Anda di halaman 1dari 29

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA INSTRUMEN

No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif Halaman

FM-PM-02-04 00 16 September 2019 01 dari 01

“ INFRA RED SPEKTROFOTOMETER”

Disusun Oleh :
Nama Nim
Fatma Fadilla Hasibuan 2201089
Fatricya Parhusip 2201090
Febrian Hutahaean 2201091
Ferry Martua Simbolon 2201092
Gideon M. D Pakpahan 2201093

Group/Kelompok : E/3
Program Studi : Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 01 Desember 2023
Asisten Penanggung Jawab : Juna Sihombing, MT

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN
MEDAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
INFRA RED SPEKTROFOTOMETER

Nama Nim
Fatma Fadilla Hasibuan 2201089
Fatricya Parhusip 2201090
Febrian Hutahaean 2201091
Ferry Martua Simbolon 2201092
Gideon M. D Pakpahan 2201093

Grup :E
Kelompok :3
Program Studi : Teknik Kimia
Tanggal Praktikum : 01 Desember 2023
Asisten Penanggung jawab : Juna Sihombing, MT

Medan, 01 Desember 2023


Asisten Laboratorium Pengembangan Praktikan

(Juna Sihombing, MT) (Kelompok 3)

i
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kami panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat kasih dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas
Laporan Praktikum dengan modul “Infra Red Spektrophotometer”.
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah praktikum Kimia Analisa Instrumen. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tugas laporan kami berikut.
Sehingga kami mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki untuk
kedepannya.
Dengan ini kami berharap, agar tugas laporan ini dapat berguna bagi orang
yang membacanya, untuk menambah ilmu dan pengetahuan.

Medan, 01 Desember 2023


Praktikan

(Kelompok 3)

ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1. Tujuan Percobaan Praktikum............................................................... 1
1.2. Prinsip Kerja Infra Red Spektrofotometer ...........................................1
1.3. Landasan Teori ....................................................................................1
1.3.1. Spektrofotometry .......................................................................1
1.3.2. Spektrofotometer Infrared..........................................................3
BAB II PROSEDUR KERJA...............................................................................8
2.1. Alat dan Bahan ....................................................................................8
2.2. Prosedur Kerja .....................................................................................8
2.2.1. Standarisasi Alat/Kalibrasi Alat .................................................8
2.2.2. Cara Menyiapkan Bahan ............................................................8
BAB III GAMBAR RANGKAIAN.....................................................................10
3.1. Gambar Peralatan ...............................................................................10
3.2. Gambar Rangkaian .............................................................................11
3.3. Keterangan Gambar Rangkaian ..........................................................11
BAB IV DATA PENGAMATAN........................................................................12
BAB V PENGOLAHAN DATA..........................................................................14
5.1. Pembahasan Infragram Sampel 1 .......................................................14
5.2. Pembahasan Hasil Infragram Sampel 2 ..............................................14
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................15
6.1. Kesimpulan .........................................................................................15

iii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Halaman
6.2. Saran ...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................16
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Spektrofometer..................................................................................10
Gambar 3.2 Nernt Glower ..................................................................................10
Gambar 3.3 Globar..............................................................................................10
Gambar 3.4 Kawat Ni/Cr.....................................................................................10
Gambar 3.5 Gambar Rangkaian Spektromotometer Infrared..............................11
Gambar 4.1 Infragram sampel 1..........................................................................12
Gambar 4.2 Infragram sampel 2...........................................................................12

v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Tabel Daerah Serapan Infra Merah Senyawa Organik ........................13

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan Praktikum


1. Untuk mengetahui dan dapat melakukan suatu analisa senyawa dengan
menggunakan spektrofotometer infrared sehingga diketahui gugus-gugus
fungsional dari senyawa tersebut.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja spektrofotometer infrared

1.2. Prinsip Kerja Infra Red Spektrofotometer


Spektro infra merah dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
bahan dimana struktur zat yang di uji dapat diamati pada spektrogram
panjang gelombang vs transmittansi yang sangat spesifik dan merupakan
sidik jari suatu molekul spektrogram zat yang diuji dibandingkan dengan
spektrogram dari bahan yang sudah diketahui spektrannya. (Sihombing,
Juna,2023)

