Anda di halaman 1dari 6

PERIZINAN USAHA PERIKANAN

PENDAHULUAN

Yth.
1. Kepala..............
2. Bapak/ibu Narasumber
3. Kepala desa................
Singkatnya kita semua yang hadir pada kesempatan ini
SELAMAT PAGI....................................

Pertama2 patut kita panjatkan kehadirat TYME, kerena atas limpahan rahmatnya
maka kita masih diberi kesempatan untuk hadir pada kegiatan kita hari ini.

Sebelum kita masuk pada materi inti kita pada hari ini, ada baiknya saya
memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Nama saya..........................
Jabatan..........................

Materi yang akan saya sampaikan pada kegiatan kita hari ini adalah perizinan usaha
perikanan. Dari judul saja kita bisa prediksi pastinya bapak/ibu yang hadir mungkin
selama ini mendiskusikan tentang hal ini. Mungkin pertanyaan yang selalu muncul
adalah kenapa kita mau tangkap ikan, pelihara ikan, angkut ikan dan olah ikan tapi
harus ada izin dulu dipemerintah?????
Jawabannya adalah salah satu cara untuk mempertahnkan kelestarian dan
keberlanjutan sumberdaya ikan adalah dengan pengendalian melalui perizinan.
Karena berdasarkan Uu RI no 45 tahun 2009 tentang perubahan atas UURI nomor
31 Tahun 2004 Tentang perikanan mengarisbawahi kalau perizinan usaha
perikanan disamping sebagai fungsi penegndalian juga sebagai fungsi kontrol dan
pembinaan usaha perikanan dan memberikan kepastian hukum saat berusaha.
Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu
Kabupaten yang terletak di Pulau Flores, dimana secara administratif wilayah
disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ende, sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Flores Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu
dan sebelah utara dengan Laut Flores. Secara administratif pemerintahan terdiri
dari 12 Kecamatan dan 160 Desa/Kelurahan. Dari 160 Desa/Kelurahan ada 66
Desa yang tergolong Desa Pantai.
Luas wilayah Kabupaten Sikka secara keseluruhan ± 7.553,24 km 2 yang
terdiri dari luas wilayah daratan 1.731,91 km 2 dan wilayah lautan 5.821,33 km 2
atau luas wilayah lautan mencapai 77,07 % dengan panjang garis pantai
mencapai 379,30 km. Dengan luas wilayah lautan dan panjang garis pantai yang
ada terkandung potensi sumberdaya perikanan dan pesisir yang cukup
menjanjikan serta merupakan tumpuan harapan dari masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Sikka di masa depan.
Dengan melihat potensi yang ada, maka peluang untuk memanfaatkan
sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Sikka sangatlah besar dalam bidang
perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pengolahan hasil perikanan.
Kebijakan pembangunan usaha perikanan diarahkan untuk mendukung tiga
pilar pembangunan nasional, yakni Pro Poor (Program Penanggulangan
Kemiskinan), Pro Job (Program Penciptaan Lapangan Kerja) dan Pro Growth
(Program Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi).
Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pemanfaatan
sumber daya ikan (SDI) diarahkan untuk sebesar besarnya kemakmuran dan
kesejahteraan bangsa Indonesia. Namun demikian dalam memanfaatkan SDI
tersebut harus senantiasa menjaga kelestariannya dan harus dilaksanakan
secara rasional. Beragamnya pelaku usaha mulai dari perorangan, koperasi,
sampai dengan perusahaan besar berkonsekuensi pada tingkat pengetahuan
dan pemahaman tentang peraturan-peraturan baik di bidang perizinan perikanan
tangkap, budidaya maupun pengolahana hasil perikanan. Untuk maksud
tersebut diatas, maka dDinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sikka pada
Tahun Anggran 2014 melaksanakan kegiatan Penyuluhan Hukum dalam
Pendayagunaan Sumberdaya laut di 5 (lima) lokasi yang tersebar wilayah
Kabupaten Sikka yang menjadi kewenangannya.
Kegiatan ini juga bertujuan agar setiap orang/nelayan atau pelaku usaha
dibidang perikanan dapat memahami setiap peraturan perudangan-undangan
yang berlaku dalam rangka melaksanakan kegiatannya. Adanya pemahaman
terhadap setiap peraturan perundang-nudangan dimaksud diharapkan dapat
meminimalisir kemungkinan kesalahpahaman di lapangan, dan bagi para pelaku
usaha dapat meningkatkan efisiensi usahanya sehingga terhindar dari high cost
yang diakibatkan ketidaktahuan prosedur dalam rangka melakukan usahanya
dibidang perikanan. Materi kegiatan dimaksud mencakup hal-hal yang baru
mengenai kebijakan perizinan termasuk alokasi usaha, verifikasi dokumen,
pelayanan dokumen perizinan, pungutan perikanan, pelaksanaan cek fisik kapal
perikanan, serta pemantauan dan evaluasi di bidang usaha perikanan.

Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pemanfaatan sumber


daya ikan (SDI) diarahkan untuk sebesar besarnya kemakmuran dan kesejahteraan
bangsa Indonesia. Namun demikian dalam memanfaatkan SDI tersebut harus senantiasa
menjaga kelestariannya dan harus dilaksanakan secara rasional. Salah satu cara untuk
menjaga kelestariannya dilakukan dengan pengendalian usaha perikanan melalui
perizinan.
Fungsi Perizinan Usaha Perikanan selain untuk menjaga kelestarian
sumberdaya ikan juga untuk control dan pembinaan dunia usaha perikanan,
memberikan kepastian usaha dan memberikan perlindungan terhadap kegiatan usaha.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; mewajibkan kepada setiap
orang yang melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan,
pengangkutan, pengolahan dan pemasaran ikan di wilayah pengelolaan RI wajib
memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), dan yang mengoperasikan kapal penangkap
ikan/pengangkut wajib memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin
PengangkutanIkan (SIKPI).

Perizinan adalah instrumen pengendalian kegiatan usaha penangkapan ikan untuk mencapai
tujuan Pengelolaan Perikanan tersebut

TUJUAN PENGELOLAAN PERIKANAN


(UU No. 45 Thn 2009 Ttg PA UU RI No. 31/2004 tentang Perikanan) ADALAH :
 Sumberdaya ikan lestari
 Tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan

DASAR HUKUM
1. PERIZINAN USAHA PERIKANAN TANGKAP
a. Undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31
tahun 2004 tentang perikanan
b. Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (CATAN : BACA
LAMPIRAN)
c. Undang-undang nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan (CATATAN: BACA)
d. Undang-undang nomor 7 tahun 2016 tentang Perlindungan Nelayan (CATATAN : BACA)
e. PP-RI nomor 52 tahun 2002 tentang Usaha Perikanan (CATATAN : BACA)
f. Peraturan menteri Kelautan dan Perikanan nomor 57 tahun 2014 tentang Perubahan Kedua
Atas Permen-KP nomor 30 tahun 2012 tentang Usaha perikanan tangkap di WPPNRI (Baca)
g. Permen-KP nomor :42 tahun 2014 tentang Perubahan Keempat Permen-KP nomor 02 tahun
2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan, Penempatan Alat Penangkap Ikan dan Alat Bantu
Penangkapan Ikan
h. Permen-KP nomor :18 tahun 2014 tentang WPPN-RI
i. Permen-KP nomor :26 tahun 2014 tentang Rumpon
j. Permen-KP nomor :1 tahun 2017 tentang SLO

2. PERIZINAN USAHA PERIKNAN BUDIDAYA


a. Undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31
tahun 2004 tentang perikanan
b. Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (CATAN : BACA
LAMPIRAN)
c. Undang-undang nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan (CATATAN: BACA)
d. Undang-undang nomor 7 tahun 2016 tentang Perlindungan Nelayan (CATATAN : BACA)
e. PP-RI nomor 52 tahun 2002 tentang Usaha Perikanan (CATATAN : BACA)
f. Permen-KP nomor :49 tahun 2014 tentang Usaha Budidaya Perikanan
g. PER 05 MEN 2009 Tentang Skala Usaha di Bidang Pembudidayaan Ikan
h. KEPMEN No.02 2007-TTG CARA BUDIDAYA YG BAIK
3. PERIZINAN USAHA PERIKNAN PEMBELIAN DAN Pengumpulan Hasil

a. Undang-undang nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31


tahun 2004 tentang perikanan
b. Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (CATAN : BACA
LAMPIRAN)
c. Undang-undang nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan (CATATAN: BACA)
d. Undang-undang nomor 7 tahun 2016 tentang Perlindungan Nelayan (CATATAN : BACA)
e. PER 18 MEN 2006 Tentang Skala Usaha Pengolahan Hasil Perikanan
f. Permen-KP nomor :1 tahun 2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu Dan Keamanan Hasil
Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan Dan Distribusi
III. JENIS IZIN

1. USAHA PERIKANAN TANGKAP

a. SIUP-P (psl 11 ayat 1.... wajib SIUP)


b. SIPI ( Pasal 13 ayat 1 .... 1 tahun
c. SIKPI ( pasal 13 ayat 2.... 1 tahun
2. USAHA PERIKANAN BUDIDAYA
a. SIUP-B ( pasal 11 ayat 1) masa berlaku 5 tahu dan dapat diperpanjang
3. Usaha PEMBELIAN DAN PENGUMPULAN HASIL
a. SIUP- PEMBELIAN DAN PENGUMPULAN HASIL

IV. KEWENANGAN PEMBERI IZIN USAHA PERIKANAN

1. USAHA PERIKANAN TANGKAP

a. Pusat
b. Provinsi
c. Kabupaten
2. JENIS IZIN USAHA PERIKANAN BUDIDAYA
a. Pusat
b. Provinsi
c. Kabupaten
V. PERSYARATAN

VI. MASA BERLAKU IZIN

a. SIUP
b. SIPI
c. SIKPI
d. SIUP-B
e. SIUP PEMBELIAN DAN PENGUMPULAN HASIL

VII. TINDAK PIDANA

Pasal 92
Setiap orang yng dengan sengaja di WPRI melakukan kegiatan di bidang perikanan tangkap,
budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil tidak memiliki SIUP dipidana dengan Pidana Penjara 8
Tahun dan denda 1,5 M

Pasal 93
Setiap orang yang memiliki dan /atau mengoperasikan kapal penangkap ikan di WPRI tidak memiliki
SIPI P dipidana dengan Pidana Penjara 6 Tahun dan denda 2 M

Pasal 94
Setiap orang yang memiliki dan /atau mengoperasikan kapal Pengangkut ikan di WPRI tidak memiliki
SIKPI dipidana dengan Pidana Penjara 5 Tahun dan denda 1,5 M
Pasal 26
Kewajiban memiliki SIUP (tangkap, Budidaya, Pemasaran dan Pengolahan hasil

Pasal 27
Kewajiban memiliki SIPI

Pasal 28
Kewajiban memiliki SIKPI

Anda mungkin juga menyukai