Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Di susun Oleh
SARINA RUMLAWANG
SN222057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Halusinasi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Halusinasi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam
membedakan antara ransang yang timbul dari sumber internal seperti
perasaan, pikiran, sensasi, somatik dengan impulsif dan stimulus
eksternal persepsi mengacu pada respons reserptor sensori terhadap
stimulus eksternal persepsi sehingga gangguan persepsi dapat terjadi
pada proses sensasi dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan
atau pengecapan. Gangguan ini bersifat ringan, berat atau sementara,
lama (Harsir,Nudis 2018).

Halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu obyek gambaran dan


pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan) (Cook & Fonntare,2020)

Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi pancaindra tanpa


adaanya rangsang dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaann
dimana terjadi pada saat individu itu penuh atau baik. Dengan kata lain
klien berespons terhadap rangsang yang tidak nyata dan hanya dirasakan
oleh klien dan tidak dapat ditentukan oleh yang lain (Wilson,2018).
Jadi Halusinasi adalah keadaan dimana pancaindra tidak dapat
membedakan rangsangan interna dan eksterna yang menimbulkan
respons yang tidak sesuai dengan jumlah (interpretasi yang datang).
2. Tanda dan gejala :
Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan
respon verbal lambat
c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri
dari orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang
tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
f. Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa
detik dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya) dan takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
j. Tidak mampu mengikuti perintah
k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan
kataton. (Prabowo, 2014:
133-134)
3. Penyebab terjadinya masalah
a. Faktor Prediposisi

Pada pasien dengan halusinasi (Stuart and Lumala,2021)


adalah faktor perkembangan yaitu jika tugas perkembangan
mengalami hambatan dan hubungn interpersonal yang terganggu
maka individu mengalami stres dan kecemasan. Dan faktor sosio
kultural di masyarakat seperti kemiskinan, ketidakharmonisan
sosial budaya, hidup terisolasi dan stres yang menumpuk.
Selanjutnya faktor biokimia yang menyebabkan terjadinya
pelepasan zat-zat halusinogen (bupatin dan simotil transerase)
yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam proses informasi
dan penurunan kemampuan menanggapi rangsangan.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi halusinasi menurut Stuart and Sundeen,2019
adalah stressor sosial dimana stres dan kecemasan akan
meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dari orang sangat penting atau diasingkan oleh
kelompok masyarakat.Faktor biokimia dimana karena klien
kurang berinteraksi dengan kelompok lain, suasana terisolasi
(sepi) sehingga dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat-zat halusigenik. Kemudian
masalah keperawatan yang menjadi penyebab munculnya
halusinasi antara lain adalah harga diri rendah dan isolasi sosial.
Akibat kurangnya ketrampilan berhubungan sosial, klien jadi
menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan
lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus eksternal menjadi
lebih dominan dibandingkan dengan stimulus internal.
a. Rentang Respons
Rentang respons neurobiolgical

Adaptif Ilusi Maladaptif


- Pemikiran - Reaksi emosional - Kelainan pikiran
Logis berkembang/lebih - Halusinasi
- Emosi konsisten - Perilakunya - Ketidakmampuan
dengan pengalaman Ganjil Emosi
- Perilakunya - Menarik diri - Ketidakteraturan

Sesuai Isolasi sosial


- Hubungan sosial

C. POHON MASALAH

Resiko Perilaku kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi


Isolasi Sosial

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG DIKAJI


1. Masalah Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
2. Data yang perlu dikaji
Data Subyektif

 Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan di telinga

 Klien mengatakan sering melihat sesuatu

Data Obyektif
a. Klien tampak ketakutan
b. Klien tampak bicara sendiri
c. Klien tampak marah tanpa sebab
d. Klien kadang tertawa sendiri
e. Klien sering menyendiri
f. Klien tampak mondar-mandir

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Halusinasi

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Manajemen halusinasi
Observasi
- Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi
- Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membahayakan diri)\
Terapeutik
- Pertahankan lingkungan yang aman
- Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi
Edukasi
- Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan
dan umpan balik korektif terhadap halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas, jika perlu
STRATEGI PELAKSANAAN

Strategi Pelaksanaan 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan


perawat, membantu klien mengenal halusinasinya, mengajarkan klien mengontrol
halusinasinya dengan menghardik halusinasi

1. Fase Orientasi
“Selamat pagi, assalamualaikum.. Boleh Saya kenalan dengan anda? Nama
saya Sarina Rumlawang senang dipanggil Sari. Saya mahasiswa profesi
ners Universitas Kusuma Husada Surakarta. Kalau boleh Saya tahu nama
anda siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa? Baik”. “Bagaimana
perasaan Tn.w hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?” “Apakah Tn.w tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini
dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?” “Berapa lama kira-kira
kita bisa ngobrol? maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit?
Bisa?” “Di mana kita akan bincang-bincang ?” “Bagaimana kalau di ruang
makan saya ?”
2. Fase Kerja
“Apakah Tn.w mendengar suara tanpa ada wujudnya?”. “Apa yang
dikatakan suara itu?”. “Apakah Tn.w melihat sesuatu atau orang atau
bayangan atau mahluk?”. “Seperti apa yang kelihatan?”. “Apakah terus
menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”. “Kapan
paling sering Tn.w melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”.
“Berapa kali sehari Tn.w mengalaminya?”. “Pada keadaan apa, apakah
pada waktu sendiri?”. “Apa yang Tn.w rasakan pada saat melihat
sesuatu?”. “Apa yang Tn.w lakukan saat melihat sesuatu?”. “Apa yang
Tn.w lakukan saat mendengar suara tersebut?”. “Apakah dengan cara itu
suara dan bayangan tersebut hilang?”. “Bagaimana kalau kita belajar cara
untuk mencegah suarasuara atau bayangan agar tidak muncul?”. “Tn.w ada
empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”. “Pertama, dengan
menghardik suara tersebut.”. “Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.”. “Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal.”.“Keempat, minum obat dengan teratur.”. “Bagaimana kalau
kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”. “Caranya seperti
ini:
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Tn.w bilang dalam hati, “Pergi
Saya tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Tn.w
peragakan! Nah begitu, bagus! Coba lagi! Ya bagus Tn.w sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Tn.w bilang, pergi Saya
tidak mau lihat… Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang
sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Tn.w peragakan! Nah begitu…
bagus! Coba lagi! Ya bagus Tn.w sudah bisa.”

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Tn.w dengan obrolan kita tadi? Tn.w merasa senang
tidak dengan latihan tadi?”. “Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar,
sekarang coba Tn.w simpulkan pembicaraan kita tadi.” “Coba sebutkan
cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak muncul lagi.”.
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Tn.w coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya?” (Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian klien). “Tn.w, bagaimana kalau besok kita
ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan
dan suara-suara itu muncul?”. “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana
kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?” . “Kira-kira tempat yang enak buat kita
ngobrol besok di mana ya? Sampai jumpa besok”.
DAFTAR PUSTAKA

Carpeneto – Lynda Juall 2018 Diagnosa Keperawatan, “ Jakarta : EGC


Kaliat, B. A. 2020. “ Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Stuart and Sudeen. 2020 “ Buku Saku Keperawatan Jiwa “ Jakarta : EGC
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai