Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN FISIK-MOTORIK DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN YANG SESUAI UNTUK ANAK

USIA DINI

Mengamati perkembangan fisik-motorik seorang anak adalah hal yang sangat menarik. Lihatlah
seorang bayi yang baru dilahirkan! Ia begitu kecil, tampak tidak berdaya, hanya bisa telentang dan
menangis. Kemudian tengoklah dia beberapa minggu dan beberapa bulan kemudian. Bayi tersebut
mulai tumbuh dan berkembang. Tubuh mungilnya kini semakin besar. Ia tampak lebih lincah, dapat
miring, tengkurap, berguling, kemudian duduk dan mulai merangkak. Bayi itu kemudian berubah
menjadi seorang anak kecil yang lucu. Ia dapat berdiri, berjalan, bahkan akhirnya ia dapat melompat
dan berlari. Tampak bahwa perkembangan tubuh dan keterampilan gerakannya meningkat dengan
cepat sesuai dengan perkembangan usianya.
Perkembangan fisik dan motorik adalah salah satu aspek dari perkembangan kehidupan
manusia yang memegang peranan sama penting dengan perkembangan kognisi, perilaku sosial, dan
kepribadian. Perkembangan fisik dan motorik seringkali dijadikan tolak ukur pertama untuk
membuktikan bahwa manusia itu tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan
perkembangan fisik dan motorik yang terjadi pada seseorang dapat mudah diamati oleh panca
indera kita. Tanda yang paling jelas dari perkembangan fisik adalah adanya perubahan pada ukuran
tubuhnya.
Untuk melihat gambaran perkembangan fisik seseorang, mulai dari bayi dilakukan pengukuran
lingkar kepala (biasanya sampai usia 1 tahun), berat badan, dan tinggi badan. Apabila tidak ada
perubahan atau pertambahan pada pengukuran ketiga hal tersebut, maka orangtua mulai berpikir
bahwa ada hal yang salah dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pengukuran
perubahan fisik pada masa bayi ini harus dilakukan karena saat bayi adalah saat dimana terjadinya
perubahan fisik yang paling cepat. Perhatikan gambaran pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
anak berikut ini (lihat tabel 1). Diakhir usia 1 tahun, tinggi bayi bertambah 50% lebih panjang
dibandingkan tinggi badan lahir. Berat badan bayi juga bertambah secara cepat. Di usia 4 bulan,
berat badannya bertambah 2 kali lipat, dan menjadi 3 kali lipat di usia 1 tahun.

Tabel 1.
Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

Umur (bulan) Berat (kg) Tinggi (cm)


0 3.0 – 3.6 48.0 – 50.4
1 3.9 – 4.7 51.9 – 54.5
2 4.7 – 5.7 55.2 – 58.0
3 5.4 – 6.6 58.0 – 61.0
4 6.0 – 7.4 60.5 – 63.6
5 6.6 – 8.0 62.6 – 65.8
6 7.0 – 8.6 64.4 – 67.7
7 7.5 – 9.1 66.0 – 60.4
8 7.9 – 9.7 67.5 – 70.9
9 8.3 – 10.1 68.7 – 72.6
10 8.6 – 10.5 69.9 – 73.5
11 8.9 – 10.9 71.2 – 74.8
12 9.1 – 11.1 72.3 – 76.0
Dibanding dengan makhluk hidup yang lain, manusia mengalami periode yang panjang untuk
perkembangan fisik-motorik (Berk, 2009). Seekor tikus berkembang dari lahir sampai dewasa dalam
waktu hanya beberapa minggu, menghabiskan sekitar 2% dari rentang kehidupannya. Lebih jelas lagi
cobalaj perhatikan perkembangan ayam. Kita dapat menyaksikan seekor ayam yang baru menetas,
beberapa saat kemudian ia sudah dapat berjalan, bahkan ikut mencari makan sendiri. Secara umum,
manusia menghabiskan sekitar 20% dari seluruh kehidupan masa kanak-kanak dan remajanya untuk
berkembang dan matang secara fisik-motorik.
Melalui bab ini kita akan mempelajari mengenai perkembangan fisik dan motorik seorang anak.
Topik pembahasan akan lebih dikhususkan pada perkembangan fisik-motorik anak usia dini dimana
kebanyakan dari mereka mulai memasuki masa prasekolah atau TK.
Pernahkan Anda mengamati kondisi fisik-motorik anak-anak PAUD tersebut? Saat paling tepat
untuk mengamatinya adalah pada saat mereka bermain di halaman sekolah. Kita dapat melihat
bahwa mereka tampak berbeda postur tubuhnya, mereka semua sangat senang bergerak dengan
aktif dan seakan tidak bisa diam. Mereka berlarian, berkejaran, jongkok, melompat, meluncur dari
perosotan, berayun pada ayunan, bahkan terkadang mereka berjalan dengan satu kaki/berjingkat.
Pada kesempatan lain saat mereka belajar di dalam kelas, kita bisa melihat tangan-tangan kecil
mereka memegang krayon lalu menggoreskan garis atau bentuk di atas kertas, beberapa dari
mereka terlihat asyik melipat kertas berwarna atau memilin lilin/malam menjadi bentuk yang
mereka inginkan.
Untuk menjelaskan mengenai kondisi fisik-motorik anak-anak PAUD seperti yang kita amati di
atas, akan dibahas empat hal yaitu (1). Mempelajari tentang aspek perkembangan fisik-motorik
secara umum yang meliputi definisi, prinsip perkembangan, dan hal-hal yang mempengaruhi
perkembangannya, (2). Membahas lebih khusus tentang karakteristik perkembangan fisik-motorik
anak usia dini termasuk kemajuan dan hambatan, (3). Masalah-masalah perkembangan fisik-motorik
yang sering dialami anak usia dini, (4). Membahas beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motorik seorang anak.
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan akan mampu menjelaskan sebagai berikut :
1) Aspek dan prinsip perkembangan fisik dan motorik secara umum;
2) Perbedaan perkembangan fisik yang terjadi pada setiap anak, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya;
3) Karakteristik perkembangan fisik dan motorik anak usia dini;
4) Kegiatan pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan fisik-motorik anak usia dini.

A. PERKEMBANGAN FISIK-MOTORIK ANAK


Perkembangan fisik adalah pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada
tubuh/badan/jasmani seseorang. Tanda yang paling adalah jelas terjadinya perkembangan fisik
seorang manusia adalah adanya perubahan pada bentuk dan ukuran tubuhnya. Perkembangan
motorik (motor development) adalah perubahan secara progresif pada kontrol dan kemampuan
untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor kematangan (maturation)
dan latihan/pengalaman (experiences) selama kehidupan yang dapat dilihat melalui
perubahan/pergerakan yang dilakukan.
Perkembangan fisik-motorik manusia terjadi mengikuti prinsip cephalocaudal dan prinsip
proximodistal (Papalia et al., 2009). Prinsip cephalocaudal menyatakan bahwa perkembangan terjadi
dari atas ke bawah. Hal ini berarti bahwa bagian atas dari tubuh (head) berkembang lebih dulu
dibandingkan dengan bagian bawah (tail). Otak pada janin berkembang sangat cepat yang
menyebabkan bayi yang baru dilahirkan tampak memiliki kepala yang lebih besar dibandingkan
dengan proporsi bagian bawah tubuhnya. Perkembangan badan, lengan, dan kaki pada tahap
selanjutnya membuat tubuh anak menjadi lebih proporsional, menyerupai tubuh orang dewasa
(lihat gambar 1). Perkembangan sensoris dan motorik mengikuti prinsip yang sama. Bayi belajar
menggunakan tubuh bagian atas terlebih dahulu kemudian tubuh bagian bawahnya. Sebagai contoh
: gerakan bayi awalnya adalah mencoba mengangkat kepala, kemudian memfungsikan tangan untuk
meraih sesuatu, dan barulah ia dapat berpindah tempat dengan gerakan kaki.

Gambar 1. Perubahan pada Proporsi Tubuh Anak

Prinsip proximodistal menjelaskan bahwa perkembangan dimulai dari pusat tubuh kearah luar
(inner to outer). Pada saat janin, kepala dan dada berkembang lebih dahulu dibandingkan dengan
lengan, lalu tangan dan kaki, kemudian baru muncul jari-jari. Sejalan dengan hal itu tersebut, anak-
anak mengembangkan kemampuan untuk menggunakan kepala, lengan dan paha ─ yang lebih dekat
dengan pusat tubuh (misalnya untuk belajar duduk dan merangkak), baru kemudian ia dapat
terampil menggunakan jari-jarinya untuk memegang atau mengambil sesuatu.
Perkembangan fisik seseorang yang tampak dari luar, dipengaruhi oleh berkembangnya otot,
tulang, dan lemak tubuh. Jaringan-jaringan otot manusia telah ada pada saat bayi lahir. Selama masa
kanak-kanak, otot-otot menjadi lebih panjang dan lebih besar. Proses ini menjadi lebih cepat pada
masa remaja, khususnya pada anak laki-laki. Hal ini menyebabkan anak laki-laki tampil lebih superior
dalam kegiatan atletik selama masa remaja (Ramos et al., 1998 dalam Berk, 2009). Dari penelitian
Ramos tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa pertumbuhan fisik akan mempengaruhi dan
sejalan dengan perkembangan motoriknya. Contoh perkembangan motorik telah kita gambarkan di
atas melalui kasus bayi yang awalnya hanya bisa telentang sampai kemudian ia bisa berdiri dan
berjalan (lihat gambar 2).
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan
atau kemampuan motorik kasar yaitu gerakan yang dihasilkan dari kemampuan mengontrol otot-
otot besar, contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, berguling. Sedangkan perkembangan
keterampilan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil,
terutama gerakan di bagian jari-jari tangan. Contohnya adalah menulis, menggambar, dan
memegang sesuatu. Keterampilan motorik kasar berkembang lebih dahulu dibandingkan dengan
keterampilan motorik halus.
Gambar 2. Perkembangan Motorik Anak

1. Gambaran Perkembangan Fisik dan Faktor yang mempengaruhinya


Andi dan Doni berusia 5 tahun. Mereka adalah siswa TK Melati. Mereka berangkat dan
pulang sekolah bersama karena letak sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka yang
bertetangga. Di sekolah pun mereka sering bermain bersama. Andi tampak lebih tinggi dari Doni,
sedangkan Doni kelihatan lebih gemuk. Walaupun keduanya menyukai kegiatan fisik, tetapi
terlihat bahwa Andi berlari lebih cepat dan lebih lincah dibandingkan dengan Doni. Di sekolah
mereka berdua paling suka bermain perosotan dan kejar-kejaran.
Dari ilustrasi di atas dapat diketahui bahwa Andi dan Doni berada pada tahap perkembangan
usia yang sama. Mereka juga menyukai kegiatan yang sama dan diperkirakan dapat melakukan
kegiatan motorik yang sama. Akan tetapi tampak bahwa perkembangan fisik keduanya sedikit
berbeda. Andi tampak lebih tinggi, sedangkan Doni lebih gemuk. Bagaimana Anda dapat
menjelaskan ini?
Untuk memahami hal tersebut, kita akan mempelajari 4 faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan fisik seorang anak yaitu hereditas, hormon, nutrisi, dan penyakit infeksi.
a. Hereditas
Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa anak kembar identik memiliki ukuran
tubuh yang relatif sama dibandingkan dengan anak kembar yang berasal dari 2 telur atau
disebut dengan kembar fraternal (Estourgie-van Burk et al., 2006 dalam Berk, 2009). Hal
tersebut menunjukkan bahwa faktor hereditas memegang peranan penting dalam
mempengaruhi perkembangan fisik. Kedua orangtua memberi sumbangan yang sama besar
bagi perkembangan tinggi badan anak-anak mereka. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
dua orangtua yang memiliki badan tinggi maka anaknya akan memiliki badan tinggi pula.
Demikian sebaliknya, anak yang pendek kemungkinan besar memiliki orangtua yang tidak
tinggi juga.
b. Hormon
Bagaimana faktor keturunan (genetik) mempengaruhi perkembangan secara nyata?
Sebagian jawaban dari pertanyaan tersebut meliputi “hormon”, yaitu sesuatu zat kimia yang
dikeluarkan oleh kelenjar dan berjalan di saluran darah untuk kemudian berhubungan dengan
bagian tubuh yang lain. Seorang anak dikatakan membawa darah orangtuanya, berarti ada
hubungan hormon dalam darah mereka. Ada beberapa hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan fisik seseorang, misalnya hormon pertumbuhan (GH) yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitary yang terletak di dasar otak dekat hypothalamus. Hormon pertumbuhan (GH)
diproses melalui hati, dan menghasilkan hormon lain yaitu somatomedin yang dapat
menyebabkan pertumbuhan otot dan tulang. Hormon lain yaitu thyroxine yang dikeluarkan
oleh kelenjar thyroid di leher. Hormon ini pemting untuk perkembangan yang tepat dari sel-sel
saraf di otak. Kurangnya hormon ini akan menyebabkan seorang anak menderita retardasi
mental/keterbelakangan mental.
c. Nutrisi
Nutrisi berperan penting pada setiap tahap perkembangan manusia, namun paling
penting dibutuhkan pada dua tahun pertama pertumbuhan (saat bayi). Selama masa bayi,
perkembangan otak dan tubuh berjalan sangat cepat. Pertumbuhan ini memerlukan banyak
energi sehingga bayi sangat membutuhkan nutrisi yang seimbang untuk membantu
peningkatan berat badannya, 25% dari total kalori bayi dibutuhkan untuk tubuh dan bayi
membutuhkan tambahan kalori untuk menjaga agar pertumbuhan dan perkembangan organ
tubuh yang cepat iniberjalan dengan lancar. Hasil penelitian membuktikan bahwa nutrisi yang
paling penting bagi bayi terdapat pada ASI (air susu ibu). Hal ini dikarenakan bahwa bayi tidak
hanya membutuhkan makanan yang cukup banyak tetapi juga lebih kepada makanan yang
tepat dan sesuai untuk pertumbuhannya. Pada masa bayi, ASI adalah makanan terbaik yang
cocok untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan susu formula mencoba untuk meniru
kandungannya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI pada
anak sampai usia 2 tahun dengan penambahan makanan padat di usia 6 bulan.
Pada usia sekitar 1 tahun, seorang anak biasanya memakan semua kelompok makanan
dasar (4 sehat 5 sempurna). Memasuki usia 2 tahun dan saat prasekolah, selera makan anak
menjadi tidak dapat diperkirakan. Anak-anak usia prasekolah (TK) menyukai suatu makanan
tertentu dan menolak makanan lain. Beberapa anak menjadi picky eater (memilih-milih
makanan). Hal ini dikarenakan pertumbuhan fisik mereka melambat bila dibandingkan dengan
saat bayi (infant). Walau demikian nutrisi yang tepat dan seimbang sangat dibutuhkan anak di
usia ini karena perkembangan motorik kasar dan halusnya mengalami kemajuan yang besar.
Anak-anak biasanya mengikuti pilihan makanan dari orang-orang yang mereka kagumi.
Sebagai contoh, seorang ibu yang menyukai minuman ringan (soft drink) cenderung memiliki
anak dengan pilihan kesukaan minuman yang sama (Fisher, 2001 dalam Berk, 2009).
Walaupun pilihan makanan sehat pada anak tergantung dari ketersediaan makanan sehat
tersebut pada lingkungan sekitarnya, namun kontrol yang terlalu besar dari orangtua
membuat anak tidak dapat mengembangkan kontrol dirinya. Ketika orangtua berkata,
“habiskan sayuranmua baru kamu bisa makan kur”, anak cenderung untuk tidak menyukai
makanan sehat (Birch, Fisher, & Davidson, 2003 dalam Berk, 2009).
d. Penyakit Infeksi
Pada anak-anak dengan nutrisi baik, penyakit yang umum terjadi pada anak tidak akan
memberikan dampak terlalu besar pada pertumbuhan fisiknya. Namun pada anak-anak yang
mengalami gizi kurang, penyakit akan berinteraksi dengan malnutrisi yang akan membawa
akibat yang parah. Pada banyak negara, pencegahan penyakit berbahaya yang mungkin
diderita anak diantisipasi dengan pemberian imunisasi di awal kehidupan seorang anak.

2. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Perkembangan Motorik


Dari kasus Andi dan Doni di atas, kita dapat melihat walaupun kedua anak tersebut dapat
melakukan kegiatan motorik yang sama, namun tampak bahwa Andi lebih unggul (ia berlari lebih
cepat dan gerakannya lebih lincah). Hal ini menjelaskan adanya perbedaan dalam keterampilan
motorik pada anak di usia yang sama. Pada bagian ini kita akan mempelajari mengenai faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik/gerakan seorang anak.
Ada banyak variabel yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik seorang anak,
diantaranya adalah faktor genetik, gizi, pengasuhan, serta perbedaan latar belakang budaya.
Rendahnya berat badan lahir atau malnutrisi pada bayi juga dapat mengganggu perkembangan
motorik anak.
Secara umum faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor bawaan
(genetik) dan pengaruh faktor lingkungan (environmental features). Faktor lingkungan yang
dimaksudkan disini yaitu penyediaan makanan bergizi dan pemberian kesempatan serta
bimbingan pada anak untuk bermain dan berlatih. Kesehatan dan nutrisi/gizi sangat penting
untuk memberikan energi pada anak yang sangat aktif di usia dini. Perkembangan anak yang
ditunjang dengan cukup nutrisi/gizi dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ-
organ tubuh yang pada saatnya sangat membutuhkan energi dari zat-zat makanan/nutrisi/gizi,
yang dapat mempercepat dan membantu proses perkembangan organ tubuh manusia. Dukungan
dari lingkungan sangat dibutuhkan, dimana perlu diberikan kesempatan dan latihan serta
dorongan yang terarah dari orang dewasa (orangtua, guru, dan lain-lain) kepada anak.
Selain itu, perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh pada perkembangan motorik selama
masa prasekolah. Pada masa prasekolah, anak laki-laki tampak lebih baik dalam kegiatan yang
membutuhkan kekuatan dan kecepatan, seperti berlari serta keterampilan melempar,
menangkap dan menendang bola. Anak perempuan lebih sering melatih keterampilan yang
membutuhkan keseimbangan rubuh, seperti pada permainan skipping, melompat-lompat dengan
bola besar hoping) atau loncat tali. Anak laki-laki juga lebih senang berpartisipasi pada kegiatan
yang melatih keterampilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan pada keterampilan
motorik halus.
Peran lingkungan juga mendorong adanya perbedaan aktivitas fisik pada anak laki-laki dan
anak perempuan. Contohnya, seorang ayah akan lebih senang melakukan aktivitas yang
mengembangkan keterampilan fisik (main lari dan tangkap) dengan anak laki-laki dibandingkan
dengan anak perempuannya. Anak laki-laki juga lebih banyak mendapat tuntutan dari lingkungan
untuk tampil aktif dan terampil secara fisik. Suatu penelitian menggambarkan bahwa anak laki-
laki merasa bahwa orangtua mereka menganggap keterlibatan mereka dalam kegiatan atletik
merupakan sesuatu yang penting. Hal ini mempengaruhi perilaku dan rasa percaya diri mereka.
Sementara anak perempuan merasa bahwa mereka kurang terampil dalam olahraga
dibandingkan dengan teman laki-laki (Eccles & Harold, 1991 dalam Berk, 2009).

B. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK-MOTORIK ANAK USIA DINI


Untuk mempermudah Anda memahami materi ini, pembahasan akan dimulai dari karakteristik
perkembangan fisik, yang meliputi penampakan fisik anak secara umum. Kemudian kita lanjutkan
dengan pembahasan tentang karakteristik perkembangan motorik yang meliputi keterampilan
gerakan motorik kasar dan motorik halus.
1. Karakteristik Perkembangan Fisik Anak
Selama usia prasekolah, pertumbuhan fisik mereka meningkat, akan tetapi dalam
pertumbuhan tinggi dan berat badan melambat tidak secepat pertumbuhan pada masa bayi dan
toddler. Sebagai gambaran, anak usia 4 tahun memiliki tinggi badan 2 kali lebih tinggi
dibandingkan tinggi badannya pada waktu lahir. Akan tetapi pertumbuhan ini 1,5 kalinya didapat
pada 2 tahun pertama kehidupan. Demikian pula dengan gambaran berat badan. Total berat
badan yang diperoleh pada usia 2-5 tahun lebih rendah dibandingkan dengan 1 tahun pertama
kehidupannya.
Perbedaan jenis kelamin terlihat diantara anak laki-laki dan perempuan pada tinggi dan
berat badannya. Anak laki-laki memiliki otot dan tulang yang lebih besar sehingga akan tampak
lebih tinggi dan lebih berat bila dibandingkan dengan anak perempuan.
Anak-anak usia prasekolah ini mulai kehilangan lemak bayinya (baby fat), lengan dan kaki
tumbuh lebih panjang yang membuat tubuh mereka terlihat menjadi lebih langsing dan semakin
tinggi. Jika tadinya anak balita terlihat berat di bagian atas tubuh, kini bentuk tubuhnya terlihat
semakin proporsional, menyerupai proporsi tubuh orang dewasa. Pertumbuhan rangka dan otot
serta pertumbuhan dada yang lebih besar daripada perut membuat mereka tampak lebih atletis.
Perubahan ini merupakan pertumbuhan refleks yang terjadi dalam tubuh.
Sistem tubuh bagian dalam menjadi matang dan pertumbuhan gigi utama menjadi lengkap.
Secara umum kesehatan anak di usia ini lebih baik. Penyakit yang biasa diderita hanya flu dan
penyakit Saluran pernafasan. Akan tetapi, anak menjadi sering mengalami kecelakaan kecil
(misalnya jatuh karena bermain lari-larian atau belajar naik sepeda) dikarenakan kegiatan fisiknya
yang sangat aktif.

2. Karakteristik Perkembangan Motorik Anak


Anak prasekolah memiliki banyak keuntungan dalam hal fisik-motorik. Sejalan dengan
perkembangan fisik yang terjadi (lihat bahasan sebelumnya), mereka dapat membuat tubuh
melakukan apa yang mereka inginkan. Hal tersebut didukung oleh adanya perkembangan pada
area sensoris dan motorik di korteks (otak) yang memungkinkan koordinasi yang lebih baik antara
apa yang diinginkan anak dengan apa yang mampu dilakukannya.
Aktivitas motorik yang ditampilkan anak semakin baik. Perkembangan otot yang besar
memungkinkan mereka untuk berlari atau mengendarai sepeda roda tiga. Peningkatan koordinasi
mata-tangan membantu mereka untuk dapat menggunakan gunting atau sendok untuk makan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa anak di usia ini mengalami peningkatan yang pesat
dalam perkembangan motoriknya, baik motorik kasar maupun motorik halus.
Perkembangan keterampilan motorik pada seorang anak tergantung pada faktor genetik dan
lingkungan, yaitu kesempatan untuk mempelajari dan melatihkan ketrampilan tertentu. AAP
Committee on Sport Medicine and Fitness, 1992 (dalam Papalia, 2009) menyatakan bahwa hanya
20% anak usia 4 tahun dapat melempar bola dengan baik dan akurat dan hanya 30% dapat
menangkap bola dengan baik. Sebagian besar anak di bawah usia 6 tahun belum siap untuk
terlibat dalam olahraga yang sangat terstruktur. Mereka lebih baik melakukan kegiatan aktif atau
bermain bebas.

3. Keterampilan Motorik Kasar


Pada usia ini, anak memiliki koordinasi dan keseimbangan hampir menyerupai orang
dewasa. Perkembangan kemampuan motorik kasar atau kemampuan yang membutuhkan
koordinasi sebagian besar bagian tubuhnya, didukung dengan pertumbuhan otot dan tulang yang
kuat, memungkinkan anak mampu melakukan hal-hal, seperti meloncat, memanjat, berlari,
menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan satu kaki selama lebih dari sepuluh detik. Ia
bahkan sudah memiliki kekuatan otot untuk melakukan hal-hal yang lebih menantang, seperti
jungkir balik, bermain sepatu roda, bahkan bermain egrang. Secara umum, kemampuan motorik
kasar anak usia 4-6 tahun adalah sebagai berikut.

Tabel 2.
Tabel Kemampuan Motorik Anak Usia 4-6 Tahun

Kegiatan Usia 4 Tahun Usia 5 Tahun Usia 6 Tahun


Berlari a. Kemampuan berlari meningkat. a. Kemampuan berlari dan kontrol a. Kemampuan berlari dan kontrol
Anak dapat berlari dengan gerakan anak hampir menyerupai gerakan anak menyerupai orang
gerakan dan arah yang lebih orang dewasa. dewasa.
teratur. Kecepatan berlari
b. Anak dapat melakukan b. Kontrol gerakan dalam permainan
meningkat.
kemampuan ini (berlari dan menjadi lebih akurat dan lebih
b. Kemampuan mengendalikan diri kontrol gerakan) dalam lincah
(kontrol gerakan) ketika berlari permainan. Contoh: main kejar-
meningkat. Anak dapat kejaran.
mengontrol gerakan dalam
c. Anak dapat menggabungkan
berlari ketika mulai (start),
gerakan berlari dengan gerakan
berbalik/berbelok, dan berhenti
lain seperti jongkok dalam suatu
permainan (main tap jongkok).
Melompat a. Kemampuan melompat Gerakan melompat yang dilakukan Gerakan melompat yang dilakukan
meningkat dalam jarak; anak dapat digabungkan dengan dapat digabungkan dengan
dapat melompat lebih jauh dan gerakan lain, misalnya berlari lalu gerakan lain, misalnya berlari
lebih tinggi. melompat sejauh ± 60-75 cm. menjadi lebih jauh dan lebih
akurat.
b. Anak dapat melompat dari
ketinggian ± 60-70 cm dengan
kedua kaki mendarat
bersamaan.
c. Anak dapat melompat sejauh ±
25 cm.
d. Anak dapat melompat 4-6x
dengan satu kaki.
Melempar Dapat melempar dengan jarak Dapat melempar dengan gerakan Dapat melempar dengan
yang lebih jauh dibandingkan yang benar dengan cara mengatur kekuatan pada kaki.
sebelumnya. melangkahkan kaki kanan ke Lembaran menjadi lebih kuat dan
depan sambil melempar. lebih jauh.
Menangkap Dapat menangkap bola besar Dapat menangkap bola kecil Dapat menangkap bola kecil
dengan tangan dilenturkan di dengan menggunakan telapak dengan mengunakan telapak
daerah siku. tangan. tangan.
Naik-Turun a. Anak semakin terampil Keterampilan menaiki dan Keterampilan menaiki dan
Tangga melakukan gerakan naik-turun menuruni tangga sudah seperti menuruni tangga sudah seperti
tangga. orang dewasa. Anak dapat naik- orang dewasa. Anak dapat naik-
turun tangga dengan kaki turun tangga dengan kaki
b. Dengan sedikit bantuan,
bergantian tanpa bantuan. bergantian tanpa bantuan.
digandeng atau dituntun, anak
Beberapa bahkan dapat naik-turun
mulai dapat menaiki dan
tangga dengan berlari.
menuruni tangga dengan kaki
bergantian
Naik Anak dapat mengendarai Keterampilan mengendarai Anak telah dapat mengendarai
Sepeda sepeda roda tiga dengan baik. sepeda semakin baik. Anak mulai sepeda roda dua layaknya orang
Dapat mulai mengatur setir dapat mengendarai sepeda yang dewasa. Keseimbangan tubuh
dengan arah yang tepat. lebih besar dengan bantuan dua semakin baik.
roda kecil (sepeda roda empat).
4. Keterampilan Motorik Halus
Selain perkembangan motorik kasar yang begitu pesat, perkembangan motorik halus anak di
usia ini pun semakin meningkat. Pada saat ini, koordinasi mata-tangan anak semakin baik. Ia
sudah dapat menggunakan kemampuannya untuk mengurus dirinya dengan sedikit pengawasan
orang dewasa. Ia mulai dapat menyikat gigi, menyisir, mengancingkan pakaian, membuka dan
menutup ritsleting, memakai sepatunya sendiri, serta makan menggunakan sendok dan garpu.
Kelenturan tangannya pun semakin baik. Ia mulai dapat menggunakan tangannya untuk
berkreasi. Misalnya, menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, membuat gambar
sederhana dan mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit,
menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun tidak semua anak
memiliki kematangan untuk menguasai semua ini pada tahap yang sama (lihat lagi hal yang
mempengaruhi penguasaan motorik pada anak).
a. Perkembangan Gambar pada Anak
1) Pada usia 2 tahun anak hanya dapat menggambar berupa coretan/scribble – bisa garis
vertikal atau zig zag.
2) Pada usia 3 tahun anak dapat menggambar bentuk (lingkaran, kotak, segitiga, silang).
3) Usia 4-5 tahun disebut pictorial stage (tahapan gambar), dimana mereka mulai berubah
dari gambaran abstrak menjadi gambar yang menyerupai bentuk sebenarnya.

