Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS INFLASI NOVEMBER 2022

TIM PENGENDALIAN INFLASI PUSAT (TPIP)

Inflasi November 2022 Terkendali dan Kembali Berada di Bawah


Prakiraan Awal

INFLASI IHK

Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2022 terkendali dan masih berada di bawah
prakiraan awal. Inflasi IHK pada November 2022 tercatat rendah 0,09% (mtm), meskipun lebih tinggi
dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,11% (mtm). Realisasi inflasi
(mtm) tersebut didorong deflasi kelompok volatile food sejalan dengan pola musimannya. Sementara itu,
inflasi kelompok inti dan administered prices mengalami penurunan (Grafik 1). Dengan perkembangan
tersebut, inflasi IHK secara tahunan tercatat 5,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan
sebelumnya yang mencapai 5,71% (yoy) (Grafik 2) . Perkembangan positif inflasi IHK ini tidak terlepas
dari pengaruh sinergi kebijakan yang makin erat antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Bank Indonesia,
serta berbagai mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID)
serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dalam menurunkan laju inflasi, termasuk
mengendalikan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM. Untuk keseluruhan tahun 2022, Bank
Indonesia memandang inflasi akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meskipun masih
di atas sasaran 3,0±1%. Inflasi pada tahun 2023 diprakirakan akan menurun dan kembali ke dalam
sasaran 3,0±1%. Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan
terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan.
Inti AP VF IHK %, mtm IHK Inti %, yoy
1.4
0.09 VF - rhs AP - rhs 16.0
-0.04 1.2
Kisaran Sasaran Inflasi Batas Atas Sasaran Inflasi
0.03 1.0 14.0
0.10
0.8 12.0
0.6
10.0
0.4
8.0
0.2
6.0
0.0

-0.2 4.0

-0.4 2.0

-0.6 0.0
-0.8
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011 -2.0
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Sumber: BPS Sumber: BPS

Grafik 1. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan Grafik 2. Disagregasi Inflasi Tahunan


Tabel 1. Disagregasi Inflasi November 2022
% (MTM) % (YOY)
Disagregasi Realisasi Realisasi
Sumbangan
November November
IHK 0.09 0.09 5.42
Inti 0.15 0.10 3.30
VF -0.22 -0.04 5.80
AP 0.14 0.03 13.01
Keterangan: Proyeksi Bank Indonesia

1
Secara spasial, inflasi pada November 2022 terjadi di mayoritas wilayah. Kalimantan kembali
mencatatkan inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,24% (mtm), yang terjadi pada seluruh provinsi di wilayah
tersebut (Gambar 1). Secara umum, komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi di wilayah
Kalimantan adalah beras, rokok kretek filter, dan bawang merah, seiring dengan berakhirnya panen raya
komoditas beras dan kendala cuaca yang menahan produksi dan distribusi. Kalimantan Selatan menjadi
provinsi dengan realisasi inflasi tertinggi di wilayah Kalimantan yakni sebesar 0,40% (mtm), diikuti
Kalimantan Barat sebesar 0,34% (mtm), dan Kalimantan Tengah sebesar 0,16% (mtm). Kenaikan inflasi
dibandingkan bulan sebelumnya juga tercatat di wilayah Sulampua dengan inflasi sebesar 0,21% (mtm)
yang disumbang oleh inflasi komoditas rokok kretek filter, bawang merah, dan tomat. Sebagian provinsi
di wilayah ini mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi dicatat di Maluku yakni sebesar 1,13% (mtm),
diikuti Papua Barat dan Sulawesi Barat masing-masing sebesar 0,44% (mtm) dan 0,42% (mtm). Wilayah
Balinusra juga mencatat inflasi yakni sebesar 0,17% (mtm), terutama disumbang oleh komoditas canang
sari, bawang merah, dan tomat. Tekanan inflasi yang lebih tinggi terjadi di provinsi Bali dan Nusa
Tenggara Barat masing-masing sebesar 0,28% (mtm) dan 0,09% (mtm), sementara Nusa Tenggara Timur
mengalami deflasi sebesar 0,10% (mtm). Tingkat harga di wilayah Jawa pada November 2022 juga
mengalami inflasi yakni sebesar 0,10% (mtm), dibandingkan bulan lalu yang deflasi 0,07% (mtm).
Kenaikan tekanan inflasi terjadi di mayoritas provinsi di wilayah Jawa, dengan inflasi tertinggi di provinsi
DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah yang masing-masing sebesar 0,32% (mtm), 0,32% (mtm),
dan 0,15% (mtm). Inflasi yang lebih tinggi di wilayah Jawa khususnya disumbang dari komoditas telur
ayam ras, tomat, dan emas perhiasan. Di sisi lain, wilayah Sumatera masih mencatatkan deflasi yakni
sebesar 0,11% (mtm) yang terutama dipengaruhi oleh deflasi di provinsi Jambi, Sumatera Barat, dan
Sumatera Utara dengan realisasi deflasi masing-masing sebesar 0,49% (mtm), 0,27% (mtm), dan 0,22%
(mtm). Komoditas aneka cabai, angkutan udara, dan bawang merah menjadi penyumbang deflasi di
wilayah Sumatera. Namun demikian, sebagaimana kenaikan tekanan harga di wilayah lainnya, deflasi
wilayah Sumatera tersebut tidak sedalam dibandingkan deflasi bulan lalu sebesar 0,33% (mtm), yang
disumbang oleh kenaikan tekanan inflasi terutama pada komoditas rokok kretek filter, telur dan daging
ayam ras, dan minyak goreng.
Berdasarkan disagregasinya, peningkatan tekanan inflasi di berbagai daerah pada November
2022 terutama didorong oleh deflasi kelompok VF yang tidak sedalam bulan sebelumnya, di
tengah inflasi inti dan AP yang menurun. Tekanan harga kelompok VF meningkat secara merata di
semua wilayah yang terutama disumbang oleh inflasi komoditas telur ayam ras, bawang merah, dan
tomat. Di sisi lain, inflasi kelompok inti melambat di hampir seluruh wilayah (kecuali Sulampua)
terutama disumbang oleh penurunan harga aneka sabun, aneka buah, dan aneka ikan. Sementara itu,
komoditas emas perhiasan, kontrak rumah, dan canang sari menjadi penyumbang utama inflasi
kelompok inti pada November 2022. Selain inti, tekanan inflasi kelompok AP juga menurun di hampir
semua wilayah, khususnya di Sumatera dan Balinusra yang mencatat deflasi pada November 2022, dari
sebelumnya mengalami inflasi pada Oktober 2022. Perkembangan ini terutama disumbang oleh deflasi
pada komoditas angkutan udara, bensin, dan tarif angkutan online. Sementara itu, komoditas aneka
rokok, tarif kereta api, dan bahan bakar rumah tangga menjadi penyumbang inflasi AP pada November
2022.
Secara tahunan, inflasi IHK pada November 2022 tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya di
seluruh wilayah. Balinusra menjadi wilayah dengan inflasi tahunan tertinggi, yakni sebesar 6,64% (yoy)
pada November 2022, dengan komoditas bensin, tarif angkutan udara, dan rokok kretek filter menjadi
penyumbang utama inflasi tahunan. Perlambatan inflasi juga terjadi di wilayah Kalimantan sebesar
6,22% (yoy), Sulampua sebesar 5,84% (yoy), Sumatera sebesar 5,67% (yoy), dan Jawa sebesar 5,19%
(yoy) pada November 2022 (Gambar 2). Perkembangan ini terutama didorong oleh inflasi komoditas
bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkatan udara, rokok kretek filter, dan beras. Berdasarkan
provinsi, realisasi inflasi tahunan tertinggi dialami oleh Kalimantan Selatan sebesar 7,06% (yoy),

2
Kalimantan Tengah sebesar 6,98% (yoy), dan Sumatera Barat sebesar 6,87% (yoy). Penyumbang inflasi
di ketiga provinsi tersebut khususnya komoditas bensin, beras, dan tarif angkutan udara. Dari sisi
disagregasinya, realisasi inflasi tahunan di seluruh wilayah yang lebih rendah dari bulan lalu dipengaruhi
oleh seluruh komponen inflasi inti, AP, dan VF yang melambat. Kelompok inti melambat di wilayah
Sumatera, Jawa, dan Balinusra. Selain itu, kelompok AP dan VF juga mencatat inflasi yang lebih rendah
dibandingkan bulan sebelumnya yang terjadi secara merata di semua wilayah.

Gambar 1. Peta Inflasi Daerah Bulanan Gambar 2. Peta Inflasi Daerah Tahunan

Inflasi IHK pada 2022 diprakirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran 3,0±1%. Prakiraan ini
terutama disebabkan oleh inflasi inti yang meningkat karena meningkatnya ekspektasi inflasi,
berlanjutnya dampak lanjutan (second round effect) dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
bersubsidi, serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Bank Indonesia terus
memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan. Selain itu, sinergi kebijakan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah dan mitra strategis dengan Bank Indonesia melalui Tim Pengendalian
Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) serta peningkatan efektivitas pelaksanaan Gerakan Nasional
Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi
kembali ke sasarannya pada tahun 2023.

INFLASI INTI

Secara tahunan, inflasi inti dan disagregasinya menurun pada November 2022 dibandingkan
dengan bulan sebelumnya. Inflasi inti tercatat sebesar 3,30% (yoy) pada November 2022, lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,31% (yoy). Penurunan inflasi inti secara
bulanan ini terutama dipengaruhi oleh tertahannya dampak lanjutan penyesuaian harga BBM terhadap
inflasi inti maupun tertahannya tekanan inflasi dari sisi permintaan di tengah nilai tukar yang cenderung
depresiatif. Berdasarkan disagregasinya, penurunan inflasi inti tersebut terjadi baik pada kelompok inti
food maupun inti nonfood (Grafik 3). Inflasi inti food menurun menjadi 4,74% (yoy) dari sebesar 4,79%
(yoy), disumbang oleh penurunan inflasi inti food nontraded, sementara inti food traded meningkat.
Sementara itu, inflasi inti nonfood tercatat sebesar 2,86% (yoy) pada November 2022, menurun dari
realisasi bulan sebelumnya yaitu 2,88% (yoy), didorong oleh penurunan baik inti nonfood traded maupun
nonfood nontraded (Grafik 4). Jika dilihat dari pengelompokan jasa dan barang, penurunan dari bulan
sebelumnya juga terjadi baik pada kelompok jasa yang menurun dari 1,93% (yoy) menjadi 1,92% (yoy),
maupun inflasi kelompok barang yang menurun dari 4,34% (yoy) menjadi 4,29% (yoy) (Grafik 5).

3
Grafik 3. Inflasi Inti Food dan Nonfood (yoy) Grafik 4. Inflasi Inti Nonfood Traded dan Nonfood
Nontraded (yoy)

Grafik 5. Inflasi Inti Barang dan Jasa (yoy) Grafik 6. Inflasi Inti Food dan Nonfood (mtm)

Inflasi inti juga menurun secara bulanan dari bulan sebelumnya seiring dengan oleh dampak
lanjutan penyesuaian harga BBM terhadap inflasi inti yang terbatas dan tekanan inflasi dari sisi
permintaan yang belum kuat. Kelompok inti tercatat inflasi 0,15% (mtm) pada November 2022,
menurun dari inflasi Oktober 2022 yang sebesar 0,16% (mtm). Penurunan inflasi inti secara bulanan
tersebut didorong baik oleh kelompok inti nonfood maupun inti food (Grafik 6). Inflasi kelompok inti
nonfood tercatat sebesar 0,15% (mtm), menurun dari bulan sebelumnya sebesar 0,16% (mtm).
Penurunan inflasi kelompok inti nonfood ini khususnya disumbang baik oleh kelompok inti nonfood
nontraded seiring dengan tertahannya dampak lanjutan penyesuaian harga BBM dan permintaan
domestik, di tengah kelompok inti nonfood traded yang meningkat. Sementara itu, inflasi inti food juga
menurun dari 0,23% (mtm) menjadi 0,13% (mtm) didukung oleh tekanan dampak lanjutan inflasi VF
yang terus menurun. Penurunan inflasi inti secara bulanan ini terjadi secara broad-based sehingga
tidak terdapat komoditas inti tertentu yang memberikan sumbangan deflasi cukup besar. Penurunan
inflasi inti lebih lanjut tertahan oleh kenaikan inflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan
perkembangan inflasi komoditas emas global (Tabel 2).
Tabel 2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Inti (mtm)
Inflasi/Deflasi Sumbangan
No. Komoditas Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi mtm (%)
(% mtm) mtm (%)
INFLASI
1 EMAS PERHIASAN 1.22 0.01 Nusa Tenggara Barat (2.84%), Kep. Riau (2.75%), Sulawesi Utara (2.58%)
DEFLASI

