Anda di halaman 1dari 82

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TIPE INTROVERT

DAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED


PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
M. ARIF AL-FURQON
NIM A1C219029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TIPE INTROVERT
DAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED
PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Seminar Proposal dalam Menyelesaikan
program Sarjana Pendidikan Matematika

OLEH
M. ARIF AL-FURQON
NIM A1C219029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal Open Ended pada Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel” Proposal Penelitian Skripsi Program
Studi Pendidikan Matematika yang disusun oleh M. Arif Al-Furqon, Nomor Induk
Mahasiswa A1C219029 telah diperiksa dan disetujui dan diseminarkan.

Jambi, 18 Oktober 2023


Pembimbing I

Sri Winarni, S.Pd .,M.Pd


195011272005122001

Jambi, 18 Oktober 2023


Pembimbing II

Dr. Ilham Falani, S.Pd., M.Si.


195011272005122001
i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, segala Puji dan Syukur penulis ucapkan atas

Kehadirat Allah Subhanahu wa ta’alla, yang telah memberikan berkat dan karunia

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal

Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)”

sebagaimana tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beriringan

salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallahu Alaihi

Wa Sallam, yang senantiasa diharapkan syafaatnya. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini dapat selesai karena adanya dukungan serta doa dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

kedua Orang tua tercinta yaitu Drs. Bujang dan Urifah Anwar, S. Kom yang selalu

mendoakan serta memberikan dukungan sehingga penulis bisa sampai pada titik

ini.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua Pembimbing

skripsi saya yaitu Ibu Sri Winarni, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing I dan Bapak

Dr. Ilham Falani, S.Pd., M.Si. selaku Pembimbing II yang dengan kesabaran dan

keikhlasan telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perhatian dan hati yang ikhlas. Semoga

selalu diberikan kesehatan dan keberkahan dalam segala urusan. Selain itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak sekolah SMP

Negeri 11 Kota Jambi yang telah membantu dan memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada siswa kelas IX B SMP Negeri 11 Kota Jambi
i

yang sudah mau membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga

berterima kasih kepada dosen Pembimbing Akademik di Prodi Pendidikan

Matematika Universitas Jambi yaitu bapak Prof. Dr. Drs. Syaiful, M.Pd. yang

telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa pendidikan matematika

Universitas Jambi. Penulis ingin berterima kasih kepada seluruh bapak ibu dosen

pendidikan matematika yang sudah memberikan ilmu dan pengalaman dalam

menempuh bangku kuliah di prodi pendidikan matematika Universitas Jambi.

Penulis berterima kasih kepada senior-senior pada program studi

pendidikan matematika yang sudah penulis ganggu waktunya untuk bertanya

dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berterima kasih kepada teman-teman

seperjuangan yang sudah mendukung dan membersamai dalam penyelesaian

skripsi ini. Terakhir, penulis juga berterima kasih kepada diri penulis sendiri yang

telah mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin berterima kasih kepada

penulis karena telah mempercayai diri sendiri. Penulis ingin berterima kasi kepada

penulis karena telah berusaha sekuat tenaga dan tidak menyerah. Penulis ingin

berterima kasih kepada penulis karena telah menjadi diri sendiri setiap saat.
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................7
BAB II KAJIAN TEORITIK................................................................................8
2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan.......................................8
2.2 Kerangka Berpikir...................................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................34
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................34
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian..............................................................34
3.3 Data dan Sumber Data.............................................................................35
3.4 Instrumen Penelitian................................................................................35
3.5 Teknik Penentuan Subjek Penelitian.......................................................40
3.6 Teknik Pengumpulan Data......................................................................42
3.7 Uji Kredibilitas Data...............................................................................45
3.8 Teknik Analisis Data...............................................................................46
3.9 Prosedur Penelitian..................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................53
LAMPIRAN..........................................................................................................57
i

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis Siswa.......................................................................15


Tabel 3.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kemampuan Berpikir Kritis.........................38
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Faktor-Faktor Kemampuan Berpikir Kritis. 39
Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Berpikir Kritis.....................................................................41
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV........................................4


Gambar 1.2 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV........................................5
Gambar 1.3 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV........................................5
Gambar 1.4 Hasil Observasi Tes Siswa Materi SPLDV........................................6
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir............................................................................33
v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Instrumen Observasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Materi Sistem


Persamaan Linear Dua Variabel.....................................................57
Lampiran 2: Surat Izin Observasi.........................................................................72
Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Observasi.........................73
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat. Indikator majunya suatu negara ialah apabila kualitas pendidikan

di suatu negara dalam kondisi bagus yang bisa dilihat dari kualitas sumber daya

manusia di suatu negara. Dalam pendidikan terjadi proses pembelajaran yang

dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa.

Pembelajaran pada abad ke-21 lebih mengarah pada siswa (Student

Learning Center) yang dimana siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan siswa

juga harus memiliki kemampuan 4C yaitu communication, creativity, critical

thinking, and collaboration, salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dari

keempat kemampuan tersebut ialah critical thinking (Setiana & Purwoko, 2020).

Untuk itu, pemerintah menerapkan Kurikulum 2013 dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia. Agar tujuan tersebut

tercapai, diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan keingintahuan siswa

dengan mengarahkan siswa untuk berpikir kritis. Salah satu pembelajaran yang

paling relevan untuk meningkatkan daya kritis siswa ialah dengan pemberian soal

open ended.

Menurut Natassya, Utami, & Kusumaningsih (2023) pemberian soal open

ended dapat memberikan rangsangan kepada siswa untuk meningkatkan cara

1
2

berpikirnya. Soal open ended yaitu soal yang diformulasikan mempunyai banyak

jawaban yang benar atau metode penyelesaian yang dan memiliki satu jawaban

Sedangkan menurut Prihartini, Lestari, & Saputri, (2015) soal open ended

yang dimaksud ialah soal yang memiliki banyak penyelesaian, dimana tujuannya

tidak dinyatakan secara eksplisit pada kalimat soal, sehingga siswa harus

membangun tujuan yang spesifik untuk pekerjaannya. Salah satu cara

memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berpikir

Berpikir kritis, yaitu kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang

lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi,

mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Kemampuan

berpikir kritis sangat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga

pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Berpikir

kritis digunakan dalam berbagai situasi dan kesempatan dalam upaya

memecahkan persoalan kehidupan (Sagita, Kamid, & Syaiful, 2017).

Dalam proses berpikir kritis, siswa cenderung memiliki pengalaman,

motif, sikap dan tipe kepribadian yang relatif berbeda dalam kemampuan

berpikirnya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten, sehingga dapat digunakan

untuk membedakan antara individu satu dengan lainnya. Kepribadian dapat

mempengaruhi perilaku, tindakan, perasaan dan pikiran. Sehingga peran seorang

guru sangat penting untuk mengetahui kararkteristik kepribadian siswa, karena

setiap siswa memiliki karakateristik kepribadian yang berbeda-beda sehingga

dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Jung, kepribadian

menjadi dua tipe yaitu tipe introvert dan tipe ekstrovert (Rudianti, Aripin, &

Muhtadi, 2021)
3

Menurut Silalong et al (2022) tipe kepribadian ekstrovert merupakan tipe

kepribadian yang memiliki kesenangan terhadap aktivitas sosial yang melibatkan

dirinya sehingga mereka biasanya akan dengan mudah beradaptasi dengan

lingkungan sekitarnya sedangkan tipe kepribadian introvert dapat dikatakan

sebagai tipe kepribadian yang memiliki kesenangan terhadap suasana yang sepi

dan menghabiskan waktu luang dengan diri sendiri sehingga cenderung lebih

tertutup.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kecenderungan berpikir kritis yang

pengkategoriannya didasarkan pada indikator-indikator berpikir kritis. Pemikir

kritis memiliki indikator khusus yang dapat dilihat dari bagaimana orang tersebut

menyikapi suatu masalah, maupun informasi (Hasanah, 2018). Menurut Facione

et al (2011) indikator berpikir kritis ada 4 yaitu interpretasi, analisis, evaluasi, dan

inferensi. Karena indikator berpikir kritis terdapat kesamaan dengan definisi dari

open ended. Maka, indikator berpikir kritis dapat digunakan untuk penyelesaian

soal-soal open ended. Salah satu pembelajaran yang bisa digunakan untuk soal

open ended ialah materi sistem persamaan linear dua variabel. Dalam materi

tersebut siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem

persamaan linear dua variabel. Karena manfaat mempelajari materi sistem

persamaan linear dua variabel ialah siswa dapat menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua

variabel.

Berdasarkan observasi awal pada siswa kelas IX B SMPN 11 Kota Jambi,

dapat diuraikan secara singkat mengenai komponen berpikir kritis dalam


4

menyelesaikan soal open ended. Berikut adalah cara penyelesaian siswa masih

mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.

1. Interpretasi

Pada tahap interpretasi siswa diharapkan bisa memahami masalah yang

ada pada soal yang diujikan. Pada gambar 1.1, siswa mampu memahami masalah

yag ada pada soal tersebut. Namun, siswa masih kurang lengkap dalam

menuliskan permasalahan yang diketahui oleh soal tersebut. Siswa belum menulis

apa yang ditanyakan dalam soal tersebut sehingga masih terjadi kerancuan dalam

menuliskan permasalahan pada soal.

Gambar 1.1 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV


2. Analisis

Pada tahap analisis siswa masih diharapkan mampu menganalisis

permasalahan yang ada pada soal yang diujikan ke siswa. Namun, untuk tahap ini

siswa masih belum mampu menganalisis permasalahan pada soal. Siswa belum

mampu mengidentifikasi konsep yang digunakan untuk menjawab soal yang

diujikan dan juga siswa belum mampu membuat model matematika dengan tepat.

Hal ini dilihat dari Gambar 1.2 bahwa siswa masih salah dalam membuat model

matematika dan konsep yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut

masih salah.
5

Gambar 1.2 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV


3. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, siswa masih belum mampu mengevaluasi langkah-

langkah pengerjaan dan masih belum menerapkan strategi yang tepat dalam

pengerjaan soal yang diujikan. Pada gambar 1.3 terlihat bahwa siswa masih belum

menjelaskan secara detail langkah penyelesaian soal no 3 dan siswa masih salah

stratgi dalam mengerjakan soal SPLDV.

Gambar 1.3 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV


4. Inferensi
Pada tahap inferensi, siswa diharuskan untuk membuat kesimpulan sesuai

apa yang ditanyakan pada soal dengan landasan yang kuat. Pada gambar 1.3 siswa

mampu membuat kesimpulan sesuai dengan apa yang ditanyakan. Namun tidak

memiliki landasan yang kuat karena salah dalam menetukan langkah penyelesaian

soal SPLDV.
6

Gambar 1.4 Hasil Tes Siswa Materi SPLDV


Berdasarkan uraian di atas mengenai keterkaitan antara proses berpikir

kritis dan penyelesaian soal-soal open ended dapat disimpulkan bahwa tingkat

berpikir kritis siswa dalam mengerjakan soal SPLDV masih rendah sehingga

diperlukan latihan soal berbasis open ended secara intensif untuk melatih berpikir

kritis siswa. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Analisis Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam Menyelesaikan

Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa tipe kepribadian introvert dan

ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem

persamaan linear dua variabel?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa tipe

kepribadian introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended

pada materi sistem persamaan linear dua variabel?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dalam penelitian

ini adalah:
7

1. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa tipe kepribadian introvert dan

ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi sistem

persamaan linear dua variabel

2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan berpikir

kritis siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan

soal open ended pada materi sistem persamaan linear dua variabel

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini dilakukan dan dengan tujuan penelitian

seperti diatas, diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi Guru

Manfaat dari penelitian ini untuk guru ialah guru dapat mengetahui

kemampuan berpikir kritis siswa khususnya siswa berkepribadian tipe ekstrovert

Selain itu, sebagai bahan pertimbangan guru untuk mengembangkan

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya

siswa tipe kepribadian introvert dan ekstrovert

2. Bagi siswa

Manfaat dari penelitian ini untuk siswa ialah agar siswa mengetahui sejauh

mana kemampuan berpikir kritis siswa dan sebagai motivasi untuk meningkatkan

jkkemampuan berpikir kritis siswa agar memperoleh hasil pembelajaran yang

optimal.

3. Bagi peneliti

Manfaat dari penelitian ini untuk peneliti ialah hasil penelitian ini bisa

menjadi acuan dan referensi bagi peneliti sebagai calon guru matematika
BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.1 Tinjauan Analisis

Analisis merupakan usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur

atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunannya (Sudjana, 2014:

27). Menurut Siyoto & Sodik (2015), analisis berasal dari kata “ana” dan “lysis”.

Kata “ana” berarti atas dan “lysis” berarti memecahkan atau menghancurkan.

Dari kedua kata tersebut dapat dijelaskan bahwa analisis adalah proses

pemisahan atau penguraian ke bagian yang terkecil kemudian menggabungkan

untuk memperoleh pemahaman yang baru.

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis adalah proses penguraian suatu

permasalahan sesuai dengan struktur menjadi bagian-bagian terkecil dengan

berbagai cara seperti mengolah, mengorganisir, memecahkan ke unit lebih kecil

dan kemudian digabungkan untuk memperoleh pemahaman baru sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya.

