Anda di halaman 1dari 70

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TIPE INTROVERT

DAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED


PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
M. ARIF AL-FURQON
NIM A1C219029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TIPE INTROVERT
DAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED
PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Seminar Proposal dalam Menyelesaikan
program Sarjana Pendidikan Matematika

OLEH
M. ARIF AL-FURQON
NIM A1C219029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal Open Ended pada Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel” Proposal Penelitian Skripsi Program
Studi Pendidikan Matematika yang disusun oleh M. Arif Al-Furqon, Nomor Induk
Mahasiswa A1C219029 telah diperiksa dan disetujui dan diseminarkan.

Jambi, 18 Oktober 2023


Pembimbing I

Sri Winarni, S.Pd.,M.Pd


195011272005122001

Jambi, 18 Oktober 2023


Pembimbing II

Dr. Ilham Falani, S.Pd., M.Si.


195011272005122001
i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala Puji dan Syukur penulis ucapkan atas


Kehadirat Allah Subhanahu wa ta’alla, yang telah memberikan berkat dan karunia
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal
Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)”
sebagaimana tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beriringan
salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallahu Alaihi
Wa Sallam, yang senantiasa diharapkan syafaatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena adanya dukungan
serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada kedua Orang tua tercinta yaitu Drs. Bujang dan
Urifah Anwar, S. Kom yang selalu mendoakan serta memberikan dukungan
sehingga penulis bisa sampai pada titik ini.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua Pembimbing skripsi


saya yaitu Ibu Sri Winarni, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
Ilham Falani, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing II yang dengan kesabaran dan
keikhlasan telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perhatian dan hati yang ikhlas. Semoga
selalu diberikan kesehatan dan keberkahan dalam segala urusan.

Selain itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
sekolah SMP Negeri 11 Kota Jambi yang telah membantu dan memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 11 Kota Jambi.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada siswa kelas IX B SMP Negeri 11
Kota Jambi yang sudah mau membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis juga berterima kasih kepada dosen Pembimbing Akademik di Prodi


Pendidikan Matematika Universitas Jambi yaitu bapak Prof. Dr. Drs. Syaiful,
M.Pd. yang telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa pendidikan
ii

matematika Universitas Jambi. Penulis ingin berterima kasih kepada seluruh


bapak ibu dosen pendidikan matematika yang sudah memberikan ilmu dan
pengalaman dalam menempuh bangku kuliah di prodi pendidikan matematika
Universitas Jambi.

Penulis berterima kasih kepada senior-senior pada program studi pendidikan


matematika yang sudah penulis ganggu waktunya untuk bertanya dalam
menyelesaikan skripsi ini. Penulis berterima kasih kepada teman-teman
seperjuangan yang sudah mendukung dan membersamai dalam penyelesaian
skripsi ini.

Terakhir, penulis juga berterima kasih kepada diri penulis sendiri yang telah
mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin berterima kasih kepada penulis
karena telah mempercayai diri sendiri. Penulis ingin berterima kasi kepada penulis
karena telah berusaha sekuat tenaga dan tidak menyerah. Penulis ingin berterima
kasih kepada penulis karena telah menjadi diri sendiri setiap saat.
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIK ............................................................................... 7
2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ...................................... 7
2.2 Kerangka Berpikir .................................................................................. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 26
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 26
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 26
3.3 Data dan Sumber Data ............................................................................ 26
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 27
3.5 Teknik Penentuan Subjek Penelitian ...................................................... 31
3.6 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 33
3.7 Uji Kredibilitas Data .............................................................................. 35
3.8 Teknik Analisis Data .............................................................................. 36
3.9 Prosedur Penelitian ................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41
LAMPIRAN ......................................................................................................... 45
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis Siswa ...................................................................... 12


Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kemampuan Berpikir Kritis ........................ 29
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Faktor-Faktor Kemampuan Berpikir Kritis . 30
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Berpikir Kritis .................................................................... 32
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV ....................................... 3


Gambar 1.2 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV ....................................... 4
Gambar 1.3 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV ....................................... 4
Gambar 1.4 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV ....................................... 5
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 25
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Instrumen Observasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Materi Sistem


Persamaan Linear Dua Variabel .................................................... 45
Lampiran 2: Surat Izin Observasi ........................................................................ 60
Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Observasi ........................ 61
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Indikator majunya suatu negara ialah apabila kualitas pendidikan
di suatu negara dalam kondisi bagus yang bisa dilihat dari kualitas sumber daya
manusia di suatu negara. Dalam pendidikan terjadi proses pembelajaran yang
dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa.
Pembelajaran pada abad ke-21 lebih mengarah pada siswa (Student Learning
Center) yang dimana siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan siswa juga
harus memiliki kemampuan 4C yaitu communication, creativity, critical thinking,
and collaboration, salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dari keempat
kemampuan tersebut ialah critical thinking (Setiana & Purwoko, 2020). Untuk itu,
pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas mutu pendidikan di Indonesia. Agar tujuan tersebut tercapai, diperlukan
pembelajaran yang dapat meningkatkan keingintahuan siswa dengan
mengarahkan siswa untuk berpikir kritis. Salah satu pembelajaran yang paling
relevan untuk meningkatkan daya kritis siswa ialah dengan pemberian soal open
ended.
Menurut Nurfadilah & Afriansyah (2022), Soal open ended merupakan soal
yang memiliki cara penyelesaian yang lebih dari satu, sehingga memberi
kesempatan pada siswa untuk memperoleh kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan
masalah dengan berbagai teknik. Pemberian soal open ended, dapat memberi
rangsangan kepada siswa untuk meningkatkan cara berpikirnya, siswa memiliki
kebebasan untuk mengekspresikan hasil eksplorasi daya nalar dan analisisnya
secara aktif dan kreatif dalam upaya menyelesaikan suatu permasalahan.
Soal terbuka (open ended) adalah salah satu cara penyajian berbagai
pendekatan yang mungkin untuk menyelesaikan soal atau adanya berbagai macam

1
2

kemungkinan jawaban yang telah memiliki lebih dari satu jawaban atau cara
penyelesaian yang benar. Soal open ended ini merupakan soal yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir siswa (Syamsulrizal &
Aruan, 2019).
Berpikir kritis merupakan sebagai suatu proses berpikir dengan tujuan untuk
membuat keputusan-keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai apa
yang akan diyakini dan apa yang dilakukan. Berpikir kritis juga merupakan
aktivitas mental yang dilakukan menggunakan langkah-langkah dalam metode
ilmiah, yaitu: memahami dan merumuskan masalah, mengumpulkan dan
menganalisis informasi yang diperlukan dan dapat dipercaya, merumuskan
praduga dan hipotesis, menguji hipotesis secara logis, memgambil kesimpulan
secara hati-hati, melakukan evaluasi dan memutuskan sesuatu yang akan
dilakukan, serta meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi (Abdullah, 2016).
Dalam proses berpikir kritis, siswa cenderung memiliki pengalaman, motif,
sikap dan tipe kepribadian yang relatif berbeda dalam kemampuan berpikirnya.
Kepribadian bersifat unik dan konsisten, sehingga dapat digunakan untuk
membedakan antara individu satu dengan lainnya. Menurut Jung, kepribadian
menjadi dua tipe yaitu tipe introvert dan tipe ekstrovert (Rudianti, Aripin, &
Muhtadi, 2021). Kepribadian ekstrovert merupakan kepribadian yang
kecenderungan memiliki tingkah laku serta sifat-sifat yang dimiliki oleh individu
dengan karakteristik yaitu sifat terbuka, senang berteman dengan siapa saja baik
di lingkungan lama maupun di lingkungan baru, senang beraktivitas bersama-
sama, aktif, tingkah lakunya cenderung dipengaruhi orang lain, kurang teliti,
tergesa-gesa dan ekspresif (Indriyani, et al, 2016). Sedangkan, kepribadian
introvert merupakan kepribadian yang selalu mengarahkan pandangannya pada
diri sendiri, tingkah laku ditentukan oleh apa yang terjadi dalam pribadinya,
baginya dunia luar tidak berarti untuk penentuan tingkah lakunya, maka dari itu
tidak jarang individu tipe ini tidak mempunyai hubungan dengan lingkungan
disekelilinginya (Ningsih & Awalludin, 2021)
Menurut Facione et al (2011) Indikator berpikir kritis ada 4 yaitu
interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi. Karena indikator berpikir kritis
terdapat kesamaan dengan definisi dari open ended. Maka, indikator berpikir kritis
3

dapat digunakan untuk penyelesaian soal-soal open ended. Salah satu


pembelajaran yang bisa digunakan untuk soal open ended ialah materi sistem
persamaan linear dua variabel. Dalam materi tersebut siswa dapat menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel. Karena
manfaat mempelajari materi sistem persamaan linear dua variabel ialah siswa
dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dua variabel.
Berdasarkan observasi awal pada siswa kelas IX SMPN 11 Kota Jambi,
dapat diuraikan secara singkat mengenai komponen berpikir kritis dalam
menyelesaikan soal open ended. Berikut adalah cara penyelesaian siswa masih
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
1. Interpretasi
Pada tahap interpretasi siswa diharapkan bisa memahami masalah yang ada
pada soal yang diujikan. Pada gambar 1.1, siswa mampu memahami masalah yag
ada pada soal tersebut. Namun, siswa masih kurang lengkap dalam menuliskan
permasalahan yang diketahui oleh soal tersebut. Siswa belum menulis apa yang
ditanyakan dalam soal tersebut sehingga masih terjadi kerancuan dalam
menuliskan permasalahan pada soal.

Gambar 1.1 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV


2. Analisis
Pada tahap analisis siswa masih diharapkan mampu menganalisis
permasalahan yang ada pada soal yang diujikan ke siswa. Namun, untuk tahap ini
siswa masih belum mampu menganalisis permasalahan pada soal. Siswa belum
mampu mengidentifikasi konsep yang digunakan untuk menjawab soal yang
diujikan dan juga siswa belum mampu membuat model matematika dengan tepat.
Hal ini dilihat dari Gambar 1.2 bahwa siswa masih salah dalam membuat model
4

matematika dan konsep yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut


masih salah.

Gambar 1.2 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV


3. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, siswa masih belum mampu mengevaluasi langkah-
langkah pengerjaan dan masih belum menerapkan strategi yang tepat dalam
pengerjaan soal yang diujikan. Pada gambar 1.3 terlihat bahwa siswa masih belum
menjelaskan secara detail langkah penyelesaian soal no 3 dan siswa masih salah
strategi dalam mengerjakan soal SPLDV.

Gambar 1.3 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV


4. Inferensi
Pada tahap inferensi, siswa diharuskan untuk membuat kesimpulan sesuai apa
yang ditanyakan pada soal dengan landasan yang kuat. Pada gambar 1.3 siswa
mampu membuat kesimpulan sesuai dengan apa yang ditanyakan. Namun tidak
memiliki landasan yang kuat karena salah dalam menetukan langkah penyelesaian
soal SPLDV.
5

Gambar 1.4 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV


Berdasarkan uraian di atas mengenai keterkaitan antara proses berpikir kritis
dan penyelesaian soal-soal open ended dapat disimpulkan bahwa tingkat berpikir
kritis siswa dalam mengerjakan soal SPLDV masih rendah sehingga diperlukan
latihan soal berbasis open ended secara intensif untuk melatih berpikir kritis
siswa. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Analisis Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam Menyelesaikan
Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa tipe kepribadian introvert dan
ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem
persamaan linear dua variabel?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa tipe
kepribadian introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended
pada materi sistem persamaan linear dua variabel?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dalam penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa tipe kepribadian introvert dan
ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem
persamaan linear dua variabel
6

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan berpikir


kritis siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan
soal open ended pada materi sistem persamaan linear dua variabel

1.4 Manfaat Penelitian


Setelah melakukan penelitian ini dilakukan dan dengan tujuan penelitian
seperti diatas, diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi Guru
Manfaat dari penelitian ini untuk guru ialah guru dapat mengetahui
kemampuan berpikir kritis siswa khususnya siswa berkepribadian tipe ekstrovert
Selain itu, sebagai bahan pertimbangan guru untuk mengembangkan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya
siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert
2. Bagi siswa
Manfaat dari penelitian ini untuk siswa ialah agar siswa mengetahui sejauh
mana kemampuan berpikir kritis siswa dan sebagai motivasi untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa agar memperoleh hasil pembelajaran yang
optimal.
3. Bagi peneliti
Manfaat dari penelitian ini untuk peneliti ialah hasil penelitian ini bisa
menjadi acuan dan referensi bagi peneliti sebagai calon guru matematika
BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan


2.1.1 Tinjauan Analisis
Analisis merupakan usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur
atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya (Sudjana, 2014:
27). Menurut Siyoto & Sodik (2015), analisis berasal dari kata “ana” dan “lysis”.
Kata “ana” berarti atas dan “lysis” berarti memecahkan atau menghancurkan.
Dari kedua kata tersebut dapat dijelaskan bahwa analisis adalah proses
pemisahan atau penguraian ke bagian yang terkecil kemudian menggabungkan
untuk memperoleh pemahaman yang baru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis adalah proses penguraian suatu
permasalahan sesuai dengan struktur menjadi bagian-bagian terkecil dengan
berbagai cara seperti mengolah, mengorganisir, memecahkan ke unit lebih kecil
dan kemudian digabungkan untuk memperoleh pemahaman baru sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.

2.1.2 Berpikir Kritis


Menurut Murti (2019), berpikir kritis meliputi pemikiran dan penggunaan
alasan yang logis, mencakup keterampilan membandingkan, mengklasifikasi,
melakukan pengurutan (sekuensi), menghubungkan sebab dan akibat,
mendeskripsikan pola, membuat analogi, menyusun rangkaian, memberi alasan
secara deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, perumusan hipotesis, dan
penyampaian kritik. Berpikir kritis juga berguna untuk mengekspresikan ide-ide.
Pemikiran kritis memiliki peran penting dalam menilai manfaat ide-ide baru,
memilih ide-ide yang terbaik, dan memodifikasinya jika diperlukan, sehingga
bermanfaat di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan
kreativitas. Ada 3 syarat diperlukan untuk memiliki berpikir kritis yaitu:
1. Sikap untuk menggunakan pemikiran yang dalam di dalam melihat suatu
permasalahan dengan menggunakant pengalaman dan bukti yang ada
2. Pengetahuan tentang metode untuk bertanya dan mengemukakan alasan
dengan logis

7
8

3. Keterampilan untuk menerapkan metode tersebut


Menurut Triwulandari & Supardi, (2022) Facion menyusun berpikir kritis
menjadi dua aspek utama yaitu :
1. Kemampuan atau keterampilan berpikir kritis
2. Sikap atau kecenderungan kritis terhadap berpikir kritis yang
dikonseptualisasikan sebagai variabel.
Pada aspek pertama berkaitan dengan kemampuan menganalisis,
mengevaluasi, dan menalar, sedangkan pada aspek kedua berkaitan dengan
kecenderungan mereka yang berpikir dan berpikir kritis. Berpikir kritis
dianggap sulit jika seseorang hanya memiliki atau menekankan salah satu dari
dua aspek diatas.
Menurut Safrida et al (2018) berpikir kritis yaitu proses menerapkan logika
sistematis dan keraguan terhadap klaim dengan berpikir secara reflektif dan
beralasan. Berpikir kritis memuat keterampilan menganalisis, mensintesis
argumen, mengevaluasi informasi, menarik kesimpulan menggunakan penalaran
deduktif dan induktif, dan menyelesaikan permasalahan. Menurut Purwati et al
(2016) berpikir kritis adalah kemampuan dalam menganalisis dan mengevaluasi
informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, penalaran maupun
komunikasi untuk memutuskan apakah informasi tersebut dapat dipercaya
sehingga dapat memberikan kesimpulan yang rasional dan benar
Berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual yang secara aktif dan
terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh,
pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan
untuk keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk keteladanannya, ini didasarkan
pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui pembagian materi:
kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti kuat, alasan yang baik,
kedalaman, luas, dan keadilan (Santi, Soendjoto, & Winarti, 2018)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan berpikir kritis yaitu suatu
proses berpikir yang reflektif dalam menganalisis, memilih, memecahkan
masalah, dan membuat keputusan dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pada prinsipnya orang yang berpikir kritis adalah orang
9

yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau
menolak sesuatu. Mereka akan mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi
informasi sebelum menentukan apakah mereka menerima atau menolak
informasi. Dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif
tertentu yang tepat untuk menguji kendala gagasan, pemecahan masalah, dan
mengatasi masalah serta kekurangannya.
Orang yang berpikir kritis akan mencari, menganalisis dan mengevaluasi
informasi, membuat informasi, membuat kesimpulan berdasarkan fakta
kemudian melakukan pengambilan keputusan. Ciri orang yang berpikir kritis
akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang
didiskusikan dengan masalah yang didiskusikan dengan masalah atau
pengalaman lain yang relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses
terorganisasi dalam memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas mental
yang mencakup kemampuan : merumuskan masalah, memberikan argumen,
melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan
(Saputra, 2020).

2.1.2.1 Kemampuan Berpikir Kritis


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata
“mampu” yang berarti bisa (sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,
mempunyai harta yang berlebih). Kemampuan yaitu suatu kesanggupan dalam
melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan
sesuatu yang harus ia lakukan.
Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang lebih tepat
dalam berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan
keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu kemampuan berpikir
kritis sangat diperlukan dalam pemecahan masalah atau pencarian solusi.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi berbagai
komponen pengembangan kemampuan seperti pengamatan (observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka akan semakin baik pula
dalam mengatasi masalah-masalah (Saputra, 2020).
10

Dari pendapat diatas maka pengertian kemampuan berpikir kritis yaitu


sebagai salah satu kemampuan yang penting dimiliki oleh siswa dalam
memahami dan menyelesaikan soal. Dengan mempunyai kemampuan berpikir
kritis siswa akan mudah dalam belajar. Kemampuan berpikir kritis tidak bisa
lepas dari pengertian berpikir kritis tersebut dan indikator yang menunjukkan
bahwa seseorang mampu berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat
penting, karena dalam kehidupan sehari-hari cara seseorang mengarahkan
hidupnya bergantung pada pernyataan yang dipercayainya, pernyataan yang
diterimanya. Selanjutnya secara lebih berhati-hati mengevaluasi suatu
pernyataan, kemudian membagi isu-isu yang ada apakah relevan atau tidak
dengan pernyataan yang dievaluasi.

2.1.2.2 Tujuan Berpikir Kritis


Menurut Linda & Lestari (2019) tujuan dari berpikir kritis untuk mencoba
mem-pertahankan posisi ’objektif’. Ketika berpikir kritis, maka akan menimbang
semua sisi dari sebuah argumen dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan.
Jadi, keterampilan berpikir kritis memerlukan: keaktifan mencari semua sisi dari
sebuah argumen, pengujian pernyataan dari klaim yang dibuat dari bukti yang
digunakan untuk mendukung klaim. Yang paling utama dari berpikir kritis ini
adalah bagaimana argumen yang kita kemukakan benar-benar objektif. Berpikir
kritis juga berguna untuk mengekspresikan ide-ide. Pemikiran kritis memiliki
peran penting dalam menilai manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik,
dan memodifikasinya jika perlu, sehingga bermanfaat di dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kreativitas.
Saat berpikir kritis, kita menggunakan pengetahuan dan kecerdasan kita
secara efektif untuk sampai pada pendapat atau posisi yang paling mendekati
kebenaran dan ketepatan. Saat kita tidak berpikir kita akan dengan mudah
membuat keputusan yang tidak masuk akal atau meyakini sesuatu yang tidak
masuk akal atau mengambil tindakan yang tidak beralasan kuat meskipun
kadang kita beruntung atau kebetulan. Tujuan berpikir kritis itu sederhana untuk
menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar (Fahruddin,
2012).
11

Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide


atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa akan dilatih
bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana
pendapat relevan dan tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak benar.
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa
membuat kesimpulan dengan pertimbangan data dan fakta yang terjadi di
lapangan.

2.1.2.3 Indikator Berpikir Kritis


Indikator berpikir kritis dapat dilihat melalui ciri-cirinya, sehingga dapat
dikatakan bahwa seseorang dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemampuan
berpikir kritis. Menurut Facione et al (2011) indikator berpikir kritis dapat dilihat
dari karakteristiknya sehingga dengan memiliki karakteristik tersebut seseorang
dapat dikatakan telah memiliki kemampuan berpikir kritis. Facion
mengungkapkan ada empat indikator berpikir kritis dalam proses berpikir kritis
yaitu:
a. Interpretasi
Menginterpretasi adalah memahami dan mengekspresikan makna atau
signifikansi dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian,
penilaian, kebiasaan, atau adat, kepercayaan-kepercayaan, aturan-aturan,
prosedur atau kriteria-kriteria.
b. Analisis
Analisis adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang
dimaksud dan aktual di antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan,
konsep-konsep, deskripsi-deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lainnya yang
dimaksudkan untuk mengekspresikan kepercayaan-kepercayaan, penilaian,
pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, informasi atau opini-opini.
c. Evaluasi
Evaluasi berarti menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau
representasi-representasi yang merupakan laporan-laporan atau deskripsi-
deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan atau opini
seseorang, dan menaksir kekuatan logis dari hubungan-hubungan inferensial atau
12

dimaksud diantara pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-


pertanyaan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya.
d. Inferensi
Inferensi berarti mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang
diperlukan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat
dugaan-dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan
menyimpulkan konsekuensi-konsekuensi dari data, situasi-situasi, pertanyan-
pertanyaan atau bentuk-bentuk representasi lainya.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator berpikir
kritis ialah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis Siswa
Indikator Umum Indikator

Menginterpretasi Memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui


maupun yang ditanyakan soal yang tepat

Menganalisis Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan pernyataan,


pertanyaan pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam
soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan
tepat dan memberi penjelasan dengan tepat.

Mengevaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap


dan benar dalam melakukan perhitungan

Menginferensi Membuat kesimpulan dengan tepat

2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis


Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
adalah kondisi fisik, perkembangan intelektual dan motivasi. Kondisi fisik
merupakan kebutuhan fisiologis yang paling mendasar bagi manusia untuk
menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik seorang siswa terganggu, sedangkan
ia dihadapkan pada situasi yang menuntut pemikiran yang matang untuk
memecahkan suatu masalah, kondisi ini sangat mempengaruhi pikirannya. Dia
tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak
memungkinkan dia untuk bereaksi terhadap respon. Selain kondisi fisik yang
diduga juga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis adalah perkembangan
13

intelektual. Perkembangan intelektual adalah kecerdasan seseorang untuk


merespon dan memecahkan suatu masalah, menghubungkan atau menyatukan
satu hal dengan yang lain, serta mampu merespon stimulus dengan baik.
Indikator perkembangan intelektual yaitu memiliki rasa ingin tahu, mandiri
dalam berpikir dan kemampuan memecahkan masalah.
Kemampuan berpikir orang berbeda-beda, hal ini didasarkan olehb
banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu. Menurut
Maryam et al (2008) ada 5 faktor berpikir kritis sebagai berikut:
1. Kondisi fisik
Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi
yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu
kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak
dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat. Kondisi fisik yang sehat ialah siswa
yang tidak mudah lelah, tidak lekas mengangtuk saat pelajaran berlangsung, dan
kesehatan panca indra terutama mata dan telinga dalam kondisi sehat
2. Motivasi
Motivasi sebagai pergerakan positif maupun menuju pencapaian tujuan.
Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun
pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang telah
ditetapkannya. Indikator dari motivasi tersebut adalah kuatnya kemauan untuk
berbuat, ulet dalam menghadapi kesulitan, dan dapat mempertahankan
pendapatnya.
3. Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika terjadi
ketegangan, hipotalamus dirangsang mengirimkan impuls untuk menggiatkan
mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk
bertindak. Kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang.
Indikator kecemasan pada siswa adalah
a. Secara kognitif, siswa sulit berkonsentrasi
b. Secara motorik, rasa gugup dialami siswa
14

c. Secara somatik, reaksi fisik karena gugup seperti gangguan pernapasan,


berkeringat dan sebagainya.
d. Secara afektif, dalam emosi siswa tidak tenang dan mudah tersinggung di
beberapa kasus kemungkinan siswa mengalami depresi
4. Kebiasaan dan rutinitas
Kebiasaan yang tidak baik akan dapat menghambat penggunaan
penyelidikan dan ide baru. Kebiasaan yang baik dapat memperlancar
penggunaan penyelidikan dan ide baru. Indikator kebiasaan yang baik adalah
belajar teratur setiap hari, mempersiapkan semua keperluan belajar, senantiasa
hadir di kelas sebelum pelajaran dimulai, belajar sampai paham dan tuntas
5. Perkembangan intelektual
Perkembangan intelektual berkaitan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadapa stimulus. Indikator dari perkembangan intelektual siswa adalah
memiliki rasa ingin tahu, mandiri dalam berpikir, dan kemampuan memecahkan
masalah.

2.1.3 Tipe Kepribadian Ekstrovert


Kepribadian ekstrovert dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang
dalam menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan mau menerima masukan dari
pihak luar, aktif, dan suka berteman (Upu, Nasrullah, & Amir, 2020). Menurut
Ningsih & Awalludin (2021) tipe kepribadian ekstrovert yaitu individu yang
dapat mengarahkan dirinya pada lingkungan sekelilingnya, bersikap hangat,
ramah, menyukai pesta, santai, pada umumnya individu dengan tipe ini suka
berteman dan memiliki banyak teman, dan menyukai perubahan sedangkan tipe
kepribadian introvert yaitu individu yang selalu mengarahkan pandangannya
pada dirinya sendiri, tingkah lakunya ditentukan oleh apa yang terjadi dalam
pribadinya, baginya dunia luar tidak berarti untuk penentuan tingkah lakunya,
maka dari itu tidak jarang individu dengan tipe ini tidak mempunyai hubungan
dengan lingkungan di sekelilingnya. Tipe kepribadian ekstrovert biasanya tidak
suka berdiam diri, cenderung mementingkan tindakan dibanding memikirkan
15

resiko yang terjadi dan individu ini juga senang berbicara karena umumnya
mereka menikmati berbagai variansi kegiatan dan suka mempelajari hal baru.
Individu ekstrovert adalah individu yang senang bersosialisasi, memiliki
banyak teman, aktif, suka bepergian, memiliki sifat yang ramah tetapi memiliki
kesulitan mengontrol gerak hatinya berkenaan dengan agresif dan mudah
marah, berperilaku tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Serta kurang menuruti kata
hati. Dalam mengerjakan sesuatu orang ekstrovert biasanya lebih cepat
meskipun tidak sempurna dan kadang-kadang ceroboh (Jazuli & Lathifah,
2018). Menurut Rudianti et al (2021) ekstrovert adalah tipe kepribadian yang
lebih mementingkan luar dirinya dan cenderung lebih membuka diri terhadap
dunia luar, mereka menyukai keramaian, dengan banyak interaksi dan aktivitas
sosial.

2.1.4 Tipe Kepribadian Introvert


Menurut Arini & Rosyidi (2016) kepribadian introvert adalah individu yang
mempunyai ciri-ciri suka belajar sendiri, berhati-hati dalam mengambil
keputusan, tenang dan rajin. Kepribadian dimungkinkan juga mempengaruhi
kemampuan bernalar siswa. Hal ini dikarenakan penalaran merupakan aktivitas
berpikir dalam pengambilan sebuah keputusan.
Menurut Hidayah et al (2017) Orang introvert hanya bersenang-senang
dengan dunianya sendiri dan tertutup dengan orang lain. Lebih suka berpikir
kritis, namun tidak pernah menyuarakan pikirannya tersebut. Sifat yang dimiliki
kepribadian introvert adalah penyendiri, pemalu, suka berpikir, lebih suka
bekerja/melakukan sesuatu sendirian, suka berimajinasi, susah bergaul, dan
jarang bercerita. Orang introvert lebih suka berinteraksi hanya dengan satu
orang. Ketika ada satu orang lagi datang, dia diam dan mereka berdua tetap
berbicara. Meski begitu, mereka biasanya sangat aktif di internet. Internet
seolah menjadi anugerah bagi introvert.
Menurut Rachilda, Sa’ida, & Budiman (2023) individu dengan kepribadian
introvert memiliki sumber semangat yang berasal dari diri sendiri. Individu
introvert tidak selalu pasif atau tidak pandai dalam bergaul. Introvert bisa saja
aktif, ceria dan mudah bergaul tetapi biasanya dengan teman setelah sekian
16

lama mengenal atau bergaul. Introvert juga lebih memilih untuk menyendiri
ketika stress atau hanya ingin berbicara pada orang yang dipercaya. Introvert
adalah individu yang pandai menyelam ke diri mereka sendiri dan akan terus
berusaha memahami dirinya sendiri dengan melakukan banyak hal. Pada
akhirnya mereka menjadi orang yang bisa memahami dirinya sendiri tidak
terpengaruh oleh orang lain untuk mengetahui apa tujuan hidupnya

2.1.5 Soal Open Ended


2.1.5.1 Pengertian Soal Open Ended
Soal open-ended merupakan soal yang tidak memiliki prosedur rutin dalam
menyelesaikan, sehingga peserta didik dapat mengembangkan ide-ide yang
dimiliki. soal open-ended merupakan soal yang memiliki banyak cara
penyelesaian dengan berbagai kemungkinan jawaban atau soal yang memiliki
banyak cara penyelesaian dengan satu jawaban. Pemberian soal open-ended oleh
pengajar dapat menciptakan peserta didik yang mampu mengkonstruk jawaban
dan cara penyelesaian sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Rosy,
2023).
Menurut Widya Astuti et al (2022) soal open ended adalah permasalahan
yang diformulasikan mempunyai banyak jawaban yang benar. Dalam
memecahkan suatu permasalahan matematika, setiap peserta didik memiliki
respon yang berbeda-beda. Beberapa peserta didik menganggap bahwa
permasalahan matematika tersebut sebagai tantangan yang harus dihadapi dan
diselesaikan, sedangkan peserta didik lain menganggap bahwa permasalahan
matematika yang dihadapinya merupakan sebuah masalah yang sulit sehingga
mereka tidak mampu menghadapinya.
Soal open ended dapat mengarahkan siswa dalam menjawab dengan banyak
cara sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman berpikir
kritis dan kreatif peserta didik. Keadaan ini akan membiasakan siswa berpikir
dan bertindak secara kreatif pada diri peserta didik yang sangat diperlukan untuk
menghadapi kehidupan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Dengan diberikannya soal open ended ke peserta didik, kemampuan
17

berpikir kreatif dan kritis siswa dapat diukur sesuai dengan indikatornya,
(Hidayat & Widjajanti, 2018).
Dari penjelasan diatas bahwa, dapat disimpulkan bahwa soal open ended
yaitu suatu soal yang memiliki banyak cara dan satu jawaban atau banyak cara
banyak jawaban, dari cara metode penyelesaiannya yang dilakukan oleh siswa.
Sehingga siswa dapat menumbuhkan ide dan gagasannya.

2.1.5.2 Karakteristik Soal Open Ended


Menurut Sroyer (2016) Soal open ended umumnya dianggap sebagai “soal
yang tidak terstruktur dengan baik” karena kurangnya kejelasan dalam
rumusannya diakibatkan kurang lengkapnya data atau asumsi serta prosedur
baku yang dapat menjamin adanya jawaban yang benar. Soal Open-ended
umumnya menuntut siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam bentuk
laporan terperinci berisi cara mereka melakukan tugas independen yang telah
dikembangkan dalam matematika sehingga akan menunjukkan aplikasi kreatif
dari pengetahuan dan skill matematika yang mereka miliki. Ciri-ciri soal open-
ended:
a. Tidak mengharuskan metode baku
b. Tidak mengharuskan jawaban yang pasti/memungkinkan banyak jawaban
c. Diselesaikan dengan berbagai cara dan tingkatan (dapat diberikan pada
kemampuan yang beragam)
d. Memungkinkan siswa untuk membuat keputusan sendiri serta memiliki cara
berpikir matematis yang alami
e. Menumbuhkan skill berpikir logis dan komunikasi
f. Terbuka untuk kreatifitas dan imajinasi siswa saat berhubungan dengan
konteks pengalaman siswa di kehidupan nyata

2.1.5.3 Tujuan dan Manfaat Soal Open Ended


Menurut adapun tujuan dari soal open ended ialah mengembangkan kritis dan
pola pikir siswa, sehingga siswa bisa diberi kebebasan untuk berpikir bebas dalam
menyelesaikan masalah. Selain itu, tujuan diberi soal open ended ialah untuk
18

mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan suatu


permasalahan yang ada pada soal matematika.
Manfaat dari penggunaan open ended dalam pembelajaran matematika, yaitu
sebagai berikut:
a. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide mereka. Dengan
arti siswa dapat memberikan berupa rancangan-rancangan yang tersusun di
dalam pikiran mereka untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
b. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komperhensif
menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka. Dengan pengetahuan
yang bersifat luas dan keterampilan mereka, sehingga memudahkan mereka
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
c. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dalam proses menemukan dan
menerima persetujuan dari siswa lain terhadap ide-ide mereka. Sehingga
mereka dapat bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

2.1.6 Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Tipe Kepribadian


Ekstrovert dan Introvert
Tingkat kemampuan berpikir kritis setiap siswa tentunya berbeda-beda.
Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut salah satunya adalah tipe
kepribadian siswa tersebut. Tipe kepribadian merupakan sikap yang khas yang
dimiliki setiap individu dalam berperilaku yang dapat dibedakan dengan individu
lain. Setiap kepribadian siswa tentunya berbeda-beda tidak ada kepribadian siswa
yang sama seutuhnya, disini peran guru juga penting untuk mengetahui
bagaimana guru memperlakukan siswa tersebut ketika proses pembelajaran
dikelas (Sagita, 2017).
Menurut Rudianti et al (2021) salah satu penyebab rendahnya kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika diprediksi karena karakteristik
mereka yang berbeda. Pendidik harus mampu memahami kepribadian siswa dan
membuat proses pendidikan berkembang dengan baik, guna bisa mencapai hasil
belajar yang maksimal.
19

2.1.7 Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel


Sistem persamaan lienar dua variabel merupakan sistem kesatuan dari
beberapa persamaan linear dua variabel yang sejenis. Hubungan antara dua
variabel yang membentuk persamaan yang memiliki nilai dinamakan persamaan
linear dua variabel yang ditulis:

Dimana a, b merupakan koefisien sedangkan x, y merupakan variabel. Serta


bentuk grafik selesaian suatu persamaan linear dua variabel berupa titik dan
garis lurus.
Dalam materi sistem persamaan linear dua variabel terdapat beberapa
metode/langkah penyelesaian dalam mengerjakan soal sistem persamaan linear
dua variabel diantaranya:
1. Metode grafik
Langkah-langkah dalam mengerjakan soal SPLDV dengan metode grafik
ialah sebagai berikut:
a. Gambarlah kedua grafik dalam satu bidang koordinat
b. Perkirakan titik pemotongan kedua grafik tersebut
c. Periksa titik potong kedua grafik dengan mensubstitusikan nilai x dan y ke
dalam setiap persamaan
2. Metode substitusi
Metode ini digunakan dengan menyatakan salah satu variabel dalam
variabel lain kemudian mengganti dengan persamaan lain. Langkah-langkah
dalam menyelesaikan masalah menggunakan metode substitusi adalah sebagai
berikut:
Contoh soal
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel tersebut

Jawab
………(1)
………(2)
 Substitusikan persamaan 1 ke persamaan 2
20

 Substitusikan nilai x ke persamaan 1

( )

Jadi penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel adalah (-1,3)
3. Metode eliminasi
Metode ini digunakan dengan mengeliminasikan salah satu variabel secara
bergantian. Langkah-langkah nya ialah sebagai berikut:
a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama
dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya
b. Kurangkan kedua persamaan tersebut
Contoh soal

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut!

Jawab
………(1)
………(2)
a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama
dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya
(
)
( )
b. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai x

c. Ubah persamaan pertama dan persamaan kedua sehingga koefisien yang


dieliminasikan sama
( )
( )
21

d. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai y

Jadi penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel adalah (-1,-6)
4. Metode campuran
Metode ini merupakan gabungan dari metode eliminasi dan metode
substitusi. Langkah-langkah pengerjaanya ialah sebagai berikut :

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama


dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya
b. Kurangkan kedua persamaan tersebut
c. Substitusikan nilai suatu variabel ke persamaan tersebut

Contoh soal

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel berikut!

Jawab
a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama
dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya
( )
( )
b. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai x

c. Substitusikan nilai x ke persamaan 2 untuk mendapatkan nilai y

( )

Jadi, penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel tersebut ialah (2, 1)
22

2.1.8 Penelitian yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Prihartini, Putri Lestari, dan Serly Ayu
Saputri (2016) yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Menggunakan Pendekatan Open Ended. Dari penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa dari kajian literatur yang dilakukan oleh peneliti
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan open ended
2. Penelititan yang dilakukan oleh Helena Sagita Simbolon, Kamid, dan
Syaiful (2017) yang berjudul Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis
dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas
VIII SMPN 1 Kota Jambi dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa subjek introvert dan subjek ekstrovert memiliki kemampuan berpikir
kritis yaitu dari cara berpikir menganalisis informasi, mendeteksi
kekeliruan, dan kecepatan dalam menyelesaikan soal, dimana kemampuan
berpikir kritis siswa tipe introvert lebih unggul dibandingkan dengan siswa
tipe ekstrovert.
3. Penelitian oleh Uswatun Hasanah (2018) yang berjudul Analisis Berpikir
Kritis Siswa Kelas X SMA PGRI 5 Sidoarjo dalam Pemecahan Masalah
Matematika ditinjau dari Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstrovert. Dalam
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tipe introvert cenderung
memenuhi indikator klasifikasi, assesmen, penyimpulan, dan strategi yang
tepat namun masih lemah dalam menyebutkan taktik lain pada indikator
strategi taktik. Sedangkan siswa tipe ekstrovert cenderung kuat pada
indikator penyimpulan dan assessment namun lemah dalam menuliskan apa
yang diketahui dan langkah dalam menyelesaikan soal.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Kharisma Br Brahmana, Efron Manik, dan
Tutiarny Naibaho (2020) yang berjudul Pengaruh Pendekatan Open Ended
Problem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan pelaksanaan pendekatan open ended problem terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada materi persamaan dan
fungsi kuadrat di kelas IX SMP Santo Xaverius 2 Kabanjahe.
23

5. Penelitian oleh Hananto Purbonugroho, Teguh Wibowo, Heru Kurniawan


(2020) yang berjudul Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Open Ended Matematika, dalam penelitian tersebut disimpulkan
bahwa siswa dengan kemampuan berpikir kritis mampu memenuhi semua
indikator berpikir kritis. Siswa mampu memenuhi indikator interpretasi,
analisis, evaluasi, dan inferensi. Indikator interpretasi ditandai dengan dapat
menuliskan informasi soal yang jelas dan tepat. Indikator analisis dapat
menuliskan hubungan konsep-kosep yang digunakan dalam menyelesaikan
soal dengan jelas. Indikator evaluasi ditandai dengan menuliskan
penyelesaian soal dengan jelas dan tepat. Indikator inferensi ditandai dengan
menyimpulkan dari apa yang ditanyakan secara logis.
6. Penelitian oleh Rindu Rudianti, Aripin, Dedi Muhtadi (2021) yang berjudul
Proses Berpikir Kritis Matematis ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert
dan Introvert dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek
ekstrovert lebih cepat dalam menyelesaikan masalah dibandingkan dengan
subjek introvert. Subjek ekstrovert melakukan kesalahan yaitu mengabaikan
informasi dari soal. Sedangkan subjek introvert dapat menemukan dan
menggunakan keterkaitan antara informasi dan permasalahan. Selain itu,
subjek introvert juga dapat menulis deskripsi masalah matematika dengan
mengubah masalah yang diketahui menjadi model matematika untuk
merencanakan solusi atau memilih argumen yang logis.
7. Penelitian oleh I Made Sulandra, Abdul Qohar, dan Benyamin (2021) yang
berjudul Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Kelas X Dalam
Memecahkan Masalah SPLTV, dalam penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA St. Thomas Aquinas
masih rendah. Hal ini dilihat dari berbagai aspek kemampuan berpikir kritis
yaitu interpretasi, analisis, inferensi, penjelasan dan regulasi diri berada
pada kategori rendah sedangkan pada aspek evaluasi pada kategori sedang.
8. Penelitian oleh Elia Steven Silalong, Fathimah Azzahra Nasiruddin,
Jainuddin (2022) yang berjudul Pengaruh Tipe Kepribadian Ekstrovert dan
Introvert Terhadap Kemampuan Berpikir Krtis Siswa SMAN 18 Makassar
dari penelitian tersebut dapat disimpulkan tidak ada pengaruh antara tipe
24

kepribadian siswa dengan kemampuan berpikir kritis siswa setelah


dilakukan uji hipotesis melalui uji t dan uji ANOVA.
9. Penelitian yang dilakukan oleh Hellen Dita Natasya, Rizky Esti Utami,
Widya Kusumaningsih (2023) yang berjudul Analisis Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Open Ended Ditinjau dari Motivasi
Belajar pada Materi SPLTV. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat memenuhi semua
indikator berpikir kritis sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar
yang rendah tidak dapat memenuhi indikator berpikir kritis.

2.2 Kerangka Berpikir


Kerangka pikir penelitian menjadi panduan bagi semua pihak yang terlibat
untuk menyatukan beragam aktivitas penelitian dan berbagai peneliti yang
kepada tujuan penelitian. Tanpa adanya kerangka pikir penelitian, maka aktivitas
penelitian akan menjadi acak-sporadis, menghabiskan banyak sumber daya,
namun gagal menjawab tujuan utama penelitian (Misno et al, 2021).
Pada penelitan ini, peneliti menggambarkan kerangka berpikir Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam
enyelesaikan Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel yang disajikan sebagai berikut:
25

Melakukan Tes Kepribadian MBTI

Siswa Kepribadian
Introvert dan Ekstrovert

Siswa kepribadian introvert dan ekstrovert


menyelesaikan soal open ended materi SPLDV

Indikator Berpikir Kritis

 Interpretasi
 Analisis
 Evaluasi
 Inferensi

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam
Menyelesaikan Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Tidak
Selesai
analisis

Iya

Deskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa tipe


introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open
ended pada materi sistem persamaan linear dua variabel

Faktor apa saja mempengaruhi kemampuan berpikir


kritis siswa introvert dan ekstrovert dalam
menyelesaikan soal open ended pada materi SPLDV.

Kesimpulan

Ket : = Kegiatan, = proses, = hasil, = evaluasi

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada Semester Ganjil 2023/2024. Adapun
yang menjadi lokasi penelitian yaitu SMPN 11 Kota Jambi yang beralamat di
Jalan H.O.S Cokroaminoto No.4 Simpang Kawat, Kota Jambi, Jambi.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian kualitatif. Menurut
Slamet (2019) penelitian kualitatif merupakan cara pendekatan yang
dimaksudkan untuk memahami secara mendalam untuk memperoleh pandangan
mengenai cara berpikir, berperasaan, alasan yang mendasari perilaku, sikap,
sistem nilai, minat, motivasi, cita-cita, budaya, serta gaya hidup orang-orang
yang diteliti, berdasarkan atas kerangka pemikiran orang yang diteliti. Menurut
Abdussamad (2021) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Pendekatan yang dilakukan ialah pendekatan deskriptif. Hal ini
dideskripsikan dalam penelitian ini ialah bagaimana kemampuan berpikir kritis
siswa tipe introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada
materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan siswa diminta untuk
menyelesaikan soal tersebut. Pendeksripsian ini ditelusuri melalui kemampuan
berpikir kritis siswa dalam mengerjakan soal matematika dan hasil wawancara
yang dilakukan. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan gambaran tingkatan berpikir kritis pada setiap siswa.

3.3 Data dan Sumber Data


Data penelitian ini berupa hasil jawaban tes kemampuan berpikir kritis
siswa tipe ekstrovert dengan menggunakan soal open ended pada materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel dan hasil wawancara siswa yang dilakukan dan

26
27

telah diolah sehingga akan dapat diketahui bagaimana kemampuan berpikir kritis
siswa pada kategori. Data yang dikumpul berupa:
1. Hasil tes MBTI untuk menentukan tipe kepribadian siswa.
2. Jawaban tertulis dari siswa menyelesaikan soal materi sistem persamaan
linear dua variabel (SPLDV)
3. Pernyataan siswa dalam bentuk lisan melalui hasil wawancara
Sumber data penelitian yang diperoleh adalah siswa kelas IX SMPN 11
Kota Jambi yang telah mempelajari materi sistem persamaan linear dua variabel
(SPLDV) pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024.

3.4 Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini digunakan 3 instrumen berupa kuesioner MBTI, soal
open ended tes kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV), dan pedoman wawancara.
1. Soal tes kemampuan berpikir kritis berbasis open ended
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat
untuk mengumpulkan informasi karakteristik dari suatu objek. Objek ini
menurut dapat berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi.
Agar dapat menghasilkan instrumen tes yang baik, terdapat beberapa tahap yang
harus dilalui. Terdapat ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam
mengembangkan tes hasil atau prestasi belajar, yaitu menyusun spesifikasi tes,
menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir
soal, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.
Instrumen tes yang baik dapat meningkatkan kualitas hasil penilaian yaitu profil
kemampuan peserta didik (Pardimin, Widodo, & Purwaningsih, 2017).
Menurut Arikunto (2016) tes memiliki fungsi salah satunya fungsi tes di
dalam kelas untuk menentukan tingkat pencapaian siswa. Sehingga tes dapat
mengukur tingkat kemampuan yang dimiliki siswa, agar guru dapat
mengevaluasi dan menentukan metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar.
Soal open ended tes kemampuan berpikir kritis siswa terdiri dari soal uraian
permasalahan kontekstual pada materi Sistem Persamaan Lienar Dua Variabel
28

(SPLDV). Dipilihnya bentuk soal tes kemampuan berpikir kritis dalam bentuk
uraian agar peneliti dapat melihat langkah-langkah siswa dalam menyelesaikan
soal, sehingga peneliti dapat menganalisis dan menyelidiki setiap Langkah-
langkah jawaban siswa sesuai indikator kemampuan berpikir kritis yang sudah
dirancang sebelumnya.
Peneliti berusaha merancang soal instrumen berupa soal dengan
permasalahn kontekstual. Soal yang dirancang memungkinkan siswa
menunjukkan indikator dari kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa.
Soal instrumen tes kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan ke siswa
akan dilakukan tahapan validitas ahli, sehingga soal yang diberikan kepada
siswa sudah valid.
2. Tes Kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) merupakan psikotes yang dirancang
untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam melihat dunia dan
membuat keputusan. MBTI dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers pada sejak
1940. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat, dan
tipe kepribadian seseorang. MBTI merupakan instrumen yang paling banyak
digunakan. Telah diperbarui dan divalidasi secara ketat selama lebih dari tujuh
puluh tahun (Rabbani, Nasrun, Si, & Setianingsih, 2020).
Tes kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) dilakukan untuk
menentukan tipe kepribadian siswa baik introvert maupun ekstrovert. Tes ini
terdiri dari 25 pertanyaan. Setiap pertanyaan terdapat 2 dua pilihan yaitu a dan b.
Untuk metode penskoran apabila banyak siswa memilih a maka siswa tersebut
berkepribadian ekstrovert. Sebaliknya, jika siswa banyak yang memilih b maka
siswa tersebut berkepribadian introvert.
Setelah selesai melakukan tes MBTI selanjutnya, siswa dijadikan subjek
penelitian yang akan diberikan soal open ended untuk menilai kemampuan
berpikir kritis siswa.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah pedoman peneliti dalam wawancara subjek
penelitian untuk mencari dan menggali informasi mengenai jawaban dari soal
kemampuan berpikir kritis yang diberikan. Selain untuk mencari informasi
29

mengenai jawaban dari soal kemampuan berpikir kritis yang diberikan, peneliti
juga mencari informasi berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa.
Data hasil wawancara berupa transkip wawancara. Transkip tersebut berisi
pertanyaan-pertanyaan peneliti yang ditujukan kepada subjek dalam
menyelesaikan soal yang diberikan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan
oleh peneliti ialah wawancara semi terstruktur sehingga peneliti dapat menggali
informasi kemampuan berpikir kritis siswa dan faktor-faktor kemampuan berpikir
kritis siswa tanpa terlalu bergantung dengan pedoman wawancara yang
dirancang. Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Kisi-kisi pedoman wawancara kemampuan berpikir kritis
Ruang
Indikator Berpikir
Lingkup Deskriptor Pertanyaan
Kritis
Penelitian
1. Memahami  Memahami masalah  Setelah membaca soal, apa
Masalah yang ditujukan dengan yang kamu ketahui tentang
menulis diketahui soal tersebut?
maupun ditanyakan  Apa permasalahan yang
soal yang tepat ada pada soal tersebut?
 Apa konsep yang
digunakan untuk
menyelesaikan masalah
tersebut?
 Apa ada konsep lain?
2. Menganalisis  Mengidentifikasi  Apa maksud dari
Masalah hubungan-hubungan informasi yang telah
Proses antara pernyataan- tersebut?
Berpikir pernyataan,  Bagaimana cara kamu bisa
Kritis Siswa pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan
Tipe dan konsep-konsep permasalahan pada soal
Introvert dan yang diberikan dalam tersebut?
Ekstrovert soal yang ditujukan  Apakah semua informasi
Dalam dengan membuat yang ada pada soal
Menyelesaik model matematika tersebut bisa digunakan
an Soal-Soal dengan tepat dan untuk menyelesaikan
Open Ended memberi penjelasan masalah?
dengan tepat

3. Mengevaluasi  Menggunakan strategi  Setelah kamu memperoleh


Masalah yang tepat dalam jawabannya, apakah kamu
menyelesaikan soal, memeriksa kembali
lengkap dan benar hasilnya?
dalam melakukan  Apa kamu yakin dengan
perhitungan jawaban yang kamu
peroleh?
4. Membuat  Membuat kesimpulan  Dapatkah kamu memberi
Kesimpulan yang benar kesimpulan:
a. Soal 1: apa yang
30

kamu simpulkan dari


soal pertama?
b. Soal 2: apa yang
kamu simpulkan dari
soal kedua?
c. Soal 3: apa yang
kamu simpulkan dari
soal ketiga?
d. Soal 4: apa yang
kamu simpulkan dari
soal keempat?
e. Soal 5: apa yang
kamu simpulkan dari
soal kelima?

Selain mencari informasi kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti juga


mencari informasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
siswa. Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX SMPN 11 Kota Jambi. Wawancara
yang dilakukan oleh peneliti ialah wawancara semi terstruktur sehingga peneliti
dapat menggali informasi kemampuan berpikir kritis siswa tanpa terlalu
bergantung dengan pedoman wawancara yang dirancang. Adapun kisi-kisi
pedoman wawancara faktor-faktor kemampuan berpikir kritis siswa adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi pedoman wawancara faktor-faktor kemampuan berpikir kritis
Faktor-faktor yang
No. Mempengaruhi Kemampuan Panduan Wawancara
Berpikir Kritis Siswa
1 Kondisi fisik  Apa kabar kamu hari ini?
 Apakah kamu merasa siap mengerjakan soal
SPLDV?
 Apakah kamu mengantuk pada saat pelajaran
SPLDV berlangsung?
2 Motivasi  Apa yang membuat kamu termotivasi untuk
mengerjakan soal materi SPLDV?
3 Kecemasan  Apakah kamu merasa cemas dalam mengerjakan
soal SPLDV?
 Mengapa kamu merasa cemas pada saat
mengerjakan soal SPLDV?
4 Perkembangan intelektual  Bagaimana cara kamu memecahkan masalah
pada soal tersebut?
5 Kebiasaan rutinitas  Apa kegiatan kamu sepulang sekolah?
 Apa saja yang menjadi kebiasaan kamu?
31

3.5 Teknik Penentuan Subjek Penelitian


Untuk penentuan subjek penelitian dilakukan dengan cara penarikan subjek
penelitian yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Menurut Lenaini,
(2021) Purposive sampling merupakan sebuah metode sampling non random
sampling dimana periset memastikan pengutipan ilustrasi melalui metode
menentukan identitas spesial yang cocok dengan tujuan riset sehingga
diharapkan bisa menanggapi kasus riset.
Pada penelitian ini, penentuan subjek ditentukan dengan menggunakan
metode standar deviasi dengan membagikan siswa tipe ekstrovert menjadi 3
kelompok kemampuan berpikir kritis, yaitu siswa tipe ekstrovert berkemampuan
berpikir kritis tinggi, siswa tipe ekstrovert berkemampuan berpikir kritis sedang,
dan siswa tipe ekstrovert berkemampuan berpikir kritis tinggi rendah
berdasarkan nilai yang diperoleh. Langkah-langkah penentuan subjek pada
penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
1. Menjumlahkan skor hasil tes kemampuan yang sudah dikerjakan oleh siswa
dengan menggunakan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis siswa tipe
ekstrovert. Adapun kisi-kisi rubrik penilaian yang peneliti gunakan adalah
sebagai berikut:
32

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Berpikir Kritis

Indikator
No Kemampuan Keterangan Skor
Berpikir Kritis
Tidak menulis yang diketahui dan yang ditanyakan 0
Menulis yang diketahui dan yang ditanyakan dengan
1
tidak tepat
Menuliskan yang diketahui saja denga tepat atau yang
2
1 Interpretasi ditanyakan saja dengan tepat
Menulis yang diketahui dari soal dengan tepat tetapi
3
kurang lengkap
Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal yang
4
tepat dan lengkap
Tidak membuat model matematika dari soal yang
0
diberikan
Membuat model matematika dari soal yang diberikan
1
tetapi tidak tepat
Membuat model matematika dari soal yang diberikan
2
2 Analisis dengan tepat tanpa memberi penjelasan
Membuat model matematika dari soal yang diberikan
3
dengan tepat tetapi ada kesalahan dalam penjelasan
Membuat model matematika dari soal yang diberikan
dengan tepat dan memberi penjelasan yang benar dan 4
lengkap
Tidak menggunakan strategi dalam menyelesaikan
0
soal
Menggunakan strategi yang tidak tepat dan tidak
1
lengkap dalam menyelesaikan soal
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, tetapi tidak lengkap atau
2
menggunakan strategi yang tidak tepat tetapi lengkap
3 Evaluasi
dalam menyelesaikan soal
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap tetapi melakukan 3
kesalahan dalam perhitungan dan penjelasan
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam 4
melakukan perhitungan/penjelasan
Tidak membuat kesimpulan 0
Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan tidak
1
sesuai dengan konteks soal
Membuat kesimpulan yang tidak tepat meskipun
2
4 Inferensi sesuai dengan konteks soal
Membuat kesimpulan yang tepat sesuai dengan
3
konteks soal tetapi tidak lengkap
Membuat kesimpulan yang tepat sesuai dengan
4
konteks soal dan lengkap
33

2. Mencari rata-rata dari skor hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa tipe
ekstrovert dengan rumus

̅

Keterangan :
̅ Rata-rata
∑ jumlah skor siswa
banyak siswa

3. Mencari standar deviasi dengan rumus

∑ ∑
√ ( )

Keterangan :
Standar deviasi
∑ jumlah tiap nilai dikuadratkan dikali banyaknya nilai
∑ jumlah tiap nilai dikali banyaknya nilai
banyak siswa

4. Menentukan batas-batas kelompok dengan pedoman


 Kelompok atas : ̅ ≥ ̅
 Kelompok sedang : ̅ ̅ ̅
 Kelompok rendah : ̅ ̅

5. Diambil satu nama paling atas pada kelompok atas, satu nama paling atas
pada kelompok sedang dan satu nama paling bawah pada kelompok rendah

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sadhiarta, 2020:175). Menurut
Sugiyono (2014:225), teknik pengumpulan data kualitatif merupakan
pengumpulan data yang dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)
melalui cara observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner (angket),
dokumentasi, dan gabungan keempat lainnya. Data yang digunakan dalam
34

pengumpulan data adalah kuisioner, tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi.


Prosedur pengambilan data dilakukan dengan memberikan lembar tugas
penyelesaian soal matematika untuk melihat validitas data. Apabila data tidak
valid maka akan dilakukan pengumpulan data ulang untuk memperoleh data valid.
Prosedur yang dilakukan untuk penelitian ini ialah dengan memberikan tes
kepribadian MBTI untuk mendapatkan subjek penelitian. Setelah melakukan tes
MBTI, subjek diberikan soal open ended materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV). Setelah itu, peneliti mewawancarai subjek penelitian untuk
melihat lebih lanjut kemampuan berpikir kritis siswa tipe introvert dan ekstrovert
dalam menyelesaikan soal open ended.
Jenis wawancara pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara yang menggunakan sudah
terrnasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih
bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Sugiyono, 2013:233).
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-
idenya. Dalam rnelakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti
dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Adapun prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Peneliti memberikan tes kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)
kepada siswa kelas IX B SMPN 11 Kota Jambi untuk mengetahui kepribadian
siswa. Peneliti memberikan waktu 20 menit kepada siswa untuk menyelesaikan
tes MBTI tersebut.
2. Setelah itu, peneliti langsung memberikan soal open ended kemampuan
berpikir kritis siswa materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada hari
yang sama
3. Peneliti langsung mengoreksi jawaban siswa baik tes kemampuan berpikir
kritis maupun tes MBTI.
4. Setelah melakukan pengoreksian jawaban, peneliti melakukan
pengelompokkan kemampuan berpikir kritis siswa tipe ekstrovert dan introvert
yang dibagi menjadi 3 yaitu siswa kemampuan berpikir kritis siswa tingkat
35

rendah, siswa kemampuan berpikir kritis siswa tingkat sedang, siswa


kemampuan berpikir kritis siswa tingkat tinggi.
5. Selanjtunya, peneliti melakukan wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk
mengungkapkan kemampuan berpikir kritis yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal open ended
6. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengujian keabsahan data dengan
triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui satu teknik
pengumpulan data pada bermacam-macam sumber.

3.7 Uji Kredibilitas Data


Menurut Eko (2015:43) kredibilitas adalah suatu ukur yang menunjukkan
tingkat ketepatan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen harus dapat
mengukur apa yang harus diukur, jadi kredibilitas menekankan pada alat
pengukuran atau pengamatan. Fungsi kredibilitas adalah untuk mengetahui
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam
melakukan fungsi ukurnya. Uji kredibilitas data dapat dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, menggunakan
bahan referensi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan
member check.
Dalam penelitian kuantitatif konsep validitas mengacu pada upaya
membuktikan bahwa apa yang ada dalam dunia kenyataan dan apakah
penjelasan yang diberikan tentang dunia mamang sesuai dengan sebenarnya ada
atau terjadi. Dalam hal ini berlaku validitas internal yaitu merupakan ukuran
tentang kebenaran data yang diperoleh 185 dengan instrumen, yakni apakah
instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variebel yang sebenarnya. Sementara
itu dalam penelitian naturalistik, validitas internal menggambarkan konsep
peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan (Falani et al, 2023)
Uji kredibilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi.
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada (Sugiyono, 2013:241).
36

Untuk pertanggungjawabkan uji kredibilitas pada penelitian ini, peneliti


melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan triangulasi sumber. Menurut Sugiyono (2013:274) triangulasi
sumber merupakan cara menguji kredibilitas data dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Triangulasi sumber
dilakukan dengan memberikan tes kemampuan berpikir kritis dan
wawancara kepada subjek yang berbeda yaitu ekstrovert 1, ekstrovert 2, dan
ekstrovert 3. Sehingga dapat dilakukan analisis kemampuan berpikir kritis
siswa tipe ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended
2. Membuat catatan setiap tahapan penelitian dan dokumentasi yang lengkap
3. Melakukan pentranskripan segera setelah melakukan pengambilan data agar
unsur-unsur subjektifitas dalam peneliti tidak ikut mengintervensi data
penelitian.
4. Melakukan pengecekan berulang kali terhadap lembar jawaban dan rekaman
wawancara agar diperoleh hasil yang sah.

3.8 Teknik Analisis Data


Menurut Danu (2015:70) analisis data merupakan proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
disarankan oleh data. Analisis data kualitatif berkaitan dengan data berupa kata
atau kalimat yang dihasilkan dari objek penelitian serta berkaitan dengan data
berupa kata atau kalimat yang dihasilkan dari objek penelitian serta berkaitan
dengan kejadian yang melingkupi sebuah objek penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini data hasil tes soal
kemampuan berpikir kritis siswa secara tertulis maupun data hasil wawancara
siswa salam menyelesaikan soal open ended akan dianalisis. Hasil jawaban
siswa dalam menyelesaikan soal open ended baik berupa jawaban maupun
wawancara akan dianalisis untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa yang
mengacu pada indikator kemamapuan berpikir kritis. Menurut Sugiyono
(2013:247) proses penelitian pada penelitian kualitatif terdiri dari tahapan
37

reduksi data, penyajian data dan kesimpulan seperti yang dijelaskan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Menurut Abdussamad (2021:161) mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data
dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan
memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data berhasil direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif proses penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sebagainya. Tetapi yang paling sering digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Dengan melakukan
display data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut. Disarankan dalam melakukan penyajian data, selain menggunakan 50
teks naratif juga dapat menggunakan grafik, matrik, jejaring kerja dan chart
(Murdiyanto, 2020:49)
3. Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sidiq &
Choiri, 2019:53).
38

3.9 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian pada penelitian ini, meliputi tiga tahapan yaitu tahap pra
lapangan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data yang diuraikan sebagai
berikut:
1. Tahap Pra-Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pra-lapangan adalah sebagai berikut:
a. Pengajuan proposal penelitian
b. Pemintaan izin untuk melakukan penelitian di SMPN 11 Kota Jambi
c. Penyusunan instrumen penelitian, yaitu soal tes kemampuan berpikir
kritis siswa berbasis open ended materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV) dan pedoman wawancara. Kemudian, instrument
penelitian tersebut divalidasi oleh dua orang dosen ahli matematika.
Tujuan dari validasi tersebut agar soal tes yang diberikan benar-benar
layak diujikan.
d. Permintaan izin penelitian sekaligus menyerahkan surat izin penelitian
2. Tahap Pekerja Lapangan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a. Melakukan tes pemilihan subjek dengan memberikan soal tes
kepribadian Myers-Briggs Type Indicator kepada seluruh siswa kelas
IX B SMPN 11 Kota Jambi sehingga diperoleh 6 subjek
b. Melakukan tes dengan memberikan lembar tugas penyelesaian soal
berbasis open ended materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV) yang telah divalidasi kepada siswa
c. Melakukan wawancara dengan memberikan pertanyaan berkaitan
dengan jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan oleh subjek. Hasil
jawaban tertulis verbal kemudian dikaji ketetapannya atau
kekonsistennya
d. Melakukan analisis terhadap seluruh data yang berhasil dikumpulkan
e. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi sumber
3. Tahap Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis data hasil tes
kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan
39

soal open ended serta hasil wawancara. Analisis hasil tes kemampuan berpikir
kritis dilakukan berdasarkan kebenaran penyelesaian masalah secara terstruktur
yang dilakukan oleh subjek penelitian dengan dipandu petunjuk jawaban yang
dibuat peneliti. Sedangkan, analisis hasil wawancara dilakukan melalui tiga
tahap yaitu:
a. Reduksi Data (data reduction)
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memilah data hasil
wawancara berdasarkan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis siswa.
Reduksi dilakukan setelah memahami dan menelaah hasil wawancara. Hasil
wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut:
1) Mentranskip hasil wawancara dengan cara memutar hasil rekaman
wawancara dengan masing-masing subjek penelitian
2) Memberikan kode pada transkip hasil wawancara. Pengkodean dilakukan
untuk memudahkan peneliti dalam menyesuaikan data pada kerangka
pembahasan hasil penelitian. Pengkodean data yang digunakan yaitu:
, ,
Keterangan:
Pernyataan
Jawaban Subjek Ekstrovert
Jawaban Subjek Introvert
Kode Digit setelah P, SE, SI
Digit pertama menyatakan subjek ke-a, dengan a
Digit kedua menyatakan soal ke-b, dengan b
Digit ketiga menyatakan pertanyaan maupun jawaban wawancara ke-c,
dengan c
Contoh:
Pertanyaan peneliti untuk subjek ke-1, soal ke-2, dan pertanyaan
wawancara ke-3
Jawaban subjek ekstrovert ke-1, soal ke-2, dan pertanyaan
wawancara ke-3
Jawaban subjek introvert ke-1, soal ke-2, dan pertanyaan
wawancara ke-3
40

3) Memeriksa data dengan cara mencocokkan kembali hasil transkip


wawancara dan hasil rekaman wawancara untuk meminimalisir kesalahan
penulisan
b. Penyajian Data (Data Display)
Pada tahap ini, peneliti menyajikan data berdasarkan hasil reduksi data
dengan cara sebagai berikut:
1) Menyajikan transkip hasil wawancara dengan subjek penelitian
2) Menjabarkan data sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis
3) Menganalisis data untuk menelaah dan menjabarkan kemampuan berpikir
kritis dalam menyelesaikan soal berbasis open ended materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
4) Melakukan triangulasi sumber untuk mengetahui kevalidan data
c. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Penarikan kesimpulan diambil berdasarkan data yang telah dikumpulkan
melalui kuisioner, tes tertulis, dan wawancara. Setelah dianalisis, data hasil tes
tulis dan wawancara akan diuji validitasnya, kemudian diperoleh data analisis
kemampuan berpikir kritis siswa kepribadian ekstrovert dan introvert dalam
menyelesaikan soal open ended kelas IX B SMP sesuai dengan indikator
penilaian kemampuan berpikir kritis siswa.
41

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I. H. (2016). Berpikir Kritis Matematik. Delta-Pi: Jurnal Matematika


Dan Pendidikan Matematika, 2(1), 66–75.
https://doi.org/10.33387/dpi.v2i1.100
Abdussamad, Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: Syakir Media
Press.
Arini, Z., & Rosyidi, A. H. (2016). Profil Kemampuan Penalaran Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian
Extrovert dan Introvert. MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, 2(5), 127–136.
Facione, P. A., Facione, N. C., & Beach, H. (2011). The Holistic Critical Thinking
Scoring Rubric. Insight Assessment, (650), 1–2.
Fahruddin, F. (2012). Thinking Skill (Pengantar Menuju Berpikir Kritis).
Yogyakarta: SUKA Press.
Hidayah, N., Hardika, Hotifah, Y., Susilawati, S. Y., & Gunawan, I. (2017).
Psikologi Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Hidayat, P. W., & Widjajanti, D. B. (2018). Analisis kemampuan berpikir kreatif
dan minat belajar siswa dalam mengerjakan soal open ended dengan
pendekatan CTL. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 13(1), 63–75.
https://doi.org/10.21831/pg.v13i1.21167
Indriyani, P., Syafmen, W., & Theis, R. (2016). Analisis Kesalahan Siswa Tipe
Kepribadian Ekstrovert Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Kubus Dan
Balok Berdasarkan Prosedur Newman. Artikel Ilmiah, 15(2), 1–23.
Jazuli, A., & Lathifah, M. (2018). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis pada Soal Cerita Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert-
Introvert Siswa SMP Negeri 6 Rembang. AlphaMath : Journal of
Mathematics Education, 4(1), 23.
https://doi.org/10.30595/alphamath.v4i1.7352
Lenaini, I. (2021). Teknik Pengambilan Sampel Purposive Dan Snowball
Sampling. Jurnal Kajian, Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah,
6(1), 33–39.
Linda, Z., & Lestari, I. (2019). Berpikir Kritis Dalam Konteks Pembelajaran.
Bogor: Erzatama Karya Abadi.
Misno, A., Aria, M., Tajibu, M. J., Saputra, N., Aziza, N., & Anita, T. L. (2021).
Fundamentals of Social Research: Methods, Processes and Applications.
Sleman. Yogyakarta: GCAINDO.
42

Murdiyanto, E. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Lembaga


Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat UPN Veteran Yogyakarta Press.
Murti, B. (2019). Berpikir Kritis (Critical Thinking). Jurnal Kedokteran UNS,
20(12), 75.
Ningsih, R. M., & Awalludin, S. A. (2021). Analisis Kemampuan Komunikasi
Matematis Ditinjau dari Tipe Kepribadian Extrovert dan Introvert. Jurnal
Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3), 2756–2767.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i3.763
Nurfadilah, P., & Afriansyah, E. A. (2022). Analisis Gesture Matematis Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Open-Ended. Journal of Authentic Research on
Mathematics Education (JARME), 4(1), 14–29. Retrieved from
https://doi.org/10.37058/jarme.v4i1.4246
Pardimin, P., Widodo, S. A., & Purwaningsih, I. E. (2017). Analisis Butir Soal
Tes Pemecahan Masalah Matematika. WACANA AKADEMIKA: Majalah
Ilmiah Kependidikan, 1(1), 69–76. https://doi.org/10.30738/wa.v1i1.1084
Purwati, R., Hobri, & Fatahillah, A. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat Pada
Pembelajaran Model Creative Problem Solving. Kadikma, 7(1), 84–93.
Rabbani, A. R., Nasrun, M., Si, S., & Setianingsih, C. (2020). Perancangan Dan
Implementasi Tes Psikologi Myersbriggs Type Indicator Komputer Untuk
Mengetahui Minat Dan Bakat Anak-Anak Usia Remaja Menggunakan
Metode Naïve Bayes Design and Implementation of the Computer Briggstype
Myers-Indicator Type Psychology To Kn. 7(1), 1711.
Rachilda, A. F. Z., Sa’ida, N., & Budiman, A. (2023). Analisis tipe kepribadian
introvert dan extrovert pada pembelajaran interaktif anak usia dini. Kiddo:
Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 4(1), 26–40.
https://doi.org/10.19105/kiddo.v4i1.8390
Rosy, N. N. (2023). Analisis Berpikir Kreatif Peserta Didik dalam Menyelesaikan
Soal Open-Ended Berdasarkan Kecerdasan Matematis-Logis dan Linguistik.
3(2), 119–126.
Rudianti, R., Aripin, A., & Muhtadi, D. (2021). Proses Berpikir Kritis Matematis
Siswa Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Mosharafa:
Jurnal Pendidikan Matematika, 10(3), 437–448.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v10i3.1038
Safrida, L. N., Ambarwati, R., Adawiyah, R., & Albirri, E. R. (2018). Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 10–16.
https://doi.org/10.20527/edumat.v6i1.5095
Sagita, H. (2017). Analisis Keterampilan Siswa Ekstrovert Dan Introvert Dalam
Persamaan Linear Dua Variabel Universitas Jambi. (September).
43

Santi, N., Soendjoto, A., & Winarti, A. (2018). Critical Thinking Ability of
Biology Education Students through Solving Environmental Problems.
BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi, 11(1), 35–39.
Saputra, H. (2020). Kemampuan Berfikir Kritis Matematis. Perpustakaan IAI
Agus Salim Metro Lampung, 2(April), 1–7.
Setiana, D. S., & Purwoko, R. Y. (2020). Analisis kemampuan berpikir kritis
ditinjau dari gaya belajar matematika siswa. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 7(2), 163–177. https://doi.org/10.21831/jrpm.v7i2.34290
Sidiq, U., & Choiri, M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang
Pendidikan (Vol. 53).
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Kediri: Literasi
Media Publishing.
Sroyer, A. (2016). Pendekatan Open-Ended (Masalah, Pertanyaan Dan Evaluasi)
Dalam Pembelajaran Matematika. Delta-Pi: Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika, 2(2), 29–37. https://doi.org/10.33387/dpi.v2i2.113
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Syamsulrizal, S., & Aruan, N. S. (2019). Kemampuan Penyelesaian Soal Open
Ended Berbasis Problem Solving Matematika Siswa Kelas VII SMP
Muhammadiyah Aimas Kabupaten Sorong. Jurnal Pendidikan, 7(2), 43–53.
https://doi.org/10.36232/pendidikan.v7i2.302
Triwulandari, S., & Supardi. (2022). Analisis Inteligensi Dan Berpikir Kritis.
Utile: Jurnal Kependidikan, 8(1), 50–61.
https://doi.org/10.37150/jut.v8i1.1618
Upu, H., Nasrullah, N., & Amir, A. A. (2020). Pengaruh Tipe Kepribadian,
Berpikir Divergen, Iklim Keluarga, dan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA. Issues in Mathematics Education
(IMED), 4(2), 169. https://doi.org/10.35580/imed15328
Widya Astuti, D., Saifuddin Zuhri, M., & Wulandari, D. (2022). Analisis Berpikir
Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Open Ended Materi SPLTV Ditinjau
dari Adversity Quotient. Imajiner: Jurnal Matematika Dan Pendidikan
Matematika , 4(5), 393–400.
Slamet, Yulius. (2019). Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sadirtha, Anak Agung Ngurah Gede . (2020). Best Practice Penelitian Kualitatif
dan Publikasi Ilmiah. Banyumas: Cakrawala Satria Mandiri.
Agustinova, Danu Eko. (2015). Memahami Metode Penelitian Kualitatif; Teori &
Praktik. Yogyakarta: Calpulis.
Maryam. S., Setiawati. S., Ekasari, M. F. (2008). Buku Ajar Berpikir Kritis dalam
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
44

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


Arikunto, P.D.S. (2016). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sudjana, D. N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Soesana, A., Subakti, H., Salamun, S., Tasrim, I. W., Karwanto, K., Falani, I., &
Pasaribu, A. N. (2023). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yayasan Kita
Menulis.
45

LAMPIRAN
Lampiran 1: Instrumen Observasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL


1. Seorang atlet selalu menjaga kondisi badannya dengan olahraga rutin akan
membakar kalori. Lama (rentang waktu) olahraga pun menjadi salah satu faktor
berapa banyak kalori yang terbakar saat olahraga. Dengan lama olahraga maksimal
35 menit dan jumlah kalori yang terbakar maksimal ialah 550 kalori. Tentukan
persamaan yang menunjukkan hubungan antara lama berolahraga dengan
banyaknya kalori yang terbakar!

2. Marlina membeli dua gelas susu dan dua donat dengan total harga Rp.66.000,00.
Sedangkan Zeni membeli empat gelas susu dan tiga donat dengan total harga
Rp.117.000,00. Tentukan harga segelas susu!

Rp. 66.000

Rp. 117.000
46

3. Hadi membeli dua T-shirt dan sebuah sweater di pasar dengan total harga
Rp300.000,00. Ketika sampai di rumah, dia menyesal karena salah satu T-shirt
yang dia beli jahitannya rusak. Dia memutuskan untuk menukar T-shirt untuk
sebuah sweater. Akhirnya Hadi menukarkan T-shirtnya, namun dia harus
membayar Rp60.000,00 lagi karena sweater lebih mahal daripada T-shirt.
Berapakah harga masing-masing barang yang dibeli Hadi? Jelaskan alasanmu!

Rp.300.000

Ditukar
Rp.60.000

4. Wahyu dan Puteri membeli buku tulis dan bolpoin dengan merek dan di toko yang
sama. Wahyu membeli 4 buku tulis dan 2 bolpoin harus membayar Rp.34.000,00.
Sedangkan Puteri membeli 3 buku tulis dan 1 bolpoin seharga Rp.23.000,00.
Apabila Dwi membeli 5 buku tulis dan 7 bolpoin yang sama. Berapakah uang yang
harus dibayar oleh Dwi?

Rp. 34.000

Rp. 23.000

?
47

5. Dalam suatu pertunjukkan ketoprak humor, teerjual karcis kelas I dan kelas II
sebanyak 500 lembar. Harga karcis kelas I Rp.5.000 dan karcis kelas II Rp.3.000.
Jika hasil penjualan seluruh karcis adalah Rp.1.900.000, tentukan banyak karcis
masing-masing kelas yang terjual!
48

KISI-KISI SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

Aspek
Indikator Berpikir Deskripsi Kompetensi Bentuk
yang Materi Indikator Soal No. Soal
Kritis Indikator Dasar Soal
diamati
1. Menginterpretasi 1. Memahami masalah yang 3.5 Menjelaskan 3.5.1 3.5.1.1 Peserta didik 1 Uraian
masalah ditujukan dengan menulis sistem persamaan Memahami menentukan
diketahui maupun linear dua variabel konsep persamaan linear dua
ditanyakan soal yang tepat dan persamaan variabel dari
penyelesaiannya linear dua permasalahan sehari-
yang dihubungkan variabel hari
dengan masalah
2. Menganalisis 2. Mengidentifikasi kontekstual
masalah hubungan-hubungan antara
pernyataan-pernyataan,
pertanyaan-pertanyaan, dan
konsep-konsep yang 4.5 4.5.1 4.5.1.1 Peserta didik 2,3 Uraian
diberikan dalam soal yang Menyelesaikan Menyelesaikan menyelesaikan
ditujukan dengan membuat masalah yang sistem permasalahan sehari-
model matematika dengan berkaitan dengan persamaan hari yang berkaitan
Berpikir tepat dan memberi sistem persamaan linear dua dengan sistem
Kritis penjelasan dengan tepat linear dua variabel variabel persamaan linear dua
variabel dengan
3. Mengevaluasi menggunakan
masalah 3. Menggunakan strategi yang metode grafik,
tepat dalam menyelesaikan eleminasi, substitusi
soal, lengkap dan benar
dalam melakukan 4.5.1.2 Peserta didik 4,5 Uraian
perhitungan menyelesaikan
permasalahan sehari-
4. Menginferensi 4. Membuat kesimpulan yang hari yang berkaitan
benar dengan sistem
persamaan linear dua
variabel khusus
49

KUNCI JAWABAN

No Soal Pembahasan
16. Seorang atlet selalu menjaga kondisi badannya dengan Misal :
Lama olahraga : x
olahraga rutin akan membakar kalori. Lama (rentang
Kalori yang terbakar : y
waktu) olahraga pun menjadi salah satu faktor berapa
Kalori yang
banyak kalori yang terbakar saat olahraga. Dengan lama Lama olahraga
terbakar
(menit), m
olahraga maksimal 35 menit dan jumlah kalori yang (kalori), k
terbakar maksimum ialah 550 kalori. Tentukan persamaan 10 300

yang menunjukkan hubungan antara lama berolahraga 15 350

dengan banyaknya kalori yang terbakar! 20 400


25 450
30 500
35 550

Ambil 2 baris diatas

a. x = 10 dan y = 300
b. x = 15 dan y = 350

Rumus fungsi

(10, 300) ………(1)


(15, 350) ………(2)
50

Cara Eliminasi
 Eliminasi persamaan 1 dan persamaan 2 untuk menentukan nilai a

 Eliminasi persamaan 1 dan persamaan 2 untuk menentukan nilai a


(×3)
(×2)

_
= 200
Masukkan nilai a dan nilai b ke persamaan

Cara Substitusi

 Subtitusi persamaan 1 ke persamaan 2

 Subtitusi nilai a ke persamaan 2

( )
51

Masukkan nilai a dan nilai b ke persamaan

Jadi persamaannya ialah

27. Marlina membeli dua gelas susu dan dua donat dengan Misal
Susu = x
total harga Rp.66.000,00. Sedangkan Zeni membeli empat
Donat = y
gelas susu dan tiga donat dengan total harga Maka persamaannya ialah
Rp.117.000,00. Tentukan harga segelas susu!
8. Cara Substitusi
 Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2

( )

Cara Eliminasi
 Eleminasikan persamaan 1 dan persamaan 2
( 3)
( )

Jadi harga segelas susu ialah Rp. 18.000,

Cara Grafik
Tentukan titik potong dari kedua persamaan tersebut

Jika Jika
52

( ) ( ) ( ) ( )


Jika Jika

( ) ( )

( ) ( ) ( ) ( )
Grafik dari persamaan tersebut ialah sebagai berikut

Dari grafik teresebut maka terdapat dua garis persamaan linear dua variabel yang
saling berpotongan sehingga menghasilkan titik potong baru dengan titik potongnya
ialah ( ) Sehingga harga satu susu ialah Rp. 18.000,
39. Hadi membeli dua T-shirt dan sebuah sweater di pasar Misal
T-Shirt = x
dengan total harga Rp.300.000,00. Ketika sampai di rumah,
Sweater = y
dia menyesal karena salah satu T-shirt yang dia beli Sehingga SPLDV ialah
jahitannya rusak. Dia memutuskan untuk menukar T-shirt
untuk sebuah sweater. Akhirnya Hadi menukarkan T-
Cara Substitusi
shirtnya, namun dia harus membayar Rp.60.000,00 lagi
 Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2
karena sweater lebih mahal daripada T-shirt. Berapakah
53

harga masing-masing barang yang dibeli Hadi? Jelaskan


alasanmu!

 Substitusikan nilai x ke persamaan 2

Cara Eleminasi
 Eleminasikan persamaan 1 dan persamaan 2 untuk menentukan nilai x

 Eleminasikan persamaan 1 dan persamaan 2 untuk menentukan nilai y


(×1)
(×2)
Sehingga

+
54

Cara Grafik
Jika Jika

( )

( ) ( )

( ) ( )

Jika Jika

( )

( ) ( )
( ) ( )
Grafik dari persamaan tersebut ialah sebagai berikut

Dari grafik teresebut maka terdapat dua garis persamaan linear dua variabel yang
saling berpotongan sehingga menghasilkan titik potong baru dengan titik potongnya
ialah ( )
55

Jadi, harga sweater Rp.140.000 dan harga T-shirt Rp.60.000

4
10. Wahyu dan Puteri membeli buku tulis dan bolpoin dengan Misal
Buku tulis : x
merek dan di toko yang sama. Wahyu membeli 4 buku tulis
Bolpoin : y
dan 2 bolpoin harus membayar Rp.34.000,00. Sedangkan
Sehingga SPLDV-nya ialah:
Puteri membeli 3 buku tulis dan 1 bolpoin seharga
Rp.23.000,00. Apabila Dwi membeli 5 buku tulis dan 7
Cara Substitusi
bolpoin yang sama. Berapakah uang yang harus dibayar
 Substitusikan persamaan 2 ke persamaan 1
oleh Dwi?
11.
( )

 Substitusikan nilai x ke persamaan 1

( )

 Substitusikan nilai x dan nilai y ke persamaan 5x + 7y


( ) ( )

Cara Eliminasi
 Eliminasikan persamaan 1 dan persamaan 2
56

(×3)
(×2)

Cara Grafik

Jika Jika

( )

( ) ( )

( ) ( )

Jika Jika

( )

( ) ( )

( ) ( )
Grafik dari persamaan tersebut ialah sebagai berikut
57

Dari grafik tersebut maka terdapat dua garis persamaan linear dua variabel yang
saling berpotongan sehingga menghasilkan titik potong baru dengan titik potongnya
ialah ( )

 Substitusikan ke persamaan
( ) ( )

Jadi, Uang yang harus dibayar oleh Dwi untuk membeli 5 buku tulis dan 7 bolpoin
ialah Rp.65.000,
512. Dalam suatu pertunjukkan ketoprak humor, terjual karcis Misal
Karcis Kelas I : x
kelas I dan kelas II sebanyak 500 lembar. Harga karcis
Karcis Kelas II : y
kelas I Rp.5.000 dan karcis kelas II Rp.3.000. Jika hasil
Sehingga SPLDV-nya ialah:
penjualan seluruh karcis adalah Rp.1.900.000, tentukan
banyak karcis masing-masing kelas yang terjual!
Cara Substitusi
13.
 Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2
58

( )

 Substitusi nilai x ke persamaan 2

Cara Eleminasi
 Eliminasikan persamaan 1 dan persamaan 2 untuk dapatkan nilai x
(×3)
(×1)

 Eliminasikan persamaan 1 dan persamaan 2 untuk dapatkan nilai y


(×5)
(×1)

Cara Grafik

Jika Jika
59

( ) ( ) ( )
( )


Jika Jika

( ) ( )

( ) ( ) ( )
( )
Grafik dari persamaan tersebut ialah sebagai berikut

Dari grafik teresebut maka terdapat dua garis persamaan linear dua variabel yang
saling berpotongan sehingga menghasilkan titik potong baru dengan titik potongnya
ialah ( )

Jadi, karcis I yang terjual 200 tiket dan karcis II yang terjual 300 tiket
60

Lampiran 2: Surat Izin Observasi


61

Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Observasi

Anda mungkin juga menyukai