Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penerangan Jalan Umum

Penerangan Jalan Umum merupakan bagian dari urusan pemerintahan bidang


perhubungan yang di sebutkan sebagai penyediaan perlengkapan jalan di daerah.
Suatu bentuk penyediaan infrastruktur, kebijakan ini berkonsekuensi menggunakan
sumber daya energi yang berdampak pada emisi Gas Rumah Kaca. Berdasarkan
kebijakan Pemerintah, angka emisi GRK Nasional perlu diturunkan sebesar 29%
dengan rerata tahunan yang diproyeksikan dari sektor energi sebesar 6,7%. Beberapa
studi terdahulu telah memotret kinerja pengelolaan PJU di daerah yang dijabarkan
bahwa pengelolaan PJU cenderung kuno, menggunakan teknologi yang tidak efisien,
dan didesain kurang baik. Hasil yang dicapai terbilang boros energi dan sangat
memberatkan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) serta secara teknis
memiliki permasalahan sebagai berikut; standar pencahayaan yang minim, ketiadaan
lampu di titik titik penting, pengelolaan masih swadaya warga, peletakan yang masih
bersinggungan dengan tiang listrik.

2.2. Pengelolaan Penerangan Jalan Umum (PJU)


Pengelolaan Penerangan Jalan Umum merupakan penerangan untuk jalan dan
prasarana umum yang dipasang secara resmi oleh pemda atau badan resmi lainnya
dan mendedapat pasokan tenaga listrik dari PLN secara legal. PJU merupakan aset
Pemerintah Kota, dan pihak PLN hanya sebagai penyedia pasokan tenaga listrik saja.
Lampu penerangan jalan atau disebut dengan PJU adalah fasilitas publik berupa
lampu jalan yang ada di jalan umum. Lampu penerangan jalan ini di fasilitasi oleh PLN
atau perusahaan listrik negara. Fungsi dari penerangan jalan umum ini sangatlah
banyak. Fungsi dari penerangan jalan umum mulai dari keselamatan pengguna jalan
yang bisa terhindar dari kecelakaan akibat jalan yang rusak, fungsi keamanan yang
meminimalisir tingkat kejahatan di malam hari, dan perjalanan yang bisa aman dari
berbagai hal buruk saat malam hari. Berikut ini adalah terkait kondisi buruknya
pengelolaan penerangan jalan umum yang banyak terjadi pada umumnya:

1
1. Aksi Vandalisme
Masyarakat masih banyak yang melakukan aksi vandalisme dengan merusak
beberapa fasilitas umum seperti lampu penerangan jalan umum. Lampu
penerangan jalan umum ini seharusnya dapat dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat karena menyangkut keselamatan di jalan, akan tetapi beberapa
fasilitas umum dirusak sehingga tidak dapat berjalan sesuai fungsinya, seperti
beberapa kasus yang kerap terjadi, konsletnya lampu dan kabel yang dicuri.
2. Lampu Rusak
Ada kalanya lampu yang memiliki masalah seperti rusak atau mati tidak segera
diperbaiki, masyarakat yang tidak mau melapor dan juga pihak pengelola yang
tidak mengecek secara berkala juga menjadi penyebab lampu penerangan
jalan tidak berfungsi dengan baik. Masyarakat harus turut aktif dalam
menyelesaikan masalah kerusakan lampu dan sejenisnya ke pihak yang
bersangkutan.
3. Pencurian Listrik
Ada juga anggota masyarakat yang secara sembunyi melakukan tindakan
nakal ini. Mereka yang memiliki keahlian merangkai aliran listrik ke rumah dan
mereka tidak mau membayar. Biasanya petugas yang memeriksa ada kalanya
lalai dan ini bisa merugikan negara. Masyarakat seperti ini haruslah ditindak
secara tegas agar menjadi contoh bagi masyarakat lain yang ingin melakukan
tindakan serupa bisa berpikir ulang. Penerangan jalan umum adalah bagian
dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri atau
di kanan jalan dan atau di tengah jalan yang digunakan untuk menerangi jalan
maupun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan
jalan-jalan layang, jembatan dan jalan di bawah tanah yang dipasang untuk
kepentingan umum. Dampak positif penerangan jalan umum tercemin dari
fungsinya sebagai berikut:
a) Untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara.
b) Untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.
c) Memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang hari.
d) Untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.