2.1.2 Berpikir Kritis

Menurut Murti (2019), berpikir kritis meliputi pemikiran dan

penggunaan alasan yang logis, mencakup keterampilan membandingkan,

mengklasifikasi, melakukan pengurutan (sekuensi), menghubungkan sebab dan

akibat, mendeskripsikan pola, membuat analogi, menyusun rangkaian, memberi

alasan secara deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, perumusan

hipotesis, dan penyampaian kritik. Berpikir kritis juga berguna untuk

mengekspresikan ide-ide. Pemikiran kritis memiliki peran penting dalam menilai

8
9

manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik, dan memodifikasinya jika

diperlukan, sehingga bermanfaat di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang

memerlukan kreativitas. Ada 3 syarat diperlukan untuk memiliki berpikir kritis

yaitu:

1. Sikap untuk menggunakan pemikiran yang dalam di dalam melihat suatu

permasalahan dengan menggunakant pengalaman dan bukti yang ada

2. Pengetahuan tentang metode untuk bertanya dan mengemukakan alasan

dengan logis

3. Keterampilan untuk menerapkan metode tersebut

Menurut Triwulandari & Supardi, (2022) Facion menyusun berpikir

kritis menjadi dua aspek utama yaitu :

1. Kemampuan atau keterampilan berpikir kritis

2. Sikap atau kecenderungan kritis terhadap berpikir kritis yang

dikonseptualisasikan sebagai variabel.

Pada aspek pertama berkaitan dengan kemampuan menganalisis,

mengevaluasi, dan menalar, sedangkan pada aspek kedua berkaitan dengan

kecenderungan mereka yang berpikir dan berpikir kritis. Berpikir kritis

dianggap sulit jika seseorang hanya memiliki atau menekankan salah satu dari

dua aspek diatas.

Menurut Safrida et al (2018) berpikir kritis yaitu proses menerapkan

logika sistematis dan keraguan terhadap klaim dengan berpikir secara reflektif

dan beralasan. Berpikir kritis memuat keterampilan menganalisis, mensintesis

argumen, mengevaluasi informasi, menarik kesimpulan menggunakan penalaran

deduktif dan induktif, dan menyelesaikan permasalahan. Menurut Purwati et al


1

(2016) berpikir kritis adalah kemampuan dalam menganalisis dan mengevaluasi

informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, penalaran maupun

komunikasi untuk memutuskan apakah informasi tersebut dapat dipercaya

sehingga dapat memberikan kesimpulan yang rasional dan benar

Berpikir kritis adalah proses disiplin intelektual yang secara aktif dan

terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan

mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh,

pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan

untuk keyakinan dan tindakan. Dalam bentuk keteladanannya, ini didasarkan

pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui pembagian materi:

kejelasan, akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti kuat, alasan yang baik,

kedalaman, luas, dan keadilan (Santi, Soendjoto, & Winarti, 2018)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan berpikir kritis yaitu suatu

proses berpikir yang reflektif dalam menganalisis, memilih, memecahkan

masalah, dan membuat keputusan dengan alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan. Pada prinsipnya orang yang berpikir kritis adalah orang

yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau

menolak sesuatu. Mereka akan mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi

informasi sebelum menentukan apakah mereka menerima atau menolak

informasi. Dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif

tertentu yang tepat untuk menguji kendala gagasan, pemecahan masalah, dan

mengatasi masalah serta kekurangannya.

Orang yang berpikir kritis akan mencari, menganalisis dan mengevaluasi

informasi, membuat informasi, membuat kesimpulan berdasarkan fakta


1

kemudian melakukan pengambilan keputusan. Ciri orang yang berpikir kritis

akan selalu mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang

didiskusikan dengan masalah yang didiskusikan dengan masalah atau

pengalaman lain yang relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses

terorganisasi dalam memecahkan masalah yang melibatkan aktivitas mental

yang mencakup kemampuan : merumuskan masalah, memberikan argumen,

melakukan deduksi dan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan

(Saputra, 2020).

2.1.2.1 Kemampuan Berpikir Kritis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata

“mampu” yang berarti bisa (sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

mempunyai harta yang berlebih). Kemampuan yaitu suatu kesanggupan dalam

melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan

sesuatu yang harus ia lakukan.

Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang lebih tepat

dalam berpikir, bekerja, dan membantu lebih akurat dalam menentukan

keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu kemampuan berpikir

kritis sangat diperlukan dalam pemecahan masalah atau pencarian solusi.

Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi berbagai

komponen pengembangan kemampuan seperti pengamatan (observasi), analisis,

penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik

pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka akan semakin baik pula

dalam mengatasi masalah-masalah (Saputra, 2020).


1

Dari pendapat diatas maka pengertian kemampuan berpikir kritis yaitu

sebagai salah satu kemampuan yang penting dimiliki oleh siswa dalam

memahami dan menyelesaikan soal. Dengan mempunyai kemampuan berpikir

kritis siswa akan mudah dalam belajar. Kemampuan berpikir kritis tidak bisa

lepas dari pengertian berpikir kritis tersebut dan indikator yang menunjukkan

bahwa seseorang mampu berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat

penting, karena dalam kehidupan sehari-hari cara seseorang mengarahkan

hidupnya bergantung pada pernyataan yang dipercayainya, pernyataan yang

diterimanya. Selanjutnya secara lebih berhati-hati mengevaluasi suatu

pernyataan, kemudian membagi isu-isu yang ada apakah relevan atau tidak

dengan pernyataan yang dievaluasi.

2.1.2.2 Tujuan Berpikir Kritis

Menurut Linda & Lestari (2019) tujuan dari berpikir kritis untuk

mencoba mem-pertahankan posisi ’objektif’. Ketika berpikir kritis, maka akan

menimbang semua sisi dari sebuah argumen dan mengevaluasi kekuatan dan

kelemahan. Jadi, keterampilan berpikir kritis memerlukan: keaktifan mencari

semua sisi dari sebuah argumen, pengujian pernyataan dari klaim yang dibuat

dari bukti yang digunakan untuk mendukung klaim. Yang paling utama dari

berpikir kritis ini adalah bagaimana argumen yang kita kemukakan benar-benar

objektif. Berpikir kritis juga berguna untuk mengekspresikan ide-ide. Pemikiran

kritis memiliki peran penting dalam menilai manfaat ide-ide baru, memilih ide-

ide yang terbaik, dan memodifikasinya jika perlu, sehingga bermanfaat di dalam

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kreativitas.


1

Saat berpikir kritis, kita menggunakan pengetahuan dan kecerdasan kita

secara efektif untuk sampai pada pendapat atau posisi yang paling mendekati

kebenaran dan ketepatan. Saat kita tidak berpikir kita akan dengan mudah

membuat keputusan yang tidak masuk akal atau meyakini sesuatu yang tidak

masuk akal atau mengambil tindakan yang tidak beralasan kuat meskipun

kadang kita beruntung atau kebetulan. Tujuan berpikir kritis itu sederhana untuk

menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar (Fahruddin,

2012).

Kemampuan berpikir kritis dapat mendorong siswa memunculkan ide-ide

atau pemikiran baru mengenai permasalahan tentang dunia. Siswa akan dilatih

bagaimana menyeleksi berbagai pendapat, sehingga dapat membedakan mana

pendapat relevan dan tidak relevan, mana pendapat yang benar dan tidak benar.

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat membantu siswa

membuat kesimpulan dengan pertimbangan data dan fakta yang terjadi di

lapangan.

2.1.2.3 Indikator Berpikir Kritis

Indikator berpikir kritis dapat dilihat melalui ciri-cirinya, sehingga dapat

dikatakan bahwa seseorang dengan ciri-ciri tersebut memiliki kemampuan

berpikir kritis. Menurut Facione et al (2011) indikator berpikir kritis dapat dilihat

dari karakteristiknya sehingga dengan memiliki karakteristik tersebut seseorang

dapat dikatakan telah memiliki kemampuan berpikir kritis. Facion

mengungkapkan ada empat indikator berpikir kritis dalam proses berpikir kritis

yaitu:
1

a. Interpretasi

Menginterpretasi adalah memahami dan mengekspresikan makna atau

signifikansi dari berbagai macam pengalaman, situasi, data, kejadian-kejadian,

penilaian, kebiasaan, atau adat, kepercayaan-kepercayaan, aturan-aturan,

prosedur atau kriteria-kriteria.

b. Analisis

Analisis adalah mengidentifikasi hubungan-hubungan inferensial yang

dimaksud dan aktual di antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan,

konsep-konsep, deskripsi-deskripsi atau bentuk-bentuk representasi lainnya yang

dimaksudkan untuk mengekspresikan kepercayaan-kepercayaan, penilaian,

pengalaman-pengalaman, alasan-alasan, informasi atau opini-opini.

c. Evaluasi

Evaluasi berarti menaksir kredibilitas pernyataan-pernyataan atau

representasi-representasi yang merupakan laporan-laporan atau deskripsi-

deskripsi dari persepsi, pengalaman, situasi, penilaian, kepercayaan atau opini

seseorang, dan menaksir kekuatan logis dari hubungan-hubungan inferensial

atau dimaksud diantara pernyataan-pernyataan, deskripsi-deskripsi, pertanyaan-

pertanyaan, atau bentuk-bentuk representasi lainnya.

d. Inferensi

Inferensi berarti mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur yang

diperlukan untuk membuat kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal, membuat

dugaan-dugaan dan hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan

menyimpulkan konsekuensi-konsekuensi dari data, situasi-situasi, pertanyan-

pertanyaan atau bentuk-bentuk representasi lainya.


1

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator

berpikir kritis ialah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis Siswa


Indikator Umum Indikator

Menginterpretasi Memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui


maupun yang ditanyakan soal yang tepat

Menganalisis Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan pernyataan,


pertanyaan pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam
soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan
tepat dan memberi penjelasan dengan tepat.

Mengevaluasi Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap


dan benar dalam melakukan perhitungan

Menginferensi Membuat kesimpulan dengan tepat

Sumber: Pertiwi, W. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis


Peserta Didik Smk Pada Materi Matriks. Jurnal Pendidikan Tambusai,
2(4), 793–801.

2.1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis

Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

adalah kondisi fisik, perkembangan intelektual dan motivasi. Kondisi fisik

merupakan kebutuhan fisiologis yang paling mendasar bagi manusia untuk

menjalani kehidupan. Ketika kondisi fisik seorang siswa terganggu, sedangkan

ia dihadapkan pada situasi yang menuntut pemikiran yang matang untuk

memecahkan suatu masalah, kondisi ini sangat mempengaruhi pikirannya. Dia

tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat karena tubuhnya tidak

memungkinkan dia untuk bereaksi terhadap respon. Selain kondisi fisik yang

diduga juga mempengaruhi kemampuan berpikir kritis adalah perkembangan

intelektual. Perkembangan intelektual adalah kecerdasan seseorang untuk

merespon dan memecahkan suatu masalah, menghubungkan atau menyatukan


1

satu hal dengan yang lain, serta mampu merespon stimulus dengan baik.

Indikator perkembangan intelektual yaitu memiliki rasa ingin tahu, mandiri

dalam berpikir dan kemampuan memecahkan masalah.

Kemampuan berpikir orang berbeda-beda, hal ini didasarkan olehb

banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu. Menurut

Maryam et al (2008) ada 5 faktor berpikir kritis sebagai berikut:

1. Kondisi fisik

Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.

Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi

yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu

kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak

dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat. Kondisi fisik yang sehat ialah siswa

yang tidak mudah lelah, tidak lekas mengangtuk saat pelajaran berlangsung, dan

kesehatan panca indra terutama mata dan telinga dalam kondisi sehat

2. Motivasi

Motivasi sebagai pergerakan positif maupun menuju pencapaian tujuan.

Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun

pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.

Indikator dari motivasi tersebut adalah kuatnya kemauan untuk berbuat, ulet

dalam menghadapi kesulitan, dan dapat mempertahankan pendapatnya.

3. Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika

terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang mengirimkan impuls untuk

menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh


1

untuk bertindak. Kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis

seseorang. Indikator kecemasan pada siswa adalah

a. Secara kognitif, siswa sulit berkonsentrasi

b. Secara motorik, rasa gugup dialami siswa

c. Secara somatik, reaksi fisik karena gugup seperti gangguan pernapasan,

berkeringat dan sebagainya.

d. Secara afektif, dalam emosi siswa tidak tenang dan mudah tersinggung di

beberapa kasus kemungkinan siswa mengalami depresi

4. Kebiasaan dan rutinitas

Kebiasaan yang tidak baik akan dapat menghambat penggunaan

penyelidikan dan ide baru. Kebiasaan yang baik dapat memperlancar

penggunaan penyelidikan dan ide baru. Indikator kebiasaan yang baik adalah

belajar teratur setiap hari, mempersiapkan semua keperluan belajar, senantiasa

hadir di kelas sebelum pelajaran dimulai, belajar sampai paham dan tuntas

5. Perkembangan intelektual

Perkembangan intelektual berkaitan dengan kecerdasan seseorang untuk

merespons dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau

menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik

terhadapa stimulus. Indikator dari perkembangan intelektual siswa adalah

memiliki rasa ingin tahu, mandiri dalam berpikir, dan kemampuan memecahkan

masalah.

