Anda di halaman 1dari 16

Nama : Zumrotul Hamidah

NIM : 12422013
Program Studi : Teknik Lingkungan
Mata Kuliah : Teknik Analis Pencemar Lingkungan

9.1 Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kadar bakteri yang ada pada air dan
tanah di laboratorium secara mandiri

Mikroba dapat dijumpai pada berbagai jenis elemen lingkungan baik tanah, air dan
udara serta berbagai jenis bahan makanan, baik makanan yang berbentuk padat maupun cair.
Untuk mengetahui jumlah mikroba yang terkandung dalam 1 g sampel atau 1 mL sampel
yang diperiksa, maka perlu dilakukan pengenceran sampel tersebut. Hasil pengenceran ini
kemudian diinokulasi pada medium lempeng dan diinkubasikan. Setelah masa inkubasi,
jumlah koloni bakteri dihitung dengan memperhatikan faktor pengencernya. Metode hitungan
ini didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi satu
koloni (Dhafin, 2017).
 Teknik Pengenceran Bertingkat

Tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah


mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besar atau banyaknya tingkat pengenceran
tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1:9
untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya
mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.
Cara Kerja:
a. Sampel yang mengandung bakteri dimasukan ke dalam tabung pengenceran pertama
(1/10 atau 10-1) secara aseptis (dari preparasi suspensi secara swab/ulas, rinse/bilas atau
maserasi/penghancuran). Perbandingan berat sampel dengan volume tabung pertama
adalah 1:9 dan ingat akuades yang digunakan jika memakai teknik rinse dan swab sudah
termasuk pengencer 10-1. Setelah sampel masuk lalu dilarutkan dengan mengocoknya
menggunakan shaker.
b. Diambil 1 mL dari tabung 10 -1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10 -2
secara aseptis kemudian dikocok menggunakan shaker sampai homogen. Pemindahan
dilanjutkan hingga tabung pengenceran terakhir dengan cara yang sama, hal yang perlu
diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu diganti, artinya setiap tingkat
pengenceran digunakan pipet ukur steril yang berbeda/baru. Prinsipnya bahwa pipet
tidak perlu diganti jika memindahkan cairan dari sumber yang sama.

Perhitungan koloni bakteri dapat dilakukan secara langsung (direct method) dan tidak
langsung (indirect method). Perhitungan koloni bakteri secara langsung (direct method) dapat
dilakukan dengan metode counting chamber/mikroskopis, membran filter, dan perhitungan
elektronik. Sedangkan perhitungan koloni bakteri secara tidak langsung (indirect method)
dapat dilakukan dengan metode hitungan cawan/ Total Plate Count (TPC), metode
centrifuge, turbidimetri (kekeruhan), dan Most Probable Number (MPN) (Kurniawan et al.,
2023).

1. Hitungan Mikroskopik Langsung


Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan
menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan
adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan yang terdapat
antara coverglass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang
terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu. Ruang hitung terdiri dari 9 kotak besar
dengan luas 1 mm². Satu kotak besar di tengah, dibagi menjadi 25 kotak sedang dengan
panjang 0,2 mm. Satu kotak sedang dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian
satu kotak besar tersebut berisi 400 kotak kecil. Tebal dari ruang hitung ini adalah 0,1
mm. Sel bakteri yang tersuspensi akan memenuhi volume ruang hitung tersebut sehingga
jumlah bakteri per satuan volume dapat diketahui (Dhafin, 2017).
Hitungan mikroskopik merupakan metode yang cepat dan murah tetapi mempunyai
beberapa kelemahan di antaranya:
a. Sel-sel mikroba yang telah mati tidak dapat dibedakan dari sel yang hidup karena itu
keduanya terhitung.
b. Sel-sel yang berukuran kecil sukar dilihat di bawah mikroskop sehingga kalau tidak
teliti tidak terhitung.
c. Untuk meningkatkan ketelitian, jumlah sel di dalam suspense harus cukup tinggi,
minimal untuk bakteri 106 sel/mL. Hal ini disebabkan dalam setiap bidang pandang
yang diamati harus terdapat sejumlah sel yang dapat dihitung.
d. Tidak dapat digunakan untuk menghitung sel mikroba di dalam bahan pangan yang
banyak mengandung debris atau ekstrak makanan karena hal tersebut akan
mengganggu dalam perhitungan.
2. Teknik Hitungan Cawan / Total Plate Count (TPC)
Prinsip metode hitungan cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop (Hafsan, 2014). Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif
karena memiliki keuntungan sebagai berikut:
a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
b. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang
terbentuk mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penampakan pertumbuhan
spesifik.
Metode hitungan cawan juga memiliki beberapa kelemahan antara lain:
a. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena
beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
b. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin saja menghasilkan nilai yang berbeda.
c. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk
koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi 1-2 hari sehingga pertumbuhan koloni
dapat dihitung.
Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu
1. Metode Tuang (Pour Plate)
Dari pengenceran sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam cawan petri,
sebaiknya waktu antara dimulainya pengenceran sampai menuangkan ke dalam
cawan petri tidak boleh lebih dari 30 menit. Kemudian ke dalam cawan petri
tersebut dimasukkan agar cair steril yang telah didinginkan hingga 50°C sebanyak
kira-kira 15 ml. Setelah penuangan, cawan petri segera digerakkan secara hati-hati
supaya sel-sel mikroba menyebar secara merata, yaitu dengan gerakan melingkar
atau gerakan seperti angka delapan. Setelah medium agar memadat, cawan-cawan
tersebut dapat diinkubasikan di dalam inkubator dengan posisi terbalik. Cawan
petri perlu diinkubasi terbalik untuk mengurangi risiko kontaminasi dari partikel
udara yang mendarat di atasnya dan untuk mencegah akumulasi kondensasi air
yang dapat mengganggu atau membahayakan kultur.
Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45°C) untuk dituang
bersama suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan
dibiarkan memadat. Selama penuangan, tutup cawan petri tidak boleh dibuka
terlalu lebar untuk menghindari terjadi kontaminasi dari luar. Teknik ini akan
menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel
terendam agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan
agar yang kaya O2 dan ada yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak
mengandung oksigen. Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
 Siapkan cawan steril, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media agar
padat yang masih cair (>45°C)
 Tuangkan media agar pada cawan petri
 Teteskan 1 ml secara aseptis suspensi sel ke dalam cawan
 Tuangkan media yang masih cair ke cawan kemudian putar cawan untuk
menghomogenkan suspensi bakteri dan media, kemudian diinkubasi.

Inkubasi dilakukan pada suhu dan waktu tertentu sesuai dengan jenis
mikroorganisme yang akan dihitung. Medium agar yang juga disesuaikan dengan
jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Selama inkkubasi, sel-sel yang
masih hidup akan tumbuh dan membentuk koloni yang dapat terlihat langsung oleh
mata. Setelah masa inkubasi berakhir, koloni yang terbentuk dihitung. Setiap
koloni dianggap berasal dari satu sel yang membelah menjadi banyak sel,
meskipun mungkin juga berasal dari lebih dari satu sel yang letaknya berdekatan.
Perhitungan jumlah koloni dapat dilakukan dengan menggunakan alat bentu hitung
“Quebec Colony Counter”. Ketelitian akan lebih tinggi jika dilakukan secara
duplo, yaitu menggunakan dua cawan petri untuk setiap pengenceran, bahkan
apada beberapa kasus dilakukan triplo untuk ketelitian yang lebih tinggi lagi
(Hafsan, 2014).
2. Metode Sebar/ Permukaan (Surface/ Spread Plate)
Pada metode sebar, agar steril terlebih dahulu dituangkan ke dalam cawan
petri steril dan dibiarkan membeku. Setelah membeku dengan sempurna, sebangak
0,1 mL sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar tersebut,
kemudian disebar dengan batang L yang terlebih dahulu dicelupkan ke dalam
alkohol 95% dan dipijarkan hingga alkoholnya habis terbakar dan dingin.
Selanjutnya, inkubasi dilakukan seperti pada metode tuang. Tetapi harus diingat
bahwa jumlah sampel yang ditumbuhkan hanya 0,1 ml, tidak boleh 1 ml, sehingga
harus dimasukkan ke dalam perhitungan pengenceran untuk mendapatkan Total
Count (Hafsan, 2014). Total dari mikroba pada cawan petri ditentukan dengan cara
mengalikan total dari jumlah koloni dengan pengenceran cawan tersebut atau
rumus cawan TPC (Amaliyah, 2020).

