Anda di halaman 1dari 48

1

NASKAH AKADEMIK

PERATURAN DAERAH LAMPUNG

TENTANG

PENERAPAN LAMPU JALAN

KELOMPOK VI

Nama Anggota Kelompok :

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

KATA PENGANTAR

Penerangan jalan umum adalah lampu penerangan yang bersifat public (untuk
kepentingan bersama) dan biasanya sengaja diasang diruas jalan maupun di
tempat-tempat tertentu seperti taman, dan tempat umum lainnya. Penerangan Jalan
2

Umum (PJU) dalam bahasa Inggrisnya Street Lighting atau Road Lighting adalah
suatu sumber cahaya yang dipasang pada samping jalan, yang dinyalakan pada
setiap malam. Penyalaannya dapat dilakukan secara otomatis dengan photocell
yang aktif apabila matahari sudah berkurang cahayanya, sore, atau cuaca gelap.
Dalam perkembangannya, penyalaan PJU dapat dilakukan dengan Timer
(Timeswitch).

Pemasangan instalasi Penenrangan Jalan Umum (PJU) tidak terlepas dari


permasalahan yang sering muncul di lapangan antara lain cahaya yang tidak
merata, pemakaian material yang tidak sesuai, pemasangan tiang lampu yang
tidak rapih, dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas,
dalam pelaksanaan pembangunan Penerangan Jalan Umum diperlukan
perencanaan yang baik.

Di kota Bandar Lampung dengan penduduk yang padat yang memungkinkan


aktivitas tidak hanya dilakukan pada siang hari maka perlu diadakannya peraturan
mengenai penerapan lampu jalan.

Bandar Lampung, Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................
3

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................
D. Metode Penulisan..................................................................................................

BAB II. TELAAH AKADEMIK

A. Kajian Teoritis......................................................................................................
B. Kajian Empiris.....................................................................................................
C. Kajian asas-asas terkait penerapan lampu jalan...................................................
D. Kajian implikatif...................................................................................................

BAB III. EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TERKAIT …………………………………………………………………………………..

BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis...................................................................................................
B. Landasan Sosiologis................................................................................................
C. Landasan Yuridis.......................................................................................................

BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI


MUATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB VI. PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
4

A. LATAR BELAKANG

Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota ini memiliki
luas wilayah daratan 169,21 km² dan terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126
Kelurahan dengan populasi penduduk 1.167.101 jiwa.1 Menurut jumlah penduduk
Bandar Lampung merupakan kota terbesar ketiga di Pulau Sumatera setelah
Medan dan Palembang. Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama
pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta.

Dengan penduduk yang padat, aktifitas tidak hanya dilakukan pada siang hari saja
malam hari pun tetap beraktivitas. Penerangan Jalan Umum (PJU) sangat
penting, pada jaman sekarang, dimana segala aktifitas dan kegiatan tidak hanya
pada siang hari yang rutinitas dilakukan oleh siapapun, tapi malam hari
merupakan sesuatu yang tidak jadi persoalan yang penting kegiatan dan pekeijaan
apapun bisa dilaksanakan pada malam hari. Apalagi kegiatan itu memperlihatkan
mobilitas dengan segala kemampuan untuk mampu dilaksanakan pada malam itu.

Sistem pemerintahan daerah di Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945


dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi kemudian dibagi lagi dalam
wilayah yang lebih kecil, yaitu kabupaten/kota. Masing-masing dari pembagian
wilayah tersebut mempunyai pemerintahan daerahnya sendiri.2Pemerintah
masing-masing daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonom dan tugas pembantuan.3

Pembagian wilayah dan pengaturan tentang sistem pemerintahan dalam setiap


wilayah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan intensitas palayanan publik
guna mempercepat proses pembangunan dan pelayanan sebagai upaya untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

1
Data Kependudukan Provinsi Lampung Tahun 2014
2
Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945
3
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
5

Penerangan jalan umum adalah lampu penerangan yang bersifat public (untuk
kepentingan bersama) dan biasanya sengaja diasang diruas jalan maupun di
tempat-tempat tertentu seperti taman, dan tempat umum lainnya. Penerangan Jalan
Umum (PJU) dalam bahasa Inggrisnya Street Lighting atau Road Lighting adalah
suatu sumber cahaya yang dipasang pada samping jalan, yang dinyalakan pada
setiap malam. Penyalaannya dapat dilakukan secara otomatis dengan photocell
yang aktif apabila matahari sudah berkurang cahayanya, sore, atau cuaca gelap.
Dalam perkembangannya, penyalaan PJU dapat dilakukan dengan Timer
(Timeswitch).

Pemasangan instalasi Penenrangan Jalan Umum (PJU) tidak terlepas dari


permasalahan yang sering muncul di lapangan antara lain cahaya yang tidak
merata, pemakaian material yang tidak sesuai, pemasangan tiang lampu yang
tidak rapih, dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas,
dalam pelaksanaan pembangunan Penerangan Jalan Umum diperlukan
perencanaan yang baik, sehingga pemasangan lampu penerangan jalan umum
tersebut mempunyai efisiensi yang tinggi, mempunyai kuat penerangan yang
cukup dan biaya operasional yang murah. Salah satu cara untuk memperoleh
tujuan perencanaan tersebut adalah perhitungan yang tepat tentang lokasi proyek
sesuai dengan kebutuhan penerangan dan pemilihan material yang tepat untuk
proses instalasi PJU.

Kebutuhan akan penerangan jalan yang lebih baik sangat penting pada saat ini.
Berdasarkan data dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bandar
Lampung, jumlah kecelakaan di jalan raya akhir-akhir ini mengalami peningkatan.
Adapun dampak yang ditimbulkan antara lain kerusakan materi, luka-luka,
bahkan kematian. Untuk itu, diperlukan adanya suatu ukuran pencegahan efektif
yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi.4

Salah satu usaha pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan cara


perencanaan dan perbaikan sistem penerangan jalan, hal ini dikarenakan
kecelakaan timbul apabila pengelihatan kabur, suram, dan gelap. Namun
demikian dalam memenuhi kebutuhan penerangan jalan dibutuhkan biaya yang
4
Data Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bandar Lampung.
6

relatif besar, mencakup biaya konstruksi pemasangan dan biaya pemeliharaan.


Oleh karena itu, sistem penerangan jalan tidak dapat diterapkan begitu saja pada
semua jalan. Dalam perencanaan sistem penerangan jalan harus disesuaikan
dengan ruas jalan dan klasifikasi jalan.

Lampu jalan atau dikenal juga sebagai Penerangan Jalan Umum (PJU) adalah
lampu yang digunakan untuk penerangan jalan dimalam hari sehingga
mempermudah pejalan kaki, pesepeda dan pengendara kendaraan dapat melihat
dengan lebih jelas jalan/medan yang akan dilalui pada malam hari, sehingga dapat
meningkatkan keselamatan lalu lintas dan keamanan dari para pengguna jalan dari
kegiatan/aksi kriminal. Clarke5mengatakan bahwa better lighting will deter
offenders who benefit from the cover of darkness atau dalam bahasa Indonesia:
penerangan (jalan) yang lebih baik akan menghalangi penyerang yang mengambil
manfaat dari kegelapan malam.
Penerangan jalan secara teratur biasanya hanya terdapat pada pusat kota yang
berpenduduk cukup banyak. Penerangan jalan di luar kota yang juga banyak
penduduknya sangat jarang ditemui, salah satu penyebabnya adalah karena biaya
pembangunan dan perawatan penerangan jalan tersebut sangat besar. Negara yang
berpenduduk padat dan perekonomiannya maju penerangan jalannya juga terbatas
di dalam kota saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa penerangan juga adalah hal
yang sangat penting dalam perlengkapan dan keindahan jalan terutama pada
malam hari.

