BALIK
Apabila siswa tidak memenuhi kkm maka ananda perlu mereview kembali
modul ini dan mengerjakan latihan soal dengan cara yang berbeda

3.3 TES FORMATIF

1) Perhatikan gambar dibawah ini ! jenis tiang yang digunakan pada


penerangan jalan umum adalah…….
a. Tiang lampu tegak tanpa lengan
b. Tiang lampu tegak satu lengan
c. Tiang lampu tegak lengan ganda
d. Tiang lampu tegak satu lengan dan dua
lengan
e. a,b,c,d benar

2) Gambar dibawah ini merupakan simbol dari……..


a. Lampu menara dengan 6 buah lampu
b. Lampu menara dengan 2 buah lampu
c. Panel lampu
d. Lampu tanpa tiang
e. Lampu lengan tunggal
3) Untuk menopang lampu menara, yang pada umumnya ditempatkan di
persimpangan – persimpangan jalan ataupun tempat – tempat yang luas
seperti interchange, tempat parkir, dan lain – lain. Maka jenis Tiang lampu
ini yang digunakan adalah ….
a. Tiang lampu tegak tanpa lengan
b. Tiang lampu dengan lengan ganda
c. Tiang lampu dengan lengan tunggal
d. Tiang lampu menara
e. Tiang lampu tanpa lengan dan lengan tunggal
4) Berikut ini merupakan bagian dari unit penerangan jalan umum kecuali,
………
a. Sumber cahaya ( lampu / luminer ).
b. Elemen – elemen optic ( pemantul / reflector, pembias / refractor,
penyebar / diffuser ).
c. Elemen – elemen elektrik ( konektor ke sumber tenaga / power
supply dan lain - lain ).
d. Struktur penopang yang terdiri dari lengan penopang, tiang
penopang vertikal dan pondasi tiang,
e. Alat ukur kwh meter
5) Pada penerangan jalan umum cahaya yang menyilaukan mata
dapat menyebabkan keletihan mata, perasaan tidak nyaman dan
kemungkinan kecelakaan. Untuk mengurangi silau tersebut
maka digunakan……
a. Plastic
b. Akrilik
c. Cermin
d. Tembaga
e. Kertas
3.5 DAFTAR PUSTAKA

Sumber : SNI 7391:2008


http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6664
buku instalasi penerangan listrik kelas XII kurikulum 2013 edisi revisi

Anda mungkin juga menyukai