Anda di halaman 1dari 19

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Jalan Tol (Jalan Bebas Hambatan)

Jalan tol di Indonesia sering dinamakan dengan jalan bebas hambatan adalah

suatu jalan yang dikhususkan untuk kendaraan bersumbu dua atau lebih dan

bertujuan untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari satu tempat ke

tempat lain.

Penggunaan fasilitas ini, para pengguna jalan tol harus membayar sesuai tarif

yang berlaku. Penetapan tarif didasarkan pada golongan kendaraan. Bangunan

atau tempat fasilitas tol dikumpulkan disebut sebagai gerbang tol. Bangunan ini

biasanya ditemukan di dekat pintu keluar, di awal atau akhir jembatan (misal:

Jembatan Suramadu), dan ketika Anda memasuki suatu jalan layang (fly-over).

Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sinonim untuk jalan bebas hambatan,

meskipun hal ini sebenarnya salah. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua jalan

bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan tanpa berbayar

dinamakan freeway atau expressway sedangkan jalan bebas hambatan berbayar

dinamakan dengan toll way atau tollroad.

Pada abad ke-21, jalan tol diperkenalkan pertama kali di Indonesia yang

dimulai pada tahun 1987 dengan dioperasikannya Jalan Tol Jagorawi dengan

panjang 59 km (termasuk jalan akses), yang menghubungkan Jakarta, Bogor, dan

Ciawi. Pembangunan jalan tol yang dimulai tahun 1975 ini, dilakukan oleh

pemerintah dengan dana dari anggaran pemerintah dan pinjaman luar negeri yang

diserahkan kepada PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. sebagai penyertaan modal.

5
6

PT. Jasa Marga ditugasi oleh pemerintah untuk membangun jalan tol dengan

tanah yang dibiayai oleh pemerintah. Mulai tahun 1987 perusahaan swasta mulai

ikut berpartisipasi dalam investasi jalan tol sebagai operator jalan tol dengan

menanda tangani perjanjian kuasa pengusahaan (PKP) dengan PT Jasa Marga.

Hingga tahun 2007, 553 km jalan tol telah dibangun dan dioperasikan di

Indonesia. Dari total panjang tersebut 418 km jalan tol dioperasikan oleh PT Jasa

Marga dan 135 km sisanya dioperasikan oleh perusahaan swasta lain. Proses

pembangunan jalan tol kembali memasuki fase percepatan mulai tahun 2005.

Pada 29 Juni 2005 dibentuk Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) sebagai regulator

jalan tol di Indonesia.

Upaya untuk mengurangi lalu lintas di dalam kota, maka London menerapkan

tarif kemacetan London pada tahun 2003, yang secara efektif membuat semua

jalan di dalam kota dikenai tarif. Di Amerika Serikat, saat negara bagian mencari

cara untuk membangun jalan baru tanpa pendanaan federal lagi, untuk

meningkatkan pendapatan untuk pemeliharaan jalan lebih lanjut, dan untuk

mengendalikan kemacetan, konstruksi jalan tol baru mengalami peningkatan yang

signifikan selama dua dekade pertama abad ke-21.

2.2 Lampu Penerangan Jalan Umum

Lampu penerangan jalan adalah lampu yang digunakan untuk penerangan

jalan di malam hari sehingga mempermudah pejalan kaki, pesepeda dan

pengendara kendaraan dapat melihat dengan lebih jelas jalan atau medan yang

akan dilalui pada malam hari, sehingga dapat meningkatkan keselamatan lalu
7

lintas, kenyamanan pengguna jalan dan memberikan keamanan dari aksi

kriminalitas.

Lampu penerangan jalan yang baik adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari

sumber cahaya (lampu), elemen-elemen optik (pemantul), penyebar, elemen-

elemen elektrik, struktur penopang yang terdiri dari lengan penopang vertikal dan

pondasi tiang lampu. Dimana penerangan jalan umum biasa dipasang pada bagian

kanan dan kiri jalan atau di tengah (median jalan) yang digunakan untuk

menerangi jalan maupun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan (Goetama,

2017).

2.3 Fungsi Penerangan Jalan

Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi, antara lain :

1. Menghasilkan kekontrasan antar objek dan permukaan jalan.

2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan.

3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khusunya

pada malam hari.