Sejalan dengan perkembangan Kota Lampung dan pertumbuhan penduduknya,


kebutuhan akan sarana dan prasarana kota juga secara otomatis meningkat pula.
Pada malam hari, timbul kebutuhan akan fasilitas penerangan jalan dan sarana
umum lainnya untuk menunjang aktivitas / kegiatan dengan memperhatikan
faktor-faktor keamanan, kenyamanan dan keindahan. Disamping itu, tuntutan dari
masyarakat di seluruh pelosok Kota Bandar Lampung untuk dapat menikmati
sistem penerangan pada malam hari di daerahnya masing-masing yang belum
dapat terpenuhi seluruhnya dengan sistem penerangan yang ada selama ini.
5
Ronald V. Clark, Improving Street Lighting to Reduce Crime in Residential Area, Problem-
Oriented Guides for Polic, Washington, 2008
7

Kebutuhan akan penerangan jalan yang baik sangat diperlukan karena penggunaan
jalan tersebut banyak digunakan pada malam hari. Kekurangan akan penerangan
jalan tersebut mengakibatkan rawan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu,
perlengkapan jalan seharusnya diperhatikan untuk kepuasaan dan kenyamanan
pengguna jalan tersebut.

Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain6 :

1. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan jalan;

2. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan;

3. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya


pada malam hari;

4. Mendukung keamanan lingkungan;

5. Memberikan keindahan lingkungan jalan

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat di identifikasikan masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Pelaksanaan Penerapan Lampu Jalan Di Indonesia?


2. Mengapa Perlu Disusun RUU Tentang Penerapan Lampu Jalan?
6
Dasar Teori Penerangan Jalan Umum dan Pengukuran Energi Listrik
8

3. Apa Yang Menjadi Pertimbangan Atau Landasan Filosofis, Sosiologis


Dan Yuridis Pembentukan RUU Tentang Penerapan Lampu Jalan?
4. Apa Sasaran Yang Akan Diwujudkan, Ruang Lingkup Pengaturan,
Jangkauan Dan Arah Pengaturan RUU Tentang Penerapan Lampu Jalan?

C. TUJUAN PENULISAN

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang di kemukakan


diatas, Tujuan dari penulisan Naskah Akademik ini adalah :

1. Untuk memberikan latar belakang, arahan dan dukungan dalam


perumusan Pengaturan Penerapan Lampu Jalan supaya pemasangan
Penerapan Lampu Jalan dapat sesuai dan bermanfaat.
2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan
pembentukan RUU dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Merumuskan Pertimbangan Atau Landasan Filosofis, Sosiologis Dan
Yuridis Pembentukan RUU Tentang Penerapan Lampu Jalan.
4. Untuk mengetahui Sasaran Yang Akan Diwujudkan, Ruang Lingkup
Pengaturan, Jangkauan Dan Arah Pengaturan RUU Tentang Penerapan
Lampu Jalan.

D. METODE

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan


penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang
berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Penelitian hukum dapat
dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Metode
yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode yuridis normatif
dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang
berupa Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak,
atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian, dan
9

referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara,


diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat. Metode yuridis
empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan penelitian normatif
atau penelaahan terhadap Peraturan Perundangundangan (normatif) yang
dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner
untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh
terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti.
Metode penulisan naskah akademik ini adalah menginventarisir peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan Rancangan Perda pengelolaan serta
Metode yang digunakan dalam penyusunan naskah akademik ini adalah metode
penelitian yuridis  normatif melalui studi pustaka yang menelaah data sekunder
yang dilaksanakan melalui dan mendasarkan pada aspek peraturan perundang-
undangan maupun hasil-hasil  penelitian hasil pengkajian dan referensi lain
sebagai dasar  terbentuknya naskah akademik ini.

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. KAJIAN TEORITIS

1. Pengertian Lampu Jalan

Lampu jalan adalah lampu yang digunakan untuk penerangan jalan dimalam hari
10

sehingga pejalan kaki, pesepeda dan pengendara dapat melihat dengan lebih jelas
jalan yang akan dilalui pada malam hari, sehingga dapat meningkatkan
keselamatan lalu lintas dan keamanan dari para pengguna jalan.
Instalasi penerangan jalan umum adalah instalasi yang dirancang untuk
menyediakan power suplay untuk penerangan / lampu jalan umum dan instalasi
PJU biasanya  direncanakan dan pasang dialam terbuka.

2. Pengertian Penerangan Jalan Umum

Penerangan jalan umum adalah bagian dari bangunan pelengkap jalan yang
dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian
median jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan maupun lingkungan di
sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan-jalan layang
jembatan dan jalan di bawah tanah yang dipasang untuk kepentingan umum.

Dampak positif penerangan jalan umum tercermin dari fungsinya sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara,


khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.

2. Memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang hari.

3. Untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.

4. Untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.

Dampak negatif muncul ketika fasilitas penerangan jalan umum tidak


difungsikan dan dipelihara dengan baik. Pengadaan penerangan jalan umum
yang tidak sesuai standardisasi akan memicu beberapa masalah seperti
pencurian listrik, rusaknya jaringan penerangan yang berpotensi menimbulkan
11

bahaya, hingga listrik padam karena kelebihan beban akibat pemasangan


penerangan jalan yang kurang benar.

PJU merupakan hal yang sangat penting bagi pengendara baik mobil maupun
motor yang melintasi jalan raya pada malam hari, dengan adanya lampu PJU
diharapkan dapat membuat pengguna jalan lebih berhati-hati dan merasa aman
dalam perjalanannya. Instalasi PJU ini harus menggunakan kaidah pemasangan
listrik yang benar dan hanya dapat dilakukan oleh petugas kelistrikan.7

Pemberian pencahayaan/penerangan adalah fungsi PJU sebagai fasilitas umum


pada lingkungan dan terutama di jalan-jalan umum. Revitalisasi PJU
bermanfaat untuk meningkatkan keamanan lingkungan dan jalan, peningkatan
untuk orientasi kota yang lebih baik, sosial budaya masyarakat dan aktivitas
ekonomi akan meningkat dan menambah keindahan pada jalan lingkungan.

B. KAJIAN ASAS

Penyelenggaraan Penerangan Jalan dilaksanakan berdasarkan atas asas :


a. manfaat;
b. pengayoman;
c. kemanusiaan;
d. kebangsaan;
e. kekeluargaan;
f. kenusantaraan;
7
http://www.info-pju.com/2015/09/ Arief Rahman, Instalasi Penerangan Jalan Umum, 11
Desember 2015
12

g. bhinneka tunggal ika;


h. keadilan;
i. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
j. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
k. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Pengelolaan Penerangan Jalan diatur agar dapat bermanfaat bagi masyarakat.


Kebutuhan akan penerangan jalan yang lebih baik sangat penting pada saat ini.
Berdasarkan data dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bandar
Lampung, jumlah kecelakaan di jalan raya akhir-akhir ini mengalami peningkatan.
Adapun dampak yang ditimbulkan antara lain kerusakan materi, luka-luka,
bahkan kematian. Untuk itu, diperlukan adanya suatu ukuran pencegahan efektif
yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi.

Salah satu usaha pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan cara


perencanaan dan perbaikan sistem penerangan jalan, hal ini dikarenakan
kecelakaan timbul apabila pengelihatan kabur, suram, dan gelap.Namun demikian
dalam memenuhi kebutuhan penerangan jalan dibutuhkan biaya yang relatif
besar, mencakup biaya konstruksi pemasangan dan biaya pemeliharaan. Oleh
karena itu, sistem penerangan jalan tidak dapat diterapkan begitu saja pada semua
jalan. Dalam perencanaan sistem penerangan jalan harus disesuaikan dengan ruas
jalan dan klasifikasi jalan.8

Sejalan dengan perkembangan Kota Lampung dan pertumbuhan penduduknya,


kebutuhan akan sarana dan prasarana kota juga secara otomatis meningkat pula.
Pada malam hari, timbul kebutuhan akan fasilitas penerangan jalan dan sarana
umum lainnya untuk menunjang aktivitas / kegiatan dengan memperhatikan
faktor-faktor keamanan, kenyamanan dan keindahan. Disamping itu, tuntutan dari
masyarakat di seluruh pelosok Kota Bandar Lampung untuk dapat menikmati
sistem penerangan pada malam hari di daerahnya masing-masing yang belum
dapat terpenuhi seluruhnya dengan sistem penerangan yang ada selama ini.

8
Tribun Lampung, PLN : 2000 Lampu Jalan Ilegal. Selasa, 11 Agustus 2015 hlm 10.
13

C. KAJIAN PRAKTIK EMPIRIS

Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Penerangan Jalan Umum dan


Pemakaman Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung

Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Penerangan Jalan Umum dan Pemakaman
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung adalah sebagai
berikut:

a) Bidang Penerangan Jalan Umum dan Pemakaman melaksanakan tugas


yang meliputi memelihara lampu penerangan jalan umum, lampu hias,
dekorasi kota, reklame dan tempat pemakaman. Untuk melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Penerangan Jalan Umum dan
Pemakaman mempunyai fungsi:

1. Membuat Perencanaan dan Evaluasi tentang lampu


penerangan jalan umum , lampu hias, dekorasi kota,
reklame, pemakaman umum, dan pajak penerangan jalan
(PPJ)

2. Melaksanakan pembangunan, pemeliharaan, dan


pengawasan penerangan jalan umum, lampu hias, dekorasi
kota, reklame, dan PPJ.

3. Melaksanakan koordinasi dengan instansi lain yang


berhubungan dengan bidang tugasnya.
14

4. Menyiapkan data sebagai bahan perencanaan Kepala Dinas


lebih lanjut;
b) Bidang Penerangan Jalan Umum dan Pemakaman dipimpin oleh Kepala
Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas

Bidang Penerangan Jalan Umum dan Pemakaman Dinas Kebersihan dan


Pertamanan Kota Bandar Lampung diberikan kewenangan oleh pemerintah
untuk membuat perumusan kebijaksanaan teknis salah satunya bidang
pelayanan publik yaitu penerangan jalan umum agar terjadinya penerangan
jalan umum yang illegal di Kota Bandar Lampung dapat teratasi dengan baik.

Pemerintah Kota Bandarlampung akan menertibkan lampu penerangan jalan


umum ilegal yang diduga berjumlah 2.000 sambungan, dan berada di sejumlah
perumahan.9
"Penertiban ini bertujuan untuk mengatur ulang arus kelistrikan di Kota
Bandarlampung, sekaligus mencegah kebakaran akibat korsleting karena alat
kelistrikan yang digunakan tidak standar," kata Kabid PJU dan Pemakaman
Dinas Kerbersihan dan Pertamanan (Disbertam) setempat, Basuni Ahyar, di
Bandarlampung, Rabu. Dia mengatakan, saat ini terdapat 16.000 titik lampu
jalan yang berada di Kota Tapis Berseri, dan hanya ada 8.000 unit yang
merupakan hasil pemasangan resmi dari Disbertam.Sisanya, lanjut dia,
merupakan hasil pemasangan swadaya oleh masyarakat Bandarlampung atau
masuk katagori ilegal. Atas dasar itu, PT PLN bersama Disbertam akan
menertibkan 2.000 lampu jalan tersebut.

"Tapi untuk area lingkungan dan jalan-jalan umum tidak akan terganggu.
Penertiban ini akan dilakukan di perumahan-perumahan saja," Dia
menegaskan, penerangan di area tersebut masih menjadi tanggung jawab
kontraktor perumahannya, sehingga jika ada dampak yang luas dari penertiban
ini pihaknya tetap memprioritaskan keamanan warga.

9
Kabid PJU dan Pemakaman Dinas Kerbersihan dan Pertamanan (Disbertam)
15

Ia menjelaskan, ketersediaan daya listrik di Bandarlampung belum mencukupi


untuk mendukung penerangan jalan sepenuhnya. Bandarlampung masih
membutuhkan 10.000 lampu jalan lagi. "Kami bukan tidak ingin memenuhi,
tapi penambahan lampu ini `kan harus memperhitungkan dana pengadaan,
pemeliharaan dan listrik. Selama ini Bandarlampung masih kekurangan daya,
banyak lampu jalan liar sangat berpengaruh sehingga menyebabkan mati lampu
karena korsleting listrik," kata dia.
Rata-rata Disbertam sudah mengeluarkan Rp3,8 miliar per bulan untuk
membayar Pajak Penerangan Jalan (PPJ) dari sekitar 16.000 titik lampu
tersebut.
"Tahun ini kami stop sementara pengadaannya. Tidak ada anggaran, apalagi
rencananya Jalan Soekarno-Hatta sekitar 400 lampu jalan akan dialihkan ke
Pemkot Bandarlampung," katanya pula. Dia mengungkapkan untuk warga yang
membutuhkan lampu penerangan jalan, dapat langsung mengajukan permintaan
tersebut kepada pihak kelurahan atau kecamatan dan tim Disbertam akan
melihat sejauh mana kebutuhannya. 

D. KAJIAN IMPLIKATIF

Kewenangan dalam Penerangan Jalan Umum

Pemerintah Daerah melalui penerimaan pajak daerah diantaranya Pajak


Penerangan Jalan seharusnya mampu menyediakan sarana penerangan jalan
yang memadai bagi masyarakat.10Dasar hukum Pajak Penerangan Jalan adalah
Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan
kemudian diimplementasikan melalui Peraturan Daerah (Perda) tentang Pajak
10
Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
16

Penerangan Jalan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II masing-


masing.

Mekanisme pemungutan Pajak Penerangan Jalan adalah melalui PLN dan


hasilnya langsung diserahkan kepada pemerintah daerah. Masyarakat
sebenarnya dapat menikmati fasilitas penerangan jalan sebagai bentuk timbal
balik tak langsung dari pembayaran pajak daerah. Meskipun secara tidak
langsung seperti manfaat retribusi, akan tetapi tidak seharusnya mengurangi
pendistribusian manfaat pajak melalui ketersediaan penerangan jalan umum.

Saat ini pengadaan penerangan jalan umum melalui swadaya masyarakat


banyak dilakukan di daerah-daerah. Permintaan / Perluasan PJU yang datang
dari lingkungan masyarakat harus ditujukan kepada Pemda / Dinas Kebersihan
dan Pertamanan setempat selaku pengelola PJU dikarenakan PLN tidak
memiliki kewenangan untuk melakukan penambahan perluasan PJU, dalam hal
merealisasikan penambahan / perluasan PJU tersebut, Pemda dan PLN
senantiasa koordinasi dalam menentukan kelayakan pasokan aliran listrik agar
setiap PJU yang dipasang dapat menyala dengan baik dan tidak mengganggu
tegangan dari pelanggan PLN disekitarnya.11 Dan untuk masyarakat yang ingin
memasang PJU dapat mengajukannya kepada Pemerintah Kota melalui camat,
dan lurah. Jika ingin memasang secara swadaya, warga harus bermusyawarah
untuk menentukan satu titik lokasi lampu jalan dengan cara daya listriknya bisa
diambil dari salah satu rumah warga, dan pembayaran yang dilakukan warga
secara kolektif.

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah mempunyai hak


dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan demi tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Demi terselenggaranya pemerintahan tersebut,
pemerintah daerah berhak mengadakan pungutan kepada masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Daerah diberi kewenangan untuk memungut 16 (enam belas)
11
http://www.pln.co.id/lampung/?p=3405 Penerangan Jalan Umum, diakses pada tanggal 3 Mei
2017.
17

jenis Pajak yaitu 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis Pajak
kabupaten atau kota. Pajak Penerangan Jalan (PPJ) termasuk jenis pajak yang
dikenakan oleh kabupaten atau kota. Pengertian Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
berdasarkan Undang Undang tersebut adalah Pajak atas penggunaan tenaga
listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
Sedangkan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng nomor 11 tahun
1998 tentang Pajak Penerangan Jalan, Pajak Penerangan Jalan adalah Pajak
yang dipungut atas penggunaan tenaga listrik. 12Objek Pajak Penerangan Jalan
adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang
diperoleh dari sumber lain dan Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang
pribadi atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Untuk tarif
pengenaan Pajaknya, berdasarkan Pasal 55 ayat 1 UU Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah disebutkan bahwa Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Daerah
Kabupaten Buleleng nomor 11 tahun 1998, tarif Pajak ditetapkan sebesar 5 %
(lima persen) dari Nilai Jual Tenaga Listrik. Namun berdasarkan pembahasan
sementara Perda Pajak Penerangan Jalan oleh Pansus DPRD Kabupaten
Buleleng, tarif Pajak Penerangan Jalan dikenakan sebesar 10% (sepuluh
persen) dari jumlah pemakaian daya (bali.antaranews.com,24/05/2011) Lalu
bagaimana mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pembayarannya?
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri no. 10 tahun 2002 tanggal 30
April 2002 tentang Pemungutan Pajak Penerangan Jalan, secara singkat dapat
digambarkan bahwa Pajak Penerangan Jalan dipungut oleh PLN dari seluruh
pelanggan di daerah yang bersangkutan setiap bulan bersamaan dengan
pembayaran rekening listrik PLN, kemudian oleh PLN, hasil Pajak Penerangan
Jalan disetor ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala
Daerah. Terakhir, Pemkab wajib melunasi pembayaran rekening listrik atas
lampu penerangan jalan yang menjadi beban Pemkab. Semua mekanisme
tersebut dilakukan sesuai dengan Momorandum of Understanding (MOU)
antara Pemkab dan PT PLN.13

