Materi Teks PAUD 7 - Perkembangan Fisik Motorik
Materi Teks PAUD 7 - Perkembangan Fisik Motorik
USIA DINI
Mengamati perkembangan fisik-motorik seorang anak adalah hal yang sangat menarik. Lihatlah
seorang bayi yang baru dilahirkan! Ia begitu kecil, tampak tidak berdaya, hanya bisa telentang dan
menangis. Kemudian tengoklah dia beberapa minggu dan beberapa bulan kemudian. Bayi tersebut
mulai tumbuh dan berkembang. Tubuh mungilnya kini semakin besar. Ia tampak lebih lincah, dapat
miring, tengkurap, berguling, kemudian duduk dan mulai merangkak. Bayi itu kemudian berubah
menjadi seorang anak kecil yang lucu. Ia dapat berdiri, berjalan, bahkan akhirnya ia dapat melompat
dan berlari. Tampak bahwa perkembangan tubuh dan keterampilan gerakannya meningkat dengan
cepat sesuai dengan perkembangan usianya.
Perkembangan fisik dan motorik adalah salah satu aspek dari perkembangan kehidupan
manusia yang memegang peranan sama penting dengan perkembangan kognisi, perilaku sosial, dan
kepribadian. Perkembangan fisik dan motorik seringkali dijadikan tolak ukur pertama untuk
membuktikan bahwa manusia itu tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan
perkembangan fisik dan motorik yang terjadi pada seseorang dapat mudah diamati oleh panca
indera kita. Tanda yang paling jelas dari perkembangan fisik adalah adanya perubahan pada ukuran
tubuhnya.
Untuk melihat gambaran perkembangan fisik seseorang, mulai dari bayi dilakukan pengukuran
lingkar kepala (biasanya sampai usia 1 tahun), berat badan, dan tinggi badan. Apabila tidak ada
perubahan atau pertambahan pada pengukuran ketiga hal tersebut, maka orangtua mulai berpikir
bahwa ada hal yang salah dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pengukuran
perubahan fisik pada masa bayi ini harus dilakukan karena saat bayi adalah saat dimana terjadinya
perubahan fisik yang paling cepat. Perhatikan gambaran pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
anak berikut ini (lihat tabel 1). Diakhir usia 1 tahun, tinggi bayi bertambah 50% lebih panjang
dibandingkan tinggi badan lahir. Berat badan bayi juga bertambah secara cepat. Di usia 4 bulan,
berat badannya bertambah 2 kali lipat, dan menjadi 3 kali lipat di usia 1 tahun.
Tabel 1.
Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi
Prinsip proximodistal menjelaskan bahwa perkembangan dimulai dari pusat tubuh kearah luar
(inner to outer). Pada saat janin, kepala dan dada berkembang lebih dahulu dibandingkan dengan
lengan, lalu tangan dan kaki, kemudian baru muncul jari-jari. Sejalan dengan hal itu tersebut, anak-
anak mengembangkan kemampuan untuk menggunakan kepala, lengan dan paha ─ yang lebih dekat
dengan pusat tubuh (misalnya untuk belajar duduk dan merangkak), baru kemudian ia dapat
terampil menggunakan jari-jarinya untuk memegang atau mengambil sesuatu.
Perkembangan fisik seseorang yang tampak dari luar, dipengaruhi oleh berkembangnya otot,
tulang, dan lemak tubuh. Jaringan-jaringan otot manusia telah ada pada saat bayi lahir. Selama masa
kanak-kanak, otot-otot menjadi lebih panjang dan lebih besar. Proses ini menjadi lebih cepat pada
masa remaja, khususnya pada anak laki-laki. Hal ini menyebabkan anak laki-laki tampil lebih superior
dalam kegiatan atletik selama masa remaja (Ramos et al., 1998 dalam Berk, 2009). Dari penelitian
Ramos tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa pertumbuhan fisik akan mempengaruhi dan
sejalan dengan perkembangan motoriknya. Contoh perkembangan motorik telah kita gambarkan di
atas melalui kasus bayi yang awalnya hanya bisa telentang sampai kemudian ia bisa berdiri dan
berjalan (lihat gambar 2).
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan
atau kemampuan motorik kasar yaitu gerakan yang dihasilkan dari kemampuan mengontrol otot-
otot besar, contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, berguling. Sedangkan perkembangan
keterampilan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil,
terutama gerakan di bagian jari-jari tangan. Contohnya adalah menulis, menggambar, dan
memegang sesuatu. Keterampilan motorik kasar berkembang lebih dahulu dibandingkan dengan
keterampilan motorik halus.
Gambar 2. Perkembangan Motorik Anak
Tabel 2.
Tabel Kemampuan Motorik Anak Usia 4-6 Tahun
b. Perkembangan Handedness
Salah satu hal penting yang berhubungan dengan keterampilan motorik halus seseorang
adalah handedness atau penggunaan tangan dominan. Pada awal masa bayi, mereka meraih
dan memegang benda dengan kedua tangannya, terkadang mereka menukar-nukar tangan
untuk memegang benda tersebut. Mereka akan menggoyangkan mainan kerincingan dengan
tangan kanan, kemudian mengambil balok dengan tangan kiri. Dengan kata lain, bayi dan
toddler dapat memanipulasi mainan dengan menggunakan kedua tangannya atau bergantian
tangan secara mudah.
Handedness mulai tampak permanen saat anak memasuki taman kanak-kanak (beberapa
tokoh mengatakan anak usia 3 tahun sudah menunjukkan tangan dominannya secara
permanen). Saat ini anak telah menentukan tangan mana yang lebih dominan untuk meraih,
memegang, atau memanipulasi objek. Sejalan dengan itu menjadi hal yang sulit untuk
mengubah tangan dominannya. Pada tahap inilah mulai dapat ditentukan apakah anak lebih
sering menggunakan tangan kanan atau kidal (menggunakan tangan kiri).
Penggunaan tangan dominan ini dipengaruhi oleh faktor bawaan (hereditas) dan
pengaruh lingkungan, yang terkadang “memaksa” anak untuk menggunakan tangan kanan
yang lebih dapat diterima oleh masyarakat. Secara umum, perkembangan fisik dan motorik
pada Early Childhood (4-6 tahun) adalah sebagai berikut.
1) Pertumbuhan tumbuh meningkat. Anak menjadi lebih ramping dan meninggi,
penampilan dan proporsi tubuh menjadi seperti orang dewasa.
2) Di akhir usia 3 tahun pertumbuhan gigi susu telah lengkap. Pada usia 6 tahun, gigi susu
mulai tanggal dan digantikan dengan tumbuhnya gigi permanen.
3) Kemampuan persepsi-motor meningkat. Anak tampak aktif dan energik.
4) Muncul masalah pada selera makan dan jadwal tidur (tidur menjadi lebih sedikit).
Adanya masalah pada tidur (misalnya mimpi buruk, mengigau, tidur sambil berjalan).
5) Mulai menentukan penggunaan tangan dominan (handedness).
6) Fungsi tubuh menjadi teratur, sudah bisa mengontrol “buang air besar” dan “buang air
kecil”.
7) Keterampilan motorik kasar (berlari, melompat dan melempar bola) dan motorik halus
(menggambar, mewarnai, dan menuang air) meningkat pesat. Hal ini membuat anak
lebih mandiri dan mulai dapat mengurus dirinya sendiri (self-help).
b. Obesitas
Belakangan ini, obesitas atau kegemukan adalah masalah yang sering dijumpai pada
anak. Ada banyak faktor yang dapat menciptakan seorang anak obesitas. Salah satunya faktor
keturunan. Dari penelitian Sukard (Kail, 2001) ditemukan bahwa berat badan anak-anak yang
diadopsi lebih terkait pada orangtua biologisnya dibandingkan dengan orangtua angkatnya.
Gen berperan dalam membuat seseorang itu aktif membakar lemak atau tidak. Jika anak
malas bergerak (tubuh tidak aktif membakar lemak menjadi energi) maka lemak tubuh akan
tertimbun dan membuat tubuh menjadi gemuk. Anak-anak zaman sekarang cenderung
menjadi lebih malas bergerak. Dengan berbagai kemajuan teknologi yang memudahkan hidup
maka anak dapat dengan mudahnya menyalakan televisi atau AC dari jarak jauh dengan
menggunakan remote control. Olahraga juga bukan menjadi bagian dari kebiasaan hidup
mereka, bahkan permainan yang lebih sering dilakukan anak saat ini adalah bermain pasif
(main game atau komputer sambil duduk).
Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah peranan orangtua. Melihat anak yang gemuk,
montok, dan menggemaskan membuat orangtua tampak bangga dan bahagia sehingga tak
jarang anak dibiarkan memakan apa saja. Orangtua juga seringkali lupa akan adanya tanda-
tanda internal yang menunjukkan bahwa anak sudah harus berhenti makan. Pada bayi,
mereka makan karena adanya tanda internal tersebut. Mereka menangis dan minta makan
(atau susu) ketika lapar dan berhenti makan ketika merasa nyaman sudah kenyang. Pada anak
prasekolah, orangtua seringkali mempunyai aturan bagi anak untuk menghabiskan seluruh
makanan yang ada di piring, tanpa melihat apakah anak tersebut sudah kenyang atau belum.
Lingkungan juga memegang peranan. Media massa khususnya televisi sering
menampilkan berbagai iklan makanan ringan yang spicy dan mengenyangkan, juga makanan-
makanan cepat saji yang mengundang selera. Anak-anak yang masih kecil tentu saja akan
tertarik dan lebih memilih makanan-makanan tinggi lemak yang menggemukkan tersebut,
dibandingkan dengan makanan “rumah”.
Anak-anak yang mengalami obesitas menjadi tidak populer dan memiliki rasa percaya diri
yang rendah. Di sekolah mereka sering menjadi bahan ejekan teman-temannya. Gerakan
mereka pun kaku dan terbatas sehingga membuat aktivitas fisik mereka tidak selincah teman-
temannya.
Dari faktor kesehatan ditemukan bahwa obesitas mengundang berbagai penyakit, seperti
tekanan darah tinggi dan diabetes, dikarenakan anak yang mengalami obesitas seringkali
menjadi orang dewasa yang gemuk pula. Penelitian Armstrong (Gallahue, 1982) menemukan
bahwa rata-rata kematian pada orang-orang yang menderita obesitas 79% lebih tinggi
dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki berat badan normal.
Melihat bahwa faktor utama yang menyebabkan anak mengalami obesitas ialah makan
berlebih dan kurang bergerak, maka cara yang paling baik untuk mengurangi obesitas adalah
mengatur pola makan dan rajin berolahraga.
Gambar 5. Obesitas
2. Masalah dalam Perkembangan Motorik
Tidak semua anak mengalami perkembangan motorik yang sempurna sesuai dengan
perkembangan usianya. Ada banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembangan motorik
seorang anak. Beberapa diantaranya akan kita bahas berikut ini.
a. Masalah dalam Motorik Kasar
1) Ketidakmampuan mengatur keseimbangan
Diketahui kurang lebih 80% dari jumlah anak yang memiliki gangguan perkembangan
juga mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan tubuh. Pengaturan
keseimbangan tubuh ini diperlukan anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih
sulit dan kompleks, seperti melompat, berdiri di atas satu kaki, atau berjalan dititian.
Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya
biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga
terkesan gerakannya ragu-ragu dan tampak canggung. Sebagai contoh, pernahkah Anda
melihat ada anak yang tampak ragu saat hendak menaiki tangga pada papan seluncur
(perosotan). Kebanyakan anak dapat dengan mudah dan cepatnya naik, tetapi anak ini
tampak bingung menentukan kaki mana yang akan dilangkahkan pada anak tangga
berikutnya. Masalah ini juga terjadi saat anak tersebut akan meluncur turun.
Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular
atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak segera ditangani,
kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka sekolah dan akan
mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan menulis. Kemampuan
membaca dan menulis pada dasarnya berhubungan dengan kemampuan untuk menangkap
informasi oleh sisitem keseimbangannya.
Anak yang mengalami masalah pada sistem vestibular memiliki kesulitan dalam
menentukan objek yang bergerak di depan matanya. Ia akan sulit mengikuti gerakan
benda-benda tersebut dengan matanya sehingga pandangannya saat mengikuti gerak
benda akan melompat-lompat. Efeknya ketika anak sudah belajar membaca, ia akan
mengalami kesulitan melihat tulisan di satu paragraf, kesulitan dalam menyalin tulisan di
papan tulis, serta kesulitan dalam membuat garis lurus.
Untuk mendeteksi apakah anak mengalami kesulitan dalam pengaturan keseimbangan
tubuhnya, hal yang harus dilakukan adalah memperhatikan apakah anak sudah menguasai
beberapa keterampilan motorik sesuai dengan tahapan usianya dengan baik. Jika belum,
beri kesempatan anak untuk memperoleh latihan selama beberapa waktu karena ada
kemungkinan kecanggungan/keragu-raguannya dalam bergerak disebabkan kurangnya
anak melatih ketrampilannya tersebut. Misalnya, canggung bermain perosotan karena ia
tidak pernah bermain dengan alat tersebut sebelumnya.
Perhatikan perkembangan anak selama lebih kurang 3 bulan. Apabila ia belum juga
menguasai beberapa keterampilan motorik yang telah dilatihkan secara teratur tersebut
maka orangtua dapat menanyakannya pada dokter yang biasa menanganinya atau
lamgsung ke ahli syaraf anak. Dalam hal ini, cepat bertindak akan lebih baik karena
masalah keseimbangan yang dialami di usia prasekolah akan menyulitkan dalam
melakukan kegiatan di sekolah nanti. Jika tidak segera diatasi, hal ini dapat meruntuhkan
rasa percaya diri anak.
2) Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik
Salah satu perkembangan motorik pada anak-anak usia 4-6 tahun yang perlu
diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasa mata-tangan
yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan.
Hal ini dapat dilihat saat anak melakukan permainan yang kompleks, misalnya bermain
bola. Dalam permainan sepakbola dibutuhkan reaksi yang cepat untuk menangkap bola
juga koordinasi yang baik antara mata dengan kaki sehingga kaki dapat menggiring bola
masuk gawang.
Namun ada anak-anak yang lambat bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak
kacau sehingga seringkali disebut “ceroboh” dan menjadi bahan ejekan teman-temannya.
Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2, yaitu karena anak kurang diberi
kesempatan untuk berlatih menajamkan kemampuannya untuk bereaksi dan melakukan
koordinasi gerakan, serta ada kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf
motoriknya. Untuk alasan yang terakhir ini orangtua perlu mengkonsultasikannya dengan
dokter.