Anda di halaman 1dari 40

PENERAPAN LAPORAN KEUANGAN UMKM

BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI


KEUANGAN-ENTITAS MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH (SAK-EMKM)
(Studi Pada UMKM Beocca Cafe Dau – Malang)

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi : S1 Akuntansi

Disusun Oleh :
Siti Nurhaliza
20023000057

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Nama : Siti Nurhaliza

Nomor Pokok : 20023000057

Universitas : Universitas Merdeka Malang

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : S1 Akuntansi

Judul Skripsi : Penerapan Laporan Keuangan UMKM Berdasarkan

Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Mikro, Kecil dan

Menengah (SAK EMKM) (Studi Pada UMKM Beocca

Cafe Dau-Malang)

Malang, .................2023

DISETUJUI DAN DITERIMA

Ketua Program Studi S1 Akuntansi Dosen Pembimbing

(Dra. Suprapti, M.M.) (Dr. Dyah Ani Pangastuti, M.S)

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL..................................................................i


DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................iii
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Perumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Kegunaaan Penelitian.................................................................................5
1. Manfaat Praktis........................................................................................5
2. Manfaat Teoritis.......................................................................................6
E. Landasan Teori............................................................................................6
1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)...........................................6
2. Laporan Keuangan................................................................................12
3. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK
UMKM)..........................................................................................................22
4. Hasil Penelitian Terdahulu.....................................................................25
F. Metode Penelitian......................................................................................29
1. Definisi Operasional Variabel.................................................................29
2. Lingkup Penelitian..................................................................................31
3. Lokasi Penelitian....................................................................................31
4. Jenis Data dan Sumber Data.................................................................32
5. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................32
6. Teknik Analisis Data..............................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................34

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 (Sumber: SAK EMKM)............................................................................19
Tabel 2 (Sumber: SAK EMKM)............................................................................20
Tabel 3 (Sumber: Hasil Penelitian Terdahulu).....................................................25

iii
A. Latar Belakang

Perkembangan bisnis di Indonesia mengalami pertumbuhan yang

pesat, jenis usaha yang saat ini sedang berkembang adalah Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM merupakan kegiatan ekonomi

masyarakat yang menjadikan salah satu pendorong utama pertumbuhan

ekonomi di Indonesia. Selain itu, UMKM juga turut berperan dalam

menciptakan peluang kerja baru sehingga dapat mengurangi tingkat

pengangguran di Indonesia. Melihat peran yang sangat penting akan hal

tersebut, maka dukungan dari semua pihak diperlukan untuk memajukan

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mandiri, modern, dan

berkembang.

Pelaku UMKM sangat memberikan dampak positif dalam

pertumbuhan perekonomian Indonesia, oleh karena itu pemerintah harus

memperhatikan dan mengembangkan potensi dari pelaku UMKM,

termasuk dalam hal pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan sangat

berguna bagi pelaku usaha dalam hal mengelola keuangan, sehingga

dapat mempermudah proses jual-beli dan terstrukturnya perhitungan laba

dan ruginya sebuah usaha, serta dapat dijadikan sebagai informasi untuk

investor. Ketika sebuah entitas mampu menyusun laporan keuangan

secara baik, hal tersebut tidak hanya memudahkan dalam mencari

investor, tetapi juga memberikan kepercayaan. Dalam bukunya mengenai

akuntansi UMKM menunjukkan bahwa konsep akuntansi tersebut dapat

dipahami dengan mudah. Dengan demikian, pengusaha UMKM dapat

memenuhi persyaratan dalam mengajukan kredit melalui laporan

keuangan, mengevaluasi kinerja, memahami posisi keuangan,

1
menghitung pajak, dan mendapatkan manfaat lainnya. Warsono et al

(2010).

Dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai standar akuntansi

perlu terlebih dahulu melakukan pembenahan sistem dari entitas itu

sendiri, karena sistem yang optimal akan membantu mempermudah

proses penerapan standar akuntansi tersebut. Ikatan Akuntansi Indonesia

(IAI) telah mengesahkan Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (Exposure Draft SAK EMKM) dalam

rapatnya pada tanggal 18 Mei 2016 dan berlaku efektif 1 Januari 2018,

yang memenuhi definisi dan kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan menengah

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.

Warsadi et al (2018).

Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Mikro, Kecil dan Menengah

(SAK EMKM) ini merupakan standar akuntansi keuangan yang jauh lebih

sederhana dibandingkan dengan Standar Akuntansi Keuangan Untuk

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Beberapa riset yang

pernah dilakukan juga menemukan bahwa masih banyak EMKM di

Indonesia yang belum mampu menyusun laporan keuangan dengan baik

karena standar akuntansi yang ada masih terlalu sulit sehingga belum

dapat diterapkan oleh EMKM walaupun persyaratan untuk pengakuan

dan pengukuran aset, liabilitas, penghasilan, dan beban dalam SAK

EMKM masih didasarkan pada konsep dan prinsip pervasif dari Rerangka

Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagaimana yang

kita pelajari dalam SAK Konvergensi International Financial Reporting

Standard (IFRS). Entitas yang laporan keuangannya telah menggunakan

2
SAK EMKM sebagai pedoman, maka entitas membuat secara eksplisit

dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK EMKM dalam catatan

atas laporan keuangan. Namun, tentunya kepatuhan ini dapat dilihat jika

entitas benar-benar telah patuh terhadap seluruh persyaratan dalam SAK

EMKM ini secara konsisten untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain

yang serupa. Sejauh ini pelaku EMKM masih belum paham bagaimana

cara penyusunan laporan keuangan, meskipun laporan keuangan yang

dihasilkan sebetulnya sangatlah sederhana. Diharapkan para pelaku

EMKM dapat menyusun laporan keuangan berdasar SAK EMKM ini untuk

tertib administrasi layaknya suatu organisasi bisnis. Diterbitkannya SAK

EMKM ini bertujuan untuk diimplementasikan pada entitas mikro, kecil,

dan menengah tanpa akuntabilitas publik yang signifikan, sebagaimana

didefinisikan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria

usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Fenomena terkait Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat

dilihat pada tahun 2021 yang dilansir dari https://databoks.katadata.co.id/

menjelaskan bahwa berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan menengah (Kemenkop Ukm), 64.255.369 unit pada

tahun 2021 atau berkontribusi 99,62% dari total di Indonesia. Usaha

mikro, dengan kriteria omzet maksimal Rp 2 miliar per tahunnya. Hal ini

membuktikan bahwa dampak dan kontribusi UMKM sangat penting dalam

mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Fenomena lain mengenai

UMKM juga terjadi pada usaha-usaha yang ada di Kota Malang

3
berdasarkan data yang dilansir dari https://radarmalang.jawapos.com

bahwa jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah di kota malang

mencapai 19.870 pada tahun 2022. Jumlah ini jauh lebih meningkat

dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 17.870 unit. Yang lagi banyak

diminati dan dikembangkan oleh masyarakat adalah bisnis kuliner,

khasnya yaitu UMKM Cafe. Berkembangnya cafe maupun coffee shop

tidak lepas dari kondisi Malang yang notabene merupakan pendidikan,

sehingga banyaknya mahasiswa yang datang di Kota Malang mencapai

puluhan ribu merupakan pangsa pasar yang paling besar.

Adapun beberapa penelitian terkait penerapan laporan usaha mikro,

kecil, dan menengah pernah dilakukan oleh Tasum (2020) yang

menyatakan bahwa pencatatan dan penyusunan laporan keuangan masih

sangat sederhana dan sesuai kebutuhan dan pemahaman pemilik.

Skaters Shop Distro belum menerapkan SAK EMKM karena masih belum

memahami tentang SAK EMKM dan keterbatasan waktu serta sumber

daya manusianya. Kondisi tersebut memperjelas informasi yang diberikan

sebagai dasar penyusunan laporan keuangan yang belum dilaksanakan

dengan baik. Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan

Setyaningsih & Farina (2021) yang menyatakan bahwa variabel latar

belakang pendidikan dan skala usaha mempunyai pengaruh positif dan

signifikan atas pelaporan keuangan UMKM berdasarkan SAK EMKM.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian terdahulu yang


menunjukkan hasil yang tidak konsisten, maka peneliti tertarik untuk
mengatasi ketidakkonsistenan dari penelitian sebelumnya. Peneliti
tergerak untuk melakukan penelitian dengan Judul “PENERAPAN
LAPORAN KEUANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

4
BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS
MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (Studi Pada UMKM Beocca Cafe
Dau-Malang)” guna mengetahui apakah UMKM telah menerapkan
laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM untuk mengelola usahanya
dan diharapkan para pemilik UMKM dapat mengevaluasi usahanya serta
menggunakan informasi dalam laporan keuangan sebagai dasar
pengambilan keputusan bisnis.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pencatatan dan penyusunan laporan keuangan oleh

Beocca Cafe Dau?

2. Bagaimana penyusunan laporan keuangan yanng berdasarkan

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah

(SAK-EMKM) pada Beocca Cafe Dau?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk menganalisis pencatatan dan penyusunan laporan keuangan

pada Beocca Cafe Dau.

2. Untuk menganalisis penyusunan laporan keuangan berdasarkan

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan menengah

(SAK EMKM) pada Beocca Café Dau.

D. Kegunaaan Penelitian

Manfaat penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu

manfaat praktis dan teoritis yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

5
a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bisa menjadi satu bahan kajian mata kuliah jurusan

akuntansi terkait penerapan dan penyusunan laporan keuangan

sesuai dengan SAK EMKM.

b. Bagi UMKM

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan opini dan wawasan

dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK

EMKM, sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan

keuangan di masa yang akan datang.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan

sumber perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang melakukan

penelitian dengan topik serupa.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif

khususnya dalam bidang akuntansi yang membahas mengenai

penerapan dan penyusunan laporan keuangan menurut SAK

EMKM serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi

peneliti terhadap penerapan dan penyusunan laporan keuangan

yang sesuai dengan SAK EMKM.

E. Landasan Teori

1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu

industri yang dapat mengembangkan dan menopang pembangunan

6
perekonomian nasional. UMKM merupakan wadah yang baik untuk

menciptakan lapangan kerja yang produktif. Rawun & Tumilaar (2019).

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan usaha padat karya dan

tidak mempunyai persyaratan tertentu mengenai tingkat pendidikan dan

keterampilan pekerja, menggunakan perusahaan yang relatif kecil dan

teknologi yang digunakan seringkali relatif sederhana. Berikut pengertian

UMKM berdasarkan peraturan perundang-undangan:

a. Usaha Mikro

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, usaha mikro adalah usaha

produktif yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana

ditentukan dalam Undang-Undang.

Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagai berikut:

1) Jenis barang/komoditi usaha tidak selalu tetap, dapat berubah

sewaktu-waktu.

2) Tempat usaha tidak selalu tetap, bisa berubah sewaktu-waktu

3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana dan

tidak memisahkan keuangan pribadi dan keuangan usaha.

4) Kewirausahaan atau sumber daya manusia memiliki rata-rata

pendidikan yang sangat rendah, umumnya pada tingkat SD

(Sekolah Dasar) dan belum memiliki kewirausahaan yang

memadai.