2
e) Untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.
f) Untuk meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat malam hari.

Dampak negatif muncul ketika fasilitas penerangan jalan umum tidak


difungsikan dan dipelihara dengan baik. Pengadaan penerangan jalan umum
yang tidak sesuai standarisasi akan memicu beberapa masalah seperti
pencurian listrik, rusaknya jaringan penerangan yang berpotensi menimbulkan
bahaya hingga listrik padam karena kelebihan beban akibat pemasangan
penerangan jalan yang kurang benar. PJU merupakan hal yang sangat penting
bagi pengendara baik mobil maupun motor yang melintasi jalan raya pada
malam hari, dengan adanya lampu PJU diharapkan dapat membuat pengguna
jalan lebih berhati-hati dan merasa aman dalam perjalanannya. Instalasi PJU
ini harus menggunakan kaidah pemasangan listrik yang benar dan hanya
dapat dilakukan oleh petugas kelistrikan. Pemberian pencahayaan adalah
fungsi PJU sebagai fasilitas umum pada lingkungan dan terutama di jalan-jalan
umum. Revitalisasi PJU bermanfaat untuk meningkatkan keamanan
lingkungan dan jalan, peningkatan untuk orientasi kota yang lebih baik.

2.3. Fungsi Penerangan Jalan


Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (BSN SNI 7391:2008) penerangan
jalan di kawasan perkotaan memiliki fungsi antara lain:

1. Menghasilkan kekontrasan antar objek dan permukaaan jalan.


2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan.
3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya
pada malam hari.
4. Mendukung keamanan lingkungan.
5. Memberikan keindahan lingkungan jalan.

3
2.4. Dasar Perencanaan Penerangan Jalan
Berdasarkan Badan Standar Nasional (BSN) 7391:2008 perencanaan
penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini:

1. Volume lalu lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang bersinggungan


seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll.
2. Tipikal potongan melintang jalan, situas jalan dan persimpangan jalan.
3. Geometri jalan, seperti alinyement horizontal, alinyement vertikal, dll.
4. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan
cahaya lampu penerangan.
5. Pemilihan jenis dan kualiatas sumber lampu, data fotometrik lampu dan lokasi
sumber listrik.
6. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dll.
7. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah
sekitarnya.
8. Data kecelakaan dan kerawanan dilokasi.

Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan


penerangan jalan antara lain sebagai berikut:

1. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.
2. Tempat tempat dimana kondisi lengkung horizontal tajam.
3. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir, dll.
4. Jalan jalan berpohon.
5. Jalan jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan
lampu di bagian median.
6. Jembatan panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah.
7. Tempat tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi dengan
jalannya.

4
Penentuan kualitas lampu penerang jalan umum perlu mempertimbangkan 6 aspek:

1. Kuat rata-rata penerangan, besarnya kuat penerangan didasarkan pada


standar yang sudah di tentukan oleh BSN SNI tentang penerangan jalan
umum. Pada tiap jenis jalan memiliki kuat rata-rata penerangan yang berbeda.

Jenis jalan trotoar : 1 - 4 lux


Jenis jalan lokal : 2 – 5 lux
Jenis jalan kolektor : 3 – 7 lux
Jenis jalan arteri : 15 – 20 lux
Persimpangan : 20 – 25 lux
2. Distribusi cahaya, kerataan cahaya pada jalan merupakan hal yang penting,
untuk itu harus ditentukan faktor cahaya yang merupakan perbandingan kuat
penerangan pada bagian tengah lintasan dengan tepi jalan.
3. Cahaya yang menyilaukan dapat menyebabkan keletihan mata, perasaan
tidak nyaman dan kemungkinan kecelakaan. Untuk mengurangi silau tersebut,
maka digunakan gelas pada armature yang berfungsi sebagai filter cahaya.
4. Arah pancaran cahaya dan pembentukan bayangan.
5. Warna dan perubahan warna. Warna cahaya lampu pelepasan gas tekanan
tinggi berpengaruh terhadap warna tertentu.
6. Lingkungan, berkabut maupun berdebu mempunyai faktor absorsi terhadap
cahaya yang di pantulkan oleh lampu.

