Jurnal Hasil Observasi Maria Ulfa DKK
Jurnal Hasil Observasi Maria Ulfa DKK
A. Pendahuluan
Menghafal kitab suci Al-Qur’an merupakan salah satu aktivitas yang dapat
mendekatkan diri dengan kalamullah. Al-Qur’an mengajarkan tentang bagaimana
manusia menjalani hidup, seperti dalam perihal persoalan kehidupan, mengelola hawa
nafsu, bermuamalah, kepedulian sosial dan kepribadian. Tidak dapat dimungkiri
bahwa Al-Qur’an adalah pedoman bagi setiap etape hidup seluruh manusia.
Mengamalkannya adalah kemestian sedangkan abai akan petunjuknya hanya akan
mengantarkan pada keterbelakangan. 1
Al-Qur’an juga lebih mudah dihafalkan daripada kitab lainnya, karena terdapat
mukjizat kemudahan dalam menghafalkan ayatayat Al-Qur’an. Al-Qur’an dapat
dihafal oleh seluruh kalangan tanpa batas usia, semua memiliki peluang yang sama,
bahkan yang memiliki keterbatasan dalam penglihatanpun bisa hafal. Hafalan Al-
Qur’an juga mudah hilang jika tidak dipelihara.
Penghafal Al-Qur’an sudah seyogyanya memahami ayat-ayat yang
dihafalkannya dengan berperilaku baik serta menjaga diri dari perkara yang dilarang
Al-Qur’an.2 Terjaga orisinalitasnya tidak seperti kitab yang lain. Sebagai umat Islam
kita dapat menjaga dan memelihara dengan cara menghafalkan Al-Qur’an. Dengan
adanya penghafal Al-Qur’an dari berbagai kalangan tentunya akan semakin terjaga
pula dari generasi ke generasi berikutnya.
Perkembangan teknologi yang kian pesat memiliki dampak buruk jika kita
tidak dapat mengelola dengan baik apa yang mendominasi dan menjadi kebiasaan
dalam keseharian. Fenomena dan alkuturasi budaya yang tersebar dari media sosialpun
1
Adi Hidayat. Metode At-Taisir 30 Hari Hafal Al-Qur’an. (Institut Quantum Akhyar. 2020).h.231
2
Syahrir, M. I. Kurikulum Adab Penghafal Al- Qur ’ an Perspektif Al-Ajurri. (Tawazun : Jurnal
Pendidikan Islam, 14(3), 2021).h. 195–206
1
memiliki dampak negatif bagi kepribadian dan akhlak peserta didik. Besar
kemungkinan peserta didik meniru fenomena tersebut yang pada dasarnya
menyeleweng dari ajaran Islam. Faktor pembentuk tingkah laku anak diantaranya
adalah lingkungan termasuk teman sejawat. Pada masa usia remaja ini figur orang tua
dan guru memiliki pengaruh dan peran penting terhadap perkembangan
peserta didik. 3
3
Kuswandi, S. H., Effendi,Dkk. Bimbingan Akhlak Pada Anak Melalui Sistem Halaqah Quran.
(Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, Dan Psikoterapi Islam, 8(2), 2020). 167–187.
4
Zakaria Firdaus Dan Achmad Hadi Wiyono. Pengaruh Menghafal Al Qur’an Terhadap
Pembentukan Akhlak Siswa. (Jurnal Samawat, 03(01), 2019),h. 79–91.
5
M. Oktapiani, Tingkat Kecerdasan Spiritual Dan Kemampuan Menghafal Al- Qur ’ An.
(Tahdzib Akhlak, 5(1), 2020).h.95
6
Sukino Dan Imron Muttaqin. Penguatan Akhlak Mulia Dalam Pembelajaran Tahfidz Al- Qur’an
Di Mts Ma’arif Binjai Hulu Sintang ( Perspektif Rekonstruksi Sosial ). (Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam,
07(01), 2019), h.125–156
2
Program tahfidzul Qur’an di sekolah dapat menjadi salah satu alternatif dalam
memfasilitasi peserta didik ketika menghafal dengan berbagai metode dan target
tertentu. SMP IT Ar- Risalah Sukoharjo merupakan sekolah yang menekankan pada
penerapan pembelajaran AlQur’an dan pembiasaan akhlak seharihari. Sekolah ini
menerapkan program tahfidzul Qur’an sebagai mata pelajaran pelengkap dari mata
pelajaran pendidikan agama Islam. Selain itu, untuk mendukung pengejewantahan
akhlak peserta didik terdapat pembiasaan amal ibadah rutin yang rekapannya tertera
pada rapor karakter. Berdasarkan pemaparan di atas dan fakta di lapangan, penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan program tahfidzul Qur’an
di SDN 13 KOTO BALINGKA.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan data ini ialah metode observasi
yang dimana kami langsung kelapangan serta dengan metode perpustakaan. Penelitian
ini kami laksanakan 1 hari di SDN 13 Koto Balingka, Air Runding. Datanya kami
dapatkan dari berbagai cara yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
C. Kajian Teori
1. Pembelajaran tahfidzul Qur’an
Kedua aspek tersebut akan bergabung menjadi satu kegiatan pada saat
terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa pada
saat pembelajaran berlangsung. Menurut penulis pembelajaran adalah suatu
proses belajar mengajar dengan adanya komunikasi Dua arah antara pihak guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Kata tahfiz merupakan bentuk masdar dari haffaza, asal dari kata hafiza-
yahfazu yang artinya “menghafal”. Hafiz menurut Quraisy Syihab terambil dari
7
Ibid,h.123
3
tiga huruf yang mengandung makna memelihara dan mengawasi. Dari makna ini
kemudian lahir kata menghafal, karena yang menghafal memelihara dengan baik
ingatannya. Juga makna “tidak lengah”, karena sikap ini mengantar kepada
keterpeliharaan, dan “menjaga”, karena penjagaan adalah bagian dari
pemeliharaan dan pengawasan.
8
Kokasih, S. dan A. (2022). Implementasi Metode Talaqqi dalam Menghafal Alquran.
AnNuha: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 88–95.
9
Abdul Qawi. (2017). Peningkatan Prestasi Belajar Hafalan AlQur’an Melalui Metode
Talaqqi di MTSN Gampong Teungoh Aceh Utara. Jurnal Ilmiah Islam Futura,
16(2), 265–283.
4
b. Metode Murajaah
Murajaah merupakan metode memperkuat ingatan dengan cara
mengulang kembali hafalan yang telah dihafalkan sebelumnya. Semakin kita
sering mengulang hafalan maka semakin kuat pula hafalan tersebut. Kegiatan
murajaah ini dulunya ada di jam KBM, namun sekarang diberikan waktu
sendiri di pagi hari sebelum KBM berlangsung mulai dari pukul 07.35 s.d
08.00 WIB. Murajaah ini bagi siswa putri dilakukan di aula, ada juga yang
ditempatkan di ruang kelas agar tidak terlalu bersahut-sahutan dalam
pelaksanaannya, untuk siswa putra bertempat di masjid.
Kemudian dikelompokkan sesuai dengan capaian hafalannya masing-
masing. Setiap paginya minimal murajaah seperempat juz semua yang sudah
dihafalkan. Terkadang peserta didik setelah juziyyah jarang di murajaah
hafalannya, kegiatan pagi murajaah ini dapat menjadi solusi agar rutin
murajaah hafalan-hafalan yang sudah dihafalkan semua. Murajaah ini
pelaksanaannya dalam sehari di samakan semua.
Jadi hari pertama murajaah secara bin-nazhar kemudian di hari
berikutnya bil-ghoib begitu seterusnya. Bin-nadhar yaitu membaca ayat Al-
Qur’an dengan teliti dan benar, yang akan dihafal dengan melihat mushaf Al-
Qur’an. 10Sedangkan bilghoib adalah fase setelah siswa sudah fasih membaca
secara bin-nadhar sehingga dapat membaca Al-Qur’an tanpa melihat mushaf.11
c. Metode Tilawah
Tilawah Al-Qur’an ialah membaca ayat suci Al-Qur’an dengan bacaan
yang benar dalam melafadzkan dan juga menampakkan huruf-hurufnya dengan
tartil.12Tilawah yang dilakukan dengan konsisten dapat membantu kelancaran
dalam menghafal. Ketika kita sering membaca dengan rutin atau
mengkhatamkan Al-Qur'an, maka ayat-ayat yang sulit atau terasa asing akan
menjadi lebih mudah dihafalkan.
10
Mubarokah, S. Strategi Tahfidz Al-Qur’an Mu’allimin dan Mua’allimat Nahdlatul Wathan. (Jurnal
Penelitian Tarbawi, 4(1), 2019), h.1–17
11
Damis dan Ahmad Syarif Hidayatullah Galib. Penerapan Metode Tahsin BinNadhar dan Tahfidz Bil-
Ghoib Terhadap Peningkatan Hafalan Santri. (Jurnal Pendais, 2(1), 2020), h.106–119
12
Rahmatsyah. Efektivitas Metode Tilawah dalam Menghafal Al-Qur’an di Rumah Qur’an Umar Bin
Khattab Bogor. (Fikrah: Journal Of Islamic Education, 5(1),2021), h.1–13
5
Kelancaran dalam membaca AlQur’an juga menjadi faktor utama dalam
menghafal kitab Al-Qur’an. Sekolah ini membiasakan peserta didiknya untuk
tilawah mandiri di rumah yang rekapannya terdapat di rapor amal yaumi.
Tilawah Qur’an untuk kelas 7 sebanyak 3 halaman, kelas 8 tilawah 5 halaman
dan kelas 9 tilawah 7 halaman setiap harinya.
D. Hasil Observasi
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain dari pada
metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat
yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuk dihafal.
Kemudian ayat tersebut dibaca sampai lancer dan benar, kemudian dihafalkannya.
c. Metode Sima‟i
Sima‟i artinya mendengar. Yang dimaksud metode ini adalah
mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan Sangat
efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat extra, terutama bagi penghafal
6
yang tuna netra atau anak-anak yang masíh dibawah umur yang belum mengenal
baca tulis Al-Qur‟an. Cara ini bisa mendengar dari guru atau mendengar melalui
kaset.
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan kitabah.
Hanya saja kitabah disini lebih mempunyai fungsional sebagai uji cobaterhadap
ayat-ayat yang telah dihafalnya. Prakteknya yaitu setelah menghafal kemudian
ayat yang telah dihafal ditulis, sehingga hafalan akan mudah diingat.
e. Metode Jama‟
Cara ini dilakukan dengan kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca
secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh 25 instruktur. Pertama si
instruktur membacakan ayatnya kemudian siswa atau siswi menirukannya secara
bersama-sama.
1) Media audio adalah media yang penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh
indra pendengaran. Pesan atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam lambang-lambang auditif yang berupa kata-kata, musik. Media audio disebut
juga sebagai media untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan dalam
bentuk lambang Media audio untuk pengajaran adalah bahan yang mengandung
pesan dalam bentuk auditif (pita suara, atau piringan suara), yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa. Berdasarkan pengembangan
pembelajaran, media audio dianggap sebagai bahan ajar yang ekonomis,
menyenangkan, dan mudah disiapkan dan digunakan oleh guru dan siswa. Materi
pelajaran dapat diurutkan penyajiannya, serta bersifat tetap, pasti, dan juga dapat
digunakan untuk media instruksional belajar secara mandiri
7
2) Media visual adalah semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang
bisa dinikmati lewat panca-indera mata. Media visual (image atau perumpamaan)
memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat
memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi
pelajaran dengan dunia nyata.Media Pembelajaran Visual adalah penggunaan
materi yang penyerapanya melalui pandangan. Media pembelajaran visual juga
adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepenerima pesan melalui media
penglihatan, sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
3) Media audio visual merupakan media yang dapat menyajikan gambar bergerak,
warna dan disertai penjelasan berupa tulisan dan suara. Penggunaan media audio
visual dalam proses pembelajaran merupakan salah satu perencanaan yang telah
seorang guru siapkan untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik dan dapat
memotivasi siswa dalam belajar. Audio visual akan menjadikan penyajian bahan
ajar kepada siswa semakin lengkap dan optimal.
8
implementasi dan relevansi antara kurikulum nasional, kebutuhan lingkungan sosial
dan dunia kerja serta kondisi sekolah yang bersangkutan. Kurikulum pada lembaga
Pendidikan merupakan kurikulum yang mengintegrasikan peserta didik dengan
lingkungan sekolah.
Guru Pembelajaran Tahfizd di SDN 13 Koto Balingka
1. RAHMIDA,S.Pd.I
2. YUSLINAR,S.Pd
E. Penutup
1. Kesimpulan
Penerapan tahfizul qur'an di SDN 13 Koto Balingka dilakukan setiap senin
sampai kamis jam 14:00 wib . Adapun metode yang digunakan ialah metode
wahdah, kitabah, gabungan, sima'I, jama'. Model yang digunakan ialah model
pembelajaran langsung. Sebagai penunjangnya guru menggunakan media seperti
media audio, visual dan audio visual.
2. Saran
Demikianlah hasil observasi kami ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca
dan halayak ramai. Kami menyadari bahwa dalam penulisannya masih terdapat
banyak kesalahan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik maupun saran yang
membangun guna untuk perbaikan laporan selanjutnya.
F. Daftar Pustaka
Damis dan Syarif Hidayatullah Galib Ahmad. (2020). Penerapan Metode Tahsin
BinNadhar dan Tahfidz Bil-Ghoib Terhadap Peningkatan Hafalan Santri. Jurnal
Pendais, 2(1)
Firdaus, Zakaria dan Hadi Wiyono, Achmad. (2019). Pengaruh menghafal al qur’an
terhadap pembentukan akhlak siswa. Jurnal Samawat, 03(01)
Hidayat, Adi. (2020). Metode At-Taisir 30 Hari Hafal Al-Qur’an. Institut Quantum
Akhyar.
M. I. Syahrir, (2021). Kurikulum Adab Penghafal Al- Qur ’ an Perspektif Al-Ajurri.
Tawazun Jurnal Pendidikan Islam, 14(3)
Oktapiani, M. (2020). Tingkat Kecerdasan Spiritual Dan Kemampuan Menghafal
Al- Qur ’ An. Tahdzib Akhlak, 5(1)
Qawi, Abdul. (2017). Peningkatan Prestasi Belajar Hafalan AlQur’an Melalui Metode
Talaqqi di MTSN Gampong Teungoh Aceh Utara. Jurnal Ilmiah Islam Futura,
16(2)
9
Rahmatsyah. (2021). Efektivitas Metode Tilawah dalam Menghafal Al-
Qur’an di Rumah Qur’an Umar Bin Khattab Bogor. Fikrah: Journal Of Islamic
Education, 5(1)
S. Kokasih, dan A. (2022). Implementasi Metode Talaqqi dalam Menghafal Alquran.
AnNuha: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1)
S. H., Kuswandi, Effendi, Dkk. (2020). Bimbingan Akhlak pada Anak melalui Sistem
Halaqah Quran. Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, Dan
Psikoterapi Islam, 8(2)
S. Mubarokah, (2019). Strategi Tahfidz Al-Qur’an Mu’allimin dan Mua’allimat
Nahdlatul Wathan. Jurnal Penelitian Tarbawi, 4(1)
Sukino dan Muttaqin, Imron. (2019). Penguatan Akhlak Mulia Dalam
Pembelajaran Tahfidz Al- Qur’an Di Mts Ma’arif Binjai Hulu Sintang (
Perspektif Rekonstruksi Sosial ). Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam,
07(01)
10