Anda di halaman 1dari 21

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anatomi dan Fisiologi Sistem


1. Anatomi Sistem

Gambar 2. 1 Anatomi Paru

Sumber : (Tampi JA, 2017)

Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada bagian atas,
bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh mediastinum yang berisi
jantung dan pembuluh darah. Paru kanan mempunyai tiga lobus yang dipisahkan oleh fissura
obliqus dan horizontal, sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua lobus yang dipisahkan
oleh fissura obliqus. Setiap lobus paru memiliki bronkus lobusnya masing-masing. Paru
kanan mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan paru kiri mempunyai sembilan segmen
(Syaifuddin, 2011).

2. Fisiologis Sistem
Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan elastis,
dikenal sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi rongga dada
dikenal sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat cairan pleura yang
berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura bergerak selama bernafas dan
untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Selain itu
rongga pleura juga berfungsi menyelubungi struktur yang melewati hilus keluar
masuk dari paru. Paru dipersarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal
tiap paru. Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut simpatis (dari truncus simpaticus)
dan serabut parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut eferen dari pleksus ini
mempersarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari membran mukosa
bronkioli dan alveoli (National Cancer Institute, 2015).
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-
paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-
paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Fungsi utama paru-paru
yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut
bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon
dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan
tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi pernafasan harus tetap dapat
memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut. Fungsi utama paru-
paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut
bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan (Guyton, 2007).
B. Definisi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud
dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
(karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma). Kanker paru merupakan penyebab
utama keganasan di dunia, mencapai hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker.
Selain itu, kanker paru juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker
pada laki-laki.
Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada
tahun 2007 dan 160.390 kematian akibat kanker paru. Berdasarkan data WHO, kanker
paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak
kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan Kanker paru juga merupakan
penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada lakilaki dan kedua pada perempuan.
Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan
tapi merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Data hasil
pemeriksaan di laboratorium Patalogi Anatomi RSUP Persahabatan kanker paru
merupakan lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa. Data
registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa
kanker trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria
(13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%) dan merupakan penyebab kematian
akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).
C. Etiologi

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor
risiko penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):

a. Merokok

Rokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh
kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok.

b. Perokok pasif

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak


merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker
paru meningkat dua kali.

c. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker
paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan.

d. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.
Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh
kali lebih besar daripada masyarakat umum.

e. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen- gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.

f. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.

g. Metastase dari organ lain

Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.
Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat
imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-
paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,
yang sebelumnya dapat menyebar di area payudara, ovarium, usus, dan lain-
lain.

D. Patofisiologi

Sel-sel dri kanker itu dibentuk dari sebuah sel-sel yang normal di dalam suatu
proses yang sangat rumit yang bisa disebut juga dengan transformasi, yang juga
terdapat dari setiap inisiasi dan promosi:

1) Fase Insiasi
Pada tahap pertama yaitu insiasi akan terjadi sebuah perubahan di dalam bahan yang
genetic sel yang sering memancing sel itu menjadi sangat ganas. Perubahan yang ada
di dalam bahan yang genetic sel ini sering disebabkan oleh salah satu agen yang
bisadisebut karsinogen, yang juga bisa berupa bahan yang ber kimia virus, atau bisa
juga radiasi/ (penyinaran) dari sinar matahari. Tetapi tidak juga semua sel yang
memiliki kepekaan yang sama semuanya terhadap suatu karsinogen. Maka Kelainan
genetic di dalam sel atau bahan kimia lainnya disebut dengan promotor, akan
menyebabkan sel yang lebih rentan terhadap salah suatu karsinogen.dan juga Bahkan
gangguan fisik yang sudah menahunpun juga bisa membuat sel menjadi akan lebih
pekasekali untuk mengalami gangguan suatu keganasan
2) Fase Promosi
Pada tahap kedua ini yaitu promosi, salah satu sel yang sudah mengalamifase insiasi
akan bisa berubah unutk menjadi ganas. Sel ini yang belum mampu melewati tahap
pertama insiasi maka tidak akan bisa terpengaruh pleh promosi. Karna itu diperlukan
beberapa factor untuk terjdainya keganasan atau (gabungan dari semua sel yang
sudah peka dan pada suatu karsinogen) (wijaya, 2013)

Patway
E. Manifestasi klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis.Bila
sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium lanjut.

a. Gejala dapat bersifat local( tumor tumbuh setempat) :


a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b) Hemoptisis
c) Mengi(wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

b. Invasi local
a) Nyeri dada
b) Dispnea karena efusi pleura
c) Sindrom vena cava superior

c. Gejala penyakit metastasi


a) Pada otak, tulang, hati, adrenal
b)Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)

d. Sindrom paraneoplastik( terdapat pada 10 % kanker paru ) dengan gejala :


a) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b) Hematologi : leukositosi, anemia
c) Neurologic : ataksia, tremor
d) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid ( hiperkalasemia )

e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis


a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
b) Kelainan berupa nodul soliter.

f. Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul, metastase


1) T :
T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun
berjarak lebih dari 2cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.
T2 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina
dan atau disertai efusi pleura.
N0 : tidak didapatkan perjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain
F. Pemeriksaan Penunjang

a. CT-scan dan MRI


Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan fotodada PA karena
dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI dilakukan untuk mengetahui
penyebaran tumor ke tulang belakang.

b. Foto dada secara postero-anterior

Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah hilus atau
parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps didaerah peripleura dan
pembesaran mediastinum.

c. Pemeriksaan sitologi sputum

Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan seperti
batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena ia
tergantung dari :

a) Letak tumor terhadap bronkus

b) Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar)

Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostic kanker paru dapat dilakukan pada cairan
pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal, supraklavikula, bilasan dan sikatan
bronkus pada bronkoskopi.

d. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan diagnosis kanker


paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui
bronkoskopi,biopsi,transtorakal,torakoskopi,mediastinoskopi dan torakotomi. Hasil
pemeriksaan dapat mengklasifikasikan tipekanker. SCLC ditandai dengan
gambaran yang khas dari sel kecil mirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit
dalam sarang-sarang atau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular.
Pada SCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang berkeratin yang
berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik dengan beberapa fokus
diferensiasi.Pada adenokarsinoma ditandai dengan sel-sel kanker berbentuk sel
kelenjar dengan produksi musin dan dikelilingi dengan jaringan desmoplastik di
sekitarnya.Sedangkan pada karsinoma sel besar menunjukkan gambaran histologi
yang aneh dan tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk skuamosa
dan glandular dengan diferensiasi buruk dengan seldatia, sel jernih dan varian sel
berbentuk kumparan di dalamnya.

e. Pemeriksaan serologi

Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang diagnosis yaitu
CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-spesific enolase) dan Cyfra 21-
1(Cytokeratin fragment19).

f. Pemeriksaan bone scanning

Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.


Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer ( NSCLC ) ke tulang
dilaporkan sebesar 15 %

G. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Medis

a. Pembedahan

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi
paru –paru yang tidak terkena kanker.

b. Toraktomi eksplorasi

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya


karsinoma, untuk melakukan biopsy.

c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.

d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)

e. Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesisbleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
f. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek
obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.

g. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk


menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.

2) Penatalaksanaan Keperawatan

a. Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi hipoksemia,


perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal kanula sesuai dengan
permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat
memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan
kecemasan.
b. Monitor asupan dan keluaran sertapertahankan hidrasi
c. Anjurkan mobilisasi secara dini
d. Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi respirasi
abnormal dan perubahan lainnya.
e. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk melakukan
pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa sekresi lebih sering.

H. Pengkajian fokus keperawatan

1) Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur,alamat, agama,suku/bangsa,pendidikan, pekerjaan,


tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan nomor rekam medis.

2) Keluhan Klien Pada umumnya keluhan utama pada kasus

3) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang


Umumnya keluhan yang dialami meliputi batuk produktif, dahak
bersifatmukoid atau purulen, batuk berdahak, malaise, demam, anoreksia,
beratbadan menurun, sesak napas pada penyakit yang lanjut dengan
kerusakanparu yang makin luas, serta mengalami nyeri dada yang dapat
bersifat local atau pleuritik. Suara nafas terdengar wheezing atau stridor
karena adanya obtruksi jalan nafas.

b) Riwayat kesehatan dahulu

a) Terpapar asap rokok

b)Industri asbes, uranium, arsen (insektisda), besi dan oksidabesi

c) Konsumsi bahan pengawet

c) Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya ditemukan adanya riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit


kanker..

d) Riwayat pengobatan

Klien mengatakan pemah menggunakan sebuah obat-obatan. Yang juga perlu


dikaji perawat adalah yaitu: Kapan klien pengobatan dimulai, juga Dosis dan
frekuensi, ada waktu berakhirnya klien minum obat.

a) Riwayat pola makan


Penurunan berat badan, dan juga tinggi badan, bahkan pertumbuhan badan dan
pada makanan yang dikonsumsi dalam sehari hari. Maka nutrisi yang sangat
kurang adekuat menyebabkan pada kulit mudah untuk terkena lesi dan juga
proses penyembuhan pada luka yang sudah lama

b) Status sosial ekonomi


Untuk itu mengidentifikasi faktor dari lingkungan dan tingkat pada
perekonomian yang juga dapat mempengaruhi pada pola hidup klien sehari-
hari, karena itu hal ini memungkinkan juga dapat menyebabkan pada penyakit
kulit.
c) Status psikososial
Kemungkinan pada hasil pemeriksaan psikososial yang dapat tampak pada
sebuah klien yaitu pada perasaan depresi, danfrustasi, atau ansietas/ kecemasan.

4) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Pada pasien Pre Op Ca Mammae blasannya tidak terjadi penurunan kesadaran


(composmentis), untuk pemeriksaan tanda-tanda vital yang dikaji yaitu tekanan
darah, suhu, nadi, respirasi.

b) Payudara dan ketiak

1. Inspeksi

Biasanya ada benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwama
merah, keluar cairan dari puting Serta payudara mengerut seperti kulit jeruk.

2. Palpasi

Teraba benjolan payudara yang menegeras dan teraba pembengkakkan, teraba


pembesaran kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjilan kecil di bawah
ketiak dan pada penderita Ca Mammae yang sudah parah akan terdapat cairan
yang keluar dari puting ketika ditekan.

I. Diagnosa Keperawatan

● Ketidakefektifan bersihan jalan napas


● Intoleransi Aktivitas
● Nyeri akut

J. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi


1 Ketidakefektifan Bersihan Setelah dilakukan - O:
Jalan Nafas intervensi
- Memonitor pola
keperawatan selama
nafas
1x24 maka bersihan
jalan nafas membaik - Memonitor pola
dengan kriteria nafas
hasil :
- Memonitor
● Batuk efektif kemampuan batuk
meningkat efektif

● Produksi - Memonitor
sputum adanya sumbatan
cukup jalan nafas
menurun
- Palpasi
● Mengi cukup kesimetrisan paru
menurun
- Monitor saturasi
● Gelisah oksigen
cukup
- Monitor nilai AGD
menurun

- Memonitor bunyi
● Susah
nafas tambahan
berbicara
cukup - Memonitor
menurun sputum

● Frekuensi - T:
nafas cukup
membaik - Pertahankan
kepatenan jalan
● Pola nafas nafas
cukup
membaik - Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai

- kondisi klien

- Pengaturan posisi

- Terapi oksigen

- Berikan minum
hangat

- Lakukan
fisioterapi dada
bila perlu

- E:

- Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari

- Ajarkan teknik
batuk efektif

2 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Observasi


intervensi
keperawatan selama
1x24 jam maka - Identifikasi
intoleransi aktivitas gangguan fungsi
meningkat dengan tubuh yang
kriteria hasil : mengakibatkan
kelelahan
● Frekuensi
nadi - Monitor
meningkat kelelahan fisik

● Saturasi - Memonitor pola


oksigen dan jam tidur
meningkat
- Memonitor lokasi
● Kekuatan dan ketidak
tubuh bagian nyamanan selama
atas melakukan
meningkat aktivitas fisik

● Kekuatan
tubuh bagian
bawah
meningkat Teraupetik

● Jarak berjalan
cukup
-
meningkat

● Keluhan lelah
cukup - Fasilitasi fokus
menurun pada kempuan

● Perasaan - Sediakan
lemah cukup lingkungan
menurun nyaman dan
rendah
● Aritmia saat
aktivitas - stimulus
cukup
menurun - Lakukan latihan
rentang gerak
● Frekuensi
nafas pasif dan atau
membaik
- aktif
● Tekanan
- Sepakati
darah
komitmen untuk
membaik
meningkatkan

- frekuensi dan
rentang aktivitas

Edukasi

- Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari hari

- Anjurkan tirah
baring

- Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap

- Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
Kolaborasi

- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara
meningkatkan
asupan makanan

3 Nyeri Akut Setelah dilakukan Observasi


intervensi
keperawatan selama
1x24 jam makanyeri - Identifikasi lokasi,
akut menurun karateristik nyeri
dengan kriteria
- Identifikasi skala
hasil :
nyeri
● Keluhan nyeri
- Identifikasi
cukup
respon nyeri non
menurun
verbal
● Meringis
- Identifikasi faktor
cukup
yang
menurun
memperberat dan
● Sikap memperingankan
protektif nyeri
cukup
- Identifikasi
menurun
pengetahuan dan
● Gelisah keyakinan tentang
cukup nyeri
menurun
● Kesulitan - Identifikasi
tidur pengaruh nyeri
menurun pada kualitas
hidup
● Menarik diri
menurun - Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

- Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan

Teraupetik

- Fasilitasi istirahat
dan tidur

- Kontrol lingkungan
yang
memperberat rasa
nyeri

- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan
meredakan nyeri

- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Edukasi

- Jelaskan
penyebab nyeri

- Jelaskan strategi
meredakan nyeri

- Anjurkan
memonitor nyeri

- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat

- Ajarkan teknik
nonfamakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

● Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai