Anda di halaman 1dari 1

Nama : Athari Dwika Wulan Harvy

NIM : 23345079
Dari sumber yang telah baca, saya tonton dan dengar, perjalanan Pendidikan indonesia dari
zamana kolonial hingga sekarang mengalami perkembangan yang tidaklah mudah. Perjuangan
ki hajar deawantara dalam membangun dan memajukan Pendidikan Indonesia menghadapi
jalan yang berliku-liku. pendidikan dan pengajaran secara Barat tidak boleh mutlak kita anggap
jelek. Banyak ilmu pengetahuan yang harus kita kejar, sekalipun dengan melalui sekolah-
sekolah Barat. Kita mengerti, bahwa juga di Indonesia kini masih banyak pendidikan dan
pengajaran yang dilakukan secara sistem Barat. Ini tidak mengapa, asalkan kepada anak-anak
kita diberi pendidikan kultural dan nasional, yang semua-semuanya kita tujukan ke arah
keluhuran manusia, nusa dan bangsa, tidak dengan memisahkan diri dari kesatuan
kemanusiaan. Untuk dapat mencapai tujuan ini cukuplah di sini saya nasehatkan: didiklah
anak-anak kita dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Di
samping itu pelajarilah hidup kejiwaan rakyat kita, dengan adat istiadatnya yang dalam hal ini
bukannya kita tiru secara mentah-mentah, namun karena bagi kita adat istiadat itu merupakan
petunjuk-petunjuk yang berharga.
Pendidikan menjadi sarana perjuangan masyarakat Indonesia. Dengan membangun sekolah-
sekolah yang berdasarkan “keagamaan” (Islam, Kristen, Katolik), asalkan berani berdiri
sebagai sekolah partikelir yang tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah Hindia Belanda, di
samping dasar-dasar keagamaannya masing-masing, memasukan juga dasar dan semangat
revolusioner. Dengan begitu, maka gerakan pendidikan berlaku sejalan dengan gerakan politik.
Ini merupakan langkah yang tepat pada saat itu. Dengan pendidikan rakyat Indonesia mampu
merebut kemerdekaannya. Jika kita bertanya sekarang, apakah kita sudah merdeka? Banyak
defenisi yang menggambarkan tentang kemerdekaan. Merdeka yang artinya bebas atau
kebebasan, memiliki banyak arti di zaman sekarang ini. Mulai dari kebebasan menentukan
pilihan, kebebasan berpendapat, sampai kepada kebebasan dalam pikiran manusia itu
sendiri.Jika kemerdekaan itu telah mencapai puncak merdeka semerdeka-merdekanya, tentulah
tidak akan muncul lagi pertanyaan apakah kita sudah merdeka? Sebab yang telah merdeka
dengan sesungguhnya tidak akan mengatakan bahwa dia telah merdeka dan tidak akan
mempertanyakan apakah dia telah merdeka.
Pada kenyataan zaman sekarang, jika kita menggunakan kebebasan dalam berpikir atau
berpendapat, kenapa ketika berpendapat harus diatur oleh negara dan segala macamnya,
Kenapa harus ada pencemaran atau segala macamanya. Bukankah dalam berfilosofi kita harus
dituntut untuk melihat segala sesuatu dari dua sisi. Jadi apakah kita sudah merdeka?

Anda mungkin juga menyukai