Penanganan Kasus
Penanganan Kasus
Dalam proses penanganan kasus terdapat beberapa tahapan proses pertolongan pekerjaan
sosial. Menurut Max Siporin (1975: 192-349) dalam Dwi Heru Sukoco (2021: 172) membagi
proses pertolongan ke dalam lima tahap yaitu engagement, intake and contract, assesment,
planning (rencana intervensi), intervensi, evaluasi dan terminasi. Jadi dalam rangka menangani
permasalahan klien, praktikan akan mengadakan serangkaian kegiatan intervensi atau proses
pertolongan, yang pada hakikatnya kegiatan proses pertolongan ini merupakan semua tindakan
yang diarahkan kepada klien dan beberapa bagian sistem sosial di lingkungan klien dengan
tujuan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.
Tahap ini adalah tahap permulaan ketika praktikan bertemu dengan klien. Dalam proses ini
terjadi pertukaran informasi mengenai apa yang dibutuhkan klien, pelayanan apa yang dapat
diberikan oleh praktikan dan institusi dalam membantu memenuhi kebutuhan klien atau
memecahkan masalah klien. Dengan demikian terjadilah proses saling mengenal dan
tumbuhnya kepercayaan klien kepada praktikan. Dengan kondisi semacam itu maka praktikan
dapat menciptakan relasi pertolongan profesional di mana praktikan menyediakan dan
menggunakan sumber-sumber tertentu untuk membantu klien dan klien dapat menggunakan
sumber-sumber tersebut untuk mengatasi masalahnya dan memenuhi kebutuhannya. Pada
akhirnya dapatlah dibuat suatu kontrak antara praktikan dengan klien. Kontrak adalah
kesepakatan antara praktikan dengan klien yang di dalamnya dirumuskan pengaturan-
pengaturan dalam proses pertolongan.
1. Proses
Pada tahap pra lapangan, praktikan bersama kelompok melakukan kunjungan awal ke
Satpel PPSGL Garut dalam rangka penjajagan pada hari Kamis, 11 Agustus 2022. Kami
disambut dengan sangat baik oleh para pekerja sosial dan beberapa pegawai lainnya,
kemudian para lansia juga menunjukkan antusias mereka ketika melihat kami berkeliling
Satpel PPSGL Garut bahkan ada lansia yang tiba-tiba menghampiri kami untuk sekadar
berkenalan dan mendoakan. Kami melanjutkan pembicaraan di dalam kantor, diawali
dengan memperkenalkan diri kemudian meminta ijin, memaparkan maksud dan tujuan
pelaksanaan kegiatan Praktikum Institusi dan menyerahkan suratnya. Setelah
mendapatkan ijin untuk melaksanakan praktikum institusi, praktikan meminta dukungan,
bimbingan, serta bantuan kepada pekerja sosial dan pegawai yang ada di Satpel
PPSGL Garut.
Kemudian pada hari kedua di tahap lapangan, yaitu pada hari Selasa, 23 Agustus 2022
dilakukan acara penerimaan secara formal di kantor Satpel PPSGL Garut yang dihadiri
oleh Bapak Dr. Dwi Heru Sukoco, M.Si selalu supervisor, pekerja sosial dan beberapa
pegawai lainnya sebagai bentuk penyerahan mahasiswa dari pihak lembaga Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung kepada pihak Satpel PPSGL Garut sebagai lokasi
Praktikum Institusi.
Di hari sebelumnya, praktikan bersama kelompok melakukan pengenalan kondisi
wilayah Satpel PPSGL Garut secara makro terlebih dahulu sambil mengamati dan
mengidentifikasi secara langsung masalah-masalah yang nampak terjadi sehingga
dapat dijadikan gambaran untuk memilih klien lanjut usia yang akan ditangani. Praktikan
mengikuti semua kegiatan rutin di Satpel PPSGL Garut mendampingi para lanjut usia
sambil melakukan pendekatan secara makro. Praktikan bersama kelompok juga sempat
dikenalkan oleh pekerja sosial kepada para lanjut usia saat bimbingan sosial. Praktikan
dan kelompok juga menyampaikan maksud serta tujuan selama 40 hari ke depan
berada di Satpel PPSGL Garut dan kami bersyukur karena mendapatkan respon yang
luar biasa hangat dari para lanjut usia tersebut.
Kemudian praktikan bersama kelompok juga melakukan perkenalan diri kepada
Koordinator Satpel PPSGL Garut hingga seluruh pegawainya agar praktikan dapat
diterima di lingkungan kerja Satpel. Selain itu praktikan juga melakukan koordinasi untuk
mendapatkan beberapa data atau informasi mengenai profil Satpel, penerima manfaat,
serta program-program pelayanan yang ada di
Satpel PPSGL Garut.
Setelahnya, praktikan bersama kelompok mulai melakukan koordinasi dengan keempat
pekerja sosial yang ada di Satpel untuk mendiskusikan terkait lanjut usia penerima
manfaat yang bisa dijadikan klien. Berdasarkan hasil musyawarah, ditentukan bahwa
setiap pekerja sosial harus mengajukan dua nama sebagai calon klien yang ditangani
dan menjadi tanggung jawabnya untuk kemudian direkomendasikan dan dibagi rata
kepada praktikan dan kelompok. Jadi pada hari di mana paginya melakukan
penerimaan, siangnya langsung dilanjutkan dengan penetapan calon klien dari masing-
masing praktikan.
Setelah calon klien ditetapkan atas rekomendasi pekerja sosial, keesokan harinya
praktikan mulai mencoba melakukan pendekatan awal dengan calon klien yang dituju
(inisial K), namun praktikan masih belum berhasil menemui calon klien karena kamarnya
terus ditutup dan beliau tidak pernah keluar kamar hingga akhirnya praktikan
memutuskan untuk mengunjungi calon klien di hari selanjutnya. Keesokan paginya yaitu
pada hari Kamis, 25 Agustus 2022, praktikan mendatangi kamar calon klien kembali dan
akhirnya pintu kamarnya dapat terbuka. Praktikan masuk ke dalam kamar dan mencoba
berinteraksi dengan calon klien yang posisinya tidur dan lemah. Praktikan terlebih
dahulu melakukan small talk kepada calon klien, tujuan small talk ini adalah
memperkenalkan diri praktikan kepada calon klien, menanyakan kabar dan kondisi yang
dialami, small talk dilakukan juga untuk membangun kepercayaan antara calon klien
dengan praktikan. Apabila kepercayaan sudah terbangun, pelaksanaan proses
pertolongan selanjutnya juga akan lebih mudah diikuti oleh calon klien, sehingga
indikator keberhasilan juga semakin mudah dicapai. Praktikan mulai memperkenalkan
nama dan menanyakan "sudah makan?", "sakit?", "mau disuapin?" dan lain sebagainya.
Namun calon klien sama sekali tidak memberikan tanggapan atas pertanyaan yang
diajukan praktikan. Kemudian pada siang harinya praktikan dibantu oleh salah satu
pekerja sosial yang menangani calon klien untuk mempertemukan dan bisa berbicara
lebih lama. Langkah ini akhirnya berhasil bahkan pertemuan yang tidak direncanakan itu
berlangsung selama dua jam. Dari pertemuan tersebut, praktikan mulai berkenalan
secara mendalam, tidak hanya berkenalan tetapi praktikan juga mulai melakukan sedikit
observasi terhadap beberapa perilaku yang ditampilkan oleh calon klien sekaligus
mengumpulkan data masalah. Praktikan juga melakukan beberapa pendekatan kepada
calon klien dengan membicarakan topik yang diminati oleh calon klien, hal ini dilakukan
agar terbangun kedekatan serta kepercayaan dari calon klien kepada praktikan. Selain
itu, praktikan dapat lebih memahami sifat serta karakteristik calon klien yang akan
mendapatkan pelayanan sosial dari praktikan.
Dalam pelaksanaan engagement dan intake, praktikan juga telah menyiapkan dokumen
yang diperlukan yaitu inform consent. Inform consent bisa tertulis atau lisan yang berisi
tanggal, tempat kegiatan, dan berkaitan dengan kesediaan calon klien untuk digali
datanya. Akan tetapi dalam hal ini, praktikan memilih menggunakan inform consent
tertulis yang memuat ketersediaan calon klien dalam mengikuti rangkaian proses
pertolongan pekerjaan sosial selama 40 hari ke depan yang di bawahnya ditandatangani
oleh praktikan dan juga calon klien yang bersangkutan. Penandatanganan inform
consent oleh klien K diawali dengan penjelasan singkat praktikan terkait mengapa perlu
adanya kontrak. Praktikan menjelaskan bahwa inform consent merupakan salah satu
bentuk etika dan tanggung jawab sebagai seorang pekerja sosial. Praktikan membantu
klien K yang mulai membaca satu persatu poin-poin yang ada dalam inform consent.
Klien K mengerti dan menyetujui semua poin yang ada dalam infrom consent, tidak ada
sanggahan maupun tambahan dari klien terkait poin-poin semua dapat diterima dengan
jelas dan baik. Hingga pada akhirnya, proses engagement dan intake bisa dikategorikan
berhasil karena telah disetujui dan ditandatangani oleh klien K dan juga praktikan.
2. Hasil
Dari berbagai proses yang telah dilakukan oleh praktikan, menghasilkan adanya
dukungan yang baik dan positif dari pihak Satpel PPSGL Garut. Dengan adanya
penerimaan dan dukungan yang diberikan oleh para pegawai Satpel tentunya akan
mempermudah praktikan dalam melaksanakan kegiatan Praktikum Institusi misalnya
akan mendapatkan bantuan terkait data dan informasi mengenai profil Satpel PPSGL
Garut serta bantuan dan bimbingan di lapangan terkait penanganan klien yang akan
diintervensi oleh praktikan.
Kemudian, terbangunnya kepercayaan dari calon klien setelah praktikan melakukan
pertemuan pertama. Walaupun sempat ada hambatan dalam menemui calon klien,
namun setelah mendapat bantuan dari pekerja sosial, praktikan dapat bertemu,
berbincang dan melakukan pendekatan bahkan sampai dua jam dan dari pertemuan
tersebut praktikan merasakan perubahan mood calon klien yang pada awalnya tertutup
menjadi semakin menunjukkan rasa nyaman dan aman untuk berbicara dan bercerita
kepada praktikan hingga akhir sesi.
Kemudian dari hasil menjalankan proses engagement seperti intake, contact, dan
contract yang telah praktikan lakukan kepada klien, ditambah dengan melakukan
pendekatan secara individu dan didukung dengan hasil observasi untuk mengetahui dan
mengidentifikasi aktivitas serta perilaku klien, maka didapatkan hasil bahwa calon klien
setuju untuk ditetapkan menjadi klien dari praktikan dan selanjutnya akan mendapatkan
pelayanan sosial dari praktikan. Kontrak tersebut telah disepakati bersama dan
dibuktikan dengan adanya penandatanganan kontrak yang dilakukan pada tanggal 26
Agustus 2022. Penandatanganan kontrak tersebut dilaksanakan tanpa adanya paksaan
dari praktikan kepada calon klien.
Asesmen
Asesmen merupakan proses pengungkapan dan pemahaman masalah klien, yang meliputi:
bentuk masalah, ciri-ciri masalah, ruang lingkup masalah, faktor-faktor penyebab masalah,
akibat dan pengaruh masalah, upaya pemecahan masalah terdahulu yang pernah dilakukan
klien (hasil dan kegagalannya), kondisi keberfungsian, potensi dan sumber yang dimiliki klien
saat ini dan berdasarkan hal itu semua maka dapatlah ditetapkan fokus atau akar masalah
serta langkah penanganan yang tepat bagi klien. Dalam rangka asesmen ini praktikan dapat
mempergunakan teknik-teknik wawancara, observasi dan teknik pengumpulan data lainnya
yang dianggap tepat.
1. Proses
Kegiatan asesmen yang dilakukan oleh praktikan mempunyai tujuan untuk mengenal,
mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang dialami oleh klien sekaligus
menentukan potensi serta sumber baik yang berasal dari diri sendiri maupun dari
lingkungan sekitar klien yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk membantu
memecahkan masalah yang dialami oleh klien. Kegiatan asesmen dilaksanakan sejak
tanggal 27 Agustus 2021. Praktikan mengumpulkan data dan informasi utama dari klien,
selain itu praktikan juga melakukan penggalian informasi kepada significant others klien
seperti para penerima manfaat yang lain/teman seasrama, pekerja sosial, serta pegawai
yang ada di Satpel PPSGL Garut. Dalam mengumpulkan data dan melaksanakan
asesmen kepada klien K praktikan menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi
dokumentasi, serta alat asesmen pekerjaan sosial yang dapat memudahkan praktikan
dalam menggali dan memahami informasi yang diperoleh berkaitan dengan klien berupa
genogram, ecomap, social life road, quadran strength dan BPSSIE. Berikut rincian dari
teknik dan alat yang diambil praktikan dalam melaksanakan tahapan asesmen:
a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan melalui
interaksi tatap muka secara langsung dalam rangka menggali permasalahan, potensi,
dan sumber yang dimiliki klien. Tidak hanya kepada klien, praktikan juga melakukan
wawancara kepada pekerja sosial, penerima manfaat lain/teman seasrama klien, serta
beberapa pegawai Satpel PPSGL Garut. Praktikan melakukan wawancara kepada klien
untuk menggali informasi seputar identitas diri klien K, identitas keluarga, riwayat masa
lalu, keberfungsian sosial klien K mulai dari aspek fisik, psikologis, sosial, intelektual
maupun spiritual. Sedangkan wawancara yang dilakukan terhadap significant others
bertujuan untuk memastikan, mencocokkan atau membandingkan informasi yang telah
diberikan atau disampaikan oleh klien benar adanya, memastikan perilaku atau gejala
masalah yang dialami oleh klien benar adanya, serta untuk menambah informasi yang
mungkin belum disampaikan oleh klien kepada praktikan.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu cara dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati aktivitas, sikap, maupun kondisi klien K selama ada di lingkungan Satpel
PPSGL Garut. Praktikan juga melakukan observasi di lingkungan sosial klien untuk
mengamati kebiasaan atau perilaku-perilaku klien K dalam bersosialisasi dengan para
lanjut usia penerima manfaat lain yang ada di Satpel PPSGL Garut. Untuk menunjang
pengumpulan data, praktikan juga melakukan observasi dengan cara mengikuti seluruh
kegiatan rutin yang dilakukan oleh klien K sekaligus mendampingi lanjut usia lain.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dan informasi dengan
mempelajari data-data atau laporan-laporan tertulis berkaitan dengan klien K dan
institusi Satpel PPSGL Garut. Data tentang klien K yang praktikan pelajari berkaitan
dengan berkas-berkas identitas klien, identitas keluarga, riwayat kesehatan klien, serta
hasil asesmen sebelumnya yang praktikan dapatkan atas ijin pekerja sosial. Sementara
data tentang institusi yang praktikan pelajari adalah berkaitan dengan sejarah berdiri,
perubahan nomenklatur, alamat, program pelayanan, sumber pendanaan, sarana
prasarana, struktur organisasi dan personalia.
d. Genogram
Genogram atau yang biasa disebut dengan pohon keluarga merupakan salah satu tools
assesment yang digunakan oleh pekerja sosial untuk mengetahui garis keturunan
individu tersebut. Praktikan menggunakan genogram untuk mengetahui silsilah keluarga
klien K, keberadaan anggota keluarganya, usianya, pekerjaannya dan lain sebagainya.
e. Ecomap
Ecomap adalah salah satu tools assesment pekerja sosial yang digunakan untuk
mengetahui hubungan klien dengan lingkungan sosialnya. Praktikan menggunakan
ecomap untuk memperoleh dan mengetahui bagaimana hubungan klien K dengan
lingkungannya, baik di dalam lingkungan keluarganya maupun di lingkungan Satpel
PPSGL Garut seperti dengan penerima manfaat lain/teman seasrama klien, petugas,
maupun pekerja sosial serta partisipasinya dalam setiap kegiatan yang ada di Satpel
PPSGL Garut.
g. Quadran Strength
Quadran Strength adalah salah satu alat asesmen untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan baik dalam diri klien maupun dalam hubungannya dengan orang lain atau
lingkungan sosialnya khususnya terkait hubungan klien K dengan penerima manfaat I.
Kuadran Strenght digunakan kepada klien K untuk memaksimalkan kekuatan dan
peluang berupa potensi diri yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman
yang ada.
h. BPSSIE
BPSSIE merupakan suatu bentuk analisis yang dapat digunakan dalam membantu
mengidentifikasi kondisi, masalah maupun keberfungsian seorang klien dalam hal ini
adalah seorang lanjut usia terlantar berdasarkan aspek biologisnya yaitu kondisi fisik
dan kesehatan, aspek psikologis yaitu kondisi jiwa/mental, aspek sosial yaitu hubungan
dengan lingkungaannya, aspek spiritual yaitu hubungan dengaan Tuhan dan motivasi
hidupnya, aspek intelektual yaitu terkait dengan kemampuan berpikir dan mengingatnya,
serta aspek ekonomi yaitu tentang kemandirian klien.