4. Mendukung keamanan lingkungan.

5. Memberikan keindahan lingkungan jalan.

2.4 Dasar Perencanaan Penerangan Jalan

1) Perencanaan penerangan jalan terkait dengan hal-hal berikut ini :

a) Volume lalu lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang

bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dll.

b) Tipikal potongan melintang jalan, situasi jalan dan persimpangan

jalan.
8

c) Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal,

dll.

d) Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi

pantulan cahaya lampu penerangan.

e) Pemilihan jenis dan kualitas lampu, data fotometrik lampu dan

lokasi sumber listrik.

f) Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan dan lain-lain

agar perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis.

g) Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan

daerah sekitarnya.

h) Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

2) Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan

penerangan jalan, antara lain sebagai berikut :

a) Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.

b) Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan

tajam).

c) Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat

parkir, dll.

d) Jalan-jalan berpohon.

e) Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk

pemasanganlampu di bagian median.

f) Jembatan sempit atau panjang, jalan layang, dan jalan bawah tanah

(terowongan).
9

g) Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak

berinterferensi dengan jalannya.

3) Penentuan kualitas lampu penerangan jalan umum perlu

mempertimbangkan 6 aspek, yaitu :

a) Kuat rata-rata penerangan.

b) Distribusi cahaya, kerataan cahaya pada jalan merupakan hal yang

penting, untuk itu harus ditentukan faktor cahaya yang merupakan

perbandingan kuat penerangan pada bagian tengah lintasan dengan

tepi jalan.

c) Cahaya yang menyilaukan dapat menyebabkan keletihan mata,

perasaan tidak nyaman dan kemungkinan kecelakaan. Untuk

mengurangi silau tersebut, maka digunakan gelas pada armatur

yang berfungsi sebagai filter cahaya.

d) Arah pancaran cahaya dan pembentukan bayangan.

e) Warna dan perubahan warna. Warna cahaya lampu pelepasan gas

tekanan tinggi (khusus lampu merkuri) berpengaruh terhadap

warna tertentu.

f) Lingkungan, berkabut maupun berdebu mempunyai faktor absorsi

terhadap cahaya yang dipancarkan oleh lampu (Goetama, 2017).

2.5 Jenis Jalan dan Klasifikasinya

Berdasarkan UU No.38 Tahun 2004, jalan adalah prasarana transportasi darat

yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagian pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas.


10

Jalan dan besarnya pencahayaan yang digunakan sebagai penerangan lampu jalan

dapat diklasifikasikan dengan beberapa kelas :

a) Jalan arteri primer

Merupakan jalur jalan penampung kegiatan lokal dan regional, lalu lintas

sangat padat sehingga perlu penerangan jalan yang optimal.

b) Jalan arteri sekunder

Merupakan jalur jalan penampung kegiatan lokal dan regional sebagai

pendukung jalan arteri primer, dimana kondisi lalu lintas pada jalur ini

padat sehingga memerlukan lampu yang sama dengan arteri primer.

c) Kolektor primer

Merupakan jalur pengumpul dari jalan-jalan lingkungan sekitarnya yang

akan bermuara pada jalan arteri primer maupun arteri sekunder. Jenis

lampu yang akan digunakan lebih rendah daripada jalan arteri.

d) Jalan lingkungan

Merupakan jalur jalan lingkungan perumahan, pedesaan atau

perkampungan.

Kualitas pencahayaan normal berdasarkan jenis jalan dan klasifikasinya dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kualitas Pencayaan Berdasarkan Jenis Jalan dan Klasifikasinya


(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 8)
11

2.6 Posisi Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Posisi penempatan lampu yang digunakan adalah tipikal lampu penerangan

tipe 2 arah, seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Penataan Lampu Penerangan pada Jalan Dua Arah

(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 26)

Keterangan :

a) Di kiri atau di kanan jalan

b) Di kiri dan di kanan jalan (berselang seling)


12

c) Di kiri dan di kanan jalan (berhadapan)

d) Di tengah median jalan

e) Kombinasi

f) Katenasi

Batasan penempatan lampu penerangan jalan tergantung dari tipe lampu,

tinggi tiang, lebar jalan. Jarak antar tiang lampu penerangan secara umum dapat

mengikuti batasan seperti pada Tabel 2.2 :

Tabel 2.2 Jarak Antar Tiang Lampu Penerangan Berdasarkan Tipikal


Distribusi Pencahayaan dan Klasifikasi Lampu
(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 13)

2.7 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan

Di daerah-daerah atau kondisi kondisi dimana median sangat lebar (> 10

meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur setiap arah)
13

perlu dipertimbangkan dengan pemilihan penempatan lampu penerangan jalan

kombinasi dari cara-cara tersebut di atas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan

penempatan lampu penerangan jalan direncanakan sendiri-sendiri untuk setiap

arah lalu lintas. Penataan letak lampu penerangan jalan di atur seperti Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan


(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 14)

2.8 Tiang Penerangan Jalan

Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang lampu.