5) Umumnya tidak mengenal perbankan, tetapi lebih mengenal

lembaga keuangan non bank

7
6) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan hukum

lainya, termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

7) Tenaga kerja yang dimiliki kurang dari 4 orang. (Menteri

Keuangan No.40/KMK.06/2003).

b. Usaha Kecil

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari suatu usaha menengah. Atau

usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang.

Ciri-ciri usaha kecil adalah sebagai berikut:

1) Sumber daya manusianya lebih maju, rata-rata pendidikannya

SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sudah ada pengalaman

bisnis.

2) Umumnya mereka melakukan pembukuan/manajemen

keuangan meskipun masih sederhana, keuangan perusahaan

mulai dipisahkan dari keuangan pribadi dan sudah membuat

neraca usaha.

3) Umumnya, mereka sudah memiliki izin usaha dan persyaratan

hukum lainnya, termasuk Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP).

4) Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan, tetapi

belum bisa membuat rencana bisnis, studi kelayakan dan

8
pengajuan kredit ke bank, sehingga mereka masih sangat

membutuhkan konsultasi/pendampingan, dan tenaga kerja

sebanyak 5-19 orang. (Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003)

c. Usaha Menengah

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah Pengertian usaha mikro, kecil, dan menengah

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan

oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang dari perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan total kekayaan bersih

atau pendapatan penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam

undang-undang.

Ciri-ciri Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1) Secara umum, mereka memiliki manajemen dan organisasi

yang lebih baik, mereka lebih terorganisir dan bahkan lebih

modern, dengan pembagian tugas yang jelas, termasuk

keuangan, pemasaran, dan produksi.

2) Melakukan pengelolaan keuangan dengan menerapkan sistem

akuntansi secara berkala, sehingga memudahkan pemeriksaan

dalam penilaian termasuk oleh bank.

3) Terlaksananya tata tertib atau pengurusan dan perorganisasian

tenaga kerja, adanya jaminan sosial bagi tenaga kerja,

pemeliharaan kesehatan lain-lain.

9
4) Sudah memiliki semua persyaratan hukum antara lain izin

tetangga, izin usaha, izin lokasi, nomor pokok wajib pajak

(NPWP), upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain.

5) Sudah akses ke sumber pendanaan bank.

6) Umumnya mereka sudah memiliki sumber daya manusia yang

terlatih dan terdidik. (Menteri Keuangan No.40?KMK.06/2003).

d. Asas dan Tujuan UMKM

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjelaskan asas dan

tujuan UMKM dalam pasal 2 dan 3.

Usaha Mikro, kecil, dan Menengah berdasarkan:

1) Kekeluargaan;

2) Demokrasi ekonomi;

3) Kebersamaan;

4) Efisiensi berkeadilan;

5) Berkelanjutan;

6) Berwawasan lingkungan;

7) Kemandirian;

8) Keseimbangan kemajuan;

9) Kesatuan ekonomi nasional;

Usaha mikro, kecil, dan menengah berupaya menumbuhkan

dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun

perekonomian nasional berdasarkan demokrasi yang berkeadilan.

10
Kriteria UMKM berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 adalah sebagai

berikut:

a. Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari Rp 50.000.000,00

(Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha.

2) Memiliki penjualan tahunan tidak lebih dari Rp 300.000.000

(Tiga Ratus Juta Rupiah)

b. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima

Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp 500.000.000,00 (Lima

Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,00 (Dua Miliar Lima Ratus Juta Rupiah).

c. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (Lima

Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (Sepuluh Miliar Rupiah Rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00

(Dua Miliar Lima Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp 50.000.000.000,00 (Lima Puluh Miliar Rupiah).

11
d. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan

ayat (2) huruf a, huruf b, dan ayat (3) huruf a, huruf b, huruf b,

nominalnya diubah sesuai dengan perkembangan ekonomi yang

mengatur menjadi oleh peraturan presiden. (UU UMKM No. 20

Tahun 2008).

2. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut PSAK 1 (Ikatan Akuntan Indonesia, 2017) laporan

keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan

dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan

adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian

besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan

ekonomi serta menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen

atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Laporan keuangan merupakan suatu bentuk pelaporan yang

merupakan hasil akhir dari proses akuntansi dan menggambarkan

posisi keuangan suatu perusahaan-perusahaan dalam jangka waktu

tertentu. Laporan keuangan ini berguna bagi pemangku kepentingan

dan berfungsi sebagai alat pengambilan keputusan. Safitri (2019).

Salah satu informasi yang digunakan untuk melihat dan

mengevaluasi perkembangan kinerja suatu perusahaan adalah

laporan keuangan. Perusahaan pada umumnya mempunyai

tanggung jawab untuk menyampaikan laporan keuangan kepada

pihak yang berkepentingan.

12
b. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah untuk membantu pihak-pihak

terkait mengevaluasi kinerja di masa lampau suatu perusahaan dan

memprediksi kinerja di masa depan. Informasi tentang peristiwa di

masa lampau dimaksudkan untuk meningkatkan operasi masa

depan dan memprediksi arus kas di masa depan. Nurazizah &

Zulkarnain (2022).

c. Pengguna Laporan Keuangan menurut Diana & Setiawati (2017)

dengan judul buku Akuntansi Keuangan Menengah

Penggunaan laporan keuangan tersebut sebagai berikut:

1) Investor

Investor tertarik pada risiko dan manfaat investasi mereka.

Investor memerlukan informasi ini untuk memutuskan apakah

mereka harus membeli, menahan, atau menjual investasinya.

Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang

memungkinkan mereka menilai kemampuan suatu entitas untuk

membayar dividen.

2) Karyawan

Selain informasi mengenai stabilitas entitas dalam

menghasilkan keuntungan, pekerja, dan serikat pekerja juga

memerlukan informasi yang memungkinkan mereka menilai

kemampuan entitas yang memberikan kompensasi, pensiun,

dan kesempatan kerja.