Permintaan domestik cenderung tertahan sebagaimana pada indikator permintaan dari inflasi
yaitu inflasi inti nonfood exclude emas yang menurun pada November 2022. Indikator permintaan
dari sisi inflasi yaitu inflasi inti nonfood exclude emas tercatat sebesar 2,88% (yoy), menurun
dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,92% (yoy) (Grafik 7). Penurunan inflasi inti nonfood exclude
emas didorong baik oleh penurunan inflasi kelompok nonfood traded (umumnya barang manufaktur),
maupun kelompok nonfood nontraded (umumnya jasa). Penurunan inflasi kelompok barang disumbang
baik oleh inflasi barang nondurable yang sebesar 4,56% (yoy) dari sebelumnya 4,60% (yoy), maupun
inflasi barang durable yang menurun menjadi sebesar 3,29% (yoy) dari sebelumnya 3,38% (yoy) (Grafik
8). Sebagaimana dengan indikator dari inflasi, indikasi permintaan dari sisi sektor keuangan juga

4
menurun sebagaimana terlihat dari pertumbuhan kredit konsumsi yang pada Oktober 2022 tercatat
sebesar 8,79% (yoy), menurun dari sebesar 9,20% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 9).

Grafik 7. Inflasi Inti Nonfood Barang dan Jasa Grafik 8. Inflasi Inti Kelompok Barang Durable dan
Nondurable

Grafik 9. Pertumbuhan Kredit Konsumsi dan M2

Secara tahunan, inflasi inti nontraded juga menurun dari bulan sebelumnya, disumbang baik oleh
inti nontraded food maupun inti nontraded nonfood. Inflasi inti nontraded secara tahunan tercatat
sebesar 2,72% (yoy) pada November 2022, lebih rendah dibandingkan dengan Oktober 2022 sebesar
2,75% (yoy) (Grafik 10). Penurunan ini didorong baik oleh inflasi inti nontraded food yang menurun
menjadi 4,82% (yoy), dari sebelumnya 4,90% (yoy), maupun inflasi inti nontraded nonfood (didominasi
jasa) yang menurun menjadi 2,00% (yoy), dari sebelumnya sebesar 2,01% (yoy). Dari subkelompoknya,
penurunan inflasi inti jasa bersumber khususnya dari subkelompok jasa perumahan yang menurun di
tengah jasa pendidikan yang masih meningkat (Grafik 11). Pada kelompok inflasi jasa perumahan yang
memiliki bobot terbesar, tercatat adanya penurunan inflasi komoditas kontrak rumah yang pada
November 2022 tercatat sebesar 1,62% (yoy), menurun dari 1,74% (yoy), walaupun di tengah tren
mobilitas masyarakat yang telah pulih pascapandemi. Kondisi ini juga terjadi pada inflasi komoditas sewa
rumah yang menurun menjadi 1,87% (yoy) pada November 2022 dari bulan sebelumnya sebesar 2,01%
(yoy) (Grafik 12).

Grafik 10. Inflasi Inti Nontraded Food dan Grafik 11. Inflasi Inti Jasa (yoy)
Nontraded Nonfood (yoy)

5
Grafik 12. Inflasi Sewa Rumah, Kontrak Rumah, Grafik 13. Inflasi Inti Nontraded Food dan
Upah ART, dan Mobilitas Perumahan (yoy) Nontraded Nonfood (mtm)

Secara bulanan, inflasi inti nontraded menurun didorong oleh penurunan baik inflasi inti
nontraded nonfood maupun nontraded food. Pada November 2022, inflasi inti nontraded tercatat
sebesar 0,09% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,18% (mtm). Penurunan
tersebut mengindikasikan belum kuatnya dampak lanjutan kenaikan harga BBM ke inflasi inti nontraded
dan tekanan inflasi dari sisi permintaan. Dari komponennya, penurunan inflasi tersebut disumbang oleh
kelompok nontraded nonfood yang pada bulan ini tercatat inflasi sebesar 0,09% (mtm), lebih rendah dari
bulan sebelumnya yang sebesar 0,14% (mtm). Penurunan ini terutama didorong oleh komoditas kontrak
rumah dan sewa rumah yang juga menurun walaupun di tengah pulihnya mobilitas masyarakat.
Sementara itu, kelompok inti nontraded food pada bulan ini tercatat inflasi sebesar 0,11% (mtm), lebih
rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,30% (mtm), sejalan dengan dampak lanjutan inflasi VF yang
terus menurun sejak September 2022 (Grafik 13).
Tekanan eksternal, sebagaimana yang dicerminkan oleh indeks harga barang impor (IHIM),
kembali menurun pada November 2022, di tengah nilai tukar Rupiah yang depresiatif. Inflasi inti
traded exclude emas tercatat sebesar 4,17% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan
sebelumnya yang sebesar 4,21% (yoy). Perkembangan ini searah dengan dinamika harga komoditas
global yang kembali menurun pada November 2022, di tengah nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi
(Grafik 14). Secara tahunan, inflasi IHIM total pada November 2022 tercatat deflasi 10,91% (yoy), lebih
dalam dari deflasi bulan sebelumnya yang sebesar 10,56 (yoy). Dilihat dari komponen IHIM, inflasi IHIM
oil pada November 2022 menurun menjadi sebesar 6,38% (yoy), dari sebelumnya 7,38% (yoy).
Penurunan harga minyak dunia tersebut sejalan dengan perkiraan pelemahan ekonomi global akibat
potensi resesi yang mengakibatkan pelemahan permintaan minyak dunia. Sementara itu, inflasi IHIM
nonpangan non-oil menurun dari deflasi 22,56% (yoy) pada Oktober 2022 menjadi deflasi 24,89% (yoy)
pada November 2022 didorong oleh penurunan kapas di tengah deflasi emas dan besi baja yang tidak
sedalam deflasi bulan sebelumnya. Harga emas global mengalami deflasi 4,91% (yoy), tidak sedalam
bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 6,18% (yoy). Deflasi harga emas selama tujuh bulan terakhir
terjadi seiring sejalan dengan tren penurunan harga sejak pertengahan April 2022 akibat penurunan
permintaan safe asset yang tercermin pada moderasi managed money.

Deflasi IHIM pangan secara tahunan (yoy) pada November 2022 tidak sedalam deflasi bulan
sebelumnya karena peningkatan beberapa harga komoditas pangan. IHIM pangan pada November
2022 mengalami deflasi sebesar 10,44% (yoy), lebih tinggi dari deflasi pada Oktober 2022 sebesar
11,73% (yoy). Kenaikan inflasi pangan terjadi pada komoditas gula, kedelai, crude palm oil (CPO), dan
bawang putih. Dari sisi permintaan, terjaganya harga komoditas pangan global tersebut terjadi sejalan
dengan prospek permintaan global yang melemah karena perlambatan ekonomi global. Sementara dari
sisi penawaran, penurunan harga minyak global dan kesepakatan antara Rusia dan Ukraina agar Ukraina
melanjutkan ekspor gandum turut menjaga harga IHIM pangan (Grafik 15). Sementara itu, nilai tukar

6
Rupiah secara tahunan terdepresiasi sebesar 9,81% (yoy) pada November 2022, lebih depresiatif
dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami depresiasi sebesar 8,86% (yoy).

Grafik 14. Tekanan Eksternal – Nilai Tukar dan Grafik 15. Inflasi Inti Food Traded, Inflasi Inti Food,
IHIM (yoy) Inflasi VF dan IHIM Pangan

Secara bulanan, inflasi kelompok inti traded meningkat dari bulan sebelumnya didorong oleh
kelompok traded food maupun traded nonfood. Sebagaimana pada kelompok inti nontraded, indikasi
dampak lanjutan kenaikan harga BBM ke inti traded terindikasi belum kuat. Kelompok inti traded tercatat
inflasi sebesar 0,21% (mtm) pada bulan ini, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan lalu yang
sebesar 0,17% (mtm). Peningkatan ini disumbang oleh inflasi inti traded food yang meningkat menjadi
0,17% (mtm) dari sebelumnya 0,11% (mtm). Sementara itu, inflasi inti traded nonfood meningkat
menjadi 0,22% (mtm) dari 0,18% (mtm) pada bulan sebelumnya (Grafik 16). Sementara itu, komoditas
emas perhiasan tercatat inflasi 1,22% (mtm), meningkat dari deflasi 0,46% (mtm) bulan sebelumnya,
walaupun masih lebih rendah dari inflasi emas global sebesar 3,76% (mtm). Lebih lanjut, nilai tukar
Rupiah secara bulanan terdepresiasi (1,48% mtm) pada November 2022, lebih apresiatif dari bulan
sebelumnya yang terdepresiasi 3,01% (mtm) (Grafik 17). Sementara itu, harga komoditas global IHIM
mengalami inflasi 1,78% (mtm) pada November 2022, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat
deflasi 3,93% (mtm). Peningkatan inflasi IHIM bulanan tersebut didorong oleh peningkatan kelompok
IHIM pangan dan IHIM nonpangan nonoil menjadi masing-masing inflasi 4,78% dan inflasi 0,66% (mtm),
dibandingkan bulan sebelumnya sebesar masing-masing deflasi 1,66% dan deflasi 15,63% (mtm).
Sementara itu, IHIM oil menurun menjadi sebesar deflasi 3,63% dari inflasi 3,85% (mtm) pada bulan
sebelumnya.

Grafik 18. Inflasi Inti Traded Food dan Nonfood (mtm) Grafik 19. Nilai Tukar, Inflasi Emas Perhiasan,
dan Inflasi Emas Global (mtm)

Ekspektasi inflasi 2022, sebagaimana indikator Consensus Forecast (CF), menurun pada bulan
November 2022 setelah sempat mengalami overshooting pada bulan sebelumnya. Hasil survei CF
untuk ekspektasi inflasi 2022 yang dirilis pada November 2022 tercatat sebesar 4,40% (average yoy)
atau 5,90% (eop yoy), menurun dari angka pada bulan sebelumnya sebesar 4,70% (average yoy) atau
6,70% (eop yoy). Sementara itu, ekspektasi inflasi 2023 diperkirakan lebih tinggi dari inflasi 2022, yaitu

7
sebesar 4,50% (average yoy) atau 3,20% (eop yoy) (Grafik 18 dan 19). Dari Survei Perdagangan Eceran,
ekspektasi inflasi dari pedagang eceran untuk 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang cenderung fluktuatif
mengikuti pola musiman pada awal tahun (Grafik 20).

Grafik 18. Ekspektasi Inflasi CF (avg yoy) Grafik 19. Ekspektasi Inflasi CF (eop yoy)

Grafik 20. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran

INFLASI VOLATILE FOOD

Inflasi kelompok volatile food (VF) kembali mengalami deflasi pada November 2022. Kelompok
volatile food masih mengalami deflasi sebesar 0,22% (mtm) sejalan dengan pola musiman, meski tidak
sedalam bulan sebelumnya yang deflasi sebesar 1,62% (mtm). Perkembangan tersebut terutama
dipengaruhi oleh deflasi komoditas aneka cabai didukung oleh keberlanjutan masa panen hortikultura di
daerah sentra produksi. Namun demikian, penurunan harga lebih lanjut ditahan oleh inflasi yang terjadi
pada komoditas telur ayam ras dan tomat, disebabkan oleh kondisi afkir dini ternak ayam ras,
peningkatan permintaan, serta kendala kondisi cuaca. Komoditas beras turut menyumbang inflasi, meski
dengan tekanan inflasi yang makin melemah, dipengaruhi oleh efek musiman penurunan produksi beras
menjelang akhir tahun dan dampak lanjutan penyesuaian harga BBM. Secara tahunan, kelompok VF
mencatatkan inflasi sebesar 5,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,02%
(yoy).

Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food November 2022 (mtm)
Inflasi/Deflasi Sumbangan
No. Komoditas Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi
(% mtm) (%)
INFLASI
1 TELUR AYAM RAS 2.77 0.02 Sulawesi Selatan (1.94%), Kalimantan Selatan (1.85%), Kep. Bangka Belitung (1.68%)
2 TOMAT 12.90 0.02 Nusa Tenggara Barat (59.14%), Jawa Tengah (41.03%), Jawa Timur (33.79%)
3 BERAS 0.38 0.01 Kalimantan Selatan (6.78%), Kalimantan Tengah (2.15%), Sumatera Barat (1.34%)
4 TEMPE 2.13 0.01 Maluku (41.56%), DI Yogyakarta (6.87%), Sumatera Barat (6.65%)
5 TAHU MENTAH 2.13 0.01 Maluku (21.87%), Sulawesi Tenggara (21.11%), Kep. Bangka Belitung (10.37%)
6 SAWI HIJAU 10.16 0.01 Nusa Tenggara Barat (50.86%), Bali (43.04%), Sumatera Utara (28.89%)
7 BAWANG MERAH 1.67 0.01 Bali (15.84%), Kalimantan Barat (14.74%), Sulawesi Selatan (13.27%)
DEFLASI
1 CABAI MERAH -19.26 -0.08 Jambi (-42.24%), Maluku (-36.68%), Sulawesi Utara (-28.21%)
2 CABAI RAWIT -16.70 -0.03 50%)Jawa Tengah (-26.50%), Jambi (-23.95%), Bali (-23.80%)

8
Sementara itu, kondisi cuaca pada November 2022 dipantau telah memasuki musim hujan di
sebagian besar wilayah. Kondisi La Nina moderat berlangsung pada November 2022 sebagaimana yang
diindikasikan dari indeks ENSO yang mencapai -1,07. Angka indeks ENSO Oktober ini lebih rendah dari
prakiraan pada bulan sebelumnya yang sebesar -0,63. Secara umum, perkembangan La Nina ini
mengakibatkan intensitas curah hujan rendah-menengah di sebagian besar wilayah di Indonesia.
Sebanyak 70,7% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Selain itu, sifat hujan pada November
2022 umumnya antara normal hingga di atas normal, terutama di wilayah Jawa dan Sumatera yang
merupakan daerah sentra produksi pangan. Meskipun demikian, kondisi cuaca diprakirakan masih
cukup kondusif dalam aktivitas produksi komoditas pangan khususnya hortikultura.
Komoditas aneka cabai kembali mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut. Secara
bulanan, cabai merah mencatat deflasi sebesar 19,26%(mtm) pada November 2022, tidak sedalam bulan
sebelumnya yang deflasi sebesar 23,40% (mtm). Hal serupa juga terjadi pada komoditas cabai rawit yang
melanjutkan penurunan harga dari deflasi 12,69% (mtm) pada Oktober 2022 menjadi deflasi 16,70%
(mtm) pada November 2022. Secara tahunan, inflasi cabai merah dan cabai rawit pada November 2022
masing-masing mencapai 5,80% (yoy) dan 28,18% (yoy) atau melandai dibandingkan bulan sebelumnya
yang sebesar 57,62% (yoy) dan 48,51% (yoy) (Grafik 21 dan Grafik 22).
Penurunan harga komoditas aneka cabai didukung oleh peningkatan pasokan seiring dengan
masih berlangsungnya panen raya di daerah sentra produksi. Aktivitas produksi komoditas
hortikultura masih berlanjut didukung oleh perkembangan cuaca yang cukup kondusif, meski tidak
sebaik bulan lalu di tengah mayoritas wilayah yang telah memasuki musim hujan. Pasokan berasal dari
sejumlah sentra produksi antara lain di Jawa Barat (a.l. Cianjur, Garut, Sumedang, dan Ciamis), Jawa
Tengah (a.l. Temanggung, Boyolali, Brebes, dan Demak), Jawa Timur (a.l. Malang, Blitar, Nganjuk). Data
prognosa Badan Pangan Nasional (BPN) menunjukkan peningkatan produksi cabai merah pada
November 2022 menjadi 109.284 ton, dari 107.084 ton pada Oktober 2022. Sementara itu, produksi
cabai rawit diprakirakan menurun menjadi 101.414 ton pada November 2022, dari 106.263 ton pada
Oktober 2022. Perkembangan pasokan aneka cabai tersebut juga tercermin dari pergerakan pasokan
cabai merah dan cabai rawit di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) hingga minggu ketiga November 2022
dibandingkan periode yang sama pada bulan sebelumnya, masing-masing menjadi 1.087 ton dan 1.205
ton dari bulan sebelumnya sebesar 916 ton dan 1.245 ton. Dengan perkembangan tersebut, rerata harga
jual cabai merah terkoreksi menjadi Rp36.118/kg pada November 2022 dari Rp47.699/kg pada bulan
sebelumnya. Rerata harga jual cabai rawit juga turun menjadi Rp35.712/kg pada November 2022, dari
Rp43.972/kg pada bulan sebelumnya.

Grafik 21. Inflasi dan Harga Cabai Merah Grafik 22. Inflasi dan Harga Cabai Rawit

Harga komoditas bawang merah meningkat pada November 2022. Komoditas bawang merah
mengalami inflasi sebesar 1,67% (mtm) pada November 2022, setelah mengalami deflasi pada bulan
sebelumnya sebesar 2,58% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi bawang merah ini dipengaruhi oleh
mulai berakhirnya periode puncak panen di beberapa sentra produksi (a.l. di Sumatera Selatan,

9
Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah), serta kendala cuaca yang menahan produksi dan distribusi.
Berdasarkan data prognosa BPN, produksi bawang merah menurun pada November 2022 menjadi
85.723 ton, dari 94.054 ton pada Oktober 2022. Sejalan dengan perkembangan tersebut, harga bawang
merah di PIHPS bergerak meningkat ke level Rp35.008/kg, dari bulan sebelumnya sebesar Rp34.420/kg.
Secara tahunan, komoditas bawang merah mencatat inflasi sebesar 29,10% (yoy) pada November 2022,
meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 20,24% (yoy) (Grafik 23).
Tekanan harga komoditas bawang putih masih menurun pada November 2022. Komoditas bawang
putih mencatatkan deflasi 1,07% (mtm) pada November 2022, tidak sedalam dibandingkan deflasi pada
bulan sebelumnya sebesar 1,59% (mtm). Perkembangan inflasi bawang putih yang terkendali ini
didukung oleh pasokan yang terjaga seiring dengan realisasi impor yang terus berjalan. Berdasarkan
data BPN, impor bawang putih pada November 2022 diprakirakan terealisasi sebesar 78.322 ton, lebih
tinggi dari Oktober 2022 sebesar 36.083 ton. Dengan perkembangan tersebut, harga bawang putih
menurun menjadi Rp27.034/kg pada November 2022, dari Rp27.632/kg pada Oktober 2022. Secara
tahunan, bawang putih juga mengalami deflasi sebesar 0,18% (yoy), dari bulan sebelumnya yang inflasi
sebesar 0,49% (yoy) (Grafik 24).