2.1.3 Tipe Kepribadian

Kepribadian berasal dari Bahasa Yunani Kuno yaitu prospon atau persona,

yang artinya topeng yang bisa dipakai artis dalam teather. Para artis itu bertingkah
1

laku sesuai dengan, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi

konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku

yang ditampakkan ke lingkungan sosial. Secara umum, kepribadian lebih merujuk

kepada sifat umum seseorang-pikiran, kegiatan, dan perasaan yang berpengaruh

terhadap keseluruhan tingkah lakunya (Hidayah, 2017:42-43).

Kepribadian seseorang bermacam-macam, penting bagi setiap individu

untuk mengetahui karakteristik. Dengan mengetahui kepribadian siswa, guru

dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat. Hal ini berpengaruh dalam

pembelajaran dikarenakan siswa dalam menyelesaikan masalah pun memiliki cara

yang berbeda-beda, maka dari itu penting bagi guru untuk mengetahui

kepribadian siswa dalam proses pembelajaran berlangsung (Ningsih & Awalludin,

2021). Menurut Rudianti et al (2021) kepribadian adalah berbagai perilaku

berbeda yang dimiliki setiap orang dalam satu, dua atau lebih kategori menurut

pola sifat yang dekat termasuk adaptasi terhadap situasi dan kondisi yang ada di

lingkungannya.

Menurut Silalong et al (2022) Kepribadian pada dasarnya merupakan ciri,

sikap, tingkah laku yang dimiliki seseorang sebagai wujud dari perilakunya

berdasarkan apa yang dipikirkan dan dirasakan. Dalam ilmu psikologi, perbedaan

tingkah laku seseorang mengarah kepada kepribadian yang menjadi pembeda

setiap individu. Kepribadian diklasifikasi menjadi beberapa tipe kepribadian.

Menurut Jung klasifkasikan karakter kepribadian berdasarkan orientasi minat dan

sikap menjadi dua yakni ekstrovert dan introvert.


1

2.1.3.1 Tipe Kepribadian Ekstrovert

Kepribadian ekstrovert dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang

dalam menunjukkan sikap yang lebih terbuka dan mau menerima masukan dari

pihak luar, aktif, dan suka berteman (Upu, Nasrullah, & Amir, 2020). Menurut

Ningsih & Awalludin (2021) tipe kepribadian ekstrovert yaitu individu yang

dapat mengarahkan dirinya pada lingkungan sekelilingnya, bersikap hangat,

ramah, menyukai pesta, santai, pada umumnya individu dengan tipe ini suka

berteman dan memiliki banyak teman, dan menyukai perubahan sedangkan tipe

kepribadian introvert yaitu individu yang selalu mengarahkan pandangannya

pada dirinya sendiri, tingkah lakunya ditentukan oleh apa yang terjadi dalam

pribadinya, baginya dunia luar tidak berarti untuk penentuan tingkah lakunya,

maka dari itu tidak jarang individu dengan tipe ini tidak mempunyai hubungan

dengan lingkungan di sekelilingnya. Tipe kepribadian ekstrovert biasanya tidak

suka berdiam diri, cenderung mementingkan tindakan dibanding memikirkan

resiko yang terjadi dan individu ini juga senang berbicara karena umumnya

mereka menikmati berbagai variansi kegiatan dan suka mempelajari hal baru.

Individu ekstrovert adalah individu yang senang bersosialisasi, memiliki

banyak teman, aktif, suka bepergian, memiliki sifat yang ramah tetapi memiliki

kesulitan mengontrol gerak hatinya berkenaan dengan agresif dan mudah

marah, berperilaku tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Serta kurang menuruti kata

hati. Dalam mengerjakan sesuatu orang ekstrovert biasanya lebih cepat

meskipun tidak sempurna dan kadang-kadang ceroboh (Jazuli & Lathifah,

2018). Menurut Rudianti et al (2021) ekstrovert adalah tipe kepribadian yang

lebih mementingkan luar dirinya dan cenderung lebih membuka diri terhadap
2

dunia luar, mereka menyukai keramaian, dengan banyak interaksi dan aktivitas

sosial.

2.1.3.2 Tipe Kepribadian Introvert

Menurut Arini & Rosyidi (2016) kepribadian introvert adalah individu

yang mempunyai ciri-ciri suka belajar sendiri, berhati-hati dalam mengambil

keputusan, tenang dan rajin. Kepribadian dimungkinkan juga mempengaruhi

kemampuan bernalar siswa. Hal ini dikarenakan penalaran merupakan aktivitas

berpikir dalam pengambilan sebuah keputusan.

Menurut Hidayah et al (2017) Orang introvert hanya bersenang-senang

dengan dunianya sendiri dan tertutup dengan orang lain. Lebih suka berpikir

kritis, namun tidak pernah menyuarakan pikirannya tersebut. Sifat yang dimiliki

kepribadian introvert adalah penyendiri, pemalu, suka berpikir, lebih suka

bekerja/melakukan sesuatu sendirian, suka berimajinasi, susah bergaul, dan

jarang bercerita. Orang introvert lebih suka berinteraksi hanya dengan satu

orang. Ketika ada satu orang lagi datang, dia diam dan mereka berdua tetap

berbicara. Meski begitu, mereka biasanya sangat aktif di internet. Internet seolah

menjadi anugerah bagi introvert.

Menurut Rachilda, Sa’ida, & Budiman (2023) individu dengan

kepribadian introvert memiliki sumber semangat yang berasal dari diri sendiri.

Individu introvert tidak selalu pasif atau tidak pandai dalam bergaul. Introvert

bisa saja aktif, ceria dan mudah bergaul tetapi biasanya dengan teman setelah

sekian lama mengenal atau bergaul. Introvert juga lebih memilih untuk

menyendiri ketika stress atau hanya ingin berbicara pada orang yang dipercaya.

Introvert adalah individu yang pandai menyelam ke diri mereka sendiri dan akan
2

terus berusaha memahami dirinya sendiri dengan melakukan banyak hal. Pada

akhirnya mereka menjadi orang yang bisa memahami dirinya sendiri tidak

terpengaruh oleh orang lain untuk mengetahui apa tujuan hidupnya

2.1.4 Soal Open Ended

2.1.4.1 Pengertian Soal Open Ended

Soal open-ended merupakan soal yang tidak memiliki prosedur rutin

dalam menyelesaikan, sehingga peserta didik dapat mengembangkan ide-ide

yang dimiliki. soal open-ended merupakan soal yang memiliki banyak cara

penyelesaian dengan berbagai kemungkinan jawaban atau soal yang memiliki

banyak cara penyelesaian dengan satu jawaban. Pemberian soal open-ended oleh

pengajar dapat menciptakan peserta didik yang mampu mengkonstruk jawaban

dan cara penyelesaian sendiri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Rosy,

2023).

Menurut Widya Astuti et al (2022) soal open ended adalah permasalahan

yang diformulasikan mempunyai banyak jawaban yang benar. Dalam

memecahkan suatu permasalahan matematika, setiap peserta didik memiliki

respon yang berbeda-beda. Beberapa peserta didik menganggap bahwa

permasalahan matematika tersebut sebagai tantangan yang harus dihadapi dan

diselesaikan, sedangkan peserta didik lain menganggap bahwa permasalahan

matematika yang dihadapinya merupakan sebuah masalah yang sulit sehingga

mereka tidak mampu menghadapinya.

Soal open ended dapat mengarahkan siswa dalam menjawab dengan

banyak cara sehingga merangsang kemampuan intelektual dan pengalaman

berpikir kritis dan kreatif peserta didik. Keadaan ini akan membiasakan siswa
2

berpikir dan bertindak secara kreatif pada diri peserta didik yang sangat

diperlukan untuk menghadapi kehidupan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi. Dengan diberikannya soal open ended ke peserta didik,

kemampuan berpikir kreatif dan kritis siswa dapat diukur sesuai dengan

indikatornya, (Hidayat & Widjajanti, 2018).

Dari penjelasan diatas bahwa, dapat disimpulkan bahwa soal open ended

yaitu suatu soal yang memiliki banyak cara dan satu jawaban atau banyak cara

banyak jawaban, dari cara metode penyelesaiannya yang dilakukan oleh siswa.

Sehingga siswa dapat menumbuhkan ide dan gagasannya.

2.1.4.2 Karakteristik Soal Open Ended

Menurut Sroyer (2016) Soal open ended umumnya dianggap sebagai “soal

yang tidak terstruktur dengan baik” karena kurangnya kejelasan dalam

rumusannya diakibatkan kurang lengkapnya data atau asumsi serta prosedur baku

yang dapat menjamin adanya jawaban yang benar. Soal Open-ended umumnya

menuntut siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam bentuk laporan

terperinci berisi cara mereka melakukan tugas independen yang telah

dikembangkan dalam matematika sehingga akan menunjukkan aplikasi kreatif

dari pengetahuan dan skill matematika yang mereka miliki . Ciri-ciri soal open-

ended:

a. Tidak mengharuskan metode baku

b. Tidak mengharuskan jawaban yang pasti/memungkinkan banyak jawaban

c. Diselesaikan dengan berbagai cara dan tingkatan (dapat diberikan pada

kemampuan yang beragam)


2

d. Memungkinkan siswa untuk membuat keputusan sendiri serta memiliki cara

berpikir matematis yang alami

e. Menumbuhkan skill berpikir logis dan komunikasi

f. Terbuka untuk kreatifitas dan imajinasi siswa saat berhubungan dengan

konteks pengalaman siswa di kehidupan nyata

2.1.4.3 Tujuan dan Manfaat Soal Open Ended

Menurut adapun tujuan dari soal open ended ialah mengembangkan kritis

dan pola pikir siswa, sehingga siswa bisa diberi kebebasan untuk berpikir bebas

dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, tujuan diberi soal open ended ialah

untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan suatu

permasalahan yang ada pada soal matematika.

Manfaat dari penggunaan open ended dalam pembelajaran matematika,

yaitu sebagai berikut:

a. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengekspresikan ide-ide mereka. Dengan

arti siswa dapat memberikan berupa rancangan-rancangan yang tersusun di

dalam pikiran mereka untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

b. Siswa mempunyai kesempatan lebih untuk secara komperhensif

menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka. Dengan pengetahuan

yang bersifat luas dan keterampilan mereka, sehingga memudahkan mereka

dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

c. Siswa mempunyai pengalaman yang kaya dalam proses menemukan dan

menerima persetujuan dari siswa lain terhadap ide-ide mereka. Sehingga

mereka dapat bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.


2

2.1.5 Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Tipe Kepribadian

Ekstrovert dan Introvert

Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir tingkat

tinggi untuk memecahkan masalah yang terdiri dari unsur-unsur penting seperti

menganalisis, menafsirkan, mengevaluasi, serta membuat keputusan. Kemampuan

ini juga merupakan kemampuan intelektual yang meliputi aktivitas

mengkonstruksi konsep, implementasi, melakukan sintesis dan atau mengevaluasi

informasi dari kegiatan pengamatan, pengalaman, pemikiran, refleksi, atau

komunikasi sebagai pijakan untuk meyakini dan melaksanakan suatu tindakan.

Penggunaan kemampuan berpikir kritis yang baik akan sangat membantu siswa

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Untuk kemampuan

berpikir kritis setiap siswa tentunya berbeda-beda salah satu faktornya adalah tipe

kepribadian siswa tersebut. Pengenalan kepribadian terbukti mampu membantu

mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam diri siswa sehingga dapat

diupayakan cara terbaik untuk mengatasi kekurangan yang dapat mengakibatkan

siswa kurang berhasil dalam pembelajaran (Hidayatullah, Agustiani, & Efriani,

2022).

Dalam proses berpikir kritis, siswa cenderung memiliki karakteristik yang

berbeda. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki pengalaman, motif, sikap

dan tipe kepribadian yang relatif berbeda dalam kemampuan berpikirnya. Seorang

pendidik perlu menyadari pentingnya perbedaan cara berpikir setiap siswa, salah

satunya yaitu dalam proses berpikir kritis. Kepribadian bersifat unik dan

konsisten, sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara individu satu

dengan lainnya (Rudianti et al., 2021).


2

Menurut Kurniawan (2023) latar belakang kepribadian dan kebudayaan

seseorang dapat mempengaruhi usaha orang tersebut untuk berpikir secara kritis

terhadap suatu masalah dalam kehidupan. Di dalam kelas akan terlihat dua

kepribadian yang menonjol dan mudah diamati dari diri siswa, yaitu siswa yang

berkepribadian ekstrovert dan introvert,. Seorang ekstrovert biasanya memiliki

kecenderungan untuk berpikir secara objektif yaitu cara berpikir yang

mempertimbangkan sesuatu yang nyata, fisik, dan ada terlepas dari persepsi

pribadi. Seorang introvert biasanya memiliki kecenderungan untuk berpikir secara

subjektif yaitu cara berpikir yang berdasarkan pada pandangan atau perasaan

pribadi mengenai suatu hal.

2.1.6 Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Soal Open Ended

Pembelajaran matematika hendaknya dapat memberikan keleluasaan

kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan kreatif, yang salah satunya adalah

dengan pemberian soal-soal open-ended. Soal Open Ended merupakan soal yang

dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa (Aini,

Laili, & Utami, 2020). Menurut Jannah (2020) kemampuan berpikir kritis siswa

dapat dirangsang melalui pembelajaran pemecahan masalah, salah satunya adalah

pembelajaran pemecahan masalah matematika open-ended. Dengan masalah

matematika open-ended kemampuan berpikir kritis siswa dapat terangsang

sehingga mereka akan mendapatkan pengalaman dalam proses menemukan

jawaban dari suatu masalah. Soal open-ended adalah masalah atau soal-soal yang

memiliki beberapa atau bahkan banyak penyelesaian yang benar dan juga banyak

cara untuk menemukan penyelesaiannya.


2

Menurut Purbonugroho, Wibowo, & Kurniawan, (2020) soal open ended

mengarah pada pertanyaan dimana siswa memiliki peluang berpikir. dengan

pemberian soal terbuka, dapat memberi rangsangan kepada siswa untuk

meningkatkan cara berpikirnya. Jadi sangat memungkinkan dengan memberikan

soal open ended akan memunculkan berpikir kritis pada siswa. Menurut Siswanti

(2018) soal open-ended diyakini dapat mendorong kreativitas dan inovasi berpikir

matematika secara lebih bermakna dan bervariasi dapat mendorong siswa untuk

berpikir lebih kritis, terbuka dan mampu bekerja sama, berkompeten dalam

memecahkan masalah, dan berkomunikasi secara logis dan argumentatif.

2.1.7 Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Menurut Muawwana (2015) Sistem persamaan lienar dua variabel

merupakan sistem kesatuan dari beberapa persamaan linear dua variabel yang

sejenis. Hubungan antara dua variabel yang membentuk persamaan yang

memiliki nilai dinamakan persamaan linear dua variabel yang ditulis:

𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐

Dimana a, b merupakan koefisien sedangkan x, y merupakan variabel.

Serta bentuk grafik selesaian suatu persamaan linear dua variabel berupa titik

dan garis lurus.

Dalam materi sistem persamaan linear dua variabel terdapat beberapa

metode/langkah penyelesaian dalam mengerjakan soal sistem persamaan linear

dua variabel diantaranya:

1. Metode grafik

Langkah-langkah dalam mengerjakan soal SPLDV dengan metode grafik

ialah sebagai berikut:


2

a. Gambarlah kedua grafik dalam satu bidang koordinat

b. Perkirakan titik pemotongan kedua grafik tersebut

c. Periksa titik potong kedua grafik dengan mensubstitusikan nilai x dan y ke

dalam setiap persamaan

2. Metode substitusi

Metode ini digunakan dengan menyatakan salah satu variabel dalam

variabel lain kemudian mengganti dengan persamaan lain. Langkah-langkah

dalam menyelesaikan masalah menggunakan metode substitusi adalah sebagai

berikut:

Contoh soal

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel tersebut

𝑦 = 2𝑥 + 5
{𝑦 = −4𝑥 − 1

Jawab

𝑦 = 2𝑥 + 5………(1)

𝑦 = −4𝑥 − 1………(2)

 Substitusikan persamaan 1 ke persamaan 2

𝑦 = −4𝑥 − 1

2𝑥 + 5 = −4𝑥 − 1

2𝑥 + 5 = −4𝑥 − 1

2𝑥 + 4𝑥 = −5 − 1

6𝑥 = −6

𝑥 = −1

 Substitusikan nilai x ke persamaan 1

𝑦 = 2𝑥 + 5
2

= 2(−1) + 5

= −2 + 5

=3

Jadi penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel adalah (-1,3)

3. Metode eliminasi

Metode ini digunakan dengan mengeliminasikan salah satu variabel

secara bergantian. Langkah-langkah nya ialah sebagai berikut:

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama

dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya

b. Kurangkan kedua persamaan tersebut

Contoh soal

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut!
𝑦 = 2𝑥 − 4
{
7𝑥 − 2𝑦 = 5

Jawab

𝑦 = 2𝑥 − 4 → 2𝑥 − 𝑦 = 4………(1)

7𝑥 − 2𝑦 = 5………(2)

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama

dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya

2𝑥 − 𝑦 = 4 (× 2) → 4𝑥 − 2𝑦 = 8

7𝑥 − 2𝑦 = 5 (× 1) → 7𝑥 − 2𝑦 = 5

b. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai x

4𝑥 − 2𝑦 = 8
7𝑥 − 2𝑦 = 5
−3𝑦 = 3 −
𝑦 = −1
2

c. Ubah persamaan pertama dan persamaan kedua sehingga koefisien yang

dieliminasikan sama

2𝑥 − 𝑦 = 4 (× 7) → 14𝑥 − 7𝑦 = 28

7𝑥 − 2𝑦 = 5 (× 2) → 14𝑥 − 4𝑦 = 10

d. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai y


14𝑥 − 7𝑦 = 28
14𝑥 − 4𝑦 = 10
−3𝑦 = 18 −
𝑦 = −6

sistem persamaan linear dua variabel adalah (-1, -6)

4. Metode campuran

Metode ini merupakan gabungan dari metode eliminasi dan metode

substitusi. Langkah-langkah pengerjaanya ialah sebagai berikut :

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama

dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya

b. Kurangkan kedua persamaan tersebut

c. Substitusikan nilai suatu variabel ke persamaan tersebut

Contoh soal

Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel berikut!

2𝑥 + 𝑦 = 5
{3𝑥 − 2𝑦 = 4

Jawab

a. Ubah persamaan pertama sehingga koefisien yang dieliminasikan sama

dengan persamaan kedua begitupun sebaliknya

2𝑥 + 𝑦 = 5 (× 2) → 4𝑥 + 2𝑦 = 10
3

3𝑥 − 2𝑦 = 4 (× 1) → 3𝑥 − 2𝑦 = 4

b. Kurangkan kedua persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai x


4𝑥 + 2𝑦 = 10
3𝑥 − 2𝑦 = 4
+
7𝑥 = 14
𝑥=2

c. Substitusikan nilai x ke persamaan 2 untuk mendapatkan nilai y

3𝑥 − 2𝑦 = 4

3(2) − 2𝑦 = 4

6 − 2𝑦 = 4

6 − 2𝑦 − 6 = 4 − 6

−2𝑦 = −2

𝑦=1

Jadi, penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel tersebut ialah (2, 1)

2.1.8 Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Prihartini, Lestari, & Saputri, (2015) yang

berjudul Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Menggunakan Pendekatan Open Ended. Dari penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa dari kajian literatur yang dilakukan oleh peneliti untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan

pembelajaran yang menggunakan pendekatan open ended

2. Penelititan yang dilakukan oleh Sagita et al, (2017) yang berjudul Analisis

Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMPN 1 Kota Jambi dalam

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek introvert dan subjek

ekstrovert memiliki kemampuan berpikir kritis yaitu dari cara berpikir


3

menganalisis informasi, mendeteksi kekeliruan, dan kecepatan dalam

menyelesaikan soal, dimana kemampuan berpikir kritis siswa tipe introvert

lebih unggul dibandingkan dengan siswa tipe ekstrovert.

3. Penelitian oleh Uswatun Hasanah (2018) yang berjudul Analisis Berpikir

Kritis Siswa Kelas X SMA PGRI 5 Sidoarjo dalam Pemecahan Masalah

Matematika ditinjau dari Tipe Kepribadian Introvert dan Ekstrovert. Dalam

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tipe introvert cenderung

memenuhi indikator klasifikasi, assesmen, penyimpulan, dan strategi yang

tepat namun masih lemah dalam menyebutkan taktik lain pada indikator

strategi taktik. Sedangkan siswa tipe ekstrovert cenderung kuat pada

indikator penyimpulan dan assessment namun lemah dalam menuliskan apa

yang diketahui dan langkah dalam menyelesaikan soal.

4. Penelitian oleh Natassya et al, (2023) yang berjudul Analisis Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tipe Open Ended Ditinjau

dari Motivasi Belajar pada Materi SPLTV. Dalam penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat

memenuhi semua indikator berpikir kritis dalam mengerjakan soal open

ended sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak

memenuhi beberapa indikator berpikir kritis dalam mengerjakan soal open

ended.

5. Penelitian oleh Rudianti et al, (2021) yang berjudul Proses Berpikir Kritis

Matematis ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dalam

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa subjek ekstrovert lebih cepat

dalam menyelesaikan masalah dibandingkan dengan subjek introvert.


3

Subjek ekstrovert melakukan kesalahan yaitu mengabaikan informasi dari

soal. Sedangkan subjek introvert dapat menemukan dan menggunakan

keterkaitan antara informasi dan permasalahan.

6. Penelitian oleh Silalong et al, (2022) yang berjudul Pengaruh Tipe

Kepribadian Ekstrovert dan Introvert Terhadap Kemampuan Berpikir Krtis

Siswa SMAN 18 Makassar dari penelitian tersebut dapat disimpulkan tidak

ada pengaruh antara tipe kepribadian siswa dengan kemampuan berpikir

kritis siswa setelah dilakukan uji hipotesis melalui uji t dan uji ANOVA.

2.2 Kerangka Berpikir

Kerangka pikir penelitian menjadi panduan bagi semua pihak yang

terlibat untuk menyatukan beragam aktivitas penelitian dan berbagai peneliti

yang kepada tujuan penelitian. Tanpa adanya kerangka pikir penelitian, maka

aktivitas penelitian akan menjadi acak-sporadis, menghabiskan banyak sumber

daya, namun gagal menjawab tujuan utama penelitian (Misno et al, 2021).

Pada penelitan ini, peneliti menggambarkan kerangka berpikir Analisis

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam

enyelesaikan Soal Open Ended pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel yang disajikan sebagai berikut:


3

Melakukan Tes Kepribadian MBTI

Siswa Kepribadian Introvert dan Ekstrovert

Siswa kepribadian introvert dan ekstrovert menyelesaikan soal open ended materi SPLDV

Indikator Berpikir Kritis

Interpretasi
Analisis
Evaluasi
Inferensi

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tipe Introvert dan Ekstrovert dalam Menyelesaikan Soal Open Ended pada Ma

Tidak
Selesai analisis

Iya

Deskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa tipe introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open e

Faktor apa saja mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada materi SPLDV.

Kesimpulan

Ket := Kegiatan,= proses,= hasil,= evaluasi

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


3

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Semester Ganjil 2023/2024.

Adapun yang menjadi lokasi penelitian yaitu SMPN 11 Kota Jambi yang

beralamat di Jalan H.O.S Cokroaminoto No.4 Simpang Kawat, Kota Jambi,

Jambi.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ialah jenis penelitian kualitatif. Menurut

Slamet (2019) penelitian kualitatif merupakan cara pendekatan yang

dimaksudkan untuk memahami secara mendalam untuk memperoleh pandangan

mengenai cara berpikir, berperasaan, alasan yang mendasari perilaku, sikap,

sistem nilai, minat, motivasi, cita-cita, budaya, serta gaya hidup orang-orang

yang diteliti, berdasarkan atas kerangka pemikiran orang yang diteliti. Menurut

Abdussamad (2021) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.

Pendekatan yang dilakukan ialah pendekatan deskriptif. Hal ini

dideskripsikan dalam penelitian ini ialah bagaimana kemampuan berpikir kritis

siswa tipe introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended pada

materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan siswa diminta untuk

menyelesaikan soal tersebut. Pendeksripsian ini ditelusuri melalui kemampuan


3

berpikir kritis siswa dalam mengerjakan soal matematika dan hasil wawancara

yang dilakukan. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan gambaran tingkatan berpikir kritis pada setiap siswa.

3.3 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa hasil jawaban tes kemampuan berpikir kritis

siswa tipe ekstrovert dengan menggunakan soal open ended pada materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel dan hasil wawancara siswa yang dilakukan dan

telah diolah sehingga akan dapat diketahui bagaimana kemampuan berpikir kritis

siswa pada kategori. Data yang dikumpul berupa:

1. Hasil tes MBTI untuk menentukan tipe kepribadian siswa.

2. Jawaban tertulis dari siswa menyelesaikan soal materi sistem persamaan

linear dua variabel (SPLDV)

3. Pernyataan siswa dalam bentuk lisan melalui hasil wawancara

Sumber data penelitian yang diperoleh adalah siswa kelas IX SMPN 11

Kota Jambi yang telah mempelajari materi sistem persamaan linear dua variabel

(SPLDV) pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024.

3.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini digunakan 3 instrumen berupa kuesioner MBTI, soal

open ended tes kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel (SPLDV), dan pedoman wawancara.

1. Soal tes kemampuan berpikir kritis berbasis open ended

Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat

untuk mengumpulkan informasi karakteristik dari suatu objek. Objek ini

menurut dapat berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun


3

motivasi. Agar dapat menghasilkan instrumen tes yang baik, terdapat beberapa

tahap yang harus dilalui. Terdapat ada sembilan langkah yang perlu ditempuh

dalam mengembangkan tes hasil atau prestasi belajar, yaitu menyusun

spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba tes,

menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan

menafsirkan hasil tes. Instrumen tes yang baik dapat meningkatkan kualitas

hasil penilaian yaitu profil kemampuan peserta didik (Pardimin, Widodo, &

Purwaningsih, 2017).

Menurut Arikunto (2016) tes memiliki fungsi salah satunya fungsi tes di

dalam kelas untuk menentukan tingkat pencapaian siswa. Sehingga tes dapat

mengukur tingkat kemampuan yang dimiliki siswa, agar guru dapat

mengevaluasi dan menentukan metode yang digunakan dalam proses belajar

mengajar.

Soal open ended tes kemampuan berpikir kritis siswa terdiri dari soal

uraian permasalahan kontekstual pada materi Sistem Persamaan Lienar Dua

Variabel (SPLDV). Dipilihnya bentuk soal tes kemampuan berpikir kritis dalam

bentuk uraian agar peneliti dapat melihat langkah-langkah siswa dalam

menyelesaikan soal, sehingga peneliti dapat menganalisis dan menyelidiki

setiap Langkah-langkah jawaban siswa sesuai indikator kemampuan berpikir

kritis yang sudah dirancang sebelumnya.

Peneliti berusaha merancang soal instrumen berupa soal dengan

permasalahn kontekstual. Soal yang dirancang memungkinkan siswa

menunjukkan indikator dari kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh

siswa. Soal instrumen tes kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan
3

ke siswa akan dilakukan tahapan validitas ahli, sehingga soal yang diberikan

kepada siswa sudah valid.

2. Tes Kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)

Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) merupakan psikotes yang dirancang

untuk mengukur preferensi psikologis seseorang dalam melihat dunia dan

membuat keputusan. MBTI dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers pada sejak

1940. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat, dan tipe

kepribadian seseorang. MBTI merupakan instrumen yang paling banyak

digunakan. Telah diperbarui dan divalidasi secara ketat selama lebih dari tujuh

puluh tahun (Rabbani, Nasrun, Si, & Setianingsih, 2020).

Tes kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator) dilakukan untuk

menentukan tipe kepribadian siswa baik introvert maupun ekstrovert. Tes ini

terdiri dari 25 pertanyaan. Setiap pertanyaan terdapat 2 dua pilihan yaitu a dan b.

Untuk metode penskoran apabila banyak siswa memilih a maka siswa tersebut

berkepribadian ekstrovert. Sebaliknya, jika siswa banyak yang memilih b maka

siswa tersebut berkepribadian introvert (Zaman dan Abdillah, 2009:69-73).

Setelah selesai melakukan tes MBTI selanjutnya, siswa dijadikan subjek

penelitian yang akan diberikan soal open ended untuk menilai kemampuan

berpikir kritis siswa.

3. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara adalah pedoman peneliti dalam wawancara subjek

penelitian untuk mencari dan menggali informasi mengenai jawaban dari soal

kemampuan berpikir kritis yang diberikan. Selain untuk mencari informasi

mengenai jawaban dari soal kemampuan berpikir kritis yang diberikan, peneliti
3

juga mencari informasi berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan berpikir kritis siswa.

Data hasil wawancara berupa transkip wawancara. Transkip tersebut berisi

pertanyaan-pertanyaan peneliti yang ditujukan kepada subjek dalam

menyelesaikan soal yang diberikan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan oleh

peneliti ialah wawancara semi terstruktur sehingga peneliti dapat menggali

informasi kemampuan berpikir kritis siswa dan faktor-faktor kemampuan berpikir

kritis siswa tanpa terlalu bergantung dengan pedoman wawancara yang dirancang.

Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Kisi-kisi pedoman wawancara kemampuan berpikir kritis


Ruang
Indikator Berpikir
Lingkup Deskriptor Pertanyaan
Kritis
Penelitian
1. Menginterpretasi  Memahami masalah  Apa permasalahan yang
yang ditujukan dengan ada pada soal tersebut?
menulis diketahui  Apa konsep yang
maupun ditanyakan digunakan untuk
soal yang tepat menyelesaikan masalah
tersebut?
 Apa ada konsep lain?
2. Menganalisis  Mengidentifikasi  Apa maksud dari
hubungan-hubungan informasi yang telah
antara pernyataan- tersebut?
pernyataan,  Bagaimana cara kamu bisa
Proses
pertanyaan-pertanyaan, menyelesaikan
Berpikir
dan konsep-konsep permasalahan pada soal
Kritis Siswa
yang diberikan dalam tersebut?
Tipe
soal yang ditujukan  Apakah semua informasi
Introvert dan
dengan membuat yang ada pada soal
Ekstrovert
model matematika tersebut bisa digunakan
Dalam
dengan tepat dan untuk menyelesaikan
Menyelesaik
memberi penjelasan masalah?
an Soal-Soal
dengan tepat
Open Ended
3. Mengevaluasi  Menggunakan strategi  Setelah kamu memperoleh
yang tepat dalam jawabannya, apakah kamu
menyelesaikan soal, memeriksa kembali
lengkap dan benar hasilnya?
dalam melakukan  Apa kamu yakin dengan
perhitungan jawaban yang kamu
peroleh?
4. Menginferensi  Membuat kesimpulan  Dapatkah kamu memberi
yang benar kesimpulan:
a. Soal 1: apa yang
3

kamu simpulkan dari


soal pertama?
b. Soal 2: apa yang
kamu simpulkan dari
soal kedua?
c. Soal 3: apa yang
kamu simpulkan dari
soal ketiga?
d. Soal 4: apa yang
kamu simpulkan dari
soal keempat?
e. Soal 5: apa yang
kamu simpulkan dari
soal kelima?
Selain mencari informasi kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti juga

mencari informasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis

siswa. Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan berpikir kritis siswa kelas IX SMPN 11 Kota Jambi. Wawancara

yang dilakukan oleh peneliti ialah wawancara semi terstruktur sehingga peneliti

dapat menggali informasi kemampuan berpikir kritis siswa tanpa terlalu

bergantung dengan pedoman wawancara yang dirancang. Adapun kisi-kisi

pedoman wawancara faktor-faktor kemampuan berpikir kritis siswa adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-kisi pedoman wawancara faktor-faktor yang mempengaruhi


kemampuan berpikir kritis
Faktor-faktor yang
No. Mempengaruhi Kemampuan Panduan Wawancara
Berpikir Kritis Siswa
1 Kondisi fisik  Apa kabar kamu hari ini?
 Apakah kamu merasa siap mengerjakan soal
SPLDV?
 Apakah kamu mengantuk pada saat pelajaran
SPLDV berlangsung?
2 Motivasi  Apa yang membuat kamu termotivasi untuk
mengerjakan soal materi SPLDV?
3 Kecemasan  Apakah kamu merasa cemas dalam mengerjakan
soal SPLDV?
 Mengapa kamu merasa cemas pada saat
mengerjakan soal SPLDV?
4 Perkembangan intelektual  Bagaimana cara kamu memecahkan masalah pada
soal tersebut?
5 Kebiasaan rutinitas  Apa kegiatan kamu sepulang sekolah?
 Apa saja yang menjadi kebiasaan kamu?
4

3.5 Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Untuk penentuan subjek penelitian dilakukan dengan cara penarikan

subjek penelitian yaitu dengan menggunakan purposive sampling. Menurut

Lenaini, (2021) Purposive sampling merupakan sebuah metode sampling non

random sampling dimana periset memastikan pengutipan ilustrasi melalui

metode menentukan identitas spesial yang cocok dengan tujuan riset sehingga

diharapkan bisa menanggapi kasus riset.

Pada penelitian ini, penentuan subjek ditentukan dengan menggunakan

metode standar deviasi dengan membagikan siswa tipe ekstrovert menjadi 3

kelompok kemampuan berpikir kritis, yaitu siswa tipe ekstrovert berkemampuan

berpikir kritis tinggi, siswa tipe ekstrovert berkemampuan berpikir kritis sedang,

dan siswa tipe ekstrovert berkemampuan berpikir kritis tinggi rendah

berdasarkan nilai yang diperoleh. Langkah-langkah penentuan subjek pada

penelitian dapat dilihat sebagai berikut:

1. Menjumlahkan skor hasil tes kemampuan yang sudah dikerjakan oleh siswa

dengan menggunakan rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis siswa tipe

ekstrovert. Menurut Pertiwi (2018) kisi-kisi rubrik penilaian yang peneliti

gunakan adalah sebagai berikut:


4

Tabel 3.3 Rubrik Penilaian Berpikir Kritis

Indikator
No Kemampuan Keterangan Skor
Berpikir Kritis
Tidak menulis yang diketahui dan yang ditanyakan 0
Menulis yang diketahui dan yang ditanyakan dengan
1
tidak tepat
Menuliskan yang diketahui saja denga tepat atau yang
2
1 Interpretasi ditanyakan saja dengan tepat
Menulis yang diketahui dari soal dengan tepat tetapi
3
kurang lengkap
Menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal yang
4
tepat dan lengkap
Tidak membuat model matematika dari soal yang
0
diberikan
Membuat model matematika dari soal yang diberikan
1
tetapi tidak tepat
Membuat model matematika dari soal yang diberikan
2
2 Analisis dengan tepat tanpa memberi penjelasan
Membuat model matematika dari soal yang diberikan
3
dengan tepat tetapi ada kesalahan dalam penjelasan
Membuat model matematika dari soal yang diberikan
dengan tepat dan memberi penjelasan yang benar dan 4
lengkap
Tidak menggunakan strategi dalam menyelesaikan
0
soal
Menggunakan strategi yang tidak tepat dan tidak
lengkap dalam menyelesaikan soal 1
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, tetapi tidak lengkap atau
2
menggunakan strategi yang tidak tepat tetapi lengkap
3 Evaluasi
dalam menyelesaikan soal
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap tetapi melakukan 3
kesalahan dalam perhitungan dan penjelasan
Menggunakan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam 4
melakukan perhitungan/penjelasan
Tidak membuat kesimpulan 0
Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan tidak
sesuai dengan konteks soal 1
Membuat kesimpulan yang tidak tepat meskipun
2
4 Inferensi sesuai dengan konteks soal
Membuat kesimpulan yang tepat sesuai dengan
konteks soal tetapi tidak lengkap 3
Membuat kesimpulan yang tepat sesuai dengan
4
konteks soal dan lengkap
Sumber: Pertiwi, W. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Peserta Didik Smk Pada Materi Matriks. Jurnal Pendidikan Tambusai,
2(4), 793–801.
4

2. Mencari rata-rata dari skor hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa tipe

ekstrovert dengan rumus

∑ 𝑥𝑛
𝑥̅ =
𝑛
Keterangan :
𝑥̅ = Rata-rata
∑ 𝑥𝑛 = jumlah skor siswa
𝑛 = banyak siswa

3. Mencari standar deviasi dengan rumus

2
𝑆𝐷 = √ ∑ 𝑓𝑥2 ∑ 𝑓𝑥
−( )
𝑛 𝑛

Keterangan :
𝑆𝐷 = Standar deviasi
∑ 𝑓𝑥2 = jumlah tiap nilai dikuadratkan dikali banyaknya nilai
∑ 𝑓𝑥 = jumlah tiap nilai dikali banyaknya nilai
𝑛 = banyak siswa

4. Menentukan batas-batas kelompok dengan pedoman

 Kelompok atas : 𝑥̅ ≥ 𝑥̅ + 𝑆𝐷

 Kelompok sedang : 𝑥̅ − 𝑆𝐷 < 𝑥̅ < 𝑥̅ + 𝑆𝐷

 Kelompok rendah : 𝑥̅ ≤ 𝑥̅ − 𝑆𝐷

5. Diambil satu nama paling atas pada kelompok atas, satu nama paling atas

pada kelompok sedang dan satu nama paling bawah pada kelompok rendah

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
4

yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sadhiarta, 2020:175). Menurut

Sugiyono (2014:225), teknik pengumpulan data kualitatif merupakan

pengumpulan data yang dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)

melalui cara observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner (angket),

dokumentasi, dan gabungan keempat lainnya. Data yang digunakan dalam

pengumpulan data adalah kuisioner, tes tertulis, wawancara, dan dokumentasi.

Prosedur pengambilan data dilakukan dengan memberikan lembar tugas

penyelesaian soal matematika untuk melihat validitas data. Apabila data tidak

valid maka akan dilakukan pengumpulan data ulang untuk memperoleh data valid.

Prosedur yang dilakukan untuk penelitian ini ialah dengan memberikan tes

kepribadian MBTI untuk mendapatkan subjek penelitian. Setelah melakukan tes

MBTI, subjek diberikan soal open ended materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel (SPLDV). Setelah itu, peneliti mewawancarai subjek penelitian untuk

melihat lebih lanjut kemampuan berpikir kritis siswa tipe introvert dan ekstrovert

dalam menyelesaikan soal open ended.

Jenis wawancara pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur.

Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara yang menggunakan sudah

terrnasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih

bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Sugiyono, 2013:233).

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara

lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-

idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti

dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.


4

Adapun prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Peneliti memberikan tes kepribadian MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)

kepada siswa kelas IX B SMPN 11 Kota Jambi untuk mengetahui kepribadian

siswa. Peneliti memberikan waktu 20 menit kepada siswa untuk menyelesaikan

tes MBTI tersebut.

2. Setelah itu, peneliti langsung memberikan soal open ended kemampuan

berpikir kritis siswa materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel pada hari

yang sama

3. Peneliti langsung mengoreksi jawaban siswa baik tes kemampuan berpikir

kritis maupun tes MBTI.

4. Setelah melakukan pengoreksian jawaban, peneliti melakukan

pengelompokkan kemampuan berpikir kritis siswa tipe ekstrovert dan introvert

yang dibagi menjadi 3 yaitu siswa kemampuan berpikir kritis siswa tingkat

rendah, siswa kemampuan berpikir kritis siswa tingkat sedang, siswa

kemampuan berpikir kritis siswa tingkat tinggi.

5. Selanjtunya, peneliti melakukan wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk

mengungkapkan kemampuan berpikir kritis yang dialami siswa dalam

menyelesaikan soal open ended

6. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengujian keabsahan data dengan

triangulasi sumber. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui satu teknik

pengumpulan data pada bermacam-macam sumber.


4

3.7 Uji Kredibilitas Data

Menurut Eko (2015:43) kredibilitas adalah suatu ukur yang menunjukkan

tingkat ketepatan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen harus dapat

mengukur apa yang harus diukur, jadi kredibilitas menekankan pada alat

pengukuran atau pengamatan. Fungsi kredibilitas adalah untuk mengetahui

sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam

melakukan fungsi ukurnya. Menurut Falani et al (2023) Uji kredibilitas data

dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,

triangulasi, menggunakan bahan referensi, diskusi dengan teman sejawat,

analisis kasus negatif, dan member check.

Uji kredibilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada (Sugiyono, 2013:241).

Untuk pertanggungjawabkan uji kredibilitas pada penelitian ini, peneliti

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan triangulasi sumber. Menurut Sugiyono (2013:274) triangulasi

sumber merupakan cara menguji kredibilitas data dengan cara mengecek

data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Triangulasi sumber

dilakukan dengan memberikan tes kemampuan berpikir kritis dan

wawancara kepada subjek yang berbeda yaitu ekstrovert 1, ekstrovert 2, dan

ekstrovert 3. Sehingga dapat dilakukan analisis kemampuan berpikir kritis

siswa tipe ekstrovert dalam menyelesaikan soal open ended

2. Membuat catatan tahapan penelitian dan dokumentasi yang lengkap


4

3. Melakukan pentranskripan segera setelah melakukan pengambilan data agar

unsur-unsur subjektifitas dalam peneliti tidak ikut mengintervensi data

penelitian.

4. Melakukan pengecekan berulang kali terhadap lembar jawaban dan rekaman

wawancara agar diperoleh hasil yang sah.

3.8 Teknik Analisis Data

Menurut Danu (2015:70) analisis data merupakan proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satu

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data kualitatif berkaitan dengan

data berupa kata atau kalimat yang dihasilkan dari objek penelitian serta

berkaitan dengan data berupa kata atau kalimat yang dihasilkan dari objek

penelitian serta berkaitan dengan kejadian yang melingkupi sebuah objek

penelitian.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini data hasil tes

soal kemampuan berpikir kritis siswa secara tertulis maupun data hasil

wawancara siswa salam menyelesaikan soal open ended akan dianalisis. Hasil

jawaban siswa dalam menyelesaikan soal open ended baik berupa jawaban

maupun wawancara akan dianalisis untuk melihat kemampuan berpikir kritis

siswa yang mengacu pada indikator kemamapuan berpikir kritis. Menurut

Sugiyono (2013:247) proses penelitian pada penelitian kualitatif terdiri dari

tahapan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan seperti yang dijelaskan

sebagai berikut:
4

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Menurut Abdussamad (2021:161) mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data

dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memilah data hasil

wawancara berdasarkan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis siswa.

Reduksi dilakukan setelah memahami dan menelaah hasil tes dan hasil

wawancara.

1) Hasil tes kemampuan berpikir kritis dituangkan secara tertulis dengan cara

sebagai berikut:

a) Menghitung perolehan nilai yang sudah dilakukan tes kemampuan

berpikir kritis dengan rubrik penilaian yang sudah dibuat saat tahapan

penyusunan dan menvalidasi instrumen penelitian.

b) Menghitung rata-rata dan standar deviasi dari keseluruhan nilai tes

kemampuan berpikir kritis siswa yang sudah dilakukan.

c) Mengambil lima belas nama dari populasi berdasarkan hasil tes

kemampuan berpikir kritis siswa

d) Mengkategorikan lima belas nama berdasarkan nilai tes kemampuan

berpikir kritis siswa yang sudah diperoleh dengan metode standar deviasi

ke dalam tiga kategori masing-masig kategori terdiri dari 5 orang yaitu


4

 Kelompok siswa kemampuan berpikir kritis tingkat tinggi

 Kelompok siswa kemampuan berpikir kritis tingkat sedang

 Kelompok siswa kemampuan berpikir kritis tingkat rendah

e) Mengambil tiga nama sebagai subjek wawancara yang nama terdiri dari

satu nama siswa yang memiliki nilai paling tinggi pada kategori

kelompok siswa berkemampuan berpikir kritis tingkat tinggi, satu nama

siswa yang memiliki nilai paling tinggi pada kelompok siswa

berkemampuan berpikir kritis tingkat sedang, dan satu nama siswa yang

memiliki nilai paling rendah pada kelompok siswa berkemampuan

berpikir kritis tingkat rendah.

2) Hasil wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut:

a) Mentranskip hasil wawancara dengan cara memutar hasil rekaman

wawancara dengan masing-masing subjek penelitian

b) Memberikan kode pada transkip hasil wawancara. Pengkodean dilakukan

untuk memudahkan peneliti dalam menyesuaikan data pada kerangka

pembahasan hasil penelitian. Pengkodean data yang digunakan yaitu:

𝑃𝑎,𝑏,𝑐, 𝑆𝐸𝑎,𝑏,𝑐, 𝑆𝐼𝑎,𝑏,𝑐

Keterangan:

𝑃 = Pernyataan

𝑆𝐸 = Jawaban Subjek Ekstrovert

𝑆𝐼 = Jawaban Subjek Introvert

𝑎, 𝑏, 𝑐 = Kode Digit setelah P, SE, SI

Digit pertama menyatakan subjek ke-a, dengan a = 1,2,3, ….

Digit kedua menyatakan soal ke-b, dengan b = 1,2,3, ….


4

Digit ketiga menyatakan pertanyaan maupun jawaban wawancara ke-c,

dengan c = 1,2,3, ….

Contoh:

𝑃1,2,3 = Pertanyaan peneliti untuk subjek ke-1, soal ke-2, dan pertanyaan

wawancara ke-3

𝑆𝐸1,2,3 = Jawaban subjek ekstrovert ke-1, soal ke-2, dan pertanyaan

wawancara ke-3

𝑆𝐼1,2,3 = Jawaban subjek introvert ke-1, soal ke-2, dan pertanyaan

wawancara ke-3

3) Memeriksa data dengan cara mencocokkan kembali hasil transkip

wawancara dan hasil rekaman wawancara untuk meminimalisir

kesalahan penulisan

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data berhasil direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif proses penyajian data dapat

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan sebagainya. Tetapi yang paling sering digunakan dalam penelitian

kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Dengan melakukan display data,

maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Disarankan dalam melakukan penyajian data, selain menggunakan 50 teks

naratif juga dapat menggunakan grafik, matrik, jejaring kerja dan chart

(Murdiyanto, 2020:49)
5

Pada tahap ini, peneliti menyajikan data berdasarkan hasil reduksi data

dengan cara sebagai berikut:

1) Menyajikan transkip hasil wawancara dengan subjek penelitian

2) Menjabarkan data sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis

3) Menganalisis data untuk menelaah dan menjabarkan kemampuan berpikir

kritis dalam menyelesaikan soal berbasis open ended materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

4) Melakukan triangulasi sumber untuk mengetahui kevalidan data

3. Kesimpulan (Verification)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sidiq &

Choiri, 2019:53).

Penarikan kesimpulan diambil berdasarkan data yang telah dikumpulkan

melalui kuisioner, tes tertulis, dan wawancara. Setelah dianalisis, data hasil tes

tulis dan wawancara akan diuji validitasnya, kemudian diperoleh data analisis

kemampuan berpikir kritis siswa kepribadian ekstrovert dan introvert dalam

menyelesaikan soal open ended kelas IX B SMP sesuai dengan indikator

penilaian kemampuan berpikir kritis siswa.


5

3.9 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian ini, meliputi tiga tahapan yaitu tahap

pra lapangan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data yang diuraikan sebagai

berikut:

1. Tahap Pra-Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pra-lapangan adalah sebagai berikut:

a. Pengajuan proposal penelitian

b. Pemintaan izin untuk melakukan penelitian di SMPN 11 Kota Jambi

c. Penyusunan instrumen penelitian, yaitu soal tes kemampuan berpikir

kritis siswa berbasis open ended materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel (SPLDV) dan pedoman wawancara. Kemudian, instrument

penelitian tersebut divalidasi oleh dua orang dosen ahli matematika.

Tujuan dari validasi tersebut agar soal tes yang diberikan benar-benar

layak diujikan.

d. Permintaan izin penelitian sekaligus menyerahkan surat izin penelitian

2. Tahap Pekerja Lapangan

Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah:

a. Melakukan tes pemilihan subjek dengan memberikan soal tes

kepribadian Myers-Briggs Type Indicator kepada seluruh siswa kelas

IX B SMPN 11 Kota Jambi

b. Melakukan tes dengan memberikan lembar tugas penyelesaian soal

berbasis open ended materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

(SPLDV) yang telah divalidasi kepada siswa


5

c. Melakukan wawancara dengan memberikan pertanyaan berkaitan

dengan jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan oleh subjek. Hasil

jawaban tertulis verbal kemudian dikaji ketetapannya atau

kekonsistennya

d. Melakukan analisis terhadap seluruh data yang berhasil dikumpulkan

e. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi sumber

3. Tahap Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis sesuai dengan teknik

analisis data sebelumnya


5

DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: Syakir Media


Press.
Aini, K., Laili, N., & Utami, E. (2020). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Dalam Memecahkan Soal Open Ended Berdasarkan Tahap Berpikir
Van Hiele. Inspiramatika, 6(stage 1).
Arini, Z., & Rosyidi, A. H. (2016). Profil Kemampuan Penalaran Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian
Extrovert dan Introvert. MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, 2(5), 127–136.
Chasanah, U. (2018). Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Kelas X SMA
PGRI 5 Sidoarjo Dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari tipe
Kepribadian Introvert dan Ekstrovert. Jurnal Edukasi, 5(1), 1–7.
Facione, P. A., Facione, N. C., & Beach, H. (2011). The Holistic Critical Thinking
Scoring Rubric. Insight Assessment, (650), 1–2.
Fahruddin, F. (2012). Thinking Skill (Pengantar Menuju Berpikir Kritis).
Yogyakarta: SUKA Press.
Hidayah, N. (2017). Psikologi Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Hidayat, P. W., & Widjajanti, D. B. (2018). Analisis kemampuan berpikir kreatif
dan minat belajar siswa dalam mengerjakan soal open ended dengan
pendekatan CTL. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika, 13(1), 63–75.
https://doi.org/10.21831/pg.v13i1.21167
Hidayatullah, I., Agustiani, R., & Efriani, A. (2022). Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa dalam Menyelesaikan Soal TIMSS Konten Geometri Dilihat dari
Tipe Keperibadian Extrovert di Kelas VIII SMP. Jurnal Riset Pendidikan
Dan Inovasi Pembelajaran Matematika (JRPIPM), 5(1), 44–55.
https://doi.org/10.26740/jrpipm.v5n1.p44-55
Jannah, R. N. R. (2020). Berpikir Kritis Dalam Pemecahan Masalah Open-Ended
Ditinjau Dari Kecemasan Matematika. 4(1), 237–249.
Jazuli, A., & Lathifah, M. (2018). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis pada Soal Cerita Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert-
Introvert Siswa SMP Negeri 6 Rembang. AlphaMath : Journal of
Mathematics Education, 4(1), 23.
https://doi.org/10.30595/alphamath.v4i1.7352
Kurniawan, E. (2023). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan
Soal Cerita Materi Pokok Bilangan Pecahan Ditinjau dari Tipe Kepribadian
Siswa. 5(4).
Lenaini, I. (2021). Teknik Pengambilan Sampel Purposive Dan Snowball
Sampling. Jurnal Kajian, Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah,
5

6(1), 33–39. Retrieved from p-ISSN 2549-7332 %7C e-ISSN 2614-


1167%0D
Linda, Z., & Lestari, I. (2019). Berpikir Kritis Dalam Konteks Pembelajaran. In
Erzatama Karya Abadi.
Misno, A., Aria, M., Tajibu, M. J., Saputra, N., Aziza, N., & Anita, T. L. (2021).
Fundamentals of Social Research: Methods, Processes and Applications.
Sleman. Yogyakarta: GCAINDO.
Muawwana, N. amalia. (2015). SPLDV (Sistem Persamaan Linier Dua Variabel).
1–16.
Murdiyanto, E. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat UPN Veteran Yogyakarta Press.
Murti, B. (2019). Berpikir Kritis (Critical Thinking). Jurnal Kedokteran UNS,
20(12), 75.
Natassya, H. D., Utami, R. E., & Kusumaningsih, W. (2023). Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tipe Open
Ended Ditinjau dari Motivasi Belajar pada Materi SPLTV. Jurnal Kualita
Pendidikan, 4(1), 47–53. https://doi.org/10.51651/jkp.v4i1.344
Ningsih, R. M., & Awalludin, S. A. (2021). Analisis Kemampuan Komunikasi
Matematis Ditinjau dari Tipe Kepribadian Extrovert dan Introvert. Jurnal
Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3), 2756–2767.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i3.763
Pardimin, P., Widodo, S. A., & Purwaningsih, I. E. (2017). Analisis Butir Soal
Tes Pemecahan Masalah Matematika. WACANA AKADEMIKA: Majalah
Ilmiah Kependidikan, 1(1), 69–76. https://doi.org/10.30738/wa.v1i1.1084
Pertiwi, W. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik
Smk Pada Materi Matriks. Jurnal Pendidikan Tambusai, 2(4), 793–801.
Prihartini, E., Lestari, P., & Saputri, S. A. (2015). Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Menggunakan Pendekatan Open Ended. Prosiding
Seminar Nasional Matematika IX 2015, 58–64.
Purbonugroho, H., Wibowo, T., & Kurniawan, H. (2020). Analisis Berpikir Kritis
Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Open Ended Matematika. MAJU:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 7(2), 53–62.
Purwati, R., Hobri, & Fatahillah, A. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Persamaan Kuadrat Pada
Pembelajaran Model Creative Problem Solving. Kadikma, 7(1), 84–93.
Rabbani, A. R., Nasrun, M., Si, S., & Setianingsih, C. (2020). Perancangan Dan
Implementasi Tes Psikologi Myersbriggs Type Indicator Komputer Untuk
Mengetahui Minat Dan Bakat Anak-Anak Usia Remaja Menggunakan
Metode Naïve Bayes Design and Implementation of the Computer
Briggstype Myers-Indicator Type Psychology To Kn. 7(1), 1711.
5

Rachilda, A. F. Z., Sa’ida, N., & Budiman, A. (2023). Analisis tipe kepribadian
introvert dan extrovert pada pembelajaran interaktif anak usia dini. Kiddo:
Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 4(1), 26–40.
https://doi.org/10.19105/kiddo.v4i1.8390
Rosy, N. N. (2023). Analisis Berpikir Kreatif Peserta Didik dalam Menyelesaikan
Soal Open-Ended Berdasarkan Kecerdasan Matematis-Logis dan Linguistik.
3(2), 119–126.
Rudianti, R., Aripin, A., & Muhtadi, D. (2021). Proses Berpikir Kritis Matematis
Siswa Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert. Mosharafa:
Jurnal Pendidikan Matematika, 10(3), 437–448.
https://doi.org/10.31980/mosharafa.v10i3.1038
Safrida, L. N., Ambarwati, R., Adawiyah, R., & Albirri, E. R. (2018). Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 10–16.
https://doi.org/10.20527/edumat.v6i1.5095
Sagita, H., Kamid, & Syaiful. (2017). Analisis Tngkat Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Ekstrovert Dan Introvert Dalam Menyelesaikan Soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMPN 1 Kota Jmbi.
(September).
Santi, N., Soendjoto, A., & Winarti, A. (2018). Critical Thinking Ability of
Biology Education Students through Solving Environmental Problems.
BIOEDUKASI: Jurnal Pendidikan Biologi, 11(1), 35–39.
Saputra, H. (2020). Kemampuan Berfikir Kritis Matematis. Perpustakaan IAI
Agus Salim Metro Lampung, 2(April), 1–7.
Setiana, D. S., & Purwoko, R. Y. (2020). Analisis kemampuan berpikir kritis
ditinjau dari gaya belajar matematika siswa. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 7(2), 163–177. https://doi.org/10.21831/jrpm.v7i2.34290
Sidiq, U., & Choiri, M. (2019). Metode Penelitian Kualitatif di Bidang
Pendidikan. Ponorogo: Nata Karya.
Silalong, E., Azzahra, F., & Jainuddin. (2022). Pengaruh Tipe Kepribadian
Ekstrovert-Introvert Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
SMA Negeri 18 Makassar. Jurnal Pendidikan Dasar, 7(2), 88–100.
Siswanti, N. M. A. (2018). Pengaruh Pendekatan Open-Ended Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas V SD. 5, 1–14.
Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Kediri: Literasi
Media Publishing.
Sroyer, A. (2016). Pendekatan Open-Ended (Masalah, Pertanyaan Dan Evaluasi)
Dalam Pembelajaran Matematika. Delta-Pi: Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika, 2(2), 29–37. https://doi.org/10.33387/dpi.v2i2.113
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
5

Triwulandari, S., & Supardi. (2022). Analisis Inteligensi Dan Berpikir Kritis.
Utile: Jurnal Kependidikan, 8(1), 50–61.
https://doi.org/10.37150/jut.v8i1.1618
Upu, H., Nasrullah, N., & Amir, A. A. (2020). Pengaruh Tipe Kepribadian,
Berpikir Divergen, Iklim Keluarga, dan Motivasi Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas XI MIPA SMA. Issues in Mathematics Education
(IMED), 4(2), 169. https://doi.org/10.35580/imed15328
Widya Astuti, D., Saifuddin Zuhri, M., & Wulandari, D. (2022). Analisis Berpikir
Kritis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Open Ended Materi SPLTV Ditinjau
dari Adversity Quotient. Imajiner: Jurnal Matematika Dan Pendidikan
Matematika , 4(5), 393–400.
Slamet, Yulius. (2019). Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sadirtha, Anak Agung Ngurah Gede . (2020). Best Practice Penelitian Kualitatif
dan Publikasi Ilmiah. Banyumas: Cakrawala Satria Mandiri.
Agustinova, Danu Eko. (2015). Memahami Metode Penelitian Kualitatif; Teori &
Praktik. Yogyakarta: Calpulis.
Maryam. S., Setiawati. S., Ekasari, M. F. (2008). Buku Ajar Berpikir Kritis dalam
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, P.D.S. (2016). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sudjana, D. N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Soesana, A., Subakti, H., Salamun, S., Tasrim, I. W., Karwanto, K., Falani, I., &
Pasaribu, A. N. (2023). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yayasan Kita
Menulis.
Zaman, S & Abdillah, S.I. 2009. MBTI (Myyers-Brrggs Type Indicator). Jakarta:
Visimedia.
5

LAMPIRAN
Lampiran 1: Instrumen Observasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL


1. Seorang atlet selalu menjaga kondisi badannya dengan olahraga rutin akan
membakar kalori. Lama (rentang waktu) olahraga pun menjadi salah satu faktor
berapa banyak kalori yang terbakar saat olahraga. Dengan lama olahraga maksimal
35 menit dan jumlah kalori yang terbakar maksimal ialah 550 kalori. Tentukan
persamaan yang menunjukkan hubungan antara lama berolahraga dengan
banyaknya kalori yang terbakar!

2. Dilla membeli dua gelas susu dan dua donat dengan total harga Rp.66.000,00.
Sedangkan Zeni membeli empat gelas susu dan tiga donat dengan total harga
Rp.117.000,00. Tentukan harga segelas susu!

Rp. 66.000

Rp. 117.000
5

3. Hadi membeli dua T-shirt dan sebuah sweater di pasar dengan total harga
Rp300.000,00. Ketika sampai di rumah, dia menyesal karena salah satu T-shirt
yang dia beli jahitannya rusak. Dia memutuskan untuk menukar T-shirt untuk
sebuah sweater. Akhirnya Hadi menukarkan T-shirtnya, namun dia harus
membayar Rp60.000,00 lagi karena sweater lebih mahal daripada T-shirt.
Berapakah harga masing-masing barang yang dibeli Hadi? Jelaskan alasanmu!

Rp.300.000

Ditukar
Rp.60.000

4. Wahyu dan Puteri membeli buku tulis dan bolpoin dengan merek dan di toko yang
sama. Wahyu membeli 4 buku tulis dan 2 bolpoin harus membayar Rp.34.000,00.
Sedangkan Puteri membeli 3 buku tulis dan 1 bolpoin seharga Rp.23.000,00.
Apabila Dwi membeli 5 buku tulis dan 7 bolpoin yang sama. Berapakah uang yang
harus dibayar oleh Dwi?

Rp. 34.000

Rp. 23.000

?
5

5. Dalam suatu pertunjukkan ketoprak humor, teerjual karcis kelas I dan kelas II
sebanyak 500 lembar. Harga karcis kelas I Rp.5.000 dan karcis kelas II Rp.3.000.
Jika hasil penjualan seluruh karcis adalah Rp.1.900.000, tentukan banyak karcis
masing-masing kelas yang terjual!
6
KISI-KISI SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

Aspek
Indikator Berpikir Deskripsi Kompetensi Bentuk
yang Materi Indikator Soal No. Soal
Kritis Indikator Dasar Soal
diamati
1. Menginterpretasi 1. Memahami masalah yang 3.5 Menjelaskan 3.5.1 3.5.1.1 Peserta didik 1 Uraian
masalah ditujukan dengan menulis sistem persamaan Memahami menentukan
diketahui maupun linear dua variabel konsep persamaan linear dua
ditanyakan soal yang tepat dan persamaan variabel dari
penyelesaiannya linear dua permasalahan sehari-
yang dihubungkan variabel hari
dengan masalah
2. Menganalisis 2. Mengidentifikasi kontekstual
masalah hubungan-hubungan antara
pernyataan-pernyataan,
pertanyaan-pertanyaan, dan
konsep-konsep yang 4.5 4.5.1 4.5.1.1 Peserta didik 2,3 Uraian
diberikan dalam soal yang Menyelesaikan Menyelesaikan menyelesaikan
ditujukan dengan membuat masalah yang sistem permasalahan sehari-
model matematika dengan berkaitan dengan persamaan hari yang berkaitan
Berpikir tepat dan memberi sistem persamaan linear dua dengan sistem
Kritis penjelasan dengan tepat linear dua variabel variabel persamaan linear dua
variabel dengan
3. Mengevaluasi menggunakan
masalah 3. Menggunakan strategi yang metode grafik,
tepat dalam menyelesaikan eleminasi, substitusi
soal, lengkap dan benar
dalam melakukan 4.5.1.2 Peserta didik 4,5 Uraian
perhitungan menyelesaikan
permasalahan sehari-
4. Menginferensi 4. Membuat kesimpulan yang hari yang berkaitan
benar dengan sistem
persamaan linear dua
variabel khusus
6
KUNCI JAWABAN

No Soal Pembahasan
1 Seorang atlet selalu menjaga kondisi badannya dengan Misal :
Lama olahraga : x
olahraga rutin akan membakar kalori. Lama (rentang
Kalori yang terbakar : y
waktu) olahraga pun menjadi salah satu faktor berapa
Kalori yang
banyak kalori yang terbakar saat olahraga. Dengan lama Lama olahraga
terbakar
(menit), m
olahraga maksimal 35 menit dan jumlah kalori yang (kalori), k
10 300
terbakar maksimum ialah 550 kalori. Tentukan persamaan
15 350
yang menunjukkan hubungan antara lama berolahraga
20 400
dengan banyaknya kalori yang terbakar!
25 450
30 500
35 550

Ambil 2 baris diatas

a. x = 10 dan y = 300
b. x = 15 dan y = 350

Rumus fungsi → 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏

(10, 300)→ 10𝑎 + 𝑏 = 300 ………(1)


(15, 350)→ 15𝑎 + 𝑏 = 350 ………(2)
6
Cara Eliminasi
 Eliminasi persamaan 1 dan persamaan 2 untuk menentukan nilai a
10𝑎 + 𝑏 = 300
15𝑎 + 𝑏 = 350 _
−5𝑎 = −50
−50
𝑎=
−5
𝑎 = 10
 Eliminasi persamaan 1 dan persamaan 2 untuk menentukan nilai a
10𝑎 + 𝑏 = 300 (×3)
15𝑎 + 𝑏 = 350 (×2)

30𝑎 + 3𝑏 = 900
30𝑎 + 2𝑏 = 700 _
𝑏 = 200
Masukkan nilai a dan nilai b ke persamaan 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏 → 𝑦 = 10𝑥 + 200

Cara Substitusi
10𝑎 + 𝑏 = 300 → 𝑏 = 300 − 10𝑎
15𝑎 + 𝑏 = 350 → 𝑏 = 350 − 15𝑎
 Subtitusi persamaan 1 ke persamaan 2
𝑏 = 350 − 15𝑎
300 − 10𝑎 = 350 − 15𝑎
300 − 350 − 10𝑎 + 10𝑎 = 350 − 350 − 15𝑎 + 10𝑎
−50 = −5𝑎
−50
𝑎=
−5
𝑎 = 10
 Subtitusi nilai a ke persamaan 2
𝑏 = 350 − 15𝑎
𝑏 = 350 − 15(10)
𝑏 = 350 − 150
𝑏 = 200
6
Masukkan nilai a dan nilai b ke persamaan 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏 → 𝑦 = 10𝑥 + 200
Jadi persamaannya ialah 𝑦 = 10𝑥 + 200

2 Dilla membeli dua gelas susu dan dua donat dengan total Misal
harga Rp.66.000,00. Sedangkan Zeni membeli empat gelas Susu = x
Donat = y
susu dan tiga donat dengan total harga Rp.117.000,00. Maka persamaannya ialah
Tentukan harga segelas susu! 2𝑥 + 2𝑦 = 66.000 → 𝑥 + 𝑦 = 33.000
4𝑥 + 3𝑦 = 117.000
Cara Substitusi
 Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2
𝑥 + 𝑦 = 33.000 → 𝑦 = 33.000 − 𝑥
4𝑥 + 3(33.000 − 𝑥 ) = 117.000
4𝑥 + 99.000 − 3𝑥 = 117.000
𝑥 + 99.000 = 117.000
𝑥 = 117.000 − 99.000
𝑥 = 18.000
Cara Eliminasi
 Eleminasikan persamaan 1 dan persamaan 2
𝑥 + 𝑦 = 33.000 (× 3)
4𝑥 + 3𝑦 = 117.000 (× 1)
3𝑥 + 3𝑦 = 99.000
4𝑥 + 3𝑦 = 117.000 _
−𝑥 = −18.000
𝑥 = 18.000
Jadi harga segelas susu ialah Rp. 18.000,

Cara Grafik
Tentukan titik potong dari kedua persamaan tersebut
 𝑥 + 𝑦 = 33.000
Jika 𝑥 = 0 Jika 𝑦 = 0
𝑥 + 𝑦 = 33.000 𝑥 + 𝑦 = 33.000
0 + 𝑦 = 33.000 𝑥 + 0 = 33.000
6
𝑦 = 33.000 𝑥 = 33.000
(𝑥, 𝑦) → (0, 33.000) (𝑥, 𝑦) → (33.000, 0)

 4𝑥 + 3𝑦 = 117.000
Jika 𝑥 = 0 Jika 𝑦 = 0
4𝑥 + 3𝑦 = 117.000 4𝑥 + 3𝑦 = 117.000
4(0) + 3𝑦 = 117.000 4𝑥 + 3(0) = 117.000
3𝑦 = 117.000 4𝑥 = 117.000
117.000 117.000
𝑦= 𝑥=
3 4
𝑦 = 39.000 𝑥 = 39.000
(𝑥, 𝑦) → (0, 0) (𝑥, 𝑦) → (39.000, 0)
39.00 rsebut ialah sebagai berikut
Grafik dari persamaan te

ka terdapat dua garis persamaan linear dua variabel yang


Dari grafik teresebut magga menghasilkan titik potong baru dengan titik potongnya
saling berpotongan sehinSehingga harga satu susu ialah Rp. 18.000,
ialah (18.000, 15.000)
3 Hadi membeli dua T-shirt dan sebuah sweater di pasar Misal
T-Shirt = x
dengan total harga Rp.300.000,00. Ketika sampai di rumah,
Sweater = y
dia menyesal karena salah satu T-shirt yang dia beli Sehingga SPLDV ialah
2𝑥 + 𝑦 = 300.000 → 𝑦 = 300.000 − 2𝑥
jahitannya rusak. Dia memutuskan untuk menukar T-shirt
𝑦 − 𝑥 = 60.000 → −𝑥 + 𝑦 = 60.000
untuk sebuah sweater. Akhirnya Hadi menukarkan T-
Cara Substitusi
shirtnya, namun dia harus membayar Rp.60.000,00 lagi
 Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2
karena sweater lebih mahal daripada T-shirt. Berapakah 𝑦 − 𝑥 = 60.000
6
harga masing-masing barang yang dibeli Hadi? Jelaskan 300.000 − 2𝑥 − 𝑥 = 60.000
300.000 − 3𝑥 = 60.000
alasanmu!
−3𝑥 = 60.000 − 300.000
−3𝑥 = −240.000
−240.000
𝑥=
−3
𝑥 = 80.000

 Substitusikan nilai x ke persamaan 2


𝑦 − 𝑥 = 60.000
𝑦 − 80.000 = 60.000
𝑦 = 60.000 + 80.000
𝑦 = 140.000
Cara Eleminasi
 Eleminasikan persamaan 1 dan persamaan 2 untuk menentukan nilai x
2𝑥 + 𝑦 = 300.000
−𝑥 + 𝑦 = 60.000 _
3𝑥 = 240.000
240.000
𝑥=
3
𝑥 = 80.000

 Eleminasikan persamaan 1 dan persamaan 2 untuk menentukan nilai y


2𝑥 + 𝑦 = 300.000 (×1)
−𝑥 + 𝑦 = 60.000 (×2)
Sehingga
2𝑥 + 𝑦 = 300.000
−2𝑥 + 2𝑦 = 120.000 +
3𝑦 = 420.000
420.000
𝑦=
3
𝑦 = 140.000
6

Cara Grafik
Jika 𝑥 = 0 Jika 𝑦 = 0
2𝑥 + 𝑦 = 300.000 2𝑥 + 𝑦 = 300.000
2(0) + 𝑦 = 300.000 2𝑥 + 0 = 300.000
𝑦 = 300.000 2𝑥 = 300.000
(𝑥, 𝑦) → (0, 300.000) 300.000
𝑥=
2
𝑥 = 150.000
(𝑥, 𝑦) → (150.000, 0)

Jika 𝑥 = 0 Jika 𝑦 = 0
−𝑥 + 𝑦 = 60.000 −𝑥 + 𝑦 = 60.000
(0) + 𝑦 = 60.000 −𝑥 + 0 = 60.000
𝑦 = 60.000 −𝑥 = 60.000
(𝑥, 𝑦) → (0, 60.000) 𝑥 = −60.000
(𝑥, 𝑦) → (−60.000, 0)
Grafik dari persamaan tersebut ialah sebagai berikut

Dari grafik teresebut maka terdapat dua garis persamaan linear dua variabel yang
saling berpotongan sehingga menghasilkan titik potong baru dengan titik potongnya
ialah (80.000, 140.000)
6

Jadi, harga sweater Rp.140.000 dan harga T-shirt Rp.60.000

4 Wahyu dan Puteri membeli buku tulis dan bolpoin dengan Misal
Buku tulis : x
merek dan di toko yang sama. Wahyu membeli 4 buku tulis
Bolpoin : y
dan 2 bolpoin harus membayar Rp.34.000,00. Sedangkan
Sehingga SPLDV-nya ialah:
Puteri membeli 3 buku tulis dan 1 bolpoin seharga
4𝑥 + 2𝑦 = 34.000 → 2𝑥 + 𝑦 = 17.000
Rp.23.000,00. Apabila Dwi membeli 5 buku tulis dan 7 3𝑥 + 𝑦 = 23.000
Cara Substitusi
bolpoin yang sama. Berapakah uang yang harus dibayar
 Substitusikan persamaan 2 ke persamaan 1
oleh Dwi? 3𝑥 + 𝑦 = 23.000 → 𝑦 = 23.000 − 3𝑥
. 2𝑥 + 𝑦 = 17.000
2𝑥 + (23.000 − 3𝑥) = 17.000
−𝑥 + 23.000 = 17.000
−𝑥 = 17.000 − 23.000
−𝑥 = −6.000
𝑥 = 6.000

 Substitusikan nilai x ke persamaan 1


2𝑥 + 𝑦 = 17.000
2(6.000) + 𝑦 = 17.000
12.000 + 𝑦 = 17.000
12.000 + 𝑦 = 17.000
𝑦 = 17.000 − 12.000
𝑦 = 5.000

 Substitusikan nilai x dan nilai y ke persamaan 5x + 7y


5𝑥 + 7𝑦 = 5(6.000) + 7(5.000)
= 30.000 + 35.000
= 65.000
6
Cara Eliminasi
 Eliminasikan persamaan 1 dan persamaan 2
2𝑥 + 𝑦 = 17.000
3𝑥 + 𝑦 = 23.000 _
−𝑥 = −6.000
𝑥 = 6.000

2𝑥 + 𝑦 = 17.000 (×3)
3𝑥 + 𝑦 = 23.000 (×2)

6𝑥 + 3𝑦 = 51.000
6𝑥 + 2𝑦 = 46.000 _
𝑦 = 5.000
Cara Grafik
 2𝑥 + 𝑦 = 17.000
Jika 𝑥 = 0 Jika 𝑦 = 0
2𝑥 + 𝑦 = 17.000 2𝑥 + 𝑦 = 17.000
2(0) + 𝑦 = 17.000 2𝑥 + 0 = 17.000
𝑦 = 17.000 2𝑥 = 17.000
(𝑥, 𝑦) → (0, 17.000) 17.000
𝑥=
2
𝑥 = 8.500
(𝑥, 𝑦) → (8.500, 0)
 3𝑥 + 𝑦 = 23.000
Jika 𝑥 = 0 Jika 𝑦 = 0
3𝑥 + 𝑦 = 23.000 3𝑥 + 𝑦 = 23.000
3(0) + 𝑦 = 23.000 3𝑥 + 0 = 23.000
𝑦 = 23.000 3𝑥 = 23.000
(𝑥, 𝑦) → (0, 23.000) 23.000
𝑥=
3
𝑥 = 7.677,7
(𝑥, 𝑦) → (7.677,7, 0)
Grafik dari persamaan tersebut ialah sebagai berikut
6

Dari grafik tersebut maka terdapat dua garis persamaan linear dua variabel yang
saling berpotongan sehingga menghasilkan titik potong baru dengan titik potongnya
ialah (6.000, 5.000)

 Substitusikan ke persamaan 5𝑥 +
7𝑦 5𝑥 + 7𝑦 = 5(6.000) +
7(5.000)
= 30.000 + 35.000
= 65.000

Jadi, Uang yang harus dibayar oleh Dwi untuk membeli 5 buku tulis dan 7 bolpoin
ialah Rp.65.000,
5 . Dalam suatu pertunjukkan ketoprak humor, terjual karcis Misal
Karcis Kelas I : x
kelas I dan kelas II sebanyak 500 lembar. Harga karcis
Karcis Kelas II : y
kelas I Rp.5.000 dan karcis kelas II Rp.3.000. Jika hasil
Sehingga SPLDV-nya ialah:
penjualan seluruh karcis adalah Rp.1.900.000, tentukan
𝑥 + 𝑦 = 500
banyak karcis masing-masing kelas yang terjual! 5000𝑥 + 3000𝑦 = 1.900.000 → 5𝑥 + 3𝑦 = 1.900
Cara Substitusi
 Substitusi persamaan 1 ke persamaan 2
7
𝑥 + 𝑦 = 500 → 𝑦 = 500 − 𝑥
5𝑥 + 3(500 − 𝑥 ) = 1900
5𝑥 + 1500 − 3𝑥 = 1900
2𝑥 = 400
𝑥 = 200
 Substitusi nilai ke persamaan 2
x
𝑥 + 𝑦 = 500
200 + 𝑦 = 500 − 200
𝑦 = 500
𝑦 = 300
Cara Eleminasi rsamaan 1 dan persamaan 2 untuk dapatkan nilai
 Eliminasikan pe x (×3)
𝑥 + 𝑦 = 500 (×1)
5𝑥 + 3𝑦 = 1.900
3𝑥 + 3𝑦 = 1.500 _
5𝑥 + 3𝑦 = 1.900
−2𝑥 = −400
−400
𝑥=
−2
𝑥 = 200 rsamaan 1 dan persamaan 2 untuk dapatkan nilai
 Eliminasikan pe y (×5)
𝑥 + 𝑦 = 500 (×1)
5𝑥 + 3𝑦 = 1.900
5𝑥 + 5𝑦 = 2.500 _
5𝑥 + 3𝑦 = 1.900
2𝑦 = 600
600
𝑦=
2
𝑦 = 300
Cara Grafik
 𝑥 + 𝑦 = 500 Jika 𝑦 = 0
Jika 𝑥 = 0
𝑥 + 𝑦 = 500 𝑥 + 𝑦 = 500
0 + 𝑦 = 500 𝑥 + 0 = 500
7
𝑦 = 500 𝑥 = 500
(𝑥, 𝑦) → (0, 500) (𝑥, 𝑦) → (500, 0)

 5𝑥 + 3𝑦 = 1900
Jika 𝑥 = 0 Jika 𝑦 = 0
5𝑥 + 3𝑦 = 1900 5𝑥 + 3𝑦 = 1900
5(0) + 3𝑦 = 1900 5𝑥 + 3(0) = 1900
0 + 3𝑦 = 1900 5𝑥 + 0 = 1900
3𝑦 = 1900 5𝑥 = 1900
1900 1900
𝑦= 𝑥=
3 5
𝑦 = 633,3 𝑥 = 380
(𝑥, 𝑦) → (0, 633,3) (𝑥, 𝑦) → (380,0)
Grafik dari persamaan tersebut ialah sebagai berikut

Dari grafik teresebut maka terdapat dua garis persamaan linear dua variabel yang
saling berpotongan sehingga menghasilkan titik potong baru dengan titik
ialah (200, 300) potongnya

Jadi, karcis I yang ter


jual 200 tiket dan karcis II yang terjual 300 tiket
7

Lampiran 2: Surat Izin Observasi


7

Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Observasi

Anda mungkin juga menyukai