3) Pemberi pinjaman

13
Pemberi pinjaman memerlukan informasi untuk

mengevaluasi apakah dana yang dipinjamkannya beserta

bunganya akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.

4) Pemasok

Pemasok tertarik pada informasi yang membantu

mereka menilai apakah jumlah utangnya dapat dibayar pada

saat jatuh tempo.

5) Pelanggan

Pelanggan tertarik pada informasi tentang kelangsungan

suatu entitas, khususnya jika mereka memiliki perjanjian jangka

panjang dengan atau bergantung pada entitas tersebut.

(Misalnya, bergantung pada pasokan produk tertentu oleh

entitas).

6) Pemerintah

Pemerintah dan lembaga-lembaganya mempunyai

kepentingan dalam alokasi dan aktivitas sumber daya entitas.

Pemerintah memerlukan informasi ini untuk mengatur aktivitas

entitas, merumuskan kebijakan perpajakan, dan sebagai dasar

penyusunan statistika pendapatan nasional dan statistika

lainnya.

7) Masyarakat

Perusahaan berdampak pada anggota masyarakat

dalam banyak cara. Misalnya, suatu entitas ingin berkontribusi

secara signifikan terhadap perekonomian daerah melalui

berbagai cara, termasuk merekrut masyarakat lokal dan

14
memberi pasokan bahan mentah dari pemasok lokal.

Masyarakat sebagai karyawan dan pemasok lokal memerlukan

informasi mengenai kemampuan entitas dalam menghasilkan

keuntungan, untuk memahami tren dan perkembangan entitas.

d. Manfaat laporan keuangan menurut Margaretha (2015) dengan

judul buku Manajemen keuangan:

1) Menilai keterkaitan antar suatu perusahaan dan perusahaan

lainnya dapat dilakukan melalui analisis laporan keuangan, baik

yang terdapat dalam satu laporan maupun antara laporan yang

berbeda. Dengan demikian, jika terdapat kelemahan pada

laporan keuangan salah satu perusahaan, langkah-langkah

perbaikan dapat segera diambil.

2) Dapat diuji sebagai landasan untuk mengambil keputusan.

3) Ketika dipadukan dengan anggaran kas, dapat berfungsi

sebagai alat untuk meramalkan laporan keuangan di masa

mendatang.

4) Digunakan untuk memahami posisi dan perkembangan laporan

keuangan, memungkinkan kita untuk mengamalkan trendnya di

masa yang akan datang.

e. Karakteristik dalam laporan keuangan menurut Izzaty dkk (1967)

adalah sebagai berikut:

1) Dapat Dimengerti

Informasi dalam laporan keuangan harus mudah

dipahami oleh para penggunanya yang diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai tentang kegiatan ekonomi dan

15
bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi

tersebut dengan cermat. Namun, informasi kompleks yang

harus disertakan dalam laporan keuangan tidak dapat diabaikan

begitu saja karena sebagian pengguna merasa informasi

tersebut sulit untuk dipahami.

2) Relevan

Informasi tersebut harus relevan bagi pengguna untuk

mengambil keputusan. Informasi dianggap relevan jika:

 Dengan membantu pengguna mengevaluasi peristiwa masa

lalu, saat ini, atau masa depan untuk mempengaruhi

keputusan ekonomi mereka.

 Konfirmasikan atau perbaiki hasil penelitian sebelumnya.

Peran informasi dalam prediksi dan konfirmasi saling terkait.

Peran informasi dalam prediksi dan konfirmasi salin terkait.

Misalnya, informasi tentang struktur dan ukuran aset yang

dimiliki membantu pengguna memperkirakan kemampuan

entitas dalam memanfaatkan peluang dan merespon situasi

buruk. Informasi yang sama juga dapat digunakan untuk

mengkonfirmasikan perkiraan masa lalu, seperti hasil operasi

perencanaan.

Informasi mengenai kondisi keuangan di masa lalu sering

digunakan sebagai dasar untuk meramalkan kondisi dan kinerja

keuangan di masa depan serta hal-hal lain yang menjadi

perhatian pengguna, seperti pembayaran dividen dan gaji,

pergerakan harga sekuritas, dan kemampuan suatu entitas

16
untuk memenuhi komitmennya pada saat tertentu. Agar dapat

digunakan untuk membuat perkiraan, informasi tidak harus

berupa perkiraan yg eksplisit, melainkan kemampuan laporan

keuangan untuk membuat perkiraan. Dapat ditingkatkan

dengan menampilkan informasi transaksi dan peristiwa masa

lalu.

3) Keandalan

Informasi dianggap andal jika bebas dari bias dan

kesalahan material serta dapat diandalkan oleh penggunanya

sebagai penyajian yang jujur. Informasinya relevan, tetapi

penyajiannya tidak dapat diandalkan sehingga dapat

menyesatkan pengguna. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah

klaim atas kerugian masih menjadi sengketa dalam proses

hukum, maka tidak tepat bagi entitas untuk mengakui seluruh

jumlah klaim tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat

untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan

tersebut.

4) Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan:

 Laporan keuangan suatu entitas dari suatu periode

pelaporan ke periode pelaporan lainnya untuk menentukan

trend posisi keuangan dan kinerja keuangannya,

 Pelaporan keuangan setiap entitas untuk menilai posisi

keuangan relatif, kinerja dan perubahan kondisi keuangan.

17
Oleh karena itu, dampak finansial dari transaksi dan peristiwa

serupa lainnya harus diukur dan disajikan secara konsisten.

Implikasi penting dari fitur pembanding ini adalah memberikan

informasi kepada pengguna tentang kebijakan akuntansi yang

digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan

perubahan kebijakan, serta pengaruh perubahan kebijakan

tersebut.

Dalam SAK EMKM, laporan keuangan minimal yang harus

dibuat oleh entitas adalah sebagai berikut:

1) Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan EMKM memberikan informasi

mengenai aset, liabilitas, dan ekuitas pada akhir periode

pelaporan. Saat menyusun laporan posisi keuangan, aset

dibagi menjadi menjadi aset lancar dan aset tidak lancar,

liabilitas jangka panjang dan liabilitas jangka pendek dalam

laporan keuangan. Laporan posisi keuangan entitas dapat

mencakup akun-akun berikut:

a) Kas dan Setara Kas.

b) Piutang.

c) Persediaan.

d) Aset Tetap.

e) Hutang Usaha.

f) Hutang Bank.

g) Ekuitas.

18
Entitas dapat menyajikan akun dan bagian akun dalam

posisi keuangan sepanjang penyajian tersebut relevan untuk

memahami posisi keuangan entitas. Dalam penyusunannya,

Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,

Kecil, dan Menengah (ED SAK EMKM) tidak merinci format

format atau aturan laporan yang disajikan. Namun, suatu

entitas dapat menyajikan akun aset berdasarkan urutan

likuiditas dan liabilitas berdasarkan urutan jatuh temponya.

Berikut ini adalah contoh penyusunan laporan keuangan

menurut SAK EMKM.

Tabel 1 (Sumber: SAK EMKM)

NAMA ENTITAS
LAPORAN KEUANGAN
31 DESEMBER 20XX

ASET Catatan 20xx 20xx-1


Kas dan setara kas
Kas 3 xxx xxx
Giro 4 xxx xxx
Deposito 5 xxx xxx
Jumlah kas dan setara
xxx xxx
kas
Piutang Usaha 6 xxx xxx
Persediaa
xxx xxx
n
Beban dibayar di muka 7 xxx xxx
Aset tetap xxx xxx
Akumulasi penyusutan (xx) (xx)

19
JUMLAH ASET xxx xxx

LIABILITAS
Utang usaha xxx xxx
Utang
8 xxx xxx
bank
JUMLAH LIABILITAS xxx xxx
EKUITAS xxx xxx
Modal xxx xxx
Saldo Laba (defisit) 9 xxx xxx
JUMLAH
xxx xxx
EKUITAS

JUMLAH LIABILITAS & EKUITAS xxx xxx

2) Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi memberikan informasi tentang kinerja

keuangan suatu entitas, termasuk pendapatan dan beban

selama periode pelaporan. Menurut SAK EMKM (2016),

laporan laba rugi menyajikan akun-akun dan bagian akun-

akun dalam laporan laba rugi jika penyajiannya relevan untuk

memahami kinerja keuangan entitas. Laporan laba rugi

entitas mencakup akun-akun berikut:

a) Penghasilan.

b) Beban keuangan, dan

c) Beban pajak.

Berikut ini adalah contoh laporan laba rugi menurut SAK

EMKM:

20
Tabel 2 (Sumber: SAK EMKM)

NAMA ENTITAS
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20XX DAN
20XX
PENDAPATAN Catatan 20xx 20xx-1
Pendapatan
10 xxx xxx
usaha
Pendapatan
xxx xxx
lain-lain
JUMLAH
xxx xxx
PENDAPATAN
BEBAN xxx xxx
Beban usaha xxx xxx
Beban lain-lain 11 xxx xxx
JUMLAH
xxx xxx
BEBAN
LABA (RUGI)
SEBELUM
PAJAK
PENGHASILA xxx xxx
N
Beban pajak
12 xxx xxx
penghasilan
LABA (RUGI)
SETELAH

PAJAK
PENGHASILA xxx xxx
N

3) catatan atas laporan Keuangan (CALK)

21
catatan atas laporan keuangan memuat pernyataan bahwa

laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK EMKM,

ikhtisar kebijakan akuntansi dan informasi tambahan serta

rincian akun-akun tertentu yang menggambarkan transaksi-

transaksi yang signifikan dan material agar berguna bagi

pengguna dalam memahami laporan keuangan. Catatan atas

laporan berisi hal-hal sebagai berikut:

a) pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun

sesuai dengan SAK EMKM.

b) Ikhtisar kebijakan akuntansi.

c) Informasi tambahan dan rincian pos bagi pengguna

untuk memahami keuangan

3. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK

UMKM)

Standar Akuntansi Keuangan entitas, Mikro, Kecil dan Menengah

(SAK EMKM mengacu pada entitas tanpa kewajiban publik yang

signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam SAK ETAP, yang memenuhi

definisi dan usaha mikro, kecil dan menengah ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, minimal dua tahun

berturut-turut. Banyak penelitian menunjukkan bahwa sebagian UMKM

masih belum menerapkan SAK ETAP dengan baik karena SAK ETAP

dinilai terlalu rumit dan tidak memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan.

Standar Akuntansi Keuangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (SAK

EMKM) merupakan salah satu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang

diterbitkan dan berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2018 sebagai

22
seperangkat standar akuntansi keuangan yang diakui di Indonesia, dan

untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan organisasi mikro, kecil

dan menengah. Standar Akuntansi Keuangan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah SAK (EMKM) merupakan standar keuangan yang

disederhanakan dibandingkan dengan SAK lainnya, karena mengatur

transaksi umum yang dilakukan oleh usaha mikro, kecil dan menengah,

dasar pengukuran biaya penggunaan, dimana usaha mikro, kecil dan

menengah hanya mengakui aset dan liabilitas, harga pembelian. DSAK

IAI (2016).