Kualitas pencahayaan pada suatu jalan diukur berdasarkan metode iluminasi


atau luminasi. Meskipun demikian lebih mudah menggunakan metode iluminasi,
karena dapat diukur langsung dipermukaan jalan dengan menggunakan alat pengukur
kuat cahaya. Kualitas pencahayaan normal menurut jenis atau klasifikasi fungsi jalan
ditentukan seperti Tabel 2.1 sebagai berikut:

5
Tabel 2. 1 Kualitas Pencahayaan dan Klasifikasi Jalan [3]

2.5. Jenis Jalan dan Klasifikasinya


Berdasarkan UU No.38 Tahun 2004, jalan adalah prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukan bagi lalu lintas. Pada Pura Pucak Bukit Gede memiliki luas panjang
jalan 1500 meter dan Lebar jalan 3 meter termasuk klasifikasi jalan lokal.
Jalan dan besarnya pencahayaan yang digunakan sebagai penerangan lampu
jalan dapat diklasifikasikan dengan beberapa kelas:

1. Jalan arteri primer


Merupakan jalur jalan penampung kegiatan lokal dan regional, lalu lintas
sangat padat sehingga perlu penerangan jalan yang optimal.

6
2. Jalan arteri sekunder
Merupakan jalur jalan penampung kegiatan lokal dan regional sebagai
pendukung jalan arteri primer, dimana kondisi lalu lintas pada jalur ini padat
sehingga memerlukan lampu yang sama dengan arteri primer.
3. Kolektor primer
Merupakan jalur pengumpul dari jalan-jalan lingkungan sekitarnya yang akan
bermuara pada jalan arteri primer maupun arteri sekunder. Jenis lampu yang
akan digunakan lebih rendah daripada jalan arteri.
4. Jalan lingkungan
Merupakan jalur jalan lingkungan perumahan, pedesaan atau perkampungan.

Tabel 2. 2 Menunjukan Jenis-jenis Jalan dan Klalifikasinya. [4]

Deskripsi Jalan Tol Arteri Kolektor Lokal

Kecepatan >60 km/jam 60 km/jam >30 km/jam >20 km/jam

Lebar Jalan >8 M >8 M >6 M <5

Median Jalan - Boleh Ada Tidak

Daya Lampu >60 W >50 W >40 W >30 W

Lengan DA/SA DA/SA DA/SA SA

Jarak Tiang Kurang lebih 25-50 meter di kiri atau kanan berselang-seling.

2.6. Tiang Penerangan Jalan

Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang lampu. Beberapa


jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan adalah tiang besi dan tiang octagonal.
Berdasarkan bentuk lengannya, tiang lampu jalan dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sebagai berikut:

7
1. Tiang lampu lengan tunggal
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan jalan.
Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan tunggal seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 Bentuk dan Kontruksi Tiang Lampu Tunggal [3]

2. Tiang lampu lengan ganda


Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah/median jalan, dengan
catatan jika kondisi jalan yang akan diterangi masih mampu dilayani oleh satu
tiang. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan ganda seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.2.

8
Gambar 2. 2 Bentuk dan Kontruksi Tiang Lampu Lengan Ganda [3]

3. Tiang lampu tegak tanpa lengan


Tiang lampu ini terutama diperlukan untuk menopang lampu menara,
yang pada umumnya ditempatkan di persimpangan-persimpangan jalan
ataupun tempat-tempat yang luas seperti interchange, tempat parkir, dll. Jenis
tiang lampu ini sangat tinggi, sehingga sistem penggantian/perbaikan lampu
dilakukan di bawah dengan menurunkan dan menaikkan kembali lampu
tersebut menggunakan suspension cable. Tipikal bentuk dan struktur tiang
lampu dengan lengan ganda seperti diilustrasikan pada gambar 2.3.

9
Gambar 2. 3 Bentuk dan Kontruksi Tiang Tegak Tanpa Lengan [3]

Tiang merupakan salah satu dari komponen PJU yang berfungsi sebagai tempat
meletakkan lampu (beserta armaturnya), stang ornamen, panel surya, baterai, dan
lain sebagainya seperti pada PJU tenaga surya.
Sudut stang ornament dihitung agar lampu mengarah ke tengah jalan, dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut [5]:

𝑡 = √ℎ2 + 𝑐²
(2.1)

10
Setelah mendapatkan hasil t, selanjutnya menghitung [5]:


cosφ =
𝑡
(2.2)
Dimana:
h = tinggi tiang
T = jarak lampu ke tengah jalan
Cosφ = sudut kemiringan stang ornament
c = jarak horizontal lampu ke tengah jalan

2.7. Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Penempatan lampu penerangan jalan adalah susunan penempatan ataupun


penataan lampu antara yang satu dengan yang lain. Penempatan lampu penerangan
sesuai dengan standar yang berlaku dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2. 4 Penempatan Lampu Penerangan Jalan. [3]

11
Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan:

1. Kemerataan penncahayaan
Rasio kemerataan pencahayaan (uniformity ratio) adalah perbandingan harga
antara nilai minimum dengan nilai rata-rata atau nilai maksimumnya dari suatu
besaran kuat penerangan atau luminasi pada suatu permukaan jalan.
Uniformity ratio 3:1 berarti rata-rata nilai kuat penerangan atau luminansi
adalah tiga kali nilai kuat penerangan pada suatu titik dari penerangan
minimum pada permukaan atau perkerasan jalan. Sesuai dengan tabel 2.3.

Tabel 2. 3 Rasio Kemerataan Pencahayaan. [3]

2. Keselamatan dan keamanaan bagi pengguna jalan.


3. Pencahayaan yang lebih tinggi di area tikungan atau persimpangan
dibanding bagian yang lurus.
4. Arah dan petunjuk yang jelas bagi pengendara dan pengguna jalan.

2.8. Sel Surya


Sel surya atau sel fotovoltaik adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari
sebuah wilayah-besar diode pertemuan p-n, dimana dengan adanya cahaya matahari
dapat menciptakan energi listrik yang berguna. Jumlah energi yang begitu besar
dihasilkan dari sinar matahari, membuat sel surya atau yang biasa disebut juga solar
cell menjadi alternatif sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan. Sel surya
juga memiliki kelebihan menjadi sumber energi yang praktis mengingat tidak
membutuhkan transmisi karena dapat dipasang secara modular disetiap lokasi yang

12
membutuhkan. Sel surya bekerja berdasarkan efek foto elektrik pada material
semikonduktor untuk mengubah atau mengkonversi energi cahaya menjadi energi
listrik. Sel surya mulai populer akhir-akhir ini, selain karena mulai menipisnya
cadangan energi fosil dan isu global warming, energi yang dihasilkan juga sangat
murah karena sumber energinya berasal dari radiasi sinar matahari yang bisa
didapatkan secara gratis.

Gambar 2. 5 Ilustrasi Cara Kerja Sel Surya dengan Prinsip p-n Junction. [4]

Berdasarkan teori Maxwell tentang radiasi elektromagnet, cahaya dapat dianggap


sebagai spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang
berbeda. Pendekatan yang berbeda dijabarkan oleh Einstein bahwa efek foto elektrik
mengindikasikan cahaya merupakan partikel diskrit atau quanta energi. Kualitas
cahaya sebagai partikel dan gelombang dirumuskan dengan persamaan [5]:

(2.3)

Dimana:

f : frekuensi pada cahaya (Hz)


λ : panjang gelombang (m)
h : konstantan planck (6,665×10-344 Js)

13
c : kecepatan cahaya (3×10⁸m/s)
E : energy yang dating berupa paket-paket foton (Joule)

Efisiensi dari sel surya adalah perbandingan daya keluaran (Pout) dan daya
masukan (Pin). Daya keluaran (Pout) adalah perkalian antara tegangan waktu open
circuit (Voc) dengan arus short circuit (Isc) dan factor pengisian atau fill factor (FF)
dari sebuah modul surya. Dengan persamaan berikut [4]:

𝑉𝑚 × 𝐼𝑚
FF =
𝑉𝑜𝑐 × 𝐼𝑠𝑐
(2.4)
Mencari luas permukaan atau dimensi panel surya:
r=p×l
(2.5)
Besar intensitas sinar global matahari yang diterima ketika radiasi dalam
keadaan maksimum sebesar 1000 watt/m2, maka efisiensi sel surya adalah

𝑃 𝑜𝑢𝑡
ȵ= × 100%
𝑃 𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑐×𝐼𝑠𝑐×𝐹𝐹
= 𝑆×𝐹
× 100%

(2.6)
Dimana:
FF = faktor pengisian/ fill factor
Vm = tegangan nominal panel surya (volt)
Im = arus nominal panel surya (volt)
Voc = tegangan open circuit panel surya (volt)
Isc = arus short circuit panel surya (volt)
F = intensitas radiasi matahari yang =diterima 1000 (watt/m2)
S = luas permukaan modul sel surya (m2)
P = panjang modul sel surya (m)
I = lebar modul sel surya (m)

14
Besarnya energi tersebut adalah besarnya daya nominal (spesifikasi yang
tercantum pada panel surya) panel surya dikali dengan lama panel surya
mendapatkan sinar matahari. Daya nominal pada panel surya tidaklah dapat
diperbesar lagi kecuali panel surya diganti dengan panel surya yang spesifikasi daya
nominalnya lebih besar, sehingga untuk mendapatkan energi besar yang dihasilkan
oleh panel surya tersebut bergantung pada lamanya penyinaran matahari. Lamanya
panel surya mendapatkan sinar matahari tmodul, dihitung dengan mengasumsikan
penyinaran maksimum sinar global sebesar 1000 watt/m2/hari adalah [4]:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑎𝑙(𝑤ℎ/𝑚²/ℎ𝑎𝑟𝑖)


tmodul =
𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑎𝑙 (𝑤ℎ/𝑚²/ℎ𝑎𝑟𝑖
(2.7)
Dimana untuk mencari jumlah sinar global yang datang yaitu dengan
menggunakan rumus Hukum Stefan-Boltzman, yaitubesarnya fluks radiasi yang
dipancarkan suatu benda setara dengan pangkat empat suhu mutlak benda tersebut,
dituangkan dalam rumusan sebagai berikut [4]:

(2.8)

Untuk mencari banyaknya sinar global yang datang, yaitu besarnya fluks radiasi
dikalikan lamanya penyinaran dalam satu hari.

(wh/m²) / hari = σ.e. T4.ts


(2.9)

P = daya (watt)
A = luas (m²)
σ = tetapan Stefan-Boltzman (5,67 x 10ˉ8watt/m²K4)
e = koefisien emisivitas (0-1)
T = suhu permukaan (°K)
Ts = lamanya penyinaran (hours)

15
Energy yang dihasilkan panel surya, dengan rumus [4]:

(2.10)
Dimana:
tmodul = lamanya panel surya mendapatkan sinar global (hour/jam)
Emodul = energi yang dihasilkan modul (wh/hari)
Pnom = daya nominal panel surya (watt)

2.8.1. Permasalahan umum sel surya


Selain banyaknya keuntungan yang dapat didapatkan dari sel surya, ada pula
kekurangan serta masalah yang ditimbulkan akibat penggunaan sel surya.
Permasalahan tersebut diantaranya adalah:

1. Ketersediaan
Waktu penyinaran ke bumi dan pemanfaatannya yang terbatas hanya ada pagi
hingga sore hari dan cahaya maksimum pada siang hari sedangkan di malam
hari hal ini menjadi tidak mungkin kecuali di luar angkasa. Semakin berkurang
efisiensinya dicuaca yang berawan, maka sinar matahari tidak bisa secara
optimal terserap oleh sel surya.
2. Jalur Matahari
Jalur pergerakan matahari tidak selalu berada tepat tegak lurus, dan selalu
berubah-ubah seiring dengan waktu. Setiap bagian dunia mempunyai waktu
dan arah pergerakan yang berbeda, serta bergantung pada musim dan jam
sehingga jalur ini harus diperhatikan dengan baik agar proses pengumpulan
sinar menjadi optimal.
3. Letak Sel Surya
Penempatan letak sel surya menjadi masalah tambahan untuk diperhatikan
dengan seksama. Sel surya hanya akan menjadi efektif apabila mendapat
sinar langsung dengan arah normal tegak lurus terhadap permukaan atau

16
dengan kata lain cahaya matahari jatuh tepat dengan sudut 90° terhadap
permukaannya jika dimungkinkan. Letak pengumpulan sinar matahari hanya
efektif hingga 20°, jika semakin jauh dari sudut tegaknya maka akan semakin
rendah juga tingkat penerimaannya. Jika perbedaan sudutnya lebih dari 35°
terhadap sudut tegak maka akan sebagian besar sinar matahari memantul dari
permukaan sel surya. Ruang yang baik untuk penempatannya pada umumnya
berupa landscape yang datar, serta tidak terhalang pohon atau gedung.
4. Perubahan Arus
Arus yang didapat dari sel surya adalah DC (Direct Current) atau arus searah,
sehingga jika dipergunakan sebagai sumber listrik bagi rumah ataupun industri
maka perlu diubah menjadi AC (Alternating Current) atau arus bolak-balik. Hal
ini tidak hanya menambah kerumitan perangkat, tetapi juga menyebabkan
adanya energi yang hilang kurang lebih 4 hingga 12%.
5. Limbah Produksi
Permasalahan yang sangat sering dikemukakan adalah penggunaan
Cadmium dalam Cadmium Telluride (CdTe), yang merupakan salah satu
senyawa berbahaya yang jika penanganannya tidak tepat justru akan
menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah. Solusi yang baik adalah
dengan adanya pengendalian tingkat emisi cadmium pada proses pembuatan
sel surya maka jumlahnya dapat ditekan hingga mendekati nol.

2.8.2. Komponen instalasi listrik panel surya


Komponen-komponen yang diperlukan untuk instalasi tenaga sel surya terdiri dari:
1. Panel surya
Panel surya mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon
(disebut juga solar cells) yang disinari matahari atau surya, membuat photon
yang menghasilkan arus listrik. Sebuah solar cell menghasilkan kurang lebih
tegangan 0.5 Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36
sel (untuk menghasilkan 17 volt tegangan maksimum). Umumnya menghitung
maksimum sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik sepanjang hari
adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi-sore disimpan dalam baterai, sehingga
listrik bisa digunakan pada malam hari, dimana tanpa sinar matahari.

17
Terdapat beberapa jenis panel surya, diantaranya polycrystalline dimana
polycrystalline merupakan panel surya yang paling banyak di minati oleh para
konsumen dimana panel surya polycrystalline memiliki beberapa keunggulan
diantaranya:
a. Panel surya polycrystalline merupakan jenis panel surya dengan harga
yang lebih murah bila dibandingkan dengan jenis monocrystalline. Hal
ini dikarenakan proses pembuatan panel surya polycrystalline lebih
sederhana sehingga harga jualnya juga lebih murah.
b. Biaya investasi pembuatan pembangkit listrik tenaga surya lebih rendah
bila dibandingkan penggunaan panel surya monocrystalline.
c. Mempunyai nilai estetika yang lebih baik dengan warna biru cerah.

Dari keunggulan yang ada diatas terdapat beberapa kekurangan yang di


miliki panel surya jeni polycrystalline, diantaranya:
a. Panel surya polycrystalline memiliki nilai efisiensi 13% hingga 16%
dalam merubah sinar matahari menjadi listrik. Ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan jenis monocrystalline.
b. Panel surya polycrystalline memerlukan ruang yang lebih besar dalam
instalasi atau penempatannya bila dibandingkan dengan jenis
monocrystalline.
c. Kinerja dapat menurun pada saat terjadi cuaca panas yang ekstrim
dengan penurunan lebih banyak bila dibandingkan dengan jenis
monocrystalline.

Gambar 2. 6 Modul Panel Surya. [4]

18
2. Solar Charge Controller
Solar charge controller berfungsi mengatur lalu lintas dari solar cell ke baterai
dan beban. Alat elektronik ini juga mempunyai banyak fungsi yang pada
dasarnya ditujukan untuk melindungi baterai. Ukuran atau rating untuk alat
pengontrol aliran masuk dan keluar dari aki ditentukan dalam satuan ampere.

(2.11)
Dimana:
Icc = arus rating solar charge controller (ampere)
Pmaks = banyak panel surya x Pnom (watt)

Gambar 2. 7 Solar Charge Controller. [4]

3. Baterai
Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya
sebelum dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa
lampu penerangan atau peralatan elektronik lainnya yang membutuhkan
listrik.