Grafik 23. Inflasi dan Harga Bawang Merah Grafik 24. Inflasi dan Harga Bawang Putih

Harga homoditas daging ayam ras meningkat, setelah mengalami deflasi selama tiga bulan
berturut-turut. Daging ayam ras mencatat inflasi sebesar 0,17% (mtm) pada November 2022, lebih
tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang deflasi 2,26% (mtm). Kenaikan harga daging ayam ras
disebabkan oleh peningkatan permintaan dan afkir dini ternak ayam ras, di tengah masih tingginya biaya
produksi khususnya pakan dan strategi pengendalian harga akibat kondisi pasokan live bird di tingkat
peternak yang masih oversupply. Hal tersebut sejalan dengan penerapan program pemusnahan baru oleh
Kementerian Pertanian sejak 7 Oktober 2022 untuk mengatasi potensi kelebihan pasokan pada
November dan Desember 2022. Lebih lanjut, BPN telah memfasilitasi penyerapan live bird oleh BUMN
pangan dan perusahaan integrator dari peternak mandiri mikro dan kecil sebagai upaya stabilisasi harga
daging ayam. Realisasi penyerapan program tersebut telah mencapai 398.049 kg sejak dilaksanakan 30
Agustus hingga 26 November 2022. Berdasarkan perkembangan tersebut, harga daging ayam ras pada
November 2022 mencapai Rp33.834/kg, naik dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp33.006/kg,
meski masih lebih rendah dari harga acuan yang ditetapkan Pemerintah sebesar Rp36.750/kg. Secara
tahunan, komoditas daging ayam ras mencatatkan inflasi sebesar 0,11% (yoy) pada November 2022,
melandai dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 1,85% (yoy) (Grafik 25).
Sejalan dengan daging ayam ras, komoditas telur ayam ras mengalami inflasi pada November
2022. Telur ayam ras mengalami inflasi sebesar 2,77% (mtm), berbalik arah dibandingkan Oktober 2022
yang deflasi 8,06% (mtm). Kenaikan harga terutama disebabkan oleh peningkatan permintaan menjelang
HBKN Nataru, serta penurunan pasokan ayam petelur. Berdasarkan data BPN, produksi telur ayam ras
pada November 2022 menurun menjadi 464.356 ton, dari 480.448 pada bulan sebelumnya. Selain itu,
kenaikan harga telur ayam ras tidak terlepas dari upaya stabilisasi pasokan dan harga yang dilakukan

10
oleh Pemerintah guna menahan penurunan harga lebih lanjut, antara lain melalui kebijakan culling dan
cutting serta operasi pasar khusus telur ayam ras sejak 1 September 2022 dengan mengacu pada HAP
yakni Rp27.000/kg. Pada November 2022, harga telur ayam ras mencapai level Rp27.867/kg atau
meningkat dari bulan sebelumnya sebesar Rp26.397/kg (Grafik 26). Secara tahunan, komoditas telur
ayam ras mencatatkan inflasi sebesar 17,10% (yoy) pada November 2022, lebih rendah dari Oktober
2022 sebesar 26,41% (yoy).

Grafik 25. Inflasi dan Harga Daging Ayam Ras Grafik 26. Inflasi dan Harga Telur Ayam Ras

Komoditas minyak goreng mengalami inflasi didorong oleh permintaan yang meningkat
menjelang HBKN Nataru. Minyak goreng mengalami inflasi sebesar 0,46% (mtm) pada November 2022,
lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang deflasi 1,75% (mtm). Berdasarkan data prognosa BPN,
ketersediaan minyak goreng pada November 2022 diprakirakan sebesar 394,37 ribu ton atau menurun
dari bulan lalu sebesar 407,52 ribu ton. Untuk mengantisipasi kenaikan harga lebih lanjut, Pemerintah
terus menyalurkan minyak goreng curah hasil pemenuhan DMO dengan skema Minyak Goreng Curah
Rakyat (MGCR) dan Minyakita dengan harga HET Rp14.000/liter. Sejalan dengan hal tersebut,
Pemerintah masih menerapkan kewajiban pemenuhan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic
Price Obligation (DPO) untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga minyak goreng. Sementara itu, harga
CPO global juga mengalami peningkatan sebesar 10,16% (mtm) pada November 2022, dari bulan lalu
yang deflasi sebesar 1,63% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, berdasarkan data PIHPS, harga
rerata minyak goreng bulanan naik menjadi Rp18.391/liter pada November 2022, dibandingkan bulan
sebelumnya sebesar Rp18.290/liter. Berdasarkan data EWS Kemendag, kenaikan harga minyak goreng
pada November 2022 terjadi pada semua jenis minyak goreng, baik curah, kemasan sederhana dan
premium, yaitu masing-masing inflasi 2,17% (mtm), 2,53% (mtm), dan 0,48% (mtm). Secara tahunan,
komoditas minyak goreng dicatat mengalami inflasi sebesar 0,15% (yoy), lebih rendah dari Oktober 2022
yakni 7,52% (yoy) (Grafik 27).
Komoditas beras masih mengalami inflasi pada November 2022. Komoditas beras dicatat
mengalami inflasi sebesar 0,38% (mtm), lebih rendah dibandingkan Oktober 2022 sebesar 1,13% (mtm).
Penurunan tekanan inflasi beras tersebut sejalan dengan perkembangan harga Gabah Kering Giling
(GKG) di tingkat petani dan penggilingan yang menurun pada November 2022 sebesar -1,79% (mtm) dan
-1,77% (mtm), dari bulan lalu yang meningkat sebesar 1,53% (mtm) dan 1,52% (mtm). Berdasarkan data
PIBC, rerata pasokan beras mingguan pada November 2022 mengalami peningkatan menjadi 18.876 ton
pada November 2022, dari 17.837 ton pada Oktober 2022. Namun demikian, harga beras yang masih
mengalami inflasi tersebut dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan seiring periode musim tanam dan
kenaikan biaya distribusi (a.l. dampak dari penyesuaian harga BBM). Hingga November 2022, stok akhir
Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai 331.321 ton, lebih rendah dari bulan lalu sebesar 598.346
ton. Posisi CBP tersebut merupakan yang terendah sejak 2017, yakni sebesar 269.497 ton pada
November 2017. Penurunan CBP ini sejalan dengan upaya intervensi yang tetap dilakukan Perum Bulog
melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) untuk mengantisipasi peningkatan
harga akhir tahun. Volume KPSH November 2022 masih cukup tinggi yakni sebesar 219,8 ribu ton, lebih
tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 160,9 ribu ton. Dalam upaya memperkuat CBP hingga mencapai

11
level 1 juta ton pada akhir tahun, Perum Bulog terus mengoptimalkan pengadaan beras dari dalam negeri.
Kementerian Pertanian berkomitmen untuk memenuhi pasokan beras sebanyak 500.000 ton kepada
Perum Bulog hingga akhir November. Namun demikian, pengadaan beras Perum Bulog pada November
2022 masih sangat terbatas sebesar 137.658 ton. Di sisi lain, Kementerian Perdagangan masih menahan
rencana pemenuhan impor menunggu perkembangan realisasi pengadaan beras Bulog hingga akhir
November 2022. Berdasarkan PIHPS, harga beras pada November 2022 berada pada level Rp12.275/kg,
meningkat dari bulan lalu sebesar Rp12.200/kg. Secara tahunan, inflasi beras pada November 2022
dicatat sebesar 4,18%(yoy), meningkat dibandingkan Oktober 2022 sebesar 3,83%(yoy)(Grafik 28).

Grafik 27. Inflasi dan Harga Minyak Goreng Grafik 28. Inflasi dan Harga Beras

Harga daging sapi masih relatif terjaga pada November 2022, seiring dengan kecukupan pasokan.
Komoditas daging sapi dicatat mengalami deflasi sebesar 0,20% (mtm) pada November 2022, dari inflasi
pada Oktober 2022 sebesar 0,10%(mtm). Terjaganya harga daging sapi terutama didukung oleh kondisi
wabah PMK yang semakin membaik sehingga dapat menopang perbaikan pasokan dan distribusi daging
sapi. Berdasarkan data Kementan per 1 Desember 2022, daerah yang terinfeksi wabah PMK berkurang
menjadi 17 provinsi yang tersebar di 139 kabupaten/kota dengan tingkat kasus harian yang cenderung
menurun. Sementara itu, upaya vaksinasi ternak terus diperluas dan saat ini jumlah ternak yang telah
divaksinasi mencapai 7,5 juta ekor. Namun demikian, upaya untuk mengatasi wabah PMK masih terus
dilaksanakan, antara lain melalui pengetatan dan pengawasan lalu lintas ternak rentan PMK dan
perluasan pemberian vaksin PMK. Berbagai perkembangan tersebut mendukung perbaikan pergerakan
pasokan daging sapi di PD. Dharma Jaya yang mengalami peningkatan dari rerata pasokan mingguan 341
ekor per minggu pada Oktober 2022 menjadi 475 ekor per minggu pada November 2022. Sementara itu,
pasokan daging sapi melalui jalur impor berdasarkan prognosa BPN diprakirakan sebesar 38.805 ton
pada November 2022. Saat ini, harga daging sapi impor terpantau masih berada pada level yang tinggi,
yakni USD5,70/kg, meningkat dibandingkan harga Oktober 2022 sebesar USD5,46/kg. Selain itu, upaya
menjaga pasokan ditempuh melalui percepatan realisasi impor daging beku salah satunya oleh Perum
Bulog. Hingga November 2022, realisasi impor oleh Perum Bulog mencapai 99.932 ton atau 99,9% dari
kuota impor sebesar 100.000 ton. Berdasarkan perkembangan tersebut, rerata harga daging sapi menjadi
Rp134.433/kg pada November 2022 lebih rendah dari Rp134.487/kg pada Oktober 2022. Inflasi
komoditas daging sapi secara tahunan menurun menjadi 4,89% (yoy), dari bulan sebelumnya yang
sebesar 5,69% (yoy) (Grafik 29).

12
Grafik 29. Inflasi dan Harga Daging Sapi

INFLASI ADMINISTERED PRICES

Inflasi kelompok Administered Prices (AP) pada November 2022 menurun. Secara bulanan,
kelompok AP mencatat inflasi sebesar 0,14% (mtm), menurun dibandingkan 0,30% (mtm) pada bulan
sebelumnya (Grafik 30). Penurunan inflasi terutama disebabkan oleh tarif angkutan udara seiring
berlanjutnya kebijakan relaksasi biaya Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan, Dan Penyimpanan
Pesawat Udara (PJP4U) di bandara yang dikelola Kementerian Perhubungan dan dampak lanjutan
penyesuaian harga BBM bersubsidi terhadap angkutan darat yang menurun. Penurunan inflasi lebih
lanjut tertahan oleh inflasi rokok kretek filter dan rokok putih seiring dengan transmisi cukai oleh
produsen yang berlanjut (Grafik 30). Berdasarkan komoditasnya, inflasi AP pada November 2022
terutama disumbang oleh komoditas non-energi, yaitu aneka rokok, sementara komoditas energi dan
transportasi tidak memberikan andil terhadap inflasi bulanan IHK (Grafik 31 dan 32). Secara tahunan,
inflasi AP juga mengalami penurunan menjadi sebesar 13,01% (yoy) dibandingkan dengan 13,28% (yoy)
pada Oktober 2022, dengan andil terbesar masih berasal dari komoditas energi, di tengah normalisasi
inflasi komoditas angkutan dan inflasi aneka rokok yang meningkat (Grafik 30 dan 33).
Tabel 4. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Administered Prices (mtm)
Inflasi/Deflasi Sumbangan
No. Komoditas Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi
(% mtm) (%)
INFLASI
1 ROKOK KRETEK FILTER 0.94 0.02 Maluku (11.80%), Aceh (2.94%), Kalimantan Barat (2.46%)
2 ROKOK PUTIH 0.70 0.01 Maluku (3.78%), Kalimantan Timur (3.42%), Aceh (2.48%)

Grafik 30. Inflasi Administered Prices (% mtm dan % Grafik 31. Inflasi Bulanan Administered Prices
yoy)

