Anda di halaman 1dari 36

Konstruksi,

Permesinan, dan
Kebisingan
Diskusi

1. Konstruksi - Peraturan dan Standard


2. Permesinan - Bahaya dan Risiko
3. Kebisingan - Pengendalian Risiko dan Alat Pelindung Diri
- Contoh Kasus
Penerapan nilai K3L

Konstruksi/ Penghancuran/
Desain Penggunaan Pemeliharaan
produksi Recycle

Pemasangan
Hirarki Perundang-Undangan di
Indonesia
1. Undang-Undang
2. Peraturan Pemerintah
3. Peraturan Presiden
4. Peraturan Menteri
5. Keputusan Bersama (Beberapa Menteri)
6. Instruksi Menteri/Surat Edaran Menteri
7. Keputusan Dirjen

1. SOP/Prosedur Operasional Baku


2. Instruksi Kerja
Peraturan dan perundang-undangan
UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
UU No. 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
PERMENAKER No. 01 tahun 1980 tentang K3 Konstruksi
PERMENAKER No. 37 tahun 2016 Tentang K3 Bejana tekan dan tangki timbun
PERMENAKER No. 38 tahun 2016 Tentang K3 Pesawat tenaga dan produksi
PERMENKES No. 70 tahun 2016 Tentang Standar Dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri
K3 Konstruksi
PERMENAKER NO.1 / MEN/1980
TENTANG K3 KONSTRUKSI BANGUNAN
Pembinaan dan pengawasan dalam tahapan konstruksi

Tujuan:
Memberi perlindungan k3 bagi tenaga kerja dan orang lain.
Seluruh tahapan konstruksi dapat berlangsung dengan aman.
Peraturan pelaksanaan undang undang keselamatan kerja
Ruang Lingkup
Setiap dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah,gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan
dibawah tanah dsb atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya :


o Tertimbun tanah
o Kejatuhan
o Terkena pelantingan benda
o Terjatuh atau terpelosok
o Hanyut atau terpelanting
BAB II
TENTANG TEMPAT KERJA DAN ALAT-ALAT KERJA

Pasal 8
Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka,
atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua
galian-galian dan lubang-lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup
pengaman yang kuat.
Jaring Pengaman pd Tangga Kerja Pemasangan Rambu-Rambu Tersedia Ruangan P3K

Tabung Pemadam Kebakaran Pemakaian Sabuk Pengaman


BAB XVIII
KETENTUAN HUKUMAN
Pasal 103
(1) Dipidana selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah), pengurus yang melakukan pelanggaran atas ketentuan pasal
102.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini adalah
pelanggaran.
(3) Menteri dapat meminta Menteri yang membawahi bidang usaha konstruksi bangunan
guna mengambil sanksi administratif terhadap tidak dipenuhinya keten-tuan atau
ketentuan-ketentuan Peraturan Menteri ini.
Permesinan
Permesinan
Permenaker No. 5 No. 1985 - Pesawat Angkat dan Angkut
Permenaker No. 37 Tahun 2016 K3 Bejana Tekan & Tangki Timbun
Permenaker No. 38 Tahun 2016 - K3 Pesawat Tenaga & Produksi
Permenaker No. 6 Tahun 2017 - K3 Elevator dan Eskalator
Bahaya dan
Risiko
Permesinan
9 Potensi Bahaya Mekanis
1. Terbelit
2. Gesekan dan abrasi
3. Terpotong
4. Tergunting
5. Tertusuk
6. Tertumbuk
7. Tergencet
8. Terjepit kedalam
9. Terkena semburan udara/fluida/material lain
Secara umum, potensi bahaya permesinan dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor,
antara lain:
1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang
digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri.
2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam lingkungan,
yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun
hasil akhir
3. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang
melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik
maupun psikis.
Pengendalian Risiko
1. Secara konstruksi; menghilangkan bahaya dari peralatan.
2. Posisi atau letak; sehingga bahaya itu menjadi tidak terjangkau letaknya.

Setiap pekerja harus memastikan bahwa semua bagian mesin yang bergerak atau berputar telah
ditutup pengaman agar tidak membahayakan pekerja, bila memungkinkan dipasang alat
pelindung yang bisa mematikan mesin secara otomatis bila penutup dibuka.
Umumnya, pelindung mesin dibagi menjadi empat jenis, di antaranya:
Fixed Guard
Interlocked Guard
Adjustable Guard
Self-Adjusting Guard
Kebisingan
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI No. 718/Menkes/per/XI/1987 kebisingan adalah
terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki, menganggu dan atau membahayakan kesehatan.
Defini menurut Kep. Menaker No. KEP-15/MEN/1999, mendifinisikan kebisingan sebagai semua
suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dair alat-alat produksi atau alat-alat yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Risiko kerusakan pendengaran (damage risk on hearing) pada pekerja dapat disebabkan oleh
bising yang tinggi atau waktu kumulatif paparan yang berlebihan.
Kebisingan merupakan sumber bahaya dari faktor fisik di tempat kerja, yang sumber bahaya
tersebut perlu dikendalikan agar tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
produktif bagi tenaga kerja.
Jenis kebisingan dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok sebagai berikut:
Bising kontinu atau terus menerus, contohnya seperti suara mesin,
kipas angin, dan lain-lain.
Bising intermitten atau terputus putus yang terjadi tidak berlanjutan,
contohnya seperti suara lalu lintas, suara pesawat terbang, dan
sebagainya.
Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40
dB dalam waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya,
contohnya seperti suara senapan, mercon, dan sebagainya.
Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada
periode yang sama, contohnya seperti suara mesin tempa.
Gangguan fisiologis
◦ Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, nadi dan dapat menyebabkan pucat
dan gangguan sensoris

Gangguan psikologis
◦ Gangguan psikologis berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, emosi dan lain-lain.

Gangguan komunikasi
◦ Gangguan komunikasi dapat menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan bisa berakibat
kepada kecelakaan karena tidak dapat mendengar isyarat ataupun tanda bahaya.

Gangguan pada pendengaran (Ketulian)


◦ Merupakan gangguan yang paling serius karena pengaruhnya dapat menyebabkan
berkurangnya fungsi pendengaran. Gannguan pendengaran ini bersifat progresif tapi apabila
tidak dilakendalikan dapat menyebabkan ketulian permanen.
Pengendalian Kebisingan
Langkah efektif untuk pencegahan gangguan pendengaran adalah dengan melakukan
pengendalian pada sumber bahaya dengan melakukan eliminasi, subtitusi, engineering,
administrasi.
Pada tahap perencanaan / engineering pastikan memilih peralatan dengan efek kebisingan
paling rendah, mesin dengan intensitas kebisingan tinggi jauhkan dari area yang terdapat banyak
pekerja disana.
Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier, pasang peredam jika perlu total
enclosure / partial enclosure.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung Pendengaran adalah:
1. Dapat melindungi pekerja dari kebisingan
2. Nyaman diapakai dan efisien
3. Cocok dengan Alat Pelindung diri yang lainnya misal helm dan kacamata
4. Masih bisa berkomunikasi ketika digunakan, karena jika berlebihan dapat menimbulkan
bahaya lainnya misal tidak dapat mendengar isyarat atau sirene tanda bahaya.
Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate), secara prinsip
Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah:
Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – NRR (dBC)
Namun pengurangan dengan rumus diatas tidak tepat, gunakan safety faktor 50%, dengan
mempertimbangkan kualitas serta cara penggunaannya yang tidak tepat, sehingga rumus diatas
menjadi:
Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%]

Anda mungkin juga menyukai