Pasal 29 Ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang

lembaga keuangan mikro mensyaratkan masyarakat agar lembaga

keuangan mikro melakukan dan memelihara pencatatan dan pembukuan

keuangan yang sesuai dengan SAK yang berlaku. Untuk keuangan mikro

melakukan dan memelihara pencatatan dan pembukuan tersebut, DSAK

IAI menyusun SAK EMKM yang:

a. Konsisten dengan pilar standar akuntansi keuangan yang ada;

b. Mencerminkan perkembangan terkini mengenai operasi bisnis dan

transaksi yang dilakukan oleh entitas secara umum.

c. Menyeimbangkan prinsip akuntansi yang sesuai dengan ukuran,

kompleksitas, kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan;

dan

d. Berdasarkan prinsip akuntansi efektivitas biaya

SAK EMKM menjadi standar dibandingkan SAK lainnya paling

sederhana, sehingga entitas yang memenuhi persyaratan dalam

penggunaan SAK EMKM tetap perlu mempertimbangkan apakah

23
ketentuan pengawasan SAK EMKM sudah tepat dan memenuhi

kebutuhan pelaporan keuangan entitas. Oleh karena itu, entitas perlu

mempertimbangkan kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan,

baik berdasarkan SAK EMKM maupun SAK lainnya, dengan

memperhatikan fasilitas yang diberikan oleh SAK EMKM dan kebutuhan

informasi pengguna laporan keuangan entitas. Safitri (2019).

Entitas dapat melakukan pencatatan transaksi berdasarkan basis

kas dan melakukan penyesuaian akuntansi akrual pada akhir periode

pelaporan. Dengan harapan dalam jangka panjang UMKM semakin

berkembang sehingga perlu adanya penyusunan laporan keuangan

berdasarkan SAK EMKM maupun SAK lainnya, DSAK IAI berpendapat

bahwa konsep akuntansi operasional perlu diperkenalkan dalam

penyusunan laporan keuangan UMKM. Untuk dapat menyusun laporan

keuangan berdasarkan SAK EMKM, suatu entitas harus dapat

memisahkan harta pribadi pemiliknya dengan harta hasil usaha entitas

tersebut.

Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai aset, liabilitas,

ekuitas perusahaan pada akhir suatu periode pelaporan. Laporan laba

rugi memuat informasi mengenai pendapatan dan beban selama periode

pelaporan. Yang dimana laporan laba rugi tersebut menjelaskan bahwa

beban keuangan merupakan biaya-biaya yang timbul karena pinjaman

atau hutang. Biaya-biaya tersebut merupakan pengeluaran di luar bisnis

inti perusahaan. Salah satu contohnya adalah biaya bunga atas uang

pinjaman perusahaan. Kemudian ada pendapatan yang mengacu pada

total arus masuk manfaat ekonomi yang akan diperoleh dari operasi

24
normal entitas selama periode tersebut jika arus kas tersebut akan

meningkatkan ekuitas tanpa kontribusi dari investor. Catatan atas

Laporan Keuangan (CALK) antara lain:

a. pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai SAK

EMKM

b. Ikhtisar kebijakan akuntansi

c. Informasi tambahan yang menjelaskan transaksi signifikan dan

rincian akun tertentu sangat membantu pengguna dalam memahami

laporan keuangan. Lestari (2019).

Tujuan laporan keuangan menurut SAK EMKM adalah untuk

memberikan informasi tentang keadaan keuangan dan kinerja suatu

entitas, berguna bagi banyak pengguna dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

4. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dijadikan bahan referensi dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3 (Sumber: Hasil Penelitian Terdahulu)

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Santoso & Priyadi Penerapan Hasil penelitian


(2023) Laporan menunjukkan bahwa UMKM
Keuangan Serious Kopi dan Burger
Berdasarkan masih belum menyusun
Standar Akuntansi laporan keuangan sesuai

25
Entitas Mikro, dengan Standar Akuntansi
Kecil dan Keuangan Entitas Mikro,
menengah (SAK Kecil dan Menengah (SAK
EMKM) Pada EMKM) dikarenakan
UMKM Serious pemahaman pemilik
Kopi dan Burger terhadap Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro,
Kecil dan Menengah masih
sangat rendah.

2 Widiastiawati & Penerapan Hasil penelitian menunjukan


Hambali (2020) Penyusunan bahwa UMKM UD Sari
Laporan Bunga belum menerapkan
Keuangan SAK EMKM, peneliti
Berdasarkan melakukan penyusunan
Standar Akuntansi laporan keuangan di UMKM
Keuangan Entitas UD Sari Bunga.
Mikro, Kecil dan
Menengah (SAK
EMKM) Pada
UMKM UD Sari
Bunga

3 Tasum (2020) Analisa Pencatatan dan


Penerapan penyusunan laporan
Standar Akuntansi keuangan masih sangat
Keuangan Entitas sederhana dan sesuai
Mikro Kecil dan kebutuhan dan pemahaman
Menengah (SAK pemilik. Skaters Shop
EMKM) Pada Distro belum menerapkan
Laporan SAK EMKM karena masih
Keuangan Skaters belum memahami tentang
Shop Distro SAK EMKM dan

26
keterbatasan waktu serta
sumber daya manusianya.

4 Dewi & Silvia Penerapan Penelitian ini menunjukkan


(2022) Standar Akuntansi bahwa UD. Palw Group
Keuangan Entitas menyusun laporan
Mikro, Kecil dan keuangan masih sangat
Menengah Dalam sederhana dan manual
Penyusunan dikarenakan pemilik UD.
Laporan Palwa Group hanya
Keuangan UD. mencatat pemasukan dan
Palwa Group pengeluaran guna
mendapatkan informasi
laba.

Rawun & Tumilaar


5 Penerapan Dari hasil penelitian yang
(2019)
Standar Akuntansi dilakukan oleh tim, tidak
Keuangan EMKM ada satupun UMKM yang
Dalam Menyusun Laporan
Penyusunan Keuangan. Dikarenakan
Laporan tidak mengertinya cara
Keuangan pada penyusunan laporan
UMKM (Suatu keuangan dan tidak adanya
Studi UMKM keinginan dari pelaku
Pesisir Di UMKM untuk menyusun
Kecamatan laporan keuangan sesuai
Malalayang dengan SAK EMKM yang
Manado) berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.

6 Fitriani (2021) Analisis Dari hasil penelitian yang


Penyusunan dilakukan, dapat
Laporan disimpulkan bahwa laporan

27
Keuangan UMKM keuangan UMKM yang
Berdasarkan terdapat di Kelurahan
Standar Akuntansi Padasuka masih belum
Keuangan EMKM mampu menerapkan SAK
di Kelurahan EMKM karena pencatatan
Padasuka keuangannya hanya berupa
catatan pengeluaran dan
penerimaan kas secara
sederhana.

7 Lestari (2019) Kesiapan UMKM Hasil penelitian pada 3


Dalam UMKM pengrajin mebel
Implementasi SAK yaitu UD DJ, UD Abadi
EMKM Pengrajin Jaya Mebel, dan Mebel
Mebel Desa Morodadi ditemukan bahwa
Catak, Mojowarno ketiga UMKM tersebut
belum siap menerapkan
SAK EMKM dalam laporan
keuangan mereka.

8 Safitri (2019) Penerapan Hasil penelitian ini


Standar Akuntansi menunjukkan bahwa dalam
Keuangan Entitas kondisi pencatatan laporan
Mikro Kecil Dan keuangan Usaha Dagang
Menengah (SAK Dimas Swalayan masih
EMKM) Pada sangat sederhana dan
Usaha Dagang belum diterapkan sesuai
Dimas Swalayan dengan Standar Akuntansi
Tahun 2018 Keuangan Entitas Mikro
Kecil dan Menengah (SAK
EMKM).

9 Warsadi et al Penerapan Hasil penelitian ini

28
(2017) Penyusunan menunjukkan bahwa entitas
Laporan belum menerapkan
keuangan pada penyusunan laporan
Usaha Kecil keuangan sesuai SAK
menengah EMKM kepada entitas,
Berbasi Standar sehingga dalam
Akuntansi penyusunan laporan
Keuangan Entitas keuangan penyusunan
Mikro, Kecil, dan laporan keuangan
Menengah pada keuangan yang dilakukan
PT. Mama Jaya entitas tersebut masih
sangat sederhana hanya
melakukan pencatatan
pengeluaran dan
pemasukan untuk
mengetahui laba yang
didapatkan entitas.

10 Setyaningsih & Pelaporan Hasil penelitian ini


Farina (2021) Keuangan UMKM memperlihat ada bukti
Berdasarkan SAK bahwa variabel latar
EMKM (Studi belakang pendidikan dan
Kasus Pada skala usaha mempunyai
UMKM Di PD pengaruh positif dan
Pasar Jaya signifikan atas pelaporan
Kramat Jati) keuangan UMKM
berdasarkan SAK EMKM.

F. Metode Penelitian

1. Definisi Operasional Variabel

29
Variabel penelitian ini adalah laporan keuangan berdasarkan SAK

EMKM yang terdapat 3 jenis yaitu:

a. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan adalah penyajian terstruktur dari

posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan utama

laporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi

keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas. Informasi ini

dirancang untuk memberikan manfaat kepada berbagai pengguna

laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Selain

itu, laporan keuangan juga mencerminkan pertanggungjawaban

manajemen terhadap penggunaan sumber daya yang telah

dipercayakan kepada mereka.

Untuk mencapai tujuan tersebut, laporan posisi keuangan

menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:

1) Aset;

2) Liabilitas;

3) Ekuitas;

4) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;

5) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya

sebagai pemilik; dan

6) Arus kas.

b. Laporan Laba Rugi, dan

Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan

perusahaan yang disusun untuk suatu periode akuntansi tertentu,

merinci unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga

30
menghasilkan laba bersih atau rugi. Laporan ini dapat dibuat untuk

periode satu bulan, satu tahun, dan mengikuti konsep perbandingan,

yang juga dikenal sebagai konsep pengaitan atau pemadanan, di

mana beban dan pendapatan yang terkait dipasangkan untuk

mencocokkan waktu terjadinya keduanya. Laporan laba rugi juga

mencakup perbandingan antara pendapatan dan beban perusahaan,

dengan laba terjadi jika pendapatan melebihi beban dan rugi terjadi

jika sebaliknya.

Laporan laba rugi entitas dapat mencakup pos-pos sebagai berikut:

1) Pendapatan;

2) Beban keuangan;

3) Beban pajak;

c. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan merujuk pada informasi

tambahan yang disertakan dalam isi laporan keuangan. Tujuan dari

penyediaan catatan atas laporan keuangan adalah memberikan

informasi tambahan sekaligus memberikan penjelasan terhadap

informasi keuangan yang sudah terdapat dalam laporan tersebut.

Catatan atas laporan keuangan menjadi bagian integral dari isi

laporan keuangan. Isi dari catatan atas laporan keuangan mencakup

informasi tambahan terutama yang terkait dengan laporan laba rugi

dan kinerja keuangan.

Karakteristik dari informasi yang terdapat dalam catatan atas

laporan keuangan adalah memberikan dukungan pada informasi

yang terdapat dalam laporan keuangan. Penggunaan catatan atas

31
laporan keuangan umumnya lebih umum digunakan oleh

perusahaan besar dan sering disajikan dalam bentuk catatan kaki.

Standar Pelaporan Keuangan Internasional merekomendasikan

penggunaan catatan atas laporan keuangan.

2. Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi akuntansi keuangan

khususnya Penerapan Laporan Keuangan EMKM yang disederhanakan

berdasarkan SAK EMKM sehingga dapat dipahami dan diterapkan oleh

para pelaku EMKM.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Beocca cafe yang merupakan

salah satu EMKM di Malang. Beocca cafe ini beralamatkan di jalan

Pamenang, Jetak Ngasri, Mulyoagung, Kec. Dau, Kabupaten Malang.

4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif,

berupa laporan keuangan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer, yaitu data atau informasi yang telah ada

sebelumnya dan dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang

digunakan untuk melengkapi kebutuhan data penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi untuk

mendapatkan data pencatatan keuangan dan sistem akuntansi yang

digunakan Beocca Cafe Dau, serta observasi berupa peneliti mengamati

32
dan menanyakan kepada owner terkait berapa jumlah pengunjung setiap

harinya.

6. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif

kuantitatif, yaitu menjelaskan kasus atau masalah pada suatu objek

tertentu. Peneliti melakukan analisis yang menggambarkan situasi yang

terjadi di Beocca Cafe Dau. Oleh karena itu peneliti mencoba

menerapkan penyusunan laporan keuangan sesuai SAK EMKM Beocca

Cafe Dau dengan beberapa tahapan yaitu:

a. Melakukan wawancara dengan pelaku UMKM Beocca Cafe Dau.

b. Mengklasifikasikan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan

hasil observasi terkait aset, utang, serta modal UMKM sesuai

dengan pemahaman dalam SAK EMKM.

c. Menganalisis data tersebut kemudian memberikan solusi atas

kendala yang dihadapi para pelaku UMKM.

d. Menarik kesimpulan sesuai data yang diperoleh untuk menjawab

rumusan masalah

e. Mengevaluasi dan menyusun data sesuai SAK EMKM

33
34
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, A. P., & Silvia, D. (2022). Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Mikro, Kecil dan Menengah Dalam Penyusunan Laporan Keuangan UD.
Palwa Group. 3(1).
Diana, A., & Setiawati, L. (2017). Akuntansi Keuangan Menengah. C.V ANDI
OFFSET.
Ethika, E., Azwari, M., & Muslim, R. Y. (2019). Analisis Pengaruh Pengungkapan
Akuntansi Lingkungan dan Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan Indeks LQ-45 yang Terdaftar di BEI).
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing, 14(2), 122–133.
https://doi.org/10.37301/jkaa.v14i2.15
Fitriani, P. A. (2021). Analisis Penyusunan Laporan Keuangan UMKM
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan EMKM di Kelurahan
Padasuka. Jurnal Aktual Akuntansi Keuangan Bisnis Terapan
(AKUNBISNIS), 4(2), 109. https://doi.org/10.32497/akunbisnis.v4i2.3110
IAI. (2016). Standar Akuntansi keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah.
Ikatan Akuntan Indonesia.
Izzaty, R. E., Astuti, B., & Cholimah, N. (1967). Landasan teori Analisis Laporan
Keuangan.
Lestari, E. P. (2019). Kesiapan UMKM Dalam Implementasi SAK EMKM
Pengrajin Mebel Desa Catak Gayam, Mojowarno. JAD : Jurnal Riset
Akuntansi & Keuangan Dewantara, 2(1), 24–33.
https://doi.org/10.26533/jad.v2i1.357
Margaretha, F. (2015). Manajemen Keuangan.
Nurazizah, N., & Zulkarnain, Z. (2022). IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI
ENTITAS MIKRO KECIL MENENGAH (SAK EMKM) DALAM
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM KOTA SUKABUMI.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan (JIAKu), 1(2).
https://doi.org/10.24034/jiaku.v1i2.5398
Rawun, Y., & Tumilaar, O. N. (2019). Penerapan Standar Akuntansi Keuangan
EMKM Dalam Penyusunan Laporan Keuangan pada UMKM (Suatu Studi
UMKM Pesisir Di Kecamatan Malalayang Manado). Jurnal Akuntansi
Keuangan dan Bisnis. https://doi.org/10.35143/jakb.v12i1.2472
Safitri, S. (2019). Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil
Dan Menengah (SAK EMKM) Pada Usaha Dagang Dimas Swalayan
Tahun 2018.
Santoso, L., & Priyadi, M. (2023). Penerapan Laporan Keuangan Berdasarkan
Standar Akuntansi Entitas Mikro, Kecil dan menengah (SAK EMKM) Pada
UMKM Serious Kopi dan Burger. 12.
Setyaningsih, T., & Farina, K. (2021). Pelaporan Keuangan UMKM Berdasarkan
SAK EMKM (Studi Kasus Pada UMKM Di PD Pasar Jaya Kramat Jati).
JURNAL LENTERA BISNIS, 10(1), 103.
https://doi.org/10.34127/jrlab.v10i1.415
Tasum. (2020). Analisa Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro
Kecil dan Menengah (SAK EMKM) Pada Laporan Keuangan Skaters
Shop Distro. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Krisnadwipayana, 7(2).
https://doi.org/10.35137/jabk.v7i2.380

35
Warsadi, Kentu Ari. et.al. (2017). Penerapan Penyusunan Laporan Keuangan
Pada Usaha Kecil Menengah Berbasis Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah Pada PT. Mama Jaya. Jurnal
Akuntansi Keuangan.54-13773-1-SM.
Warsono, S & E. Murti. (2010). Akuntansi UMKM Ternyata Mudah Dipahami dan
Dipraktikkan. Yogyakarta: Asgard Chapter Winarmo.
Widiastiawati, B., & Hambali, D. (2020). Penerapan Penyusunan Laporan
Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil
dan Menengah (SAK EMKM) Pada UMKM UD Sari Bunga. 2.

36

Anda mungkin juga menyukai