Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (EKOTUM)

ANALISA VEGETASI (METODE KUADRAT)

O
L
E
H

Yulia
(F05109031)

Kelompok : 2

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah


istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan
bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati
suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,
dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk
mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada
suatu tempat (Anonim, 2011).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi
jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat
kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa
petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga
hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan
petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Marpaung,
2009).
Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada
komposisi jenis pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang
homogen dapat digunakan random sampling, sedangkan untuk penelitian
ekologi lebih tepat digunakan sistematik sampling, bahkan purposive
sampling pun juga dibolehkan (Dedy, 2009).
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random
sampling) dan cara sistematik (systematic sampling), random samping
hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan
tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak
contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak

1
contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk
menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam
pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative.
Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive sampling.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar
agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,
tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung
dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa
vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan
luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut,
maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan
menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu
petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal
petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur
yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat
pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-
jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai
dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang
berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar
jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis
lebih dari 5-10%. Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa
menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang
penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali
luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan (Marpaung,
2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam
membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan
menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini
dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan
memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa

2
kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density),
atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang
harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan
mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
1. Ukuran petak.
2. Bentuk petak.
3. Jumlah petak.
4. Cara meletakkan petak di lapangan (Dedy, 2009).

Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa


vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau
sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga
dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran
tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan
pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa
denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang
sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk
hutan atau vcegetasi kompleks lainnya.
Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja
yagng jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan
untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya.
Metode Kuadran
Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang
menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan
untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.

Ada dua macam metode yang umum digunakan :


a. Point-quarter
Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan
disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan
secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat

3
dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada
masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas
penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu
diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.

b. Wandering-quarter
Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan
menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan
kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90) yang berpusat pada titik awal
tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar.
Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak
satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling
dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-
penelitian yang bersifat kuantitatif.

Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:


a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung
jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di
dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang
diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap
spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal
dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis
tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan
mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut
Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat
tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya
tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter.

4
Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan
alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran
suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Natassa, et. al.,
2010).

Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk


mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Dibawah ini
adalah beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil
analisa vegetasi, yaitu :
a. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks
Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif
(KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-
Dombois dan ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 2005).

b. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk
membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh
gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu
komunitas. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus
Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener :

dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

5
ni = Jumlah individu jenis ke-n
N = Total jumlah individu
a. Indeks Kekayaan Jenis dari Margallef (R1)

dimana :
R1 = Indeks kekayaan Margallef
S = Jumlah jenis
N = Total jumlah individu
a. Indeks Kemerataan Jenis

Dimana :
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
Berdasarkan Magurran (1988) besaran R1 < 3.5 menunjukkan
kekayaan jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5 – 5.0 menunjukkan
kekayaan jenis tergolong sedang dan R1tergolong tinggi jika > 5.0.
Besaran H’ < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong
rendah, H’ = 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong
sedang dan H’ > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi.
Besaran E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’
= 0.3 – 0.6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka
kemerataaan jenis tergolong tinggi.
a. Koefisien Kesamaan Komunitas
Untuk mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur
antara dua tegakan yang dibandingkan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut (Bray dan Curtis, 1957 dalam Soerianegara dan Indrawan, 2005) :

6
dimana :
IS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan komunitas
W = Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang terdapat
dalam dua tegakan yang dibandingkan
a, b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat pada tegakan pertama
dan kedua
Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100 %.
Semakin mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan
mempunyai kesamaan yang tinggi. Dari nilai kesamaan komunitas (IS)
dapat ditentukan koefisien ketidaksamaan komunitas (ID) yang besarnya
100 – IS. Untuk menghitung IS, dapat digunakan nilai kerapatan,
biomassa, penutupan tajuk atau INP.
Sebagai contoh, kita membandingkan tingkat permudaan semai hutan
primer dengan hutan setelah ditebang dan dapat dilihat pada tabel 2 berikut
ini :
Tabel 2. Nilai Kesamaan Kerapatan antara Hutan Primer dengan
Hutan setelah ditebang pada tingkat Semai

Maka nilai kesamaan komunitas (IS) = ((2 x 55) / (224 + 84)) x


100% = 35.71%
Nilai diatas menunjukkan bahwa antara kondisi primer dan setelah
ditebang dari segi jumlah individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat
kesamaan sekitar 35.71% artinya setelah dilakukan penebangan terjadi
kehilangan jumlah individu sekitar 64.29%.
f. Indeks Dominasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan
penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada
satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika
beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks

7
dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi
digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut :

Dimana :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis (Marpaung, 2009).

Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan


bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :
1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud
tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah
tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-
alang dan vegetasi semak belukar (Desmawati, et. al, 2011).

Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara


langsung adalah :
1. Nama jenis (lokal atau botanis)
2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap
lahan
4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk
menghitung volume pohon.
5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),
penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat
diketahui ditaksir ukuran volume pohon (Marpaung, 2009).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon,


perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri
dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi

8
atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang
menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar
dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah
dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi,
sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut
sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor
lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh
anthropogenic (Desmawati, et. al, 2011).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari
komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang
menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan
penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau
hemi-parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya
memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut
keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang
dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak
berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya
seperti kayu atau belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak
menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki
bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki
tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki
satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

9
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,
yaitu :
a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang
dari 1.5 m.
b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm
(Marpaung, 2009).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi


jenis, peranan, penyebaran dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang
diamati.

C. Permasalahan

Permasalahan:
1. Jenis tumbuhan apa saja yang didapat pada petak metode kuadrat?
2. Bagaimanakah penyebaran dari tumbuhan pada petak metode kuadrat?
3. Bagaimana kondisi lapangan yang dipakai dalam membuat petak
metode kuadrat?
4. Alasan digunakannya petak metode kuadrat?

BAB II

10
METODELOGI

A. Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Selasa 1 Nopember 2011


Waktu Pelaksanaan : 10.00 WIB
Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan dan
Lapangan terbuka di depan Laboratorium
Pendidikan Biologi FKIP Untan.

B. Alat dan Bahan

Alat :
- Tali raffia - Hand Counter
- Meteran - ATK
- Pancang - Buku identifikasi

Bahan :
- Komunitas tertentu

C. Cara Kerja

1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis.
2. Luas petak contoh ditentukan dari hasil pembuatan Kurva Species
Area dan banyaknya petak contoh tergantung dari biaya, waktu dan
tenaga. Tetapi dari berbagai pengalaman, pada dasarnya ukuran petak
contoh seluas 1 x 1 m2 dibuat untuk analisis tumbuhan herba.
3. Penentuan awal petak contoh dapat dilakukan secara acak atau secara
sistematis atau kombinasi keduanya yaitu pertama dibuat acak dan
selanjutnya dilakukan secara sistematis.
4. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang ada.

11
5. Hitung data (lihat penghitungan).
6. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing
jenis dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut.
7. Tentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR). SDR menunjukkan
jumlah Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang
membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100%
sehingga mudah unutk diinterpretasikan.

4. 5.

1.

3. 2.

Gambar 1. Contoh Petak Metode Kuadrat

BAB III
ANALISIS DATA

12
A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data Pengamatan Metode Kuadrat


Jumlah
No Jumlah
Species Individ KM KR (%) FM FR (%) NP
. Plot
u
1. Cynodon dactylon 125 5 25 13.31085 1 13.51351 26.82437
2. Cyperus rotundus 6 1 6 3.194605 0.2 2.702703 5.897307
3. Bryum sp. 2 1 2 1.064868 0.2 2.702703 3.767571
4. Zoysia matrella 27 4 6.75 3.59393 0.8 10.81081 14.40474
5. Eleocharis dulcis 49 4 12.25 6.522318 0.8 10.81081 17.33313
Saccharum
6. 360 5 72 38.33526 1 13.51351 51.84877
spontaneum
7. Chloris barbata 27 5 5.4 2.875144 1 13.51351 16.38866
Paspaium
8. 39 4 9.75 5.191233 0.8 10.81081 16.00204
commersoni
Kyllinga
9. 14 3 4.666667 2.484693 0.6 8.108108 10.5928
morocephala
10. Ischaemum timorense 36 3 12 6.389209 0.6 8.108108 14.49732
11. Caladium sp. 14 1 14 7.454078 0.2 2.702703 10.15678
12. Fimbristylis anrua 18 1 18 9.583814 0.2 2.702703 12.28652
Σ Jumlah 717 37 187.8167 100 7.4 100 200

Keterangan :
KM= Kerapatan Mutlak
KR = Kerapatan Relatif
FM = Frekuensi Mutlak
FR = Frekuensi Relatif
NP = Nilai Penting

13
B. Pembahasan

Pada praktikum Analisa Vegetasi dengan metode kuadrat ini didapat


12 spesies tumbuhan. Tumbuhan tersebut adalah Cynodon dactylon,
Cyperus rotundus, Bryum sp., Zoysia matrella, Eleocharis dulcis,
Saccharum spontaneum, Chloris barbata, Paspaium commersoni,
Kyllinga morocephala, Ischaemum timorense, Caladium sp. dan
Fimbristylis anrua.
Tumbuhan-tumbuhan tersebut tersebat pada 5 plot yang di amati.
Beberapa tumbuhan ada yang menempati seluruh plot, dan ada juga yang
hanya ditemukan pada 3, 4 atau hanya di 1 plot saja.
Pada Cynodon dactylon dapat ditemui pada seluruh plot dengan
total individu 125. Cyperus rotundus hanya ditemukan pada 1 plot dan
berjumlah 6 individu. Bryum sp. juga hanya menempati 1 plot dan
diteukan 2 individu. Tumbuhan Zoysia matrella menempati 4 plot dengan
total individunya 27. Eleocharis dulcis dapat ditemukan pada 4 plot juga
dan ditemukan 49 individu. Tumbuhan Saccharum spontaneum
menempati 5 plot dengan total individu 360. Chloris barbata menempati 5
plot dengan jumlah individu 27. Paspaium commersoni menempati 4 plot
dengan total individu 39. Kyllinga morocephala menempati 3 plot dengan
total individu yang ditemukan adalah 14. Ischaemum timorense yang
ditemukan ada 36 individu yang menmepati 3 plot. Caladium sp.
menempati hanya 1 plot dengan jumlah 14 individu. Fimbristylis anrua
menempati hanya 1 plot juga dan dengan jumlah individu 18.
Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang
bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga
dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi
dominan yang tersebar pada lapangan di depan lab. P. Biologi FKIP Untan
adalah Saccharum spontaneum.

14
Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah
jauh dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan
mempengaruhi jenis spesies dan jumlahnya.
Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih
cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan
menaksir volumenya.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :


1. Ditemukan 12 Spesies pada petak metode kuadrat dengan penyebaran
yang beraneka ragam.
2. Spesies yang mendominasi adalah Saccharum spontaneum.
3. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah
jauh dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan
mempengaruhi jenis spesies dan jumlahnya.
4. Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih
cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan
menaksir volumenya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan, yaitu :


1. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat harus baik.
2. Ketelitian dalam penghitungan dan pengamatan spesies.
3. Ketelitian dalam mengidentifikasi tumbuhan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Vegetasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Vegetasi. Diakses, Rabu 26


Oktober 2011.
Dedy. 2009. Analisa Vegetasi.
http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi. Diakses,
Rabu 26 Oktober 2011.
Desmawati, et. al. 2011. Analisa Vegetasi. http://digilib.its.ac.id/ITS-
Undergraduate-3100007028754/6670. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.
Marpaung, Andre. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-
mempelajari-analisa-vegetasi/. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.
Natassa W. 2010. Laporan Analisis Vegetasi.
http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/.
Diakses, Jumat 4 November 2011.

17
LAMPIRAN

Tabel 1. Data Pengamatan Metode Kuadrat


Jumlah
Jumlah
No. Species Individ KM KR (%) FM FR (%) NP
Plot
u
1. Cynodon dactylon 125 5 25 13.31085 1 13.51351 26.82437
2. Cyperus rotundus 6 1 6 3.194605 0.2 2.702703 5.897307
3. Bryum sp. 2 1 2 1.064868 0.2 2.702703 3.767571
4. Zoysia matrella 27 4 6.75 3.59393 0.8 10.81081 14.40474
5. Eleocharis dulcis 49 4 12.25 6.522318 0.8 10.81081 17.33313
Saccharum
6. 360 5 72 38.33526 1 13.51351 51.84877
spontaneum
7. Chloris barbata 27 5 5.4 2.875144 1 13.51351 16.38866
Paspaium
8. 39 4 9.75 5.191233 0.8 10.81081 16.00204
commersoni
Kyllinga
9. 14 3 4.666667 2.484693 0.6 8.108108 10.5928
morocephala
10. Ischaemum timorense 36 3 12 6.389209 0.6 8.108108 14.49732
11. Caladium sp. 14 1 14 7.454078 0.2 2.702703 10.15678
12. Fimbristylis anrua 18 1 18 9.583814 0.2 2.702703 12.28652
Σ Jumlah 717 37 187.8167 100 7.4 100 200

Keterangan :
KM= Kerapatan Mutlak
KR = Kerapatan Relatif
FM = Frekuensi Mutlak
FR = Frekuensi Relatif
NP = Nilai Penting

18
Jumlah dari individu dari suatu jenis i
KM =
Jumlah total luas areal yang digunakanuntuk penarikan contoh

125 27
Cynodon dactylon = = 25 Chloris barbata = = 5,4
5 5

6 39
Cyperus rotundus = =6 Paspaium commersoni = = 9,75
1 4

2 14
Bryum sp. = =2 Kyllinga morocephala = =
1 3
4.666667
27
Zoysia matrella = = 6,75
4 36
Ischaemum timorense = = 12
3
49
Eleocharis dulcis = = 12,25
4 14
Caladium sp. = = 14
1
360
Saccharum spontaneum = = 72
5 18
Fimbristylis anrua = = 18
1

Kerapatan mutlak dari jenis i


KR = x
K erapatantotal seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh
100%

25 2
Cynodon dactylon = x Bryum sp. = x 100% =
187,8167 186,8167
100% = 13.31085 1.064868

6 6 , 75
Cyperus rotundus = x Zoysia matrella = x 100%
186,8167 186,8167
100% = 3.194605 = 3.59393

19
12 ,25 4,666667
Eleocharis dulcis = x Kyllinga morocephala = x
186,8167 186,8167
100% = 6.522318 100% = 2.484693

72 12
Saccharum spontaneum = Ischaemum timorense = x
186,8167 186,8167
x 100% = 38.33526 100% = 6.389209

5, 4 14
Chloris barbata = x 100% Caladium sp. = x 100% =
186,8167 186,8167
= 2.875144 7.454078

9 , 75 18
Paspaium commersoni = x Fimbristylis anrua = x
186,8167 186,8167
100% = 5.191233 100% = 9.583814

Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i


FM =
Jumlah banyaknya petak contohdibuat dalam analisa vegetasi

5 5
Cynodon dactylon = =1 Saccharum spontaneum = =1
5 5

1 5
Cyperus rotundus = = 0,2 Chloris barbata = =1
5 5

1 4
Bryum sp. = = 0,2 Paspaium commersoni = = 0,8
5 5

4 3
Zoysia matrella = = 0,8 Kyllinga morocephala = = 0,6
5 5

4 3
Eleocharis dulcis = = 0,8 Ischaemum timorense = = 0,6
5 5

20
1 1
Caladium sp. = = 0,2 Fimbristylis anrua = = 0,2
5 5

Frekwensi mutlak dari jenis i


FR = x 100%
Frekwensi total seluruh jenis

1 1
Cynodon dactylon = x 100% = Chloris barbata = x 100% =
7,4 7,4
13.51351 13.51351

0,2 0,8
Cyperus rotundus = x 100% = Paspaium commersoni = x
7,4 7,4
2.702703 100% = 10.81081

0,2 0,6
Bryum sp. = x 100% = 2.702703 Kyllinga morocephala = x
7,4 7,4
100% = 8.108108
0,8
Zoysia matrella = x 100% =
7,4 0,6
Ischaemum timorense = x 100%
10.81081 7,4
= 8.108108
0,8
Eleocharis dulcis = x 100% =
7,4 0,2
Caladium sp. = x 100% =
10.81081 7,4
2.702703
1
Saccharum spontaneum = x
7,4 0,2
Fimbristylis anrua = x 100% =
100% = 13.51351 7,4
2.702703

NP = KR + FR

Cynodon dactylon = 13.31085 + Cyperus rotundus = 3.194605 +


13.51351 = 26.82437 2.702703 = 5.897307

21
Bryum sp. = 1.064868 + 2.702703 = Paspaium commersoni = 5.191233 +
3.767571 10.81081 = 16.00204

Zoysia matrella = 3.59393 + Kyllinga morocephala = 2.484693 +


10.81081 = 14.40474 8.108108 = 10.5928

Eleocharis dulcis = 6.522318 + Ischaemum timorense = 6.389209 +


10.81081 = 17.33313 8.108108 = 14.49732

Saccharum spontaneum = 38.33526 Caladium sp. = 7.454078 + 2.702703


+ 13.51351 = 51.84877 = 10.15678

Chloris barbata = 2.875144 + Fimbristylis anrua = 9.583814 +


13.51351 = 16.38866 2.702703 = 12.28652

22

Anda mungkin juga menyukai