1.3. Landasan Teori


1.3.1. Spektrofotometry
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk
menganalisa suatu senyawa baik kuantitatif maupun kualitatif,
dengan cara mengukur transmitan ataupun absorban suatu cuplikan
sebagai fungsi dari konsentrasi. Penentuan secara kualitatif
berdasarkan puncak- puncak yang dihasilkan pada spektrum suatu
unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu, sedangkan
penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang
dihasilkan dari spektrum senyawa kompleks unsur yang dianalisa
dengan kompleks unsur yang dianalisa dengan pengompleks yang
sesuatu. Spektrofotometeri Absorbansi adalah suatu proses
pengukuran terhadap interaksi antara radiasi elektromagnetik dan
molekul-molekul/atom–atom dari suatu bahan kimia yang mencakup
spektrofotometeri ultra violet, visible, infra merah dan serapan atom.
Spektrofotometer ultra violet /visible merupakan teknik yang
digunakan secara luas baik pada analisa kualitatif maupunan organik.
Namun permasalahan terjadi ketika dilakukan uji kuantitatif
terhadap bahan organik maupun pelindian emas dengan hipoklorit
tersebut. Terdapat ion hipoklorit yang mengoksidasi Rhodamin B
saat dilakukan pengujian menggunakan metode spektrofotometri.
Rhodamin B teroksidasi dengan adanya ion hipoklorit sisa yang tidak
bereaksi dengan emas sehingga warna dari Rhodamin B
terdekolorisasi dengan adanya ion hipoklorit sehingga mengganggu
pembacaan absorbansi saat pengukuran kadar emas dengan
spektrofotometer UV-Vis. Oleh karen itu perlu dilakukan uji
pengaruh ion hipoklorit terhadap Rhodamin B. (Aspi dkk, 2013).
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan
atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan,
diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara
cahaya dan materi. Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu
kepada cabang ilmu dimana “cahaya tampak” digunakan dalam teori-
teori struktur materi serta analisa kualitatif dan kuantitatif. Dalam
masa modern, definisi spektroskopi berkembang seiring teknik-
teknik baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya
cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik
dan non-elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio,
ating, foton, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia
analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui ating yang
dipancarkan atau yang diserap. Alat untuk merekam ating disebut
atiner. Spektroskopi juga digunakan secara intensif dalam astronomi
dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop besar
mempunyai spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi
kimia dan atribut fisik lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk
mengukur kecepatan objek astronomi berdasarkan pergeseran
Doppler garis-garis ating. Salah satu jenis spektroskopi adalah
spektroskopi infra merah (IR). Spektroskopi ini didasarkan pada
vibrasi suatu molekul. (Aspi dkk, 2013).

1.3.2 Spektrophotometer Infrared


Spektrofotometer infra merah sangat penting dalam kimia
modern,meskipun bukan satu-satunya dalam daerah organik.
Spektrofotometer ini merupakan alat rutin dalam mendeteksi gugus
fungsional mengidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran.
Spektrofotometer inframerah merupakan alat yang berguna untuk
mengukur serapan infra merah pada berbagai panjang gelombang.
Spektrofotometer ini banyak digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa organik, sebab spektrum infa merah yang dimiliki oleh
setiap senyawa berbeda-beda kecuali isomer optik. Spektroskopi
infra red atau infra merah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75–1.000 μm atau padabilangan
gelombang 13.000– 10cm-1 dengan menggunakan suatu alat yaitu
spektrofotometer inframerah. Pita-pita infra merah dalam sebuah
spektrum dapat dikelompokkan menurutintensitasnya: kuat (strong,
s); sedang (medium); dan lemah (weak). Suatu pita lemahyang
bertumpang tindih dengan suatu pita kuatdisebut bahu (sholder, sh).
Istilah-istilah ini relative dan bersifat kuantitatif. (Pambudi dkk,
2017)
a. Peta korelasi ( corelation charts )
Peta korelasi adalah semacam daftar secara singkat
memberikan julat-julat frekuensi serapan infra merah yang
kemungkinan suatu gugus fungsi akan menyerap. Berdasarkan
peta korelasi ini dapat dilakukan perkiraan jenis- jenis gugus
fungsi, atau ada tidaknya gugus fungsi tertentu dalam suatu
molekul bila spektrum molekul ini diketahui. Langkah diatas
hanya untuk tahap pertama saja mengindentifikasi suatu molekul.
Untuk tahap selanjutnya, dibutuhkan data-data yang diperoleh
dari peralatan lain, misalnya NMR, spektrofotometer massa, dan
spektroskopi UV
b. Sumber Sinar Infra Merah
Pada umumnya, sumber sinar infra merah yang biasa
dipakai adalah berupa zat padat inert yang dipanaskan dengan
listrik sehingga mencapai suhu antara 1500-2000 K. Akibat
pemanasan ini akan dipancarkan sinar infra merah yang kontinyu.
c. Jenis-jenis Sumber Infra Merah
1. Nerst Glower terbuat dari campuran oksida unsur lantanida.
2. Globar berbentuk batang yang terbuat dari silikom karbida.
3. Kawat Ni-Cr yang dipijarkan sumber radiasi untuk instrument
ini berbentuk gulungan kawan Ni-Cr yang dipanaskan dan
diletakkan pada tiang keramik. Gulungan kawat tersebut
dipanaskan sampai kira-kira mencapai 1000oC, menghasilkan
suatu spektrum kontinyu dari energi elektromagnetik mencakup
daerah dari 4000 – 2000 cm-1 bilangan gelombang. Energi yang
diradiasi oleh sumber sinar akan dibagi menjadi dua bentuk kaca
sferik M1 dan M2.
d. Penyiapan Cuplikan untuk Spektrofotometer Infra Merah
Spektrofotometer infra merah dapat digunakan untuk
menganalisis cuplikan yang berupa cairan, zat padat, maupun gas.
Cara penyiapan cuplikan dalam bentuk sel tempat cuplikan harus
terbuat dari bahan tembus sinar infra merah. Bahan demikian itu
antara lain ialah NaCl dan KBr. Cuplikan yang berbentuk cairan
dapat berupa larutan suatu senyawa atau berupa senyawa murni
yang cair. (Pambudi dkk, 2017)
e. Cuplikan Berupa Larutan
Disini diperlukan pelarut yang mempunyai daya yang
melarut cukup tinggi terhadap senyawa yang akan dianalisis,
tetapi tidak ikut melakukan penyerapan didaerah infra merah yang
dianalisi. Selain itu, tidak boleh terjadi reaksi antara pelarut
dengan senyawa cuplikan.
f. Cuplikan Berupa Cairan Murni (neat liquid)
Cuplikan murni dipakai bila jumlah cuplikam sedikit
sekali atau bila tidak ditemukan pelarut yang memadai. Dalam hal
ini, biasanya setetes cairan itu diapit dan ditekan diantara dua
lempeng hablur NaCl, sehingga merupakan lapisan yang tebalnya
0,01 mm atau kurang.
g. Sel infra Merah Untuk Cuplikan Yang Berupa Larutan Atau
Cairan
Sel untuk larutan dan cairan terdiri dari dua lempeng yang
terbuatdari bahan tembus infra merah, misalnya hablur NaCl.
Diantara kedua lempeng itu ditempatkan specer, sehingga ada
jarak diantara kedua lempeng itu. Biasanya, jarak itu antara 0,1
dan 1 mm. Karena bahan pembuat sel infra merah harus
kebanyakan bersifat higroskopik, maka sel-sel infra merah harus
disimpan dalam desikator dan pengerjaannya dilakukan dalam
ruangan yang udaranya kering (gunakan alat dehumidifier).
(Zahro dkk, 2013)
h. Cuplikan Padat
Zat padat yang tidak dapat dilarutkan dalam pelarut yang
tembus infra merah, dapat dicampurkan dengan medium cairan
yang tembus IR, sehingga membentuk suatu campuran yang
terdiri dari dua fase yang disebut mull. Cairan yang kerap
digunakan adalah nujol dan flouruble. Selain itu, sampel padatan
dapat pula dicampur dengan senyawa garam anorganik tembus
infra merah, misalnya KBr. Campuran itu selanjutnya dibentuk
pelet pipih tembus IR dengan bantuan suatu alat perekam.
i. Cuplikan Gas
Sampel gas ditiempatkan dalam sebuah bejana gelas atau
plastik yang kedua ujungnya ditutup oleh lempengan NaCl atau
KBr. Pengisian gas ke dalam bejana itu dilakukan setelah bejana
itu divakumkan terlebih dahulu.
j. Cara menganalisis Spektrum IR
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik
yang berada pada daerah panjang gelombang 2,5 – 50 µm atau
pada bilangan gelombang 4.000 – 200 cm-1 . Satuan yang sering
digunakan dalam spektrofotometri infra merah adalah Bilangan
Gelombang atau disebut juga sebagai Kaiser. Dasar
spektrofotometri Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan
didasarkan atas senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom
yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat oleh
pegas. Jika pegas direntangkan atau ditekan pada jarak
keseimbangan tersebut maka energi potensial dari sistem
tersebut akan naik. Dengan kata lain, bila ikatan bergetar maka
energi vibrasi secara terus menerus dan secara periodik berubah
dari energi kinetik ke energi potensial dan sebaiknya. Jumlah
energi total adalah sebanding dengan frekuensi vibrasi dan tetapan
gaya (k) dari pegas dan massa (m1 dan m2) dari dua atom yang
terikat. Energi yang dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup
kuat untuk mengadakan perubahan vibrasi (Zahro dkk, 2013).
Sistem optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light
Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) yang
berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi
infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh
detektor secara utuh dan baik. Mekanisme untuk menghasilkan
spektrum FTIR kunci utamanya adalah interferometer. Sinar dari
sumber inframerah dipecah oleh pemecah sinar (beam splitter)
menjadi dua bagian yaitu 50% radiasi direfleksi dan 50%
ditransmisi dengan arah saling tegak lurus. Kemudian kedua sinar
tersebut dipantulkan kembali oleh kedua cermin FM (cermin
tetap) dan MM (cermin bergerak) dan bertemu kembali di
pemecah sinar untuk saling berinteraksi. Sebagian sinar diarahkan
ke sampel dan detektor, sedangkan sebagian lagi dikembalikan ke
sumber. Gerakan maju mundur cermin mengakibatkan radiasi
Infrared akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh
menuju cermin yang bergerak dan cermin diam. Perbedaan jarak
tempuh radiasi adalah 2 (M-F) dan disebut retardasi. Hubungan
antara intensitas radiasi IR yang keluar dari detektor terhadap
retardasi disebut interferogram. Interferogram tersebut diubah
oleh komputer menghasilkan spektrum. Secara keseluruhan,
analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki dua
kelebihan utama dibandingkan dengan metoda konvensional
lainnya, yaitu dapat digunakan pada semua frekuensi dari sumber
cahaya secara simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih
cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau scanning dan
sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar
daripada cara dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistem
detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah. (Zahro
dkk, 2013)
BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1. Alat dan Bahan