19
Berdasarkan periode penyimpanan untuk menentukan total kapasitas
baterai yang diinginkan yaitu sebagai berikut [4]:

(2.12)

Dimana:

ib = kapasitas baterai (Ah/Ampere.hour)


Vb = tegangan baterai (volt)
DOD = deep of discharge (%)
Emaks = banyak panel surya x Emodul

Gambar 2. 8 Baterai. [4]

20
2.9. Sistem pengendali

Pada Perencanaan Penerangan Jalan Umum (PJU) ada 2 peralatan yang sering
digunakan untuk sistem pengendali yaitu dengan menggunakan sensor cahaya
(LDR). Sistem yang biasa akan direncanakan untuk sistem otomatis dapat dibagi
menjadi 3, diantaranya:

1. Perlampu, pemasangan sistem otomatis untuk masing-masing lampu dengan


pemasangan satu sensor cahaya (LDR) pada masing-masing lampu.
2. Pergrup, penggunaan sistem otomatis untuk masing-masing panel yang
melayani beban lampu. Sehingga pemasangan LDR pada tiap panel, sehingga
sistem otomatisnya dapat diasumsikan yaitu dengan satu buah LDR yang
akan melayani semua beban lampu.
3. Gabungan, merupakan penggunaan sistem otomatis yang terdiri dari LDR
yang dipasangan secara kombinasi atau gabungan pemasangan perlampu
atau per-grup, sehingga memiliki keseimbangan yang baik dan lebih efisien.
2.9.1. Light Dependent Resistor (LDR)
LDR adalah suatu bentuk komponen yang mempunyai perubahan resistansi yang
besarnya tergantung pada cahaya. Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu laju
Recovery dan Respon Spektral:

1. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya
tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai
resistansiya pada keadaan ruangan gelap tersebut. LDR tersebut hanya akan
bisa mencapai harga di kegelapan hanya setelah mengalami selang waktu
tertentu, Laju Recovery merupakan suatu ukuran praktis dan suatu kenaikan
nilai resistansinya dalam waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk
LDR tipe arus harganya lebih besar dari 200k/detik selama 20 menit pertama
mulai dari level cahaya 100 lux. Kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada
arus sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang
memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai
dengan level cahaya 400 lux.

21
2. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang gelombang
cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan
sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, aluminium, perak, baja, dan
emas. Kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling
banyak, digunakan karena mempunyai daya hantar listrik yang baik.

Gambar 2. 9 Light Dependent Resistor (LDR). [5]

2.10. Lampu

Lampu adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya
(lampu/luminer), elemen-elemen optik (pemantul/ reflector, pembias/refractor,
penyebar/diffuser), elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber tenaga/power supply
dll). Sehingga lampu memerlukan daya (sumber listrik) untuk membuatnya bekerja
(hidup) dan menghabiskan energi selama lampu bekerja (dihidupkan). Untuk
menentukan jumlah titik lampu yang di perlukan dapat digunakan persamaan sebagai
berikut [4]:

𝐿
T= +1
𝑆

(2.13)

Dimana:
T = jumlah titik lampu (buah)
L = panjang jalan (m)
S = jarak antar tiang (m)

22
Pada penerangan jalan terdapat beberapa jenis lampu yang digunakan diantaranya:
1. Lampu Tabung Fluorescent Tekanan Rendah
Jenis lampu bisa digunakan untuk jalan umum dengan jarak yang sedang dan
dekat (jalan kolektor dan jalan lokal), efisiensi cukup tinggi tapi berumur
pendek.
2. Lampu Gas Tekanan Tinggi (MBF atau IU)
Mirip dengan jenis lampu yang pertama, PJU gas merkuri digunakan untuk
penerangan jalan yang sifat jaraknya dekat hingga sedang (jalan kolektor,
jalan lokal, dan persimpangan), efisiensi rendah, umur panjang dan ukuran
lampu kecil.
3. Lampu Gas Sodium Bertekanan Rendah (SOX)
Karakteristik penggunaanya serupa dengan dua PJU sebelumnya. Namun,
lampu berjenis ini dapat dipakai untuk menerangi penyebrangan, terowongan,
dan tempat peristirahatan. Efisiensi sangat tinggi, umur cukup panjang, ukuran
lampu besar sehingga sulit untuk mengontrol cahayanya dan cahaya lampu
sangat buruk karena berwarna kuning.
4. Lampu Gas Sodium Tekanan Tinggi (SON)
Jenis PJU gas sodium tekanan tinggi, di pakai untuk menerangi jalan raya
berukuran besar, seperti jalan tol dan jalan arteri. Umur lampunya sangat
panjang dan berukuran kecil, sehingga mudah dikontrol sistem
pencahayaannya. Pengaruh warna terhadap objek buruk.
5. Lampu LED
Efisiensi lampu ini sangat tinggi, umur yang panjang dan pengaruh warna yang
dihasilkan terhadap objek baik, maka dari itu lampu jenis ini sangat dianjurkan
untuk dipakai. Lampu jenis ini biasa digunakan di jalan tol, arteri, kolektor dan
persimpangan. Ada beberapa keunggulan dari lampu LED dibandingkan
dengan jenis lampu lainnya, diantaranya:
a) Lampu LED tidak memerlukan pemanasan untuk mendapatkan terang
yang maksimal.
b) Efisiensi listrik yang paling tinggi diantara jenis jenis lampu lainnya.
c) Dapat di stel untuk berubah warna.

23
d) Dikarenakan bentuknya hanya merupakan dioda kecil, maka volume
lampu jauh lebih kecil dan dapat diletakkan dimanapun.
e) Fleksibilitas lampu.
f) Tahan lama.
g) Tidak mengandung bahan berbahaya.

2.11. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya adalah fluks cahaya per satuan sudut ruang dalarn arah
pancaran cahaya yang dapat ditulis dengan persamaan [5]:

I=
𝜔
(2.14)
Dimana:
I = intensitas cahaya (cd)
Ø = fluks cahaya (lm)
ω = sudut ruangan
dimana besar fluks cahaya dapat dicari dengan persamaan:
∅ = K.P
(2.15)
Dimana:
K = efikasi rata-rata cahaya lampu (lm/watt)
P = daya listrik (watt)
Efikasi cahaya adalah perbandingan antar fluks cahaya yang dihasilkan lampu
dengan daya listrik yang dipakainya, secara matematis dapat ditulis sebagai berikut
[5]:

∅₀
K=
𝑃
(2.16)
Dimana:
K = efikasi cahaya (lm/watt)
p = daya lampu (watt)
Ø₀= fluks cahaya (lm)

24
2.12. Intensitas Penerangan

lluminasi atau intensitas penerangan adalah kerapatan fiuks cahaya yang


mengenai suatu permukaaan, secara matematis dapat ditulis [5]:

𝐸𝑝₁ℎ²
𝐼=
𝐶𝑜𝑠Ø
(2.17)
Dimana:
I = intensitaas cahaya (cd)
Ep = intensitas penerangan (lux)
h = tinggi tiang (m)

Intensitas penerangan pada suatu titik umumnya tidak sama untuk setiap titik
pada bidang tersebut. Intensitas penerangan suatu bidang karena suatu sumber
cahaya dengan intensitas (I), berkurang dengan kuadrat dari jarak antara sumber
cahaya dan bidang itu (invers square law).

2.13. Kabel

Pada pembangunan lampu penerangan jalan kabel berperan penting dalam hal
instalasi, dimana fungsi kabel sebagai media transmisi yang berperan dalam
penyampaian pesan. Sehingga dalam pembangunan lampu penarangan jalan umum
diperlukan kabel yang baik dan sesuai dengan standar yang ditentukan. Pada
pemasangan lampu jalan terdapat dua macam cara yang biasa digunakan yaitu:

1. Pemasangan dengan cara underground (kabel bawah tanah)


Pada pemasangan dengan cara underground harus mengikuti ketentuan
pemasangan kabel tanah sesuai PUIL 2000 ada beberapa penghantar
yang bisa digunakan, diantaranya:
a. NYY bisa ditanam dengan cara diberi pelindung (pipa, pasir + bata
dll). tetapi sangat dihindari apabila dipasang didaerah yang rawan
tekanan makanis (contoh penyeberangan jalan atau perempatan
jalan)

25
b. NYGBY bisa ditanam langsung ditanah karna kabel jenis ini sudah
dilengkapi prisai baja yang bisa melindungi terhadap gangguan
mekanis.

Pada proses penyambungan pada cara underground bisa dengan cara


disolder, diterminal, dipres atau cara lain yang sederajat dan dimasukan
dalam kotak sambung (mof).

2. Pemasangan dengan kabel udara.


Pada pemasangan dengan kabel udara harus mengikuti ketentuan dari
PUIL 2000 dan untuk penggunaan penghantar ada beberapa penghantar
yang bisa digunakan, diantaranya:
i. TC (Twistet cabel) sebutan kabel udara yang sudah familier
dilapangan. (Di PUIL macam-macam kabel udara NFY, NFAY,
NF2X, NFA2X, dll).

26

Anda mungkin juga menyukai