Gambar 3. Perkembangan Gambar pada Anak

b. Perkembangan Handedness
Salah satu hal penting yang berhubungan dengan keterampilan motorik halus seseorang
adalah handedness atau penggunaan tangan dominan. Pada awal masa bayi, mereka meraih
dan memegang benda dengan kedua tangannya, terkadang mereka menukar-nukar tangan
untuk memegang benda tersebut. Mereka akan menggoyangkan mainan kerincingan dengan
tangan kanan, kemudian mengambil balok dengan tangan kiri. Dengan kata lain, bayi dan
toddler dapat memanipulasi mainan dengan menggunakan kedua tangannya atau bergantian
tangan secara mudah.
Handedness mulai tampak permanen saat anak memasuki taman kanak-kanak (beberapa
tokoh mengatakan anak usia 3 tahun sudah menunjukkan tangan dominannya secara
permanen). Saat ini anak telah menentukan tangan mana yang lebih dominan untuk meraih,
memegang, atau memanipulasi objek. Sejalan dengan itu menjadi hal yang sulit untuk
mengubah tangan dominannya. Pada tahap inilah mulai dapat ditentukan apakah anak lebih
sering menggunakan tangan kanan atau kidal (menggunakan tangan kiri).
Penggunaan tangan dominan ini dipengaruhi oleh faktor bawaan (hereditas) dan
pengaruh lingkungan, yang terkadang “memaksa” anak untuk menggunakan tangan kanan
yang lebih dapat diterima oleh masyarakat. Secara umum, perkembangan fisik dan motorik
pada Early Childhood (4-6 tahun) adalah sebagai berikut.
1) Pertumbuhan tumbuh meningkat. Anak menjadi lebih ramping dan meninggi,
penampilan dan proporsi tubuh menjadi seperti orang dewasa.
2) Di akhir usia 3 tahun pertumbuhan gigi susu telah lengkap. Pada usia 6 tahun, gigi susu
mulai tanggal dan digantikan dengan tumbuhnya gigi permanen.
3) Kemampuan persepsi-motor meningkat. Anak tampak aktif dan energik.
4) Muncul masalah pada selera makan dan jadwal tidur (tidur menjadi lebih sedikit).
Adanya masalah pada tidur (misalnya mimpi buruk, mengigau, tidur sambil berjalan).
5) Mulai menentukan penggunaan tangan dominan (handedness).
6) Fungsi tubuh menjadi teratur, sudah bisa mengontrol “buang air besar” dan “buang air
kecil”.
7) Keterampilan motorik kasar (berlari, melompat dan melempar bola) dan motorik halus
(menggambar, mewarnai, dan menuang air) meningkat pesat. Hal ini membuat anak
lebih mandiri dan mulai dapat mengurus dirinya sendiri (self-help).

C. MASALAH-MASALAH PERKEMBANGAN FISIK-MOTORIK YANG SERING DIALAMI ANAK USIA DINI


1. Masalah dalam Perkembangan Fisik
a. Malnutrisi (kurang gizi)
Setiap orangtua mendambakan anak-anaknya dapat memperoleh makanan yang cukup
dan bergizi untuk mendukung tumbuh kembang mereka. Akan tetapi pada kenyataannya
banyak anak yang tidak memperoleh kemudahan ini. Data WHO pada tahun 1996 mencatat
bahwa sekitar ⅓ anak di bawah usia 5 tahun mengalami malnutrisi (kurang gizi).
Pendapat populer menyatakan bahwa masalah kurang gizi ini biasa ditemui pada anak-
anak yang berasal dari dunia ketiga (negara-negara miskin). Pendapat ini tidak sesungguhnya
tepat karena di negara yang telah maju pun masih juga ditemui ada anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi. Semua ini ternyata lebih kepada pola pengaturan makanan yang
sehat dan seimbang.
Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi akan tampak penampilan fisiknya. Mereka
terlihat lebih kurus dan lebih lemah bila dibandingkan dengan anak-anak lain yang
memperoleh cukup gizi. Masalah ini juga akan menyebabkan keluhan lain, misalnya bahwa
mereka akan memiliki skor tes kecerdasan (inteligensi) yang lebih rendah. Mereka juga
tampak tidak bergairah dan sering mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian pada
pelajaran di sekolah.
Gambar 4. Malnutrisi

b. Obesitas
Belakangan ini, obesitas atau kegemukan adalah masalah yang sering dijumpai pada
anak. Ada banyak faktor yang dapat menciptakan seorang anak obesitas. Salah satunya faktor
keturunan. Dari penelitian Sukard (Kail, 2001) ditemukan bahwa berat badan anak-anak yang
diadopsi lebih terkait pada orangtua biologisnya dibandingkan dengan orangtua angkatnya.
Gen berperan dalam membuat seseorang itu aktif membakar lemak atau tidak. Jika anak
malas bergerak (tubuh tidak aktif membakar lemak menjadi energi) maka lemak tubuh akan
tertimbun dan membuat tubuh menjadi gemuk. Anak-anak zaman sekarang cenderung
menjadi lebih malas bergerak. Dengan berbagai kemajuan teknologi yang memudahkan hidup
maka anak dapat dengan mudahnya menyalakan televisi atau AC dari jarak jauh dengan
menggunakan remote control. Olahraga juga bukan menjadi bagian dari kebiasaan hidup
mereka, bahkan permainan yang lebih sering dilakukan anak saat ini adalah bermain pasif
(main game atau komputer sambil duduk).
Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah peranan orangtua. Melihat anak yang gemuk,
montok, dan menggemaskan membuat orangtua tampak bangga dan bahagia sehingga tak
jarang anak dibiarkan memakan apa saja. Orangtua juga seringkali lupa akan adanya tanda-
tanda internal yang menunjukkan bahwa anak sudah harus berhenti makan. Pada bayi,
mereka makan karena adanya tanda internal tersebut. Mereka menangis dan minta makan
(atau susu) ketika lapar dan berhenti makan ketika merasa nyaman sudah kenyang. Pada anak
prasekolah, orangtua seringkali mempunyai aturan bagi anak untuk menghabiskan seluruh
makanan yang ada di piring, tanpa melihat apakah anak tersebut sudah kenyang atau belum.
Lingkungan juga memegang peranan. Media massa khususnya televisi sering
menampilkan berbagai iklan makanan ringan yang spicy dan mengenyangkan, juga makanan-
makanan cepat saji yang mengundang selera. Anak-anak yang masih kecil tentu saja akan
tertarik dan lebih memilih makanan-makanan tinggi lemak yang menggemukkan tersebut,
dibandingkan dengan makanan “rumah”.
Anak-anak yang mengalami obesitas menjadi tidak populer dan memiliki rasa percaya diri
yang rendah. Di sekolah mereka sering menjadi bahan ejekan teman-temannya. Gerakan
mereka pun kaku dan terbatas sehingga membuat aktivitas fisik mereka tidak selincah teman-
temannya.
Dari faktor kesehatan ditemukan bahwa obesitas mengundang berbagai penyakit, seperti
tekanan darah tinggi dan diabetes, dikarenakan anak yang mengalami obesitas seringkali
menjadi orang dewasa yang gemuk pula. Penelitian Armstrong (Gallahue, 1982) menemukan
bahwa rata-rata kematian pada orang-orang yang menderita obesitas 79% lebih tinggi
dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki berat badan normal.
Melihat bahwa faktor utama yang menyebabkan anak mengalami obesitas ialah makan
berlebih dan kurang bergerak, maka cara yang paling baik untuk mengurangi obesitas adalah
mengatur pola makan dan rajin berolahraga.
Gambar 5. Obesitas
2. Masalah dalam Perkembangan Motorik
Tidak semua anak mengalami perkembangan motorik yang sempurna sesuai dengan
perkembangan usianya. Ada banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembangan motorik
seorang anak. Beberapa diantaranya akan kita bahas berikut ini.
a. Masalah dalam Motorik Kasar
1) Ketidakmampuan mengatur keseimbangan
Diketahui kurang lebih 80% dari jumlah anak yang memiliki gangguan perkembangan
juga mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan tubuh. Pengaturan
keseimbangan tubuh ini diperlukan anak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih
sulit dan kompleks, seperti melompat, berdiri di atas satu kaki, atau berjalan dititian.
Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya
biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga
terkesan gerakannya ragu-ragu dan tampak canggung. Sebagai contoh, pernahkah Anda
melihat ada anak yang tampak ragu saat hendak menaiki tangga pada papan seluncur
(perosotan). Kebanyakan anak dapat dengan mudah dan cepatnya naik, tetapi anak ini
tampak bingung menentukan kaki mana yang akan dilangkahkan pada anak tangga
berikutnya. Masalah ini juga terjadi saat anak tersebut akan meluncur turun.
Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular
atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak segera ditangani,
kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka sekolah dan akan
mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan menulis. Kemampuan
membaca dan menulis pada dasarnya berhubungan dengan kemampuan untuk menangkap
informasi oleh sisitem keseimbangannya.
Anak yang mengalami masalah pada sistem vestibular memiliki kesulitan dalam
menentukan objek yang bergerak di depan matanya. Ia akan sulit mengikuti gerakan
benda-benda tersebut dengan matanya sehingga pandangannya saat mengikuti gerak
benda akan melompat-lompat. Efeknya ketika anak sudah belajar membaca, ia akan
mengalami kesulitan melihat tulisan di satu paragraf, kesulitan dalam menyalin tulisan di
papan tulis, serta kesulitan dalam membuat garis lurus.
Untuk mendeteksi apakah anak mengalami kesulitan dalam pengaturan keseimbangan
tubuhnya, hal yang harus dilakukan adalah memperhatikan apakah anak sudah menguasai
beberapa keterampilan motorik sesuai dengan tahapan usianya dengan baik. Jika belum,
beri kesempatan anak untuk memperoleh latihan selama beberapa waktu karena ada
kemungkinan kecanggungan/keragu-raguannya dalam bergerak disebabkan kurangnya
anak melatih ketrampilannya tersebut. Misalnya, canggung bermain perosotan karena ia
tidak pernah bermain dengan alat tersebut sebelumnya.
Perhatikan perkembangan anak selama lebih kurang 3 bulan. Apabila ia belum juga
menguasai beberapa keterampilan motorik yang telah dilatihkan secara teratur tersebut
maka orangtua dapat menanyakannya pada dokter yang biasa menanganinya atau
lamgsung ke ahli syaraf anak. Dalam hal ini, cepat bertindak akan lebih baik karena
masalah keseimbangan yang dialami di usia prasekolah akan menyulitkan dalam
melakukan kegiatan di sekolah nanti. Jika tidak segera diatasi, hal ini dapat meruntuhkan
rasa percaya diri anak.
2) Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik
Salah satu perkembangan motorik pada anak-anak usia 4-6 tahun yang perlu
diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasa mata-tangan
yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan.
Hal ini dapat dilihat saat anak melakukan permainan yang kompleks, misalnya bermain
bola. Dalam permainan sepakbola dibutuhkan reaksi yang cepat untuk menangkap bola
juga koordinasi yang baik antara mata dengan kaki sehingga kaki dapat menggiring bola
masuk gawang.
Namun ada anak-anak yang lambat bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak
kacau sehingga seringkali disebut “ceroboh” dan menjadi bahan ejekan teman-temannya.
Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2, yaitu karena anak kurang diberi
kesempatan untuk berlatih menajamkan kemampuannya untuk bereaksi dan melakukan
koordinasi gerakan, serta ada kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf
motoriknya. Untuk alasan yang terakhir ini orangtua perlu mengkonsultasikannya dengan
dokter.

b. Masalah dalam Motorik Halus


1) Belum bisa menggambar bentuk bermakna
Kegiatan menggambar merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian besar anak
prasekolah. Anak usia 4-6 tahun mulai tertarik mengekspresikan apapun yang dilihatnya
dalam bentuk gambar, walaupun hasilnya masih berupa coretan-coretan sederhana. Pada
usia ini beberapa anak bahkan mulai mampu membuat gambar yang bermakna, seperti
orang dan rumah. Walaupun belum sempurna tetapi tarikan garis yang digoreskannya
telah mempunyai arti misalnya, gambar orang dengan lingkaran kepala, dengan tambahan
mata, hidung dan mulut, serta badan berbentuk garis, seperti batang kayu. Ketika usianya
mencapai 5 tahun, ia mulai menambahkan rambut dan jari-jari tangan.
Cara menggambar anak juga beragam. Biasanya pada saat menggambar, salah satu
tangannya akan memegang kertas, sedangkan tangannya yang lain memegang alat
gambar, seperti pensil warna atau krayon. Alat gambar/krayon akan terjepit kuat dan
digerakkan dengan melenturkan serta memanjangkan jari-jari tangan, ketika ketiga ujung
jari yang lain terlihat ikut menggenggam batang krayon. Bentuk akan dibuat dengan
menekankan gorean pensil atau krayon pada salah satu bagian kertas. Dalam menggambar
lingkaran contohnya, adalah hasil dari goresan yang berlangsung melingkar. Mereka juga
mulai bisa menggambar bentuk lain, seperti tanda silang, segi empat, segitiga, dan bentuk
wajik.
Pada awalnya gambar bentuk yang dibuat anak merupakan gambar yang berdiri
sendiri di kertas. Coretan garis pada satu bagian kertas tidak ada hubungannya dengan
gambar lain yang terdapat di tengah kertas pada kertas yang sama. Menjelang akhir masa
usia prasekolah, anak mulai menghasilkan gambar yang “lebih berarti”, lebih ada hubungan
antara satu bentuk dengan bentuk lain sesuai dengan kemampuannya mempersepsikan
lingkungannya.
Memasuki usia 4-5 tahun, anak menjadi semakin menguasai coretan yang berirama.
Maksudnya, semakin anak bisa menguasai gerakan tangannya, ia semakin bisa
“mengiramakan” tangannya, dan mulai memahami batas gerakan yang dapat dilakukan
oleh tangannya. Anak mulai menciptakan hubungan yang bermakna antara berbagai
bentuk yang ia buat. Gambar mulai terbuat dari bentuk-bentuk yang berpadu dengan baik.
Gambar tersebut terdiri dari variasi satu atau dua bentuk dasar yang tersusun membentuk
makna tertentu. Misalnya sebuah segitiga dan bujursangkar jika disatukan akan
membentuk gambar rumah.
Perlu diwaspadai adalah jika anak ini belum dapat menggambar beberapa bentuk yang
tergabung dengan baik menjadi satu bentuk yang lebih bermakna. Misalnya, menggambar
manusia, namun antara coretan kepala, badan, dan anggota tubuh yang lain digambar
terpisah. Maka kemampuan anak dalam mempersepsi apa yang ada disekitarnya perlu
dipertanyakan.

2) Belum bisa mewarnai dengan rapi


Salah satu cara untuk melatih motorik halus anak ialah dengan memberi anak gambar-
gambar menarik untuk diwarnai. Biasanya anak akan menyukai kegiatan ini dan
bereksperimen dengan menggunakan berbagai macam warna yang disediakan.
Pada usia 4-6 tahun biasanya kemampuan mewarnai anak semakin baik. Coretan
warnanya mulai teratur, anak juga sudah mulai dapat memenuhi bidang gambar yang
diwarnainya. Walaupun seringkali pada satu bidang gambar dapat diberi lebih dari satu
warna. Walaupun goresannya tidak selalu terlihat rapi searah, namun tampak sudah ada
usahanya dalam menjaga agar coretan tidak keluar dari garis gambar/bidang yang harus
diwarnainya. Kemampuan untuk mewarnai gambar dengan rapi, tidak mencoret warna
hingga keluar bidang gambar, baru akan diperoleh anak mendekati usia 5 tahun.
Hal yang perlu diperhatikan adalah kemampuan anak dalam mewarnai. Jika ia enggan
menyelesaikan pekerjaan mewarnai gambarnya, cobalah melatih kesabarannya dalam
menyelesaikan satu pekerjaan hingga tuntas, sebelum beralih pada pekerjaan yang lain.
Bagi beberapa anak, pekerjaan mewarnai gambar memang bukan pekerjaan yang
menyenangkan. Apalagi jika hasilnya kemudian dibandingkan dengan hasil pewarnaan
gambar milik temannya yang lebih sempurna.
Banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih sangat penting.
Sediakan gambar-gambar menarik dan cukup sederhana untuk diwarnainya. Jika perlu,
temani anak saat mewarnai gambarnya. Berikan dorongan dan pujian atas segala usaha
anak untuk menyelesaikan gambar yang telah diwarnainya walaupun untuk sementara
waktu hasilnya masih jauh dari sempurna. Dengan seringnya ia melatih kemampuan ini,
kelenturan tangan serta koordinasi mata-tangan ikut terasah.
Namun apabila sampai mendekati usia sekolah coretan warnanya masih banyak yang
keluar dari bidang gambar, bahkan anak terkesan tidak peduli dan tidak tampak berupaya
untuk menjaga agar coretan warnanya tidak keluar dari bidang gambar, ada kemungkinan
ini berhubungan dengan kemampuan lain yang berkaitan dengan koordinasi mata-tangan,
seperti menggunting dan menempel.

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN FISIK-MOTORIK ANAK USIA DINI


Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penguasaan keterampilan fisik-motorik pada
seorang anak. Selain faktor genetik dan kematangan alat-alat tubuh, hal yang tidak kalah penting
adalah faktor latihan dan pengalaman. Anak-anak usia prasekolah terkadang masih membutuhkan
dukungan dan dorongan dari orang dewasa untuk mengembangkan rasa percaya diri dan perasaan
kemampuannya dalam melakukan berbagai kegiatan fisik. Berikut ini adalah beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk membantu mereka dalam meningkatkan keterampilan fisik-motoriknya.
 Dunia anak pada usia itu adalah dunia bermain. Beri kesempatan pada anak untuk bermain
yang dapat melatih penguasaan keterampilan motorik kasar dan motorik halusnya sekaligus
mengembangkan kekuatan dan pertumbuhan fisiknya. Suasana “berlatih” harus
menyenangkan. Usahakan agar pengalaman bergerak ini juga memasukkan unsur eksplorasi
dan aktivitas pemecahan masalah sehingga anak termotivasi untuk bertindak kreatif.
 Sediakan peralatan dan lingkungan yang memungkinkan anak melatih keterampilan fisik-
motoriknya. Untuk mengembangkan keterampilan motorik kasarnya, hal yang utama adalah
menyediakan lahan/area yang aman dan cukup luas bagi anak untuk dapat bergerak bebas,
belari-lari atau berguling-guling. Kegiatan ini dapat dilakukan di rumah, di lapangan, pusat-
pusat olahraga, atau taman-taman bermain yang tersedia.
 Perkenalkan dan latihlah anak dengan sebanyak mungkin jenis keterampilan fisik-motorik
karena keberhasilan menguasai suatu keterampilan bukan jaminan bagi anak untuk dapat
menguasai keterampilan yang lain. Semakin banyak jenis keterampilan yang diperkenalkan
pada anak, akan semakin baik bagi perkembangan fisik-motoriknya.
 Tidak perlu membedakan perlakuan pada anak laki-laki dan anak perempuan karena
sesungguhnya pada usia ini kemampuan dan ketertarikan anak terhadap aktivitas fisik-
motorik adalah sama.
 Jangan hanya menekankan pada kekuatan dan kecepatan, tetapi perhatikan gerakan dan
postur tubuh yang benar dalam melakukan aktivitas motorik tersebut. Ingatlah bahwa pada
tahap usia ini anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat.
 Sabarlah dalam menghadapi anak karena berkembangnya suatu keterampilan motorik, juga
tergantung waktu dan keinginan anak untuk menguasainya. Perhatikan adanya perbedaan
individual karena setiap anak memiliki jangka waktunya sendiri dalam menguasai suatu
keterampilan. Oleh karenanya, janganlah memaksa anak menguasai keterampilan motorik
melebihi batas kemampuannya.
 Pada dasarnya setiap anak adalah unik. Oleh karena itu, jangan membandingkan keadaan
fisik dan kemampuan motorik seorang anak dengan anak lain yang seusia dengannya.
Penguasaan anak pada suatu keterampilan fisik-motorik tidak selalu sama. Semua ini
tergantung dari banyak hal, misalnya latihan, rasa percaya diri, serta kematangan alat-alat
tubuhnya. Dengan membandingkannya dengan anak lain, anak justru akan menjadi cemas
setiap kali akan melakukan keterampilan yang dituntut.

1. Kegiatan Pembelajaran Meningkatkan Pertumbuhan Fisik Anak Usia Dini


Anak pada usia prasekolah mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat.
Lakukan banyak kegiatan untuk mengoptimalkan perkembangan fisiknya. Guru perlu
menyediakan waktu bermain (diluar/halaman/area bebas dan luas) setiap hari agar anak dapat
terus menggerakkan tubuhnya. Gerakan tubuh anak akan membantu pertumbuhan dan
perkembangan fisiknya. Salah satu kegiatan yang dapat dijadwalkan adalah senam pagi. Senam
pagi selain membuat tubuh anak menjadi segar dan bugar juga dapat membantu optimalisasi
perkembangan fisik. Gunakan musik yang riang dan menarik minat anak. Tidak perlu memberikan
gerakan yang terlalu rumit yang justru membuat anak merasa kesulitan. Gerakan-gerakan dasar
seperti lari ditempat, lompat dan peregangan akan membantu memperbesar pertumbuhan otot
dan tulang.
Selain penyediaan waktu untuk bergerak, pemilihan alat dan material yang cocok juga
penting dipikirkan. Carilah material yang dapat mendorong anak mengembangkan pertumbuhan
dan keterampilan fisiknya. Perhatikan usia anak untuk menghindari material yang berbahaya dan
cenderung sulit untuk digunakan anak. Sebagai contoh, tinggi dan bentuk seluncuran (perosotan)
harus disesuaikan dengan postur tubuh dan usia anak. Pengguanaan bola yang terlalu keras
justru menyakiti dan menakutkan bagi anak usia 4 tahun. Anak usia 5 tahun telah dapat
menggunakan tali atau holahoop untuk melenturkan tubuhnya.
Pemberian nutrisi yang tepat dan seimbang sangat dibutuhkan oleh anak pada usia ini.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang terjadi memerlukan gizi dan energi yang mencukupi.
Pemberian susu penting untuk diberikan di usia ini. Selain nutrisi, anak pada usia ini juga masih
membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup. Pada saat tikur, pertumbuhan fisik terus
berlangsung. Di dalam tidur juga terjadi proses perbaikan sel tubuh dan menggantikansel yang
sudah tidak terpakai dengan sel yang baru.

2. Kegiatan Pembelajaran Meningkatkan Perkembangan Motorik Anak Usia Dini


Pada usia ini, anak mengalami kemajuan yang pesat dalam keterampilan motorik halus dan
motorik kasar. Hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum anak usia prasekolah adalah
sediakan banyak kesempatan bagi anak untuk melatih aktivitas fisik-motorik. Pada dasarnya anak
usia prasekolah adalah aktif, mereka seakan tidak bisa diam dan terus bergerak. Anak usia 4-5
tahun masih membutuhkan banyak “bergerak” dalam program pembelajarannya, walaupun
mereka telah mampu duduk diam sejenak saat mendengarkan cerita, atau melakukan hal-hal
yang lebih menggunakan motorik halus. Guru dan orangtua perlu memikirkan dengan hati-hati
dan seksama saat menyusun aktivitas pembelajaran untuk buah hatinya. Sebagai contoh, anak
usia 5-6 tahun tidak akan mengalami kesulitan untuk menebalkan garis, karena kontrol motorik
halus mereka telah berfungsi dengan baik. Sedangkan untuk melakukan kegiatan olahraga yang
sangat terorganisir, seperti bermain voli atau basket, masih terlalu sulit untuk anak usia 4 tahun,
walaupun mungkin mereka telah dapat melempar dan menangkap bola, tetapi kurang bisa
mengikuti aturan yang diterapkan.
Beberapa kegiatan pembelajaran yang dikemukakan disini akan dibedakan menjadi kegiatan
untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar dan kegiatan untuk meningkatkan keterampilan
motorik halus.
a. Kegiatan untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar anak
1) Anak mengalami kemajuan dalam hal keseimbangan. Untuk meningkatkan kemampuan
ini, lakukan kegiatan:
 Berjalan mengikuti garis lurus
 Berjalan di balok titian
 Berperan menjadi pesawat terbang dengan mengangkat 1 kaki
 Bermain lompat 1 kaki
 Bermain ayunan
2) Kegiatan untuk meningkatkan ketepatan (mata-tangan), kecepatan, dan kekuatan:
 Lempar tangkap bola
 Melempar
 Lomba lari
 Lompat kodok
 Bergelantungan pada tiang

b. Kegiatan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak


Keterampilan motorik halus berhubungan dengan penggunaan tangan, khususnya jari
secara efektif, dan koordinasi dengan mata. Penguasaan keterampilan motorik halus akan
bermanfaat tidak hanya secara akademis, namun juga untuk mengembangkan
keterampilan bantu diri dan kemandirian anak. Berikut ini adalah beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan:
1) Tujuan akademik:
 Menggambar bebas
 Menggambar dengan contoh
 Mewarnai gambar dengan krayon atau pensi warna
 Mewarnai gambar dengan menempelkan potongan kertas kecil
 Menggunting dan menempel (mulai dari bentuk 1 dimensi hingga 2 dimensi)
 Membuat anyaman kertas
 Melipat kertas berwarna dengan bentuk tertentu
 Membuat kolase
 Menjahit di papan
 Mencetak bentuk, abik dengan lilin, maupun dengan pensil di kertas
 Bermain puzzle, lego, congkak
2) Tujuan untuk bantu diri/mengembangkan kemandirian:
 Memakai baju (kaos) dan celana sendiri
 Mengancingkan baju, membuka dan menutup resluiting
 Memakai kaos kaki dan sepatu sendiri
 Makan sendiri
 Menuangkan air sendiri
 Menggosok gigi
 Melipat baju

Anda mungkin juga menyukai