Beberapa jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan adalah tiang besi dan

tiang octanginal. Berdasarkan bentuk lengannya, tiang lampu jalan dapat dibagi

menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

a) Tiang lampu dengan lengan tunggal


14

Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau

kanan jalan. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan

tunggal yang dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Tiang Lampu Lengan Tunggal


(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 20)

b) Tiang lampu dengan lengan ganda

Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah atau median

jalan dengan syarat jika kondisi jalan yang akan diterangi masih

mampu dilayani oleh satu tiang, yang dituangkan pada Gambar 2.3.
15

Gambar 2.3 Tiang Lampu Lengan Ganda


(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 21)

c) Tiang lampu tegak tanpa lengan

Tiang lampu ini terutama diperlukan untuk menopang lampu

menara, yang pada umumnya ditempatkan di persimpangan-

persimpangan jalan ataupun tempat-tempat yang luas seperti

interchange, tempat parkir, dan lain-lain dapat dilihat pada Gambar

2.4.

Gambar 2.4 Tiang Lampu Tegak Tanpa Lengan

(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 22)


16

2.9 Jenis Lampu Penerangan Jalan

Instalasi penerangan jalan umum merupakan suatu instalasi penerangan yang

ditempatkan di luar ruangan atau di alam terbuka. Dimana kondisi cuaca berubah-

ubah, sehingga peralatan yang digunakan harus tahan terhadap cuaca agar tidak

mudah rusak. Oleh karena itu, bahan-bahan yang digunakan sebagai lampu jalan

adalah jenis merkuri, lampu natrium, lampu hologen, lampu tabung dan juga

lampu LED.

Jenis lampu penerangan jalan ditinjau dari karakteristik dan penggunaannya

secara umum dapat dilihat pada Tabel 2.4:

Tabel 2.4 Jenis Penerangan Lampu Jalan

(Sumber : Buku II EE PJU hlm 24)

Jenis Efisiensi Umur Daya Pengaruh Keterangan


Lampu Rata- Rencana Rata- (Watt) Terhadap
Rata Rata Warna
(lumen/ Objek
Watt)
LED 70 – 150 50.000 – 100 - 200 Baik  Untuk jalan tol,
100.000 arteri, kolektor,
persimpangan
besar/luas dan
interchange.

 Efisiensi tinggi, umur


sangat panjang.
 Jenis lampu ini
sangat baik dan
sangat dianjurkan
untuk digunakan.
17

(Lanjutan Tabel 2.4)

(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 5)

Jenis Efisiensi Umur Daya Pengaruh Keterangan


Lampu Rata-Rata Rencana (Watt) Terhadap
(lumen/Watt) Rata-Rata Warna
Objek
Lampu 60 – 70 8.000 – 18 – 20; Sedang  Untuk jalan

tabung 10.000 36 – 40 kolektor dan lokal.

 Efisiensi cukup
fluorescent
tinggi tetapi
tekanan
berumur pendek.
rendah  Jenis lampu ini
masih dapat
digunakan untuk
hal-hal yang
terbatas.
Lampu gas 50 -55 16.000 – 125; Sedang  Untuk jalan

merkuri 24.000 250 kolektor, lokal dan


persimpangan.
tekanan 400;
 Efisiensi rendah,
tinggi 700
umur panjang dan
ukuran lampu
kecil.

 Jenis lampu ini


masih digunakan
secara terbatas.
(Lanjutan Tabel 2.4)

(Sumber : BSN SNI 7391:2008 hlm 5)

Jenis Efisiensi Umur Daya Pengaruh Keterangan


Lampu Rata-Rata Rencana (Watt) Terhadap
(lumen/Watt) Rata-Rata Warna
Objek
Lampu gas 100 - 200 8.000 – 90; 180 Sangat  Untuk jalan

sodium 10.000 buruk kolektor, lokal,


persimpangan,
18

bertekanan terowongona, rest


area.
rendah
 Efisiensi sangat
(SOX)
tinggi, umur cukup
panjang, ukuran
lampu besar
sehingga sulit
untuk mengontrol
cahayanya dan
cahaya lampu
sangat buruk
karena berwarna
kuning.
Lampu gas 110 12.000 – 150; 250; Buruk  Untuk jalan tol,

sodium 20.000 400 arteri, kolektor,


persimpangan
tekanan
besar/luas, efisiensi
tinggi tinggi, umur sangat

(SON) panjang, ukuran


lampu kecil
sehingga mudah
pengontrolan
cahayanya.

 Jenis lampu ini


sangat baik dan
sangat dianjurkan
untuk digunakan.