A. Alat
1. Spectrofotometer infra red
2. Nert Glower
3. Globar
4. Kawat Ni/Cr
B. Bahan
1. Etanol
2. Kertas
3. Lapisan Film Tipis
4. Chloroform
5. Asetan
6. Pelat KBr

2.2. Prosedur Kerja


2.2.1. Standarisasi Alat/Kalibrasi Alat
1. Hidupkan power selama 15 menit
2. Atur posisi pena/pencatat recorder pada posisi 4000 nm.
3. Panjang gelombang ditempatkan pada posisi 4000 nm.
4. Tempatkan sampel/kalibrasi pada tempatnya
5. Kecepatan lertas 12 menit setiap pekerjaan.
6. Tekan tombol pena posisi 4000 nm.
7. Tekan scanning.
2.2.2. Cara Menyiapkan Bahan
Cara-cara penanganan cuplikan tergantung dari jenis cuplikan
yaitu apakah berbentuk gas, cairan atau padatan. Cara yang paling
mudah dalam menangani cuplikan dalam bentuk cairan adalah
menempatkan cuplikan tersebut sebagai film yang tipis diantara 2
lapisan KBr yang transparan terhadap infrared. Karena digunakan
KBr maka setelah selesai harus segera dibersihkan dengan mencuci
dengan pelarut-pelarut seperti Chloroform Asetan dan sebagainya.
KBr harus dijaga tetap bersih /kering dan harus dipegang pada
ujungnya.
BAB III
GAMBAR RANGKAIAN

3.1. Gambar Peralatan

Gambar 3.1 Spektromotometer Gambar 3.2 Nernt Glower

Gambar 3.3 Globar Gambar 3.4 Kawat Ni/Cr


3.2. Gambar Rangkaian
2 3
1

6
5

Gambar 3.5 Gambar Rangkaian Spektromotometer Infrared

3.3. Keterangan Gambar Rangkaian


1. Komputer
2. Sample Roam
3. Adjusment knob
4. Pena/Pencatat recorder
5. Control Panel
6. Sample holder Pull rod

BAB IV
DATA PENGAMATAN
1. Interpretasikan senyawa berikut ini yang memiliki infragram seperti di bawah
ini.

Gambar 4.1 Infragram Sampel 1

Gamba
r 4.2 Infragram Sampel 2
Tabel 4.1 Tabel Daerah Serapan Infra Merah Senyawa Organik
Gugus Fungsi Bilangan Gelombang (cm-1)
C=O Keton 1700-1725
C=O Aldehida 1720-1740
C=O Asam Karboksilat 1700-1725
C=O Ester 1735-1750
C=O Amida 1630-1690
C=N Imina 1480-1690
C=C Aromatik 1640-1680
C=C Alkena 1640-1680
N-H Amina 3300-3500
O-H Alkohol 3200-3600
O-H Asam Karboksilat 3600-2500
C-H Alkana 3000-2850
C-H Alkena 3020-3000
C-H Alkuna 3030-3000
C-H Aromatik 3050-3070
C-O Eter 1120-1140
C-O Ester 1300-1000
C-O Alkohol 1060-1000
C-F 1100-1000
C-Cl 760-540
C-Br 600-500

BAB V
PENGOLAHAN DATA
5.1. Pembahasan Infragram Sampel 1
1. Bilangan gelombang 3350 menunjukkan adanya gugus OH sebagai
alkohol.
2. Bilangan gelombang 2980 menunjukkan adanya gugus CH3.
3. Bilangan gelombang 1200-1350 menunjukkan adanya gugus CH2.
Jadi,senyawa sesuai infagram tersebut adalah C2H5OH (Etanol) .

5.2. Pembahasan Hasil Infragram Sampel 2


1. Bilangan gelombang 1715-1850 menunjukkan adanya gugus fungsi C=O
sebagai keton .
2. Bilangan gelombang 2980 menunjukkan adanya gugus fungsi CH3.
3. Bilangan gelombang 800-900 menunjukkan adanya gugus fungsi CH3.
Jadi, senyawa sesuai infagram tersebut adalah Dimetil keton.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada infragram I yaitu terdapat senyawa Etanol, dimana :
a) Serapan O-H terletak pada 3350 menunjukkan adanya gugus alkohol.
b) Bilangan gelombang 2980 menunjukkan adanya gugus CH3.
c) Bilangan gelombang 1200-1350 menunjukkan adanya gugus CH2.
Pada infragram II yaitu terdapat senyawa Dimetil Keton, dimana :
a) Bilangan gelombang 1715-1850 menunjukkan adanya gugus fungsi
C=O sebagai keton.
b) Bilangan gelombang 2980 menunjukkan adanya gugus fungsi CH3.
c) Bilangan gelombang 800-900 menunjukkan adanya gugus fungsi
CH3.
2 Spektrofotometer inframerah menggunakan prinsip fotometri. Sinar dari
sumber sinar inframerah merupakan kombinasi dari panjang gelombang
yang berbeda-beda. Sinar yang melalui interferometer akan difokuskan
pada tempat sampel dan difokuskan ke detektor.

6.2. Saran
Sebaiknya apabila spektrofotometri infra merah tidak dapat
digunakan, alangkah baiknya praktikan disajikan pemahaman tentang
spektrofotometri infra merah dengan video praktikum, sehingga praktikan
dapat memahami proses pengaplikasian spektrofotometri infra merah.

DAFTAR PUSTAKA
.
Aspi, dkk. 2013. Analisis Data Spektrum Spektroskopi FT-IR untuk Menentukan
Tingkat Oksidasi Pollanilin. Pontianak: Universitas Tanjung Pura.
Nst, Zuhairiah, dkk. 2020. Penerapan Serta Validasi Metode Spektrofotometri
Inframerah Pada Penetapan Kadar Ibuprofen Dalam Sediaan
Tablet. Medan: Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Pambudi, Aji, dkk. 2017. Analisis Morfologi dan Spektroskopi Infra Merah Serat
Bambu Betung (Dendracolamus Asper) Hasil Proses Alkalisasi
Sebagai Penguat Komposit Absorbsi Suara. Surabaya: ITSN.
Sihombing, Juna. 2023. Penuntun Praktikum Kimia Analisa Instrumen. Medan:
PTKI.
Suarsa, I Wayan. 2016. Analisis Gugus Fungsi Pada Bensin Dengan
Spektrofotometri Infra Merah. Bali: Universitas Udayana.
Zahro, Irfania. 2013. Kajian Karakterisasi Spektrofotometri Infra Merah dan
Difraksi Sinar X Katalis Oksida Logam Cu/Cr/γ-Al2O3. Surabaya:
Universitas Surabaya.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai