METODOLOGI PENELITIAN
i
Dosen Pengampu:
i
…………………………..
NIM………………..
1.4.2 ManfaatiiPraktis
Secara ipraktis, ipenelitian iini idiharapkan idapat idijadikan isuatu
kajian idan ievaluasi iterhadap ipelaksanaan pemolisian dalam pencegahan
i
Strategi
Represif &
Investigasi GH Tataran Praktis
AG Tataran Instrumental
Strategi
Preventif
PG Tataran Fundamental
Strategi
Deteksi Dini
& Pre-emtif ESKALASI GANGGUAN PROSES AKTUALISASI
Gambar 2.1
Teori Gunung Es
2.2.4 Konsep Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran adalah secara sengaja atau lalai melakukan perbuatan
atau tindakan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan
perundang-undangan lalu lintas. Pelaku pelanggaran biasa disebut human
error. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal tetapi dapat juga karena
pelanggaran hukum. Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan
manusia yang mengemudi kendaraan umum atau kendaraan bermotor juga
pejalan kaki, yang berjalan umum dengan tidak mematuhi peraturan
perundang-undangan lalu lintas yang berlaku (Puri, 2013: 3).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Puri (2013: 3) bahwa pelanggaran lalu lintas
ditinjau dari bentuk pelanggaran dapat kelompokan menjadi dua bagian, yakni :
a. Pelanggaran lalu lintas tidak bergerak (standing violation) misalnya
pelanggaran tanda-tanda larangan parkir.
b. Pelanggaran lalu lintas bergerak (moving violation) misalnya melampaui
batas kecepatan, melebihi kapasitas muatan dan sebagainya.
Sedangkan pelanggaran lalu lintas ditinjau dari akibat yang ditimbulkan
pelanggaran tersebut menurut (Puri, 2013: 3), antara lain:
a. Pelanggaran yang menimbulkan kecelakaan lalu lintasmisalnya kelebihan
muatan orang atau barang, melebihikecepatan.
b. Pelanggaran yang tidak menimbulkan kecelakaan lalu lintasmisalnya tidak
membawa surat-surat kelengkapan saat berlalulintas, pelanggaran rambu
larangan parkir dan sebagainya.
Pelanggaran lalu lintas adalah masalah penyebab sebagian besar
kecelakaan lalu lintas. Terutama karena faktor manusia pengguna jalan
yang tidak patuh terhadap peraturan lalu lintas. Namun dapat juga
ditemukan penyebab di luar faktor manusia seperti ban pecah, rem blong, jalan
berlubang, dan lain-lain. Demikian juga masalah kemacetan lalu lintas,
data menunjukkan bahwa kemacetan itu diakibatkan oleh pelanggaran
yang dilakukan oleh pemakai atau pengguna jalan. Adapun faktor lain
yang menjadi penyebab kemacetan selain pelanggaran lalu lintas seperti
volume kendaraan yang tinggi melalui ruas jalan tertentu, kondisi jalan, dan
infrastruktur jalan yang kurang memadai. Perbedaan tingkat pengetahuan dan
pemahaman terhadap aturan yang berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan
yang berpotensi memunculkan permasalahan dalam berlalu lintas, baik antar
pengguna jalan itu sendiri maupun antar pengguna jalan dengan aparat yang
bertugas untuk melaksanakan penegakan hukum di jalan raya. pemberlakuan
tilang terasa belum efektif sampai saat ini sebagai alat dalam
menegakkan peraturan perundang-undangan dan sarana dalam
meningkatkan disiplin masyarakat pemakai atau pengguna jalan, sehingga
angka pelanggaran lalu lintas belum dapat ditekan (Puri, 2013: 2).
Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan dengan sengaja maupun
dengan kealpaan, diharuskan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan
karena kesengajaan atau kealpaan merupakan unsur kesalahan, yang terdapat
dalam pasal 316 (1) UU Nomor 22 tahun 2009 tentang LLAJ. Dalam Pasal 316
ayat (1) UULLDAJ dapat kita ketahui pasal-pasal yang mengatur tentang
perbuatan-perbuatan yang dikategorikan sebagai pelanggaran lalu lintas adalah
pasal 274, pasal 275 ayat (1), pasal 276, pasal 278, pasal 279, pasal 280,
pasal 281, pasal 282, pasal 283, pasal 284, pasal 285, pasal 286, pasal
287, pasal 288, pasal 289, pasal 290, pasal 291, pasal 292, pasal 293,
pasal 294, pasal 295, pasal 296, pasal 297, pasal 298, pasal 299, pasal
300, pasal 301, pasal 302, pasal 303, pasal 304, pasal 305, pasal 306,
pasal 307, pasal 308, pasal 309 dan pasal 313.
ASPEK
Konsep EKONOMI
pelanggaran lalu PENCEGAHAN
lintas ASPEK GARLANTAS SEPEDA
KEAMANAN LISTRIK
POLRI
Konsep Ilmu
Kepolisian
Konsep
Pemolisian PEMOLISIAN
Masyarakat
Teori Analisis
SWOT
Teori Manajemen
Strategic
3.3.2 Observasi
Dalam melakukan penelitian kualitatif, observasi menjadi hal yang
penting bagi peneliti untuk benar-benar mendapatkan data/informasi yang
akurat. Observasi sendiri dapat dipahami sebagai pengamatan dan pencatatan
yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi atau
pengamatan tersusun dari proses biologis dan psikologis yang terjadi di sekitar
kasus yang dikaji. Oleh karena itu, cara ini merupakan proses yang cukup
rumit. Pengamatan dan ingatan peneliti menjadi faktor yang sangat
menentukan dalam menggunakan teknik observasi. Untuk mendukung
observasi, alat-alat bantu seperti catatan ketersediaan alat-alat pendukung
seperti kamera, tape recorder dan sebagainya sangat diperlukan untuk
merekam data yang diperoleh; lebih banyak melibatkan pengamat;
memusatkan perhatian pada data-data yang relevan; mengklasifikasikan gejala
pada kelompok yang tepat; menambah persepsi tentang obyek yang diamati
(Usman dan Akbar, 2004: 54). Dalam penelitian ini, Observasi dilakukan
adalah dengan mengamati obyek penelitian secara langsung, yaitu
pengamatan langsung terhadap pemolisian dalam pencegahan pelanggaran
lalu lintas penyalahgunaan sepeda listrik di jalan raya. Observasi juga dilakukan
terhadap lingkungan masyarakat guna mendapatkan gambaran mengenai
kehidupan masyarakat yang berpotensi pelanggaran lalu lintas penyalahgunaan
sepeda listrik di jalan raya.
3.4.3 Trianggulasi
Trianggulasi digunakan untuk mengecek kebenaran informasi dari
sumber informasi yang dianggap memahami dan mengalami fenomena yang
sedang diteliti. Trianggulasi dilakukan dengan menghubungkan informasi yang
telah diperoleh dari satu sumber kemudian dilakukan pengecekan kembali
mengenai informasi tersebut ke sumber yang lain untuk melihat tingkat
kebenaran informasi yang disampaikan. Dalam penelitian ini trianggulasi data
dilakukan untuk melihat kebenaran informasi yang disampaikan oleh sumber
data primer mengenai pemolisian dalam pencegahan pelanggaran lalu lintas
penyalahgunaan sepeda listrik di jalan raya. Selain itu, peneliti juga akan
melakukan pengecekatan terhadap kebenaran informasi dengan sumber data
yang lain, seperti halnya dengan pemeriksaan dokumen.
BUKU
Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia.
JURNAL
Anggawira., dan Dewanto, Wishnu. 2022. Analisa Yuridis Pemolisian Dalam
Rangka Tertib Berlalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 (Studi Kasus di Wilayah DKI Jakarta). Jurnal
Kewarganegaraan. Vol. 6 No. 2.
Azmar, Umar MF. 2022. Analisis Normatif Penggunaan Sepeda Listrik di Jalan
Raya, di Kabupaten Bone. Legal Opinion.
Undang-Undang iRepublik iIndonesia iNomor i22 iTahun i2009 itentang iLalu iLintas
idan iAngkutan iJalan.