2.10 Perencanaan Penerangan Jalan Umum

Perencanaan teknis merupakan sebuah analisa yang sifatnya observatif, serta

perhitungan rumus yang ada dengan menyesuaikan kriteria dan Standarisasi

Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. Analisa hal teknis terhadap lampu
19

penerangan jalan umum dilakukan untuk mendapatkan sistem pengaman yang

baik, aman, handal, tahan lama.

Lampu adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, untuk

membuatnya bekerja (hidup) dan akan menghabiskan energi selama lampu

tersebut bekerja (hidup). Persamaan yang digunakan untuk mencari besaran energi

yang dipakai lampu ditentukan pada Persamaan 2.1 :

Eload = Pload x t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(2.1)

Dimana :

Eload = Energi yang dibutuhkan atau beban (Wh / Watt hour)

Pload = Daya beban atau lampu (Watt)

t = Lama pemakaian beban atau lampu dalam satu hari (hour)

Dalam penerangan dikenal beberapa istilah, lambang dan metode perhitungan

tentang teknik penerangan. Besaran dan satuan yang dipakai dalam perhitungan

adalah sebagai berikut :

1. Sudut stang ornamen

Menentukan sudut stang ornamen ini berfungsi agar titik penerangan

mengarah ke tengah jalan yang dapat di tulis dengan Persamaan 2.2 :

t = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)

Setelah mendapatkan nilai t, didapatkan Persamaan 2.3 :

cos = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)
20

Dimana : h = tinggi tiang

C = jarak horizontal lampu ke tengah jalan

t = jarak lampu ke tengah-tengah jalan

2. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya adalah fluks cahaya per satuan sudut ruang dalam arah

pancaran cahaya yang dapat ditulis dalam Persamaan 2.4 :

I = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)

Keterangan :

I = Intensitas cahaya dalam candela (cd)

= Fluks cahaya dalam lumen (lm)

= Sudut ruang (steradian)

Dimana besarnya fluks cahaya ( ) dalam lumen dapat dicari

menggunakan Persamaan 2.5 sebagai berikut :

= K x P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.5)

Keterangan :

K = Efikasi cahaya rata-rata lampu dalam lumen/Watt (lm/w)

P = Daya listrik dalam Watt (W)

Maka didapatkan Persamaan 2.6 :

I= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.6)
21

3. Menghitung iluminasi pada titik ujung jalan

Sebelum menghitung iluminasi pada titik ujung jalan, harus mencari jarak

lampu ke ujung jalan dengan menggunakan Persamaan 2.7 :

r= . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.7)

Dimana : h = tinggi tiang

l = jarak titik lampu ke ujung jalan

sehingga nilai iluminasi pada titik ujung jalan dapat diperoleh dengan

menggunakan Persamaan 2.8 :

E= cos . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.8)

4. Menentukan jumlah titik lampu

Dalam menentukan jumlah titik lampu pada perencanaan penerangan jalan

umum dapat menggunakan Persamaan 2.9 :

T = + 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.9)

Keterangan :

T = Jumlah titik lampu

L = Panjang jalan

S = Jarak antar tiang

5. Perhitungan daya listrik yang dibutuhkan

Perhitungan daya listrik dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.10 :

P = daya lampu x jumlah lampu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.10)


22

2.11 Lampu LED

Light Emiting Diode (LED) atau dioda pancaran cahaya sangat umum

digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari indikator cahaya sampai

tampilan pada peralatan elektronik. Banyaknya pilihan warna serta output LED

yang rendah membuat LED banyak digunakan dalam peralatan elektronik. LED

mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Efek ini dikenal dengan

elektroluminescence. Warna LED tergantung komposis dan kondisi material

semikonduktor yang digunakan.

LED memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini dikarenakan hampir

keseluruhan energinya dipancarkan dalam spektrum tampak. Sebagai

perbandingan, lampu pijar mengubah hanya 5% cahaya tampak dari daya yang

digunakan, sedangkan LED mengubah sekitar 15-20%. Lampu pijar meradiasikan

hampir keseluruhan energinya dalam bentuk cahaya yang tidak tampak.

Dari sisi lifetime, umur LED tidak ditentukan dari waktu sampai mati/habis

karena itu akan butuh waktu yang sangat lama. Sebagai ganti, umur LED

ditentukan dari tingkat ke-terang-annya sampai 50-70%. Sebuah LED dapat

bertahan selama 30.000 – 100.000 jam atau 50 kali lebih panjang dibanding

sumber cahaya lampu pijar biasa (200 jam) atau sampai 10 kali lebih panjang

dibanding lampu neon (10.000 jam). Jika lampu LED sering dimatikan, tentunya

lifetime meningkat.
23

Gambar 2.5 Lampu LED


(Sumber : http://www.indiamart.com)

Anda mungkin juga menyukai