2. Hasil
Melalui pelaksanaan asesmen, praktikan memperoleh informasi mengenai identitas
klien, riwayat keluarga, riwayat kehidupan klien, hubungan klien dengan lingkungannya,
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, dimensi keberfungsian klien, permasalahan yang
dialami, potensi dan sumber yang dapat dimanfaatkan, serta kebutuhan dan harapan
klien. Berikut hasil dari proses asesmen yang dilakukan praktikan:
a. Identitas Klien
Nama :K
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 01 September 1961
Usia : 61 Tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Alamat : Kp. Kalidung Rt 03/Rw 04 Kelurahan Tarogong, Kecamatan Tarogong
Kidul, Kabupaten Garut
Status Perkawinan : Cerai Mati
f. Keberfungsian Klien
g. Permasalahan
Penyebab Eksternal:
1. Ada lansia lain yang mendukung,
mempertemukan dan
menjodohkan.
2. Lansia lain yang membicarakan
klien K.
i. Kebutuhan
Berdasarkan hasil asesmen, maka diharapkan adanya perubahan untuk mengatasi
fokus masalah yang terkait dengan pertemuan klien K dengan penerima manfaat I dan
mengatasi dampak dari fokus masalah yang dialami oleh klien K yaitu terkait dengan
menurunnya partisipasi/keaktifan klien K dalam mengikuti kegiatan rutin Satpel dan
mudah munculnya pikiran serta perasaan negatif dalam diri klien K terhadap orang lain.
Kebutuhan perubahan bagi klien K adalah sebagai berikut:
1. Membutuhkan bimbingan konseling, pengawasan dan penyadaran terkait
perilaku yang sesuai norma;
2. Membutuhkan pengawasan dan pendampingan agar klien K dapat
melaksanakan kewajiban serta tugas-tugasnya;
3. Membutuhkan dukungan sosial, penguatan positif, nasihat dan motivasi agar
tidak lebih yakin terhadap kemampuan yang dimiliki dan fokus dengan tujuan
yang ingin dicapai tanpa memperhatikan pandangan buruk dari orang lain;
k. Hdhd
Rencana Intervensi
Rencana intervensi merupakan proses rasional yang disusun dan dirumuskan oleh praktikan
yang meliputi kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah klien,
apa tujuan pemecahan masalah tersebut, siapa sasarannya serta bagaimana cara
memecahkan masalah tersebut di masa mendatang. Rencana intervensi disusun dan
dirumuskan haruslah berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan sebelumnya.
Intervensi
Evaluasi
Pada tahap ini praktikan harus mengevaluasi kembali semua kegiatan pertolongan yang telah
dilakukannya untuk melihat tingkat keberhasilannya, kegagalannya atau hambatan-hambatan
yang terjadi. Ada dua aspek yang harus dievaluasi oleh klien, yaitu tujuan hasil dan tujuan
proses.
Pada prinsipnya, tahap terminasi dilakukan bilamana tujuan pertolongan telah dicapai atau
bilamana terjadi kegiatan referral atau bilamana karena alasan-alasan yang rasional klien
meminta pengakhiran pertolongan atau karena adanya faktor-faktor eksternal yang dihadapi
praktikan atau karena klien lebih baik dialihkan kepada lembaga-lembaga atau tenaga ahli
lainnya yang lebih berkompeten. Terminasi proses pertolongan pada klien K dilaksanakan pada
28 September 2022 bertempat di kamar klien K. Proses pertolongan yang diberikan praktikan
kepada klien pasti akan berakhir. Pemutusan hubungan antara praktikan dengan klien K terjadi
karena didasari oleh waktu pelaksanaan Praktikum Institusi yang akan berakhir dan telah
dilaksanakannya seluruh tahapan pertolongan serta adanya perubahan secara bertahap yang
dimunculkan oleh klien setelah dilaksanakannya intervensi. Di awal melakukan kontrak
pelayanan, praktikan telah menginformasikan tentang adanya terminasi, praktikan juga selalu
menyampaikan ketika waktu pelaksanaan terminasi semakin dekat.
Praktikan menenangkan reaksi emosional klien dengan penyampaian kalimat yang halus dan
berterima kasih atas kerjasama klien selama proses pertolongan bersama praktikan. Praktikan
juga meminta maaf atas segala kesalahan baik perkataan maupun perbuatan yang tidak
sengaja dikeluarkan. Praktikan mengungkapkan harapan agar klien dapat mempertahankan
serta meningkatkan perubahan yang saat ini sudah dicapai oleh klien K. Praktikan juga
menyampaikan kata-kata motivasi untuk membangun aktualisasi diri klien agar terus semangat
dalam menjalani kehidupan di Satpel PPSGL Garut, agar terus fokus dengan tujuannya, agar
terus mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, agar konsisten mengikuti kegiatan rutin sesuai
jadwal, dan agar terus sabar serta menjaga hubungan baik dengan lanjut usia penerima
manfaat lainnya tanpa rasa malu, malas, dan berbagai alasan lainnya. Terminasi ini dilakukan
agar klien mampu menyelesaikan masalahnya di kemudian hari secara mandiri dengan potensi
yang dimiliki tanpa ketergantungan serta memberikan kesempatan kepada pihak Satpel PPSGL
Garut khususnya pekerja sosial dan koordinator untuk mempertimbangkan rekomendasi
praktikan untuk keberlanjutan penanganan klien K. Terminasi berhasil dilakukan dengan baik
dan klien K bersedia untuk mengakhiri proses pertolongan yang sudah dilakukan. Klien K juga
sempat memberikan kesan dan pesan kepada praktikan sebelum pulang. Kegiatan-kegiatan
yang praktikan lakukan dalam proses terminasi yaitu acara perpisahan dengan lanjut usia dan
pihak Satpel PPSGL Garut bertempat di aula.
Rujukan
Proses pertolongan terhadap klien K perlu ditindaklanjuti. Praktikan melakukan rujukan setelah
berakhirnya proses pertolongan dengan klien K untuk kemudian ditindaklanjuti oleh pihak
Satpel PPSGL Garut sehingga terdapat rencana kegiatan yang akan dilakukan ke depannya.
Rujukan ditujukan kepada pekerja sosial di Satpel PPSGL Garut (khususnya pekerja sosial
yang menangani dan bertanggung jawab atas klien K) berdasarkan kondisi klien K dalam
menjalani kehidupannya di dalam Satpel setelah pertolongan yang diberikan praktikan berakhir.
Rujukan tersebut dibutuhkan agar klien K…
pekerja sosial diharapkan bisa lebih dekat dengan klien K, mendengarkan ceritanya,
mendengarkan keinginannya yang ingin pulang dan aspirasi yang klien K inginkan,
membantu menghubungkan dengan anaknya, membantu proses reunifikasi, kemudian
sambil dibantu masalah reunifikasi tetap dilakukan pengubahan perilaku terkait
pergaulannya dengan sesama lansia, lebih merangkul klien K karena klien K sering merasa
malu untuk tampil dan lain sebagainya karena ada pengaruh atau perasaan was-was
dibicarakan teman lansia lain. Kemudian memberikan motivasi lebih agar mau bergaul
dengan semua teman lansia. Meyakinkan secara terus-menerus bahwa klien K memiliki
banyak potensi, perlu dipupuk kembali untuk menghilangkan alasan-alasan yang dibuatnya,
mungkin nanti saat ada pesantren lansia dapat dijadikan tangan kanan untuk membantu
lansia lain karena memang sebelumnya sudah pernah mengajar di Sukabumi. Kemudian juga
dibuatkan keterampilan lain yang menjadikan dia menjadi pelatihnya, pelopornya sehingga
bisa aktif dalam kegiaatan bimbingan keterampilan kembali. Lansia seperti klien K itu harus
didekati terus-menerus, diberikan perhatian walaupun hanya dengan mendengarkan keluh
kesahnya, diberikan reward walaupun tidak setiap hari, direspon perasaannya, sampai
akhirnya dia bisa benar-benar percaya, mau bercerita apapun tanpa ada rasa takut dan bisa
sayang kepada kita sampai kita juga bisa bercerita kepadanya dan dia meemberikan nasihat
juga ke kita.
BAGIAN KELIMA
KERANGKA MODEL PEMECAHAN MASALAH
DALAM PEKERJAAN SOSIAL
Menurut Jusman Iskandar (1997: 65-68), tahap-tahap intervensi (proses pertolongan) pekerjaan
sosial dapat dijelaskan berikut ini:
2. Tahap Asesmen
5. Tahap Evaluasi