Alasan diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml untuk spread plate dan 1 ml


untuk pour plate karena spread plate ditujukan untuk menumbuhkan
dipermukaanya saja, sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas
untuk penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.

Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena
beberapa mikroba tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.
Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh menggunakan
pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui jumlah
bakterinya.
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut:
 Satu koloni dihitung 1 koloni.
 Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
 Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
 Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
 Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah
dihitung.
 Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.

 Cara menghitung sel relatif / CFU’s per ml


CFU’s / ml = jumlah koloni X faktor pengenceran

Misal: penanaman dilakukan dari tabung pengenceran 10 -6 dengan metode Spread


Plate dan Pour Plate.
Spread plate: koloni = 50 = 50 x 106 CFU’s / 0,1 mL
Fp = 1/10-6 = 50.000.000 CFU’s / 0,1 mL
SP = 0,1 mL = 500.000.000 CFU’s / mL
= 5x108 CFU’s / mL
Pour plate: koloni = 50 = 50 x 106 CFU’s / 1 mL
Fp = 1/10-6 = 50.000.000 CFU’s / mL
PP = 1 ml = 5x107 CFU’s / mL

 Standard Plate Count (SPC)


Koloni yang dipilih untuk dihitung menggunakan cara SPC memiliki syarat
khusus berdasarkan statistik untuk memperkecil kesalahan dalam perhitungan.
Perhitungan mengacu kepada standar atau peraturan yang telah ditentukan. Syarat-
syaratnya sebagai berikut:
a. Pilih cawan yang ditumbuhi koloni dengan jumlah 30-300 koloni. > 300 = TNTC
(Too Numerous To Count) atau TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). < 30 =
TFTC (Too Few To Count).
b. Jumlah koloni yang dilaporkan terdiri dari 2digit yaitu angka satuan dan angka
sepersepuluh yang dikalikan dengan kelipatan 10 (eksponensial), misal 2,3 X 10 4,
bukan 2,34 X 104. Pembulatan ke atas dilakukan pada angka seperseratus yang
sama atau lebih besar dari lima, missal 2,35 X 10 4 menjadi 2,4 X 104, atau 2,34 X
104 menjadi 2,3 X 104.

c. Bila diperoleh perhitungan < 30 dari semua pengenceran, maka hanya dari
pengenceran terendah yang dilaporkan.

d. Bila diperoleh perhitungan > 300 dari semua pengenceran, maka hanya dari
pengenceran tertinggi yang dilaporkan.

e. Bila ada 2 cawan, masing-masing dari pengenceran rendah dan tinggi yang
berurutan dengan jumlah koloni 30-300 dan hasil bagi dari jumlah koloni
pengenceran tertinggi dan terendah ≤ 2, maka jumlah yang dilaporkan adalah
nilai rata-rata. Jika hasil bagi dari pengenceran tertinggi dan terendah > 2 maka
jumlah yang dilaporkan adalah dari cawan dengan pengenceran terendah.
f. Apabila setiap pengenceran digunakan 2 cawan petri (duplo), maka jumlah angka
yang digunakan adalah rata-rata dari kedua nilai jumlah masing- masing setelah
diperhitungkan.

Gambar Bagan alur persyaratan SPC


Untuk menghitung jumlah koloni maka diperlukan suatu standar perhitungan.
Standar ini berfungsi untuk melaporkan suatu hasil analisis mikrobiologi dan
menjelaskan mengenai cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data
yang ada untuk menghitung jumlah koloni di dalam suatu sampel. Standar yang
digunakan adalah Standard Plate Count (SPC).
Cara menghitung koloni pada cawan adalah sebagai berikut:
a. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara
30 – 300.
b. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni
yang besar dapat dihitung sebagai satu koloni walaupun jumlah koloninya masih
diragukan.
c. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung
sebagai satu koloni.