12
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
13
http://www.kompasiana.com/gedesuarnaya/menyoal-pajak-penerangan-jalan-buleleng-
jangan-sampai-gelap-gulita_550d8653813311bf36b1e3d4 Di akses pada tanggal 3 Mei 2017
18

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


TERKAIT

Penerangan jalan umum (PJU) merupakan salah satu pelayanan Pemerintah


Daerah yang digunakan untuk kepentingan umum. Pengelolaan PJU
sepenuhnya wewenang Pemda melalui Dinas Kebersihan & Pertamanan Kota
19

Bandar Lampung. Penerapan lampu jalan di Bandar Lampung harus didasarkan


pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Dinas Kebersihan
& Pertamanan Kota dan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14
Tahun 2008 menjelaskan tugas pokok dan fungsi bidang PJU yaitu
melaksanakan pemeliharaan pengawasan PJU, dan melaksanakan koordinasi
dengan instansi lain yang berhubungan dengan bidang tugasnya. 14 Hal ini
merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang mencantumkan bahwa
pembentukan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi baik wewenang maupun
substansinya.

Dalam membentuk Peratuan Daerah tentang Penerapan Lampu Jalan perlu


melakukan kajian terhadap beberapa peraturan perundang-undangan yang
terkait, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Analisis peraturan
perundang-undangan juga dilakukan terhadap peraturan daerah, khususnya
yang berlaku sebagai dasar hukum terhadap penerapan lampu jalan. Dengan
demikian dalam membentuk Peraturan Daerah tentang Penerapan Lampu Jalan,
peraturan perundang-undangan yang dievaluasi dan dianalisis adalah peraturan
perundang-undangan yang meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 9
tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014.

Dalam Pasal 236 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 telah mengatur tentang kewenangan pemerintah daerah dalam
membentuk Peraturan Daerah,

14
Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008
20

(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan,


Daerah membentuk Perda.

(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan bersama kepala Daerah.

(3) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi muatan:

a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan; dan


b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.
(4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Perda dapat
memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Selain hal tersebut dapat kita pahami bahwa penyelenggaraan urusan


pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Pasal 9 terbagi atas Urusan Absolut, Urusan konkuren dan urusan pemerintahan
umum. Urusan absolut merupakan urusan yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat untuk menyelenggarakannya. Termasuk dalam kategori urusan absolut ini
yaitu Politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional dan agama.15

Sedangkan urusan konkuren merupakan urusan yang dibagi antara pemerintah


pusat dan pemerintah daerah (Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota).
Urusan konkuren tersebut dapat dibedakan menjadi urusan wajib dan urusan
pilihan. Urusan wajib dapat dibedakan lagi menjadi urusan pemerintahan wajib
yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar. Dari ketentuan dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 2014 tersebut ada beberapa urusan pemerintahan yang dapat dilakukan
oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagaimana telah diatur dalam Pasal 12,
yang mengatur sebagai berikut :

15
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 9 terbagi atas Urusan Absolut, Urusan konkuren
dan urusan pemerintahan umum.
21

1. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar


meliputi:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan
f. masyarakat; dan
g. sosial.

2. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar,


meliputi:
a. tenaga kerja;
b. pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
c. pangan;
d. pertanahan;
e. lingkungan hidup;
f. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. pemberdayaan masyarakat dan Desa;
h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. perhubungan;
j. komunikasi dan informatika;
k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;
l. penanaman modal;
m. kepemudaan dan olah raga;
n. statistik;
o. persandian;
p. kebudayaan;
q. perpustakaan; dan
r. kearsipan.
22

3. Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11


ayat (1) meliputi:
a. kelautan dan perikanan;
b. pariwisata;
c. pertanian;
d. kehutanan;
e. energi dan sumber daya mineral;
f. perdagangan;
g. perindustrian; dan
h. transmigrasi.

Terkait dengan ketentuan pasal 12 Jo. Pasal 236 Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua
kalinya dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015, dapat dipahami bahwa
urusan ketertiban umum dan penataan ruang merupakan salah satu urusan wajib
terkait dengan pelayanan dasar yang wajib dilakukan oleh Pemerintah Kota
Bandar Lampung. Oleh karenanya dalam melaksanakan urusan pemerintahan
yang menjadi otonomi daerah Pemerintah Kota Bandar Lampung perlu ditetapkan
Peraturan Daerah tentang Penerapan Lampu Jalan sebagai dasar legalitas bagi
pemerintah kota Bandar Lampung untuk melakukan penataan dan ketertiban
umum terhadap penerapan lampu jalan di wilayah kota Bandar Lampung.

2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah


dan kemudian diimplementasikan melalui Peraturan Daerah (Perda)
tentang Pajak Penerangan Jalan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Tingkat II masing-masing.

Mekanisme pemungutan Pajak Penerangan Jalan adalah melalui PLN dan


hasilnya langsung diserahkan kepada pemerintah daerah. Masyarakat sebenarnya
dapat menikmati fasilitas penerangan jalan sebagai bentuk timbal balik tak
langsung dari pembayaran pajak daerah. Meskipun secara tidak langsung seperti
23

manfaat retribusi, akan tetapi tidak seharusnya mengurangi pendistribusian


manfaat pajak melalui ketersediaan penerangan jalan umum.

Saat ini pengadaan penerangan jalan umum melalui swadaya masyarakat banyak
dilakukan di daerah-daerah. Permintaan / Perluasan PJU yang datang dari
lingkungan masyarakat harus ditujukan kepada Pemda / Dinas Kebersihan dan
Pertamanan setempat selaku pengelola PJU dikarenakan PLN tidak memiliki
kewenangan untuk melakukan penambahan perluasan PJU, dalam hal
merealisasikan penambahan / perluasan PJU tersebut, Pemda dan PLN
senantiasa koordinasi dalam menentukan kelayakan pasokan aliran listrik agar
setiap PJU yang dipasang dapat menyala dengan baik dan tidak mengganggu
tegangan dari pelanggan PLN disekitarnya. Dan untuk masyarakat yang ingin
memasang PJU dapat mengajukannya kepada Pemerintah Kota melalui camat,
dan lurah. Jika ingin memasang secara swadaya, warga harus bermusyawarah
untuk menentukan satu titik lokasi lampu jalan dengan cara daya listriknya bisa
diambil dari salah satu rumah warga, dan pembayaran yang dilakukan warga
secara kolektif.

3. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang


Tugas Pokok Fungsi Bidang Penerangan Jalan dan Pemakaman

Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Penerangan Jalan Umum dan Pemakaman
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung adalah sebagai
berikut:

a) Bidang Penerangan Jalan Umum dan Pemakaman melaksanakan tugas


yang meliputi memelihara lampu penerangan jalan umum, lampu hias,
24

dekorasi kota, reklame dan tempat pemakaman. Untuk melaksanakan


tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Penerangan Jalan Umum dan
Pemakaman mempunyai fungsi:

1. Membuat Perencanaan dan Evaluasi tentang lampu


penerangan jalan umum , lampu hias, dekorasi kota,
reklame, pemakaman umum, dan pajak penerangan jalan
(PPJ)

2. Melaksanakan pembangunan, pemeliharaan, dan


pengawasan penerangan jalan umum, lampu hias, dekorasi
kota, reklame, dan PPJ.

3. Melaksanakan koordinasi dengan instansi lain yang


berhubungan dengan bidang tugasnya.

4. Menyiapkan data sebagai bahan perencanaan Kepala Dinas


lebih lanjut;
b) Bidang Penerangan Jalan Umum dan Pemakaman dipimpin oleh Kepala
Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas

Bidang Penerangan Jalan Umum dan Pemakaman Dinas Kebersihan dan


Pertamanan Kota Bandar Lampung diberikan kewenangan oleh pemerintah
untuk membuat perumusan kebijaksanaan teknis salah satunya bidang
pelayanan publik yaitu penerangan jalan umum agar terjadinya penerangan
jalan umum yang illegal di Kota Bandar Lampung dapat teratasi dengan baik.

Pemerintah Kota Bandarlampung akan menertibkan lampu penerangan jalan


umum ilegal yang diduga berjumlah 2.000 sambungan, dan berada di sejumlah
25

perumahan.16

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

16
Kabid PJU dan Pemakaman Dinas Kerbersihan dan Pertamanan (Disbertam)
26

Berbicara tentang dasar/landasan filosofis suatu peraturan perundang-


undangan, pada prinsipnya terdapat dua pandangan. Pandangan pertama
menyatakan bahwa landasan filosofis adalah landasan yang berkaitan dengan
dasar atau ideologi negara, yaitu nilai-nilai (cita hukum) yang terkandung
dalam Pancasila, sedangkan pandangan yang kedua menyatakan bahwa
landasan filosofis adalah pandangan atau ide pokok yang melandasi seluruh isi
peraturan perundang-undangan.

Menurut Pembukaan UUD 1945 alinea IV, tujuan terbentuknya Negara


Indonesia antara lain adalah dalam rangka mensejahterakan rakyat. Ukuran
kesejahteraan antara lain dapat diukur dari kecukupan kebutuhan manusia,
yang meliputi antara lain: sandang, pangan, dan papan.

Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, perlu didukung dengan infrastuktur yang


memadai sehingga tercipta kenyamanan masyarakat dalam beraktivitas sehari-
hari demi menunjang hak masyarakat untuk berusaha guna mendapatkan
penghidupan yang layak sebagaimana tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) UUD
Negara Republik Tahun 1945. Dengan ketersediaan infrastuktur yang memadai
dengan tersedianya peneragan jalan melalui penerapan lampu jalan di dalam
kota akan meningkatkan kenyamanan masyarakat dan keamanan dalam
beraktivitas di malam hari.

Disisi lain kepentingan penerapan lampu jalan Penerangan Jalan Umum


(PJU) sangat penting, pada jaman sekarang, dimana segala aktifitas dan
kegiatan tidak hanya pada siang hari yang rutinitas dilakukan oleh siapapun,
tapi malam hari merupakan sesuatu yang tidak jadi persoalan yang penting
kegiatan dan pekeijaan apapun bisa dilaksanakan pada malam hari. Apalagi
kegiatan itu memperlihatkan mobilitas dengan segala kemampuan untuk
mampu dilaksanakan pada malam itu.

Pembagian wilayah dan pengaturan tentang sistem pemerintahan dalam setiap


wilayah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan intensitas palayanan publik
guna mempercepat proses pembangunan dan pelayanan sebagai upaya untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
27

Penerangan jalan umum adalah lampu penerangan yang bersifat public (untuk
kepentingan bersama) dan biasanya sengaja diasang diruas jalan maupun di
tempat-tempat tertentu seperti taman, dan tempat umum lainnya. Penerangan Jalan
Umum (PJU) dalam bahasa Inggrisnya Street Lighting atau Road Lighting adalah
suatu sumber cahaya yang dipasang pada samping jalan, yang dinyalakan pada
setiap malam. Penyalaannya dapat dilakukan secara otomatis dengan photocell
yang aktif apabila matahari sudah berkurang cahayanya, sore, atau cuaca gelap.
Dalam perkembangannya, penyalaan PJU dapat dilakukan dengan Timer
(Timeswitch).

Pemasangan instalasi Penenrangan Jalan Umum (PJU) tidak terlepas dari


permasalahan yang sering muncul di lapangan antara lain cahaya yang tidak
merata, pemakaian material yang tidak sesuai, pemasangan tiang lampu yang
tidak rapih, dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diatas,
dalam pelaksanaan pembangunan Penerangan Jalan Umum diperlukan
perencanaan yang baik, sehingga pemasangan lampu penerangan jalan umum
tersebut mempunyai efisiensi yang tinggi, mempunyai kuat penerangan yang
cukup dan biaya operasional yang murah. Salah satu cara untuk memperoleh
tujuan perencanaan tersebut adalah perhitungan yang tepat tentang lokasi proyek
sesuai dengan kebutuhan penerangan dan pemilihan material yang tepat untuk
proses instalasi PJU.

Secara filosofis, tujuan utama yang diharapkan dari pengaturan ini adalah
terciptanya tata ruang kota Bandar Lampung yang aman, nyaman dan
berestetika. Hal ini sebagai implementasi pemenuhan hak masyarakat
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen).
Pemanfaatan penerangan lampu jalan umum diharapkan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat Kota Surabaya secara berkelanjutan untuk generasi sekarang
dan generasi mendatang.

Kehendak Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk membentuk Peraturan


Daerah tentang Penerapan Lampu Jalan merupakan implementasi dari peranan
28

negara sebagaimana dijabarkan yang dipertegas oleh pendapat W. Friedmann 17


yang membagi fungsi negara ke dalam, diantaranya :

1. Fungsi negara sebagai penyedia (provider).

fungsi Provider dikaitkan dengan konsep kesejahteraan sosial (welfare state),


bahwa negara bertanggung jawab menyediakan sarana dan prasarana untuk
layanan sosial dalam rangka menjamin standar kehidupan bagi masyarakat.
Dalam hal ini pemerintah kota Surabaya berfungsi sebagai penyedia layanan
publik bagi masyarakat yaitu sarana infrastuktur terkait dengan optimalisasi
pemanfaatan jalan bagi masyarakat serta penataan keberadaan jaringan utilitas;

2. Fungsi Negara sebagai wasit (Umpire),

pemerintah kota berfungsi sebagai penjaga keseimbangan yang


mengakomodasi segala kepentingan baik para pemilik jaringan utilitas (pelaku
usaha), kepentingan masyarakat umum, dan kepentingan pemerintah sendiri
(pemerintah pusat dan pemerintah daerah) dalam melakukan kebijakan
penataan kota. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kota Surabaya selain
harus mengakomodir kepentingan para stakeholder juga kepentingan terkait
dengan kelestarian lingkungan hidup, kepentingan ekonomi dan kepentingan
terkait lainnya.

3. Fungsi negara sebagai pengatur (regulator),

Sebagai regulator, pemerintah kota Surabaya berwenang untuk membuat


kebijakan hukum terkait dengan fungsi kontrolnya terhadap kegiatan
Pemanfaatan jaringan utilitas terpadu. Fungsi ini merupakan kekuatan untuk
mengatur penataan terhadap pemanfaatan jaringan utilitas terpadu agar dapat
dimanfaatkan secara adil dan memberikan manfaat kepada masyarakat baik
saat ini maupun bagi generasi mendatang. Pengaturan ini juga sebagai dasar
legalitas tindakan pemerintah dalam melakukan penerapan lampu jalan di
Bandar Lampung.
17
Secara teoritis menurut W. Friedmann, Negara memegang beberapa fungsi yaitu: (a)
Negara sebagai regulator; (b) Negara sebagai provider (penyedia layanan publik); (c) Negara
sebagai entrepreneur; dan (d) Negara sebagai wasit. Friedman Wolfgang, The State and The
Rule of Law in A Mixed Economy, Stevens, Sons, London, 1971
29

B. LANDASAN SOSIOLOGIS

Secara Geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur - Barat


berada antara : 103º 40' - 105º 50' Bujur Timur Utara - Selatan berada antara :
6º 45' - 3º 45' Lintang Selatan, Daerah ini di sebelah barat berbatasan dengan
Selat Sunda dan di sebelah timur dengan Laut Jawa. Beberapa pulau termasuk
dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk
Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau
Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau,
Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di
yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.

Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai


merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit
Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah.
Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus
ke utara, merupakan perairan yang luas.

Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota ini memiliki
luas wilayah daratan 169,21 km² dan terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126
Kelurahan dengan populasi penduduk 1.167.101 jiwa.18 Menurut jumlah
penduduk Bandar Lampung merupakan kota terbesar ketiga di Pulau Sumatera
setelah Medan dan Palembang. Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang
utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta.

kepadatan penduduk sekitar 8.316 jiwa/km² dan diproyeksikan pertumbuhan


penduduk mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2030. Saat ini kota Bandar Lampung
merupakan pusat jasa, perdagangan, dan perekonomian di provinsi Lampung.

Dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun
1982 tentang perubahan wilayah, maka kota Bandar Lampung diperluas dengan

18
Data Kependudukan Provinsi Lampung Tahun 2014
30

pemekaran dari 4 kecamatan 30 kelurahan menjadi 9 kecamatan 58 kelurahan. 19


Kemudian berdasarkan SK Gubernur No. G/185.B.111/Hk/1988 tanggal 6 Juli
1988 serta surat persetujuan Mendagri nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei
1987 tentang pemekaran kelurahan di wilayah kota Bandar Lampung, maka kota
Bandar Lampung terdiri dari 9 kecamatan dan 84 kelurahan. Pada tahun 2001
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04, kota Bandar
Lampung menjadi 13 kecamatan dengan 98 kelurahan.
Lalu, pada tanggal 17 September 2012 bertempat di Kelurahan Sukamaju,
diresmikanlah kecamatan dan kelurahan baru di wilayah kota Bandar Lampung
sebagai hasil pemekaran sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung
Nomor 04 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan
Kecamatan. Kota Bandar Lampung menjadi 20 kecamatan dengan 126
kelurahan.20 Adapun 7 kecamatan baru hasil pemekaran terdiri dari:
 Kecamatan Labuhan Ratu pemekaran dari Kecamatan Kedaton.
 Kecamatan Way Halim merupakan penyesuaian dari sebagian wilayah
Kecamatan Sukarame dan Kedaton yang dipisah menjadi suatu kecamatan.
 Kecamatan Langkapura merupakan penyesuaian dari sebagian wilayah
Kecamatan Kemiling dan Tanjungkarang Barat yang dipisah menjadi
suatu kecamatan.
 Kecamatan Enggal pemekaran dari Kecamatan Tanjungkarang Pusat.
 Kecamatan Kedamaian pemekaran dari Kecamatan Tanjungkarang Timur.
 Kecamatan Telukbetung Timur pemekaran dari Kecamatan Telukbetung
Barat.
 Kecamatan Bumi Waras pemekaran dari Kecamatan Telukbetung Selatan.

Berdasarkan sensus BPS, kota ini memiliki populasi penduduk sebanyak


1.251.642 jiwa (sensus 2014)21, dengan luas wilayah sekitar 197,22 km2, maka
Bandar Lampung memiliki kepadatan penduduk 8.316 jiwa/km² dan tingkat

19
Undang-Undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982 tentang
perubahan wilayah
20
Bandar Lampungkota.go.id
21
Statistik Kota Bandar Lampung 2013. BPS Kota Bandar Lampung.
31

pertumbuhan penduduk 1,79 % per tahun. Berikut adalah tabel jumlah penduduk
dari tahun ke tahun:

Tah 197 198 199 200 200 200 201 201 201 201
2030
un 1 0 0 0 8 9 0 1 3 4

2.4
Juml
00.00
ah 19 28 63 74 82 83 88 92 1.1 1.2
0
pend 8.4 4.2 6.4 3.1 2.8 3.5 1.8 2.8 67.1 51.6
(perk
udu 27 75 18 09 80 17 01 08 01 42
iraan
k
)

Sejarah kependudukan kota Bandar Lampung


Sumber:Badan Pusat Statistik

 Berikut adalah tabel jumlah penduduk Kota Bandar Lampung per


kecamatan pada tahun 2014:

No Kecamatan Jumlah penduduk

1. Kedaton 72.953 jiwa

2. Sukarame 73.443 jiwa

3. Tanjung Karang Barat 74.157 jiwa

4. Tanjung Karang Pusat 72.195 jiwa

5. Tanjung Karang Timur 56.284 jiwa

6. Teluk Betung Utara 62.611 jiwa

7. Teluk Betung Barat 35.951 jiwa


32

8. Teluk Betung Selatan 49.916 jiwa

9. Teluk Betung Timur 52.765 jiwa

10. Bumi Waras 68.030 jiwa

11. Kedamaian 49.840 jiwa

12. Enggal 40.660 jiwa

13. Langkapura 29.024 jiwa

14. Panjang 96.287 jiwa

15. Kemiling 81.122 jiwa

16. Rajabasa 81.122 jiwa

17. Labuhan Ratu 60.692 jiwa

18. Sukabumi 69.621 jiwa

19. Tanjung Senang 54.873 jiwa

20. Way Halim 92.163 jiwa

Jumlah 1.251.642 jiwa

Dilihat dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan yang
dicapai daerah ini pada tahun 2006 sebesar 5.103.379 (dalam jutaan rupiah)
dengan konstribusi terbesar datang dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran
19,12%, disusul kemudaian dari sektor bank/ keuangan 17,50%, dan dari sektor
industri pengolahan 17,22%. Total nilai ekspor non migas yang dicapai Kota
Bandar Lampung hingga tahun 2006 sebesar 4.581.640 ton, dengan konstribusi
terbesar datang dari komoditi kopi (140.295 ton), karet (15.005 ton), dan kayu
(1524 ton).
33

Daerah ini mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan antara lain di
sektor perkebunan dengan komoditi utama yang dihasilkan berupa cengkeh,
kakao, kopi robusta, kelapa dalam, kelapa hibrida. Kontributor utama
perekonomian daerah ini adalah disektor industri pengolahan. Terdapat
berbagai industri yang bahan bakunya berasal dari bahan tanaman dan
perkebunan, industri tersebut sebagian besar merupakan industri rumah tangga
yang mengolah kopi, pisang menjadi keripik pisang, dan lada.

Hasil industri ini kemudian menjadi komoditi perdagangan dan ekspor.


Perdagangan menjadi tumpuan mata pencaharian penduduk setelah pertanian.
Keberadaan infrastruktur berupa jalan darat yang memadai akan lebih
memudahkan para pedagang utuk berinteraksi sehingga memperlancar baik
arus barang maupun jasa.

Sebagai Salah Satu Kota terbesar di Sumatera, Bandar Lampung memainkan


peranan penting dalam pengembangan dan kegiatan ekonomi di pulau
Sumatera, Dan Sebagai Kota yang bergerak menuju kota metropolitan, Bandar
Lampung menjadi pusat kegiatan perekonomian di daerah Lampung. Sebagian
besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan.
Dewasa ini terdapat beberapa supermarket yang cukup besar.22

Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20’-50º30’ LS


dan 105º28’-105º37’ BT dengan luas wilayah 192.96 km2 dengan batas-batas
sebagai berikut :

Kabupat Kabupat
en en
Kabupaten Lampung Selatan
Pesawar Lampun
an g Selatan

Kabupat Kabupat
en   Kota Bandar en
Pesawar Lampun

22
Profil Kabupaten/Kota Provinsi Lampung
34

Lampung  

an g Selatan

Kabupat Kabupat
en en
Teluk Lampung
Pesawar Lampun
an g Selatan

Kota Bandar Lampung berada di bagian selatan Provinsi Lampung (Teluk


Lampung) dan ujung selatan Pulau Sumatera.

Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai
sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan
antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung
membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung
Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok
disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah
sebagai berikut:

 Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau
di bagian Selatan

 Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di


bagian Utara

 Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara

 Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar


Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, Sukadana
Ham, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian
Timur.

Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa


merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan
kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada ketinggian maksimum 700
mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang
35

memiliki ketinggian masing-masing hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau kecamatan


dengan ketinggian paling rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota
Bandar Lampung.

Ikon Kota Bandar Lampung :

 Tugu Adipura

 Simpang Lungsir

 Bundaran Radin Inten II

 Gerbang Kota Bertuliskan BANDAR LAMPUNG CITY

 Tugu Bambu Runcing

 Tugu Durian Sukadanaham

 Tugu Siger

 Tugu Juang

Bandar Lampung merupakan kota besar yang terletak paling selatan di pulau
Sumatera yang otomatis merupakan gerbang masuk Sumatera dari Jawa
melalui jalur darat. Ruas lintas Sumatera yang melewati kota ini dinamakan
Jalan Soekarno Hatta berfungsi sebagai jalan lingkar luar kota.

Adapun sejak tahun 2013, pemerintah kota resmi memiliki jembatan layang (fly
over) atau jalan layang non tol (JLNT) untuk mengurai kemacetan lalu lintas
kota. Adapun letak fly over tersebut adalah sebagai berikut23 :

1. JLNT Sultan Agung - Ryacudu (dimensi: lebar 12 meter dengan


panjang 180 meter, diresmikan 8 Juli 2013)

2. JLNT Antasari - Tirtayasa (Dimensi: lebar 12 meter dengan panjang


180 meter, diresmikan 8 Juli 2013)

3. JLNT Gajah Mada - Juanda (Dimensi: lebar 9 meter dengan panjang


585 meter, diresmikan 1 Januari 2014)
23
Profil Kabupaten/Kota Provinsi Lampung
36

4. JLNT Ki Maja - Ratu Dibalau (Dimensi: lebar 10 meter dengan panjang


278,85 meter, diresmikan 1 Januari 2016)

5. JLNT Antasari - Gajah Mada (Dimensi: lebar 9 meter dengan panjang


310 meter, diresmikan 26 Desember 2016)

Dari uraian landasan sosiologis tersebut diatas, tampak bahwa secara


sosiologis tingkat kebutuhan masyarakat atas infrastruktur jalan sangatlah
tinggi. Sehingga pemerintah kota berkewajiban untuk menyediakan
pemenuhan atas kebutuhan tersebut dan mencari solusi permasalahan atas
kondisi atas penerangan lampu jalan umum sehingga tidak memberikan
kerugian bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung atau masyarakat. Selain itu
terkait dengan penerapan lampu jalan di kota Bandar Lampung sesuai dengan
landasan sosiologis diatas adalah sangat penting dengan kepadatan penduduk,
pertumbuhan ekonomi, luas wilayah kota Bandar Lampung serta jalan-jalan
besar maupun kecil sangat penting untuk diterapkan penerangan lampu jalan
umum untuk menunjang dan memfasilitasi masyarakat dalam beraktifitas baik
siang maupun malam hari dengan pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang
ada di Kota Bandar Lampung memungkinkan aktifitas tetap dilaksanakan
hingga malam hari agar terhindar dari kejahatan maka sangat di butuhkan
adanya penerangan lampu jalan umum di Kota Bandar Lampung.

Sejalan dengan perkembangan Kota Lampung dan pertumbuhan penduduknya,


kebutuhan akan sarana dan prasarana kota juga secara otomatis meningkat pula.
Pada malam hari, timbul kebutuhan akan fasilitas penerangan jalan dan sarana
umum lainnya untuk menunjang aktivitas / kegiatan dengan memperhatikan
faktor-faktor keamanan, kenyamanan dan keindahan. Disamping itu, tuntutan dari
masyarakat di seluruh pelosok Kota Bandar Lampung untuk dapat menikmati
sistem penerangan pada malam hari di daerahnya masing-masing yang belum
dapat terpenuhi seluruhnya dengan sistem penerangan yang ada selama ini.

Salah satu usaha pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan cara


perencanaan dan perbaikan sistem penerangan jalan, hal ini dikarenakan
kecelakaan timbul apabila pengelihatan kabur, suram, dan gelap. Namun
37

demikian dalam memenuhi kebutuhan penerangan jalan dibutuhkan biaya yang


relatif besar, mencakup biaya konstruksi pemasangan dan biaya pemeliharaan.
Oleh karena itu, sistem penerangan jalan tidak dapat diterapkan begitu saja pada
semua jalan. Dalam perencanaan sistem penerangan jalan harus disesuaikan
dengan ruas jalan dan klasifikasi jalan.

Kebutuhan akan penerangan jalan yang baik sangat diperlukan karena penggunaan
jalan tersebut banyak digunakan pada malam hari. Kekurangan akan penerangan
jalan tersebut mengakibatkan rawan terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu,
perlengkapan jalan seharusnya diperhatikan untuk kepuasaan dan kenyamanan
pengguna jalan tersebut.

C. Landasan Yuridis

Dalam sebuah negara hukum pada asasnya setiap tindakan pemerintahan harus
dilakukan berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh hukum. Suatu tindakan
pemerintahan yang dilakukan tanpa dasar kewenangan adalah berakibat batal
demi hukum. Kajian dari segi yuridis ini dimaksudkan untuk melihat peraturan
perundang-undangan yang menjadi instrumen hukum sebagai dasar dalam
pembentukan rancangan Peraturan Daerah tentang Penerapan Lampu Jalan di
Kota Bandar Lampung. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
tersebut, diharapkan rancangan peraturan daerah ini:

1. tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang secara


hierarkhis lebih tinggi;

2. adanya harmonisasi dengan peraturan perundangan lain yang sederajat;

3. dapat menjadi peraturan yang aplikatif dan solutif bagi permasalahan


penataan dan pemanfaatan jaringan utilitas terpadu.

Dalam melaksanakan salah satu fungsi pemerintahan, yaitu membentuk


Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Jaringan Utilitas menggunakan
dasar kewenangan sebagai berikut:
38

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


1945;

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah


Tingkat I Lampung;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008;

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara


Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah
dan kemudian diimplementasikan melalui Peraturan Daerah (Perda)
tentang Pajak Penerangan Jalan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Tingkat II masing-masing.

11. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2007 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi
Lampung Tahun 2005 -2025;
39

12. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2007 tentang


Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Provinsi Lampung;

13. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 9 Tahun 2008 tentang


Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Lampung Tahun Anggaran 2008;

14. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang


Tugas Pokok Fungsi Bidang Penerangan Jalan dan Pemakaman

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN

RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH


40

A. Ketentuan Umum

Secara umum dapat dipahami bahwa pada ketentuan umum pada


suatu ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan satu
ketentuan yang berisi :

1. Batasan pengertian atau definisi;


2. Singkatan atau akronim yang digunakan dalam Peraturan Daerah
3. Hal-hal lain yang besifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal
berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud
dan tujuan.
Adapun dalam Peraturan Daerah ini ada beberapa ketentuan umum, yang antara
lain yang diatur sebagai berikut :

1. Daerah adalah Kota Bandar Lampung.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Bandar Lampung.

3. Walikota adalah Walikota Bandar Lampung.

4. Perusahaan Listrik Negara yang selanjutnya disingkat PLN adalah


Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara.

5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah.

6. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah dalam


wilayah kerja Kecamatan.

7. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah kesatuan


masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

8. Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik secara khusus yang


41

dipasang di ruang terbuka atau di luar bangunan guna menerangi Jalan


untuk Umum dan menerangi jalan untuk Lingkungan
9. Penerangan Jalan untuk umum yang selanjutnya disingkat PJU adalah
penggunaan tenaga listrik secara khusus yang dipasang di ruang terbuka
atau di luar bangunan guna menerangi Jalan untuk Nasional, Jalan
Provinsi dan Jalan Kota.
10. Penerangan Jalan untuk Lingkungan yang selanjutnya disingkat PJL
adalah adalah penggunaan tenaga listrik secara khusus yang dipasang di
ruang terbuka atau di luar bangunan guna menerangi Jalan untuk jalan
yang menghubungkan kawasan dan/atau antar pemukiman yang terkecil.
11. Jalan Nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota Provinsi dan jalan
strategis nasional serta jalan tol.
12. Jalan Provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem
13. jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota Provinsi dengan
ibukota Kabupaten/Kota atau antar ibukota Kabupaten/Kota dan jalan
strategis Provinsi.

14. Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil serta
menghubungkan antar pusat permukiman yang berada dalam kota.

15. Jalan Lingkungan adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan


dan/atau antar permukiman yang terkecil.

16. Program Proporsional yaitu besar maksimal penggunaan tenaga listrik oleh
suatu kawasan perumahan / Kelurahan.

17. Kuota adalah alokasi pemerataan pelayanan pemasangan dan/atau


penggunaan tenaga listrik suatu wilayah Kecamatan sesuai kemampuan
Daerah.
42

18. Non Kuota adalah alokasi pemerataan pelayanan pemasangan dan/atau


penggunaan tenaga listrik sesuai standar yang dibutuhkan di suatu lokasi
tertentu yang dianggap perlu.

19. Penyelenggaraan PJU adalah kegiatan perencanaan, pemasangan,


pengoperasian, pemeliharaan dan pembayaran rekening listrik Penerangan
Jalan secara Umum.

20. Pengelolaan Penerangan Jalan adalah upaya merencanakan, melaksanakan,


memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan, pendayagunaan, dan
pengendalian Penerangan Jalan.

21. Identitas pelanggan penerangan jalan untuk umum yang selanjutnya


disingkat Idpel PJU adalah nomer identitas pelanggan Penerangan Jalan
berdasarkan nomer yang diberikan oleh PT PLN ( Persero) sebagai data
induk langganan.

22. Kilo watt hours yang selanjutnya disingkat kWh adalah satuan enegi listrik
dalam kilo watt jam.

23. Kilo watt hours meter yang selanjutnya disingkat kWh meter adalah alat
ukur untuk menghitung energi listrik dalam satuan waktu.

24. Alat Pembatas dan Pengukur yang selanjutnya disingkat APP adalah Alat
Pembatas dan Pengukur yang digunakan pada kotak kontrol Penerangan
Jalan untuk Umum.

25. Tim Baca Meter adalah Kelompok kerja yang terdiri beberapa personil
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pembacaan meter
dan pembuatan laporan konsumsi energi listrik pada Penerangan Jalan
untuk Umum.
43

26. Tim Penelitian dan Pengembangan adalah kelompok kerja yang terdiri dari
beberapa personil yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap
efektifitas, efisiensi dan ketersediaan Penerangan Jalan untuk Umum.

27. Tim Pengaduan dan Penanganan Gangguan (call center and quick respons
team) adalah kelompok kerja yang terdari dari beberapa personil yang
mempunyai tugas dan tanggungjawab terhadap pengaduan dan
penanganan gangguan Penerangan Jalan untuk Umum.

28. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah
Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah
yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan
penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

B. Materi Muatan Peraturan Daerah

Materi muatan Peraturan Daerah tentang Penerapan Lampu Jalan berisi aturan
atau norma, baik berupa norma kewenangan maupun norma perilaku. Norma
kewenangan merupakan aturan yang memberikan kewenangan kepada Pemerintah
Kota Bandar Lampung (Kepala Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah)
untuk melakukan kegiatan yang meliputi perencanaan, perizinan, pelaksanaan,
pengawasan dan pelaporan penerapan lampu jalan di Kota Bandar Lampung.
Sedangkan norma perilaku merupakan aturan yang berisi perintah, larangan,
dispensasi dan izin dalam penerapan lampu jalan. Sistematika muatan materi
Peraturan Daerah tentang Penerapan Lampu Jalan adalah sebagai berikut :

BAB I : KETENTUAN UMUM


BAB II : ASAS PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN
BAB III : LOKASI DAN BENTUK PELAYANAN
44

BAB IV : PENGADAAN DAN PEMASANANGAN PENERANGAN


JALAN
BAB V : PEMELIHARAAN PENERANGAN JALAN
BAB VI : BEBAN BIAYA PENERANGAN JALAN
BAB VII : INVENTARISASI, PERENCANAAN PENGELOLAAN,
PENGAWASAN DAN PERIJINAN PENERANGAN JALAN

Bagian Kesatu : Umum


Bagian Kedua : Inventarisasi
Bagian Ketiga : Penyusunan dan Penetapan
Bagian Keempat: pengawasan
Bagian Kelima: Perjanjian Penerangan Jalan

BAB VIII : LARANGAN


BAB IX : KETENTUAN PENYIDIKAN
BAB X : KETENTUAN PIDANA
BAB XI : KETENTUAN LAIN-LAIN
BAB XII : KETENTUAN PENUTUP

BAB VI
PENUTUP
45

A. Kesimpulan.

Ruang lingkup muatan materi yang akan diatur dalam peraturan daerah ini yang
meliputi :
1. Ruang lingkup Penerapan Lampu Jalan.
2. Perencanaan Penerapan Lampu Jalan.
3. Perizinan bagi Penerapan Lampu Jalan.
4. Syarat dan kewajiban yang melekat pada Penerapan Lampu Jalan ketika
melaksanakan pembangunan/pemulihan Penerapan Lampu Jalan, baik
dalam hal perbaikan/pemeliharan sarana/prasarana kota yang rusak.
5. Penyediaan sarana tiang lampu oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat
untuk menempatkan lampu jalan.
6. Perusahaan Listrik Negara yang selanjutnya disingkat PLN adalah
Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara sebagai penyedia listrik
penerapan Lampu Jalan.
7. Pengendalian dan pengawasan.
8. Penegakan Hukum..

Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan legitimasi kepada pemerintah Kota


Bandar Lampung dalam melakukan kebijakan untuk melakukan Pengendalian
terhadap Penerapan Lampu Jalan di kota Bandar Lampung, serta memberikan
perlindungan terhadap hak masyarakat untuk menikmati pelayanan yang
bersumber dari Penerapan Lampu Jalan.

B. Saran

Agar pelaksanaan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penerapan


46

Lampu Jalan dapat dilaksanakan secara baik, maka diperlukan mekanisme dan
prosedur yang transparan serta dukungan pembiayaan yang cukup. Kebijakan
Penerapan Lampu Jalan harus didukung oleh sarana dan prasarana serta kemauan
dan kemampuan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang optimal, baik dari
segi Sumber Daya Manusia dan sarana teknis yang memadai, sehingga kebijakan
yang bertujuan untuk mengoptimalkan keamanan dan penataan ruang terutama
terkait dengan keberadaan Lampu Jalan dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
47

Dasar Teori Penerangan Jalan Umum dan Pengukuran Energi Listrik


Data Kependudukan Provinsi Lampung Tahun 2014
Data Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bandar Lampung.
Kabid PJU dan Pemakaman Dinas Kerbersihan dan Pertamanan (Disbertam)
Ronald V. Clark, Improving Street Lighting to Reduce Crime in Residential Area,
Problem-Oriented Guides for Polic, Washington, 2008
Tribun Lampung, PLN : 2000 Lampu Jalan Ilegal. Selasa, 11 Agustus 2015
hlm10.
W. Friedmann, London, 1971

Perundang-undangan :
Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah tentang
perubahan wilayah
Undang-undang Dasar 1945
Undang-Undang No. 5 tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1982
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Internet :
Bandar Lampungkota.go.id
http://www.info-pju.com/2015/09/ Arief Rahman, Instalasi Penerangan Jalan
Umum, 11 Desember 2015
http://www.kompasiana.com/gedesuarnaya/menyoal-pajak-penerangan-jalan-
buleleng-jangan-sampai-gelap-gulita_550d8653813311bf36b1e3d4 Di akses pada
tanggal 3 Mei 2017h
http://www.pln.co.id/lampung/?p=3405 Penerangan Jalan Umum, diakses pada
tanggal 3 Mei 2017.
Profil Kabupaten/Kota Provinsi Lampung
Statistik Kota Bandar Lampung 2013. BPS Kota Bandar Lampung.
48

Anda mungkin juga menyukai