13
Grafik 32. Sumbangan Inflasi Bulanan Administered Grafik 33. Sumbangan Inflasi Tahunan
Prices Administered Prices

Inflasi komoditas jasa angkutan (komposit) menurun yang dipengaruhi oleh penurunan tarif AU
dan angkutan darat. Inflasi jasa angkutan (komposit) mencatatkan inflasi rendah sebesar 0,01% (mtm),
dibandingkan dengan 0,16% (mtm) pada bulan sebelumnya dan tidak memberikan andil terhadap inflasi
IHK (Grafik 34). Tarif AU tercatat masih mengalami deflasi sebesar 0,28% (mtm), meski tidak sedalam
deflasi 0,72% (mtm) pada bulan sebelumnya, seiring dengan penerapan kebijakan relaksasi PJP4U pada
bandara yang dikelola oleh Kementerian Perhubungan. Dari sisi demand, jumlah penumpang AU selama
November 2022 melandai, meski terdapat high level event Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.
Sementara itu, supply armada juga melandai, antara lain dipengaruhi oleh adanya pembatasan operasi
penerbangan reguler di Bandara I Gusti Ngurah Rai guna memberikan ruang terhadap penanganan
penerbangan khusus tamu KTT G20 khususnya yang menggunakan pesawat pribadi (Grafik 36).
Berdasarkan informasi maskapai, jumlah penumpang pada November secara historis cenderung rendah
(low season), sehingga maskapai masih fokus pada strategi pemenuhan seat load factor dan
mempertahankan market share.
Tarif angkutan darat menurun seiring dampak lanjutan penyesuaian BBM bersubsidi yang tidak
sebesar prakiraan awal. Komoditas angkutan dalam kota pada November 2022 mencatatkan inflasi
sebesar 0,19% (mtm), lebih rendah dari 1,12% (mtm) pada bulan sebelumnya (Grafik 34). Kenaikan tarif
angkutan dalam kota di daerah diprakirakan tidak sebesar estimasi awal yang antara lain didukung
adanya subsidi transportasi oleh Pemerintah Daerah. Sementara itu, tarif roda dua online mengalami
deflasi 0,13% (mtm), seiring menurunnya dampak lanjutan penyesuaian harga BBM bersubsidi (Grafik
34). Secara tahunan, inflasi komoditas jasa angkutan (komposit) pada November 2022 mencapai 21,99%
(yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi 23,33% (yoy) pada bulan sebelumnya, meski masih dalam level
yang tinggi (Grafik 35). Capaian tersebut disebabkan oleh realisasi inflasi AU yang menurun menjadi
34,43% (yoy), dibandingkan 42,98% (yoy) pada bulan September 2022. Selanjutnya, inflasi tahunan
angkutan dalam kota dan roda dua online pada November 2022 juga menurun masing-masing menjadi
25,75% (yoy) dan 5,10% (yoy), dari 25,75% (yoy) dan 5,41% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 35).

Grafik 34. Perkembangan Inflasi Bulanan Angkutan Grafik 35. Perkembangan Inflasi Tahunan
Utama Angkutan Utama

14
Grafik 36. Perkembangan Pesawat dan Penumpang Berangkat (Proxy Supply dan Demand)

Kelompok energi (komposit) juga menurun akibat penurunan harga bensin nonsubsidi, di tengah
minimnya penyesuaian harga komoditas energi lainnya. Secara bulanan, komoditas energi
(komposit) pada November 2022 mencatatkan deflasi 0,01% (mtm), menurun dibandingkan inflasi
0,44% (mtm) pada bulan sebelumnya (Grafik 37). Komoditas bensin mengalami deflasi sebesar 0,09%
(mtm), dibandingkan inflasi 0,71% (mtm) pada Oktober 2022 seiring penurunan harga Pertamax Turbo
pada 1 Oktober 2022. Inflasi solar juga menurun menjadi 0,19% (mtm), dari 2,08% (mtm) di bulan
sebelumnya seiring normalisasi dampak penyesuaian harga solar subsidi dan harga nonsubsidi yang
terbatas. Sementara itu, komoditas bahan bakar rumah tangga (BBRT) mencatatkan inflasi rendah, yaitu
0,13% (mtm) dibandingkan dengan 0,49% (mtm) pada Oktober 2022 seiring dengan minimnya
penyesuaian harga di tingkat pengecer. Namun demikian, seluruh komoditas energi tidak memberikan
sumbangan terhadap inflasi IHK November 2022. Secara tahunan, inflasi kelompok energi (komposit)
masih tinggi, yaitu tercatat 16,85% (yoy), dari 16,87% (yoy) pada Oktober 2022 (Grafik 38). Pada
November 2022, komoditas energi yang masih mengalami peningkatan inflasi tahunan adalah BBRT,
solar, dan listrik, yaitu masing-masing menjadi sebesar 16,99% (yoy), 35,73% (yoy), dan 1,06% (yoy),
sementara inflasi bensin menurun meski masih dalam level yang tinggi, yaitu menjadi sebesar 32,5%
(yoy).

Grafik 37. Inflasi Komoditas Energi (% mtm) Grafik 38. Inflasi Komoditas Energi (% yoy)

Penurunan inflasi AP lebih lanjut tertahan inflasi aneka rokok yang meningkat pada November
2022. Komoditas rokok (komposit) pada mencatatkan inflasi sebesar 0,83% (mtm), lebih tinggi
dibandingkan dengan 0,45% (mtm) pada Oktober 2022 (Grafik 39). Diantara jenis rokok, hanya rokok
kretek filter dan rokok putih yang memberikan sumbangan terhadap inflasi bulanan IHK yaitu masing-
masing sebesar 0,02% dan 0,01%. Pada November 2022, inflasi rokok kretek filter dan rokok putih
masing-masing tercatat sebesar 0,97% (mtm) dan 0,70% (mtm), meningkat dari 0,52% (mtm) dan 0,33%
(mtm) di bulan sebelumnya. Bahana Sekuritas melaporkan volume penjualan rokok di sejumlah retail

15
outlet masih meningkat selama November 2022, sehingga produsen terus berupaya mentransmisikan
kenaikan tarif cukai tembakau terutama pascapengumuman kenaikan tarif cukai pada tahun 2023. 1
Secara spasial, kenaikan inflasi rokok kretek filter tertinggi dicatat di provinsi Maluku yaitu
sebesar 11,80% (mtm), Aceh sebesar 2,94% (mtm), dan Kalimantan Barat sebesar 2,46% (mtm).
Sementara itu, kenaikan inflasi rokok putih tertinggi dicatat di provinsi Maluku yaitu sebesar 3,78%
(mtm), Kalimantan Timur sebesar 3,42% (mtm), dan Aceh sebesar 2,48% (mtm). Secara tahunan, inflasi
aneka rokok (komposit) mencapai 8,67% (yoy), lebih tinggi dari 8,14% (yoy) pada Oktober 2022 (Grafik
40). Rokok kretek, kretek filter, dan rokok putih pada November 2022 masing-masing meningkat menjadi
sebesar 8,17% (yoy), 9,60% (yoy), dan 7,18% (yoy), dibandingkan dengan 7,64% (yoy), 9,02% (yoy), dan
6,74% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 40).

Grafik 39. Inflasi Aneka Rokok (% mtm) Grafik 40. Inflasi Aneka Rokok (% yoy)

Jakarta, 2 Desember 2022

1 Publikasi Bahana Sekuritas (retail cigarette price survey) per 25 November 2022

16

Anda mungkin juga menyukai