Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
Menyetujui,
Pembimbing Koordinator TA
Mengetahui,
Penulis,
[ Dedy Hartomo ]
ABSTRAK
Petir adalah suatu fenomena alam yang merupakan hasil dari peristiwa
elektrostatis di awan karena adanya perbedaan muatan antar awan atau perbedaan
muatan antara awan dan bumi sehingga terjadilah pelepasan muatan dan
menghasilkan busur api listrik yang dapat kita lihat sebagai kilat.
dipasang penangkal petir agar bangunan dan perangkat listrik yang ada di
sistem proteksi petir eksternal yang telah ada di gedung Departemen Kelautan
disimpulkan bahwa finial yang dipasang pada gedung Departemen Kelautan dan
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
Akhir ini.
jenjang pendidikan Sarjana Strata 1 pada Universitas Mercu Buana. Tiada lupa
pula dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
2. Bapak Ir. Yudhi Gunadi, MT, sebagai Ketua Jurusan dan Koordinator
3. Bapak Hary, bapak Putu, dan bapak Tohar selaku perwakilan PT Adhi
5. Teman spesial saya Ririt yang memberi semangat dan doa kepada saya
7. Dan kepada teman-teman mercu buana yang tidak bisa saya sebutkan satu
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran-
saran, koreksi dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN
Perikanan...................................................................................................32
Perikanan...................................................................................................33
dan Perikanan............................................................................................33
Perlindungan.............................................................................................36
5.1. Kesimpulan..............................................................................................41
5.2. Saran........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................42
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Bahan dan Ukuran Terkecil Finial (Air Terminal) Tegak...................10
Tabel 2.3 Bahan dan Ukuran Terkecil Dari Hantaran Penyalur Utama................13
1
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
wacana tentang perlunya pengamanan pada gedung atau bangunan
bertingkat dari sambaran petir.
2
1.5. METODE PENULISAN
Metode penulisan dilakukan dengan mencari data-data di lapangan
juga melalui buku-buku pelajaran yang berhubungan dengan bahasan
skripsi diperpustakaan dan juga melalui bacaan-bacaan dari internet yang
semuanya diharapkan mendapatkan pembahasan yang lengkap.
3
BAB II
MEKANISME TERJADINYA PETIR
Petir adalah gejala alam yang merupakan hasil proses elektrostatis di awan.
Muatan awan yang menginduksi muatan bumi akan menimbulkan medan listrik,
besarnya medan listrik yang terjadi tergantung pada besarnya muatan
penginduksi. Jika besarnya melebihi medan tembus udara maka terjadi pelepasan
muatan listrik berupa petir.
4
butir-buitr air hujan dengan temperatur +100 C yang bermuatan negatif. Jika
kuat medan listrik udara antara dua bagian yang bermuatan ini sudah tercapai
maka akan terjadi pelepasan muatan listrik berupa petir.
5
2.2.2. Sambaran Tidak Langsung
Merupakan sambaran petir yang menyambar hantaran udara atau
induksi dari pelepasan muatan petir awan-awan pada hantaran udara
atau sambaran dekat dengan hantaran udara sehingga menimbulkan
gelombang berjalan yang menuju ke peralatan listrik/elektronik. Pada
jenis sambaran ini, peralatan proteksi tegangan lebih akan dialiri oleh
sebagian kecil arus petir atau arus induksi.
6
Mekanisme induksi karena secara tidak langsung sambaran petir
tersebut menyebabkan kenaikan potensial pada peralatan elektronik.
Kenaikan tegangan dari akibat kopling-kopling, baik kopling resistif,
kapasitif dan induktif. Besarnya nilai-nilai tegangan lebih yang terjadi
nantinya akan diperlukan dalam analisa suatu perlindungan secara
internal terhadap sambaran petir. Pada dasarnya nilai-nilai yang terjadi
resistif kecil pada suatu sambaran yang normal karena cukup
memaksimalkan perlindungan secara eksternalnya, namun apabila
pada suatu sambaran yang ekstrim yang kemungkinan dapat terjadi,
nilai tegangan lebih ini sangat perlu diperhatikan nilainya dan
pengaruhnya pada suatu peralatan-peralatan yang ada.
7
3. Tingkat perlindungan sangat tinggi, untuk bangunan atau instalasi yang
jika terjadi kegagalan perlindungan dapat menyebabkan bahaya ikutan
yang tidak terkendali, seperti pusat instalasi nuklir.
1. Proteksi Eksternal
3. Proteksi Internal
8
di tempat yang terbuka ditempatkan pada tempat yang tinggi dan
tidak terhalang oleh benda lain.
Jenis bahan dan ukuran terkecil dari terminal udara
(penangkal petir) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
9
Tabel 2.1. Bahan dan Ukuran Terkecil Finial (Air Terminal)
Tegak
No Komponen Jenis Bahan Bentuk Ukuran
1"dengan
Tembaga Pejal runcing
dudukan
1 Kepala
Baja Galvani Pejal runcing 1" dari pita
Alumunium Pejal runcing 1" baja galvanis
Tembaga Bulat 10 mm
pejal Pita 25 x 3 mm
Pipa 1"
2 Batang tegak Baja Galvani Pejal bulat 10 mm
Pejal bulat 25 x 3 mm
Pejal bulat ½"
Alumunium
Pejal pita 24 x 4 mm
Pejal bulat 10 mm
Tembaga
Pejal pita 25 x 3 mm
Pejal bulat 10 mm
3 Finial Baja Galvani
Pejal pita 25 x 3 mm
Pejal bulat ½"
Alumunium
Pejal pita 25 x 3 mm
Pejal bulat 8 mm
Tembaga Pejal pita 25 x 4 mm
Pilin 50 mm
4 Finial datar Pejal bulat 8 mm
Baja Galvani
Pejal pita 25 x 3 mm
Pejal bulat ½"
Alumunium
Pejal pita 25 x 4 mm
10
Ada 3 (tiga) metode yang digunakan untuk menentukan
penempatan terminasi udara dan untuk mengetahui daerah
proteksi. Ketiga metode tersebut adalah:
1. Metode jala (mesh size method)
Metode ini digunakan untuk keperluan perlindungan
permukaan yang datar karena bisa melindungi seluruh
permukaan bangunan. Daerah yang diproteksi adalah
keseluruhan daerah yang ada di dalam jala-jala. Ukuran jala
sesuai tingkat proteksi yang dipilih tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.2.
11
3. Metode bola bergulir (rolling sphere method )
Metode bola bergulir baik digunakan pada bangunan yang
bentuknya rumit. Dengan metode ini seolah-olah ada suatu
bola dengan radius R yang bergulir di atas tanah, sekeliling
struktur dan di atas struktur ke segala arah hingga bertemu
dengan tanah atau struktur yang berhubungan dengan
permukaan bumi yang mampu bekerja sebagai penghantar.
Titik sentuh bola bergulir pada struktur adalah titik yang
dapat disambar petir dan pada titik tersebut harus diproteksi
oleh konduktor terminasi udara. Semua petir yang berjarak R
dari ujung penangkap petir akan mempunyai kesempatan
yang sama untuk menyambar bangunan.
Besarnya R berhubungan dengan besar arus petir dan
dinyatakan sebagai :
R = I 0,75
Bila ada arus petir yang lebih kecil dari I tersebut mengenai
bangunan, bangunan masih bisa tahan. Bila arus petir lebih
besar dari I tersebut, akan ditangkap oleh penangkap petir.
12
Hantaran pembantu, yaitu semua hantaran lain dari logam
yang terdapat pada bangunan (pipa air hujan, konstruksi-
konstruksi logam lainnya) yang dapat dimanfaatkan
sebagai penyalur arus petir.
Hantaran penghubung, yaitu semua hantaran-hantaran dari
logam yang menghubungkan antara penangkap petir
dengan bagian-bagian logam didalam dan diluar bangunan
atau dengan hantaran-hantaran lain diatas tanah.
13
permukaan tanah. Sistem pentanahan memberikan solusi
menyeluruh berupa perlindungan peralatan elektronik,
bangunan, dan keselamatan manusia terhadap kemungkinan
bahaya kejut listrik, tegangan berlebih, serta perlindungan
terhadap petir.
14
2. Memiliki kekuatan mekanis tinggi.
3. Tahan terhadap peleburan karena sambungan yang buruk walaupun
kontuktor tesebuat akan terkena arus gangguan dalam waktu lama.
4. Tahan terhadap korosi.
15
1. Berdasarkan PUIPP besarnya kebutuhan tersebut ditentukan berdasarkan
penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili keadaan bangunan di
suatu lokasi dan dituliskan sebagai:
R1 = A + B + C + D + E (2.1)
( Besar index di atas, lihat pada lampiran )
Ket : A : Indeks bahaya berdasarkan jenis bangunan
B : Indeks bahaya berdasarkan konstruksi bangunan
C : Indeks bahaya berdasarkan tinggi bangunan
D : Indeks bahaya berdasarkan situasi bangunan
E : Indeks bahaya berdasarkan hari guruh
R1 : Perkiraan bahaya sambaran petir berdasarkan PUIPP
16
yang diperbolehkan. Kerapatan kilat petir ke tanah atau kerapatan
sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan di daerah tempat suatu struktur
berada dinyatakan sebagai :
Ng = 0,04. IKL1,25 / km2/ tahun. (2.3)
Ket : Ng : Kerapatan kilat petir ke tanah
IKL : Isokeraunic level di daerah tempat struktur yang akan
diproteksi.
Area cakupan dari struktur yaitu daerah permukaan tanah yang dianggap
sebagai struktur yang mempunyai frekwensi sambaran langsung tahunan.
Daerah yang diproteksi adalah daerah di sekitar struktur sejauh 3h dimana
h adalah tinggi struktur yang diproteksi. Pengambilan keputusan perlu
atau tidaknya memasang sistem proteksi petir pada bangunan berdasarkan
perhitungan Nd dan Nc dilakukan sebagai berikut :
a. Jika Nd ≤ Nc tidak perlu sistem proteksi petir.
b. Jika Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir dengan efisiensi :
E ≥ 1- Nc/Nd (2.5)
Ket : Nc : Frekwensi sambaran petir tahunan setempat
dengan tingkat proteksi sesuai tabel 2.4.
Tabel 2.4. Efisiensi Sistem Proteksi Petir
Tingkat Proteksi Efisiensi SPP
I 0.98
II 0.95
III 0.90
IV 0.80
17
Gambar 2.3 Nilai Kritis Efisiensi Sistem Proteksi Petir
18
BAB III
SISTEM PERLINDUNGAN PENANGKAL PETIR
19
kedua ujung pita ini bertemu di suatu titik udara, maka terjadilah
sambaran balik.
Berdasarkan atas teori ini, franklin menempatkan sebuah batang
penangkal petir dengan ujungnya dibuat runcing di bagian teratas dari
bagian yang akan dilindungi. Ujung batang penangkal petir ini dibuat
runcing dengan tujuan agar pada keadaan dimana terjadi aktivitas
penumpukan muatan di awan, maka diujung itulah akan terinduksi
muatan dengan rapat muatan yang relatif lebih besar bila dibandingkan
dengan rapat muatan dari muatan-muatan yang terdapat pada bagian-
bagian lain dari bangunan, dengan demikian dapat diharapkan bahwa
kilat akan menyambar ujung dari batang penangkal petir itu terlebih
dahulu.
Batang penangkal petir ini kemudian di ketanahkan melalui
penghantar turun ke elektroda pengetanahan. Tujuan dari penghantar
turun dan elektroda pengetanahan adalah sebagai jalan “ by pass “ bagi
muatan bumi dan juga arus kilat untuk keluar atau memasuki bumi
sehingga muatan bumi atau arus kilat tidak mengambil jalan melalui
bagian-bagian lain dari bangunan yang bersangkutan.
20
dibandingkan dengan rapat muatan dari bagian-bagian atap yang lain
dari bangunan tersebut. Oleh karena itu maka pada bagian-bagian yang
berbahaya tersebut perlu dipasang konduktor horisontal yang berfungsi
sebagai obyek sambaran kilat, sehingga bagian-bagian lain dari atap
bangunan tersebut terlindung.
Untuk bangunan-bangunan yang beratap luas, perlu ditambahkan
beberapa konduktor horisontal lagi diantaranya. Konduktor-konduktor
itu harus terhubung secara listrik satu dengan yang lain.
Ini adalah prinsip dari sangkar faraday dimana konduktor-
konduktor horisontal yang dipasang di bagian teratas lalu terhubung
melalui konduktor saluran ke tanah dan terhubung ke elektroda
pengetanahan dari bangunan seolah-olah membentuk sangkar pelindung
yang melindungi bangunan tersebut terhadap induksi atau masuknya
muatan dari luar yang membahayakan bangunan tersebut. Untuk
memperbaiki sistem sangkar faraday ini perlu ditambahkan beberapa
batang penangkal petir yang pendek (finial) pada bagian-bagian dari
atap bangunan yang diperkirakan mudah tersambar kilat, finial ini
dihubungkan secara listrik dengan konduktor horisontal yang terdekat (
tujuan dari pemasangan finial ini adalah untuk memperlancar
mengalirnya arus muatan dari bumi ke awan dan sebaliknya dari awan
ke bumi ).
Cara pemasangan konduktor-konduktor baik mendatar maupun
menurun tentunya haruslah diperhitungkan kemungkinan tegangan
pindah yang terjadi, agar tidak membahayakan. Kalaupun ingin
mencegah tegangan pindah ini dapat mempertimbangkan pemakaian
kabel coaxial atau triax walaupun secara estetika gedung dan ekonomis
tidak memenuhi kebutuhan.
Untuk gedung yang dipenuhi peralatan elektronik sangkar faraday
atau franklin tidak dianjurkan karena medan yang ditimbulkan ketika
terjadi sambaran dapat memperpendek waktu kerja perangkat elektronik
terutama untuk perangkat yang memakai sinyal.
21
3.2. Parameter Petir
Parameter petir adalah rumusan-rumusan dan satuan-satuan yang
diperoleh dari penelitian tentang petir yang dapat dipakai sebagai acuan
parameter arus.
Namun yang paling diperlukan dalam analisa ini parameter kejadian dan
(di/dt) maks .
Jumlah hari guruh petir per tahun (IKL) adalah jumlah hari rata-
rata guruh terdengar per tahunnya. Semakin besar jumlah hari guruh
per tahun pada suatu daerah semakin besar pula kemungkinan daerah
Berkaitan dengan jumlah hari guruh per tahun dan curah hujan
sambaran
Fg = 4 x 10-3 x (IKL)0,8 x (P)0,5 (3.1)
km 2 tahun
22
dimana :
lain. Besar arus petir juga digunakan untuk mencari besar jarak petir
elektrogeometris.
dimana :
23
3.2.3. Kecuraman Maksimum Arus Petir
lainnya.
24
3.3.1. Sifat Dari Sambaran Petir
yang sama.
r s = K s K I ( I )s
(3.5)
dimana:
r s = r sg = r shp = r sb .
datar.
berbentuk silinder.
25
3.3.3. Konfigurasi Sistem Perlindungan
dipasang.
(r s = r sb = r sg )
26
H = tinggi finial tegak dari atas tanah
Jika lidah petir datang pada daerah (1) akan terjadi sambaran ke
finial tegak, jika lidah petir datang pada daerah (2) akan terjadi
sambaran ke bangunan, dan jika lidah petir datang pada daerah (3)
dipengaruhi oleh benda apa saja yang berada di bawah dan melompati
sambaran.
ujung lidah petir dengan target sasaran yang nantinya merupakan terminal
sambaran petir, dimana sepanjang jarak ini gradien potensial telah mencapai
harga kritisnya. Dengan demikian bila ada lidah petir yang melampaui jarak
ini, maka akan terjadi pelepasan muatan (discharge) melalui lidah petir ke
sasaran itu. Sasaran dapat berupa kawat phasa, menara, kawat tanah, batang
27
Jarak sambar ke penangkal petir dinyatakan sebagai r s , dan dirumuskan
dengan :
r s = kI x IS (3.6)
r sb = ksb x kI . IS (3.7)
r sg = ksg x IS
(3.8)
Hubungan antara jarak sambaran petir dan kuat arus menurut beberapa
28
Gambar 2.3.
Daerah Perlindungan Penangkal Petir
petir tergantung pada tinggi dari finial tersebut. Sudut-sudut dan jari-jari
h
α = arc sin 1 (3.12)
rs
dimana :
r = h x tan α (3.13)
dimana :
29
Arus petir yang mengalir ke tanah melalui elektroda pentanahan
menimbulkan tegangan jatuh antara titik-titik masuk dan titik terpisah pada
tanah.
persamaan berikut :
U E = IxR st (3.14)
dimana :
4L
R st = ln 1
2L a
(3.15)
dimana :
30
Tanah merupakan campuran dari partikel-partikel padat, cair, dan gas.
Tahanan jenis tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, oleh sebab itu
tahanan jenis tanah tidak dapat diberikan sebagai suatu nilai yang tetap.
Variasi tahanan jenis tanah untuk berbagai jenis tanah dapat dilihat
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
32
Besarnya kebutuhan suatu bangunan akan suatu instalasi penangkal
petir, ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang
ditimbulkan bila bangunan tersebut tersambar petir.
Besarnya kebutuhan tersebut dapat ditentukan secara empiris
berdasarkan indeks-indeks yang menyatakan faktor-faktor tertentu seperti
yang ditunjukkan pada tabel yang terdapat pada bab lampiran.
Dari data-data yang di dapat pada tabel berdasarkan PUIPP yang ada
pada bab lampiran tersebut ditentukan indeks-indeks untuk Gedung
Departemen Kelautan dan Perikanan adalah
- Bangunan atau isinya cukup penting (Indeks A) = 2
- Bangunan dengan konstruksi beton bertulang, atau rangka besi dan atap
bukan logam (Indeks B) = 2
- Tinggi Bangunan ± 68 meter (Indeks C) = 7
- Di tanah datar pada semua kegiatan (Indeks D) = 0
- Hari Guruh per tahun (Indeks E) = 6
Maka di dapat nilai R adalah :
R = 2 + 2 + 7 + 0 + 6 = 17
Dengan nilai R = 17, berdasarkan indek PUIPP menunjukkan bahwa
gedung Departemen Kelautan dan Perikanan sangat memerlukan sistem
proteksi petir.
33
Pentanahan
Sistem pentanahan pada gedung Departemen Kelautan dan
Perikanan menggunakan elektroda pentanhan yang dihubungkan dengan
kawat BC yang mempunyai luas penampang 70 mm2.
34
A = Ketinggian awan terendah (meter)
I =29,5x7 0,3 x е {(-4,14x10-3 x 6,866) x (-2,4x10-4 x 400)} kA
I = 29,5 x 1,79 kA
I = 52,88 kA
35
Perhitungan jarak sambar menurut Brown dan Whitehead
r s = 7,1 x I 0,75
r s = 7,1 x (52,88) 0,75
r s = 7,1 x 19,61
r s = 139,23 meter ≈ 139 meter
36
Untuk radius daerah perlindungannya dihitung dari permukaan tanah (r 1 ):
r 1 = h 1 x tan α
r 1 = 77,5 m x tan 33,930
r 1 = 77,5 x 0,673
r 1 = 52,14 meter
37
α 1 = arc sin [ 1 – 0,546 ]
α 1 = arc sin (0,454)
α 1 = 27 0
r 1 = 77,5 x 0,5095
r 1 = 39,49 meter
38
2x3,14x16 0,0125
Rst = 150 (ln 3840 – 1)
94.2
Rst = 1,49 (8,253-1)
Rst = 1,49 (7,25)
Rst = 10,82 Ohm
paralel adalah:
1
R st = x R st (sebuah elektroda)
N
1
R st = x 10,82 Ohm
4
R st = 2,7 Ohm
U E = I maks . Rst
paling penting adalah variabel jarak sambar petir dan radius daerah
39
sampai dengan radius 170 meter. Sistem proteksi ini beroperasi seperti
pada saat petir menyambar dan akan secara otomatis membangkitkan lintasan
petir yang lebih awal tersambar petir dibandingkan dengan titik yang
mempunyai tinggi yang sama didekatnya, disebut juga sebagai early streamer
emmision.
Dari gambar dibawah ini dapat dilihat bahwa 1 (satu) buah penangkal
40
Gambar 4.1. Radius Penangkal Petir Jenis EF (Tampak Atas)
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kelautan dan Perikanan yang terdiri atas satu buah finial penangkal
41
petir jenis EF, yang dipasang pada atap ruang mesin lift dengan tinggi
9,5 meter, memiliki radius proteksi maksimum 170 meter, maka untuk 1
tanah. Hal ini menunjukkan bahwa jenis finial penangkal petir modern
lebih efektif dalam hal pemasangannya dan radius yang dicapai juga
cukup besar.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia.
Systems.
42
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia tentang Pengawasan
5. Evaluasi Sistem Proteksi Petir Pada Gedung Palembang Indah Mall, Tugas
6. Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem
43
LAMPIRAN
Tinggi banguna sampai …. ( m ) Indeks C
6 0
12 2
17 3
25 4
35 5
50 6
70 7
100 8
140 9
200 10