 Studi Kasus Analisis Kuantitatif Bakteri Pada Sampel Tanah


1. Menghitung Total Bakteri Pada Tanah Organik Limbah Rumah Tangga Dan
Tanah Anorganik Dengan Metoda Total Plate Count (TPC)
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Universitas Malikussaleh
pada bulan Mei sampai Juni 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah
populasi bakteri pada tanah organik dan anorganik sehingga dapat dijadikan indikator
mengetahui tingkat kesuburan tanah. Analisis data dilakukan dengan Uji-T yaitu dengan
membandingkan rata-rata parameter pengamatan terhadap masing-masing contoh tanah.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode komposit, yaitu
menggabungkan 9 anak sampel tanah yang diambil dari 9 titik sampel pada petak tanah
yang sama secara diagonal baik pada tanah organic maupun tanah anorganik. Hasil
penelitian menunjukkan jumlah populasi bakteri tertinggi terdapat pada tanah organik
total cfu 180.500.000 dan tanah anorganik total cfu 62.500.000 (Ekamaida, 2017).
2. Isolasi Dan Enumerasi Bakteri Tanah Di Wisata Petik Jeruk Selorejo Kecamatan
Dau Kabupaten Malang
Enumerasi yang dilakukan pada penelitian ini menghitung keberadaan bakteri
tanah di wisata petik jeruk Selorejo kecamatan Dau kabupaten Malang, data diambil
pada 2 stasiun berbeda dengan 5 sampel tiap stasiun. Jumlah bakteri terendah yaitu 2.2 x
108 CFU/g sedangkan jumlah bakteri tertingi 9.8 x 10 8 CFU/g. Jumlah bakteri pada
1gram permukaan tanah yang subur sekitar 1 milyar, menandakan bahwa jumlah bakteri
di perkebunan jeruk ini lebih sedikit sehingga bisa dikatakan tanahnya cukup subur
(Maula, 2021).
3. Analisis Tingkat Populasi Jamur Tanah Di Lahan Pertanaman Kentang (Solanum
tuberosum L.) Berdasarkan Metode Total Plate Count (TPC)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat populasi jamur tanah di lahan
pertanaman kentang (S. tuberosum L.). Sampel tanah diambil di perkebunan tanaman
kentang Desa Pinasungkulan Kecamatan Modoinding yang banyak menggunakan
pestisida. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi jamur pada tanah di pertanaman
kentang di Desa Pinasungkulan, Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan
dengan pengenceran bertingkat dan dilanjutkan dengan menghitung jumlah koloni
dengan metode Total Plate Count (TPC). Dari hasil isolasi diperoleh 6 famili dengan 11
jenis jamur tanah yang memiliki koloni terbesar pada isolat KJ1 sebesar 71 koloni dan
terendah pada isolat KJ8, KJ10, dan KJ 11 masing-masing sebesar 2 koloni (Arantika et
al., 2019).
4. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Tanah Sawah Di Desa Sukawali Dan Desa
Belimbing, Kabupaten Tangerang
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui karakteristik bakteri
tanah yang berasal dari dua area persawahan, lokasi pertama di Desa Sukawali (TGR 1)
dan lokasi kedua di Desa Belimbing (TGR 2), Kabupaten Tangerang. Penelitian
dilakukan dengan mengambil sampel tanah, kemudian sampel dikultur dalam media agar
nutrien dengan pengenceran bertingkat. Total bakteri dihitung dan isolat yang diperoleh
diuji kemampuan dan karakternya dalam menambat nitrogen (BPN), melarutkan fosfat
(BPF), menghasilkan indole acetic acid (IAA), menghasilkan Hidrogen Cyanide (HCN),
aktivitas katalase, jenis Gram dan karakter motilitas. Total bakteri yang dapat tumbuh
dari kedua lokasi sebanyak 2,4x106 CFU/g dan 1,8x106 CFU/g (Pambudi et al., 2017).
5. Modifikasi Media Alternatif Dari Sayuran Untuk Analisis Kuantitatif
Pertumbuhan Mikroorganisme Asal Tanah Gambut Kalimantan Barat Dengan
Metode TPC
Hasil penelitian yang dilakukan menemukan bahwa, setiap media yang digunakan
memiliki kelimpahan mikroba yang berbeda-beda. Perhitungan jumlah mikroba yang
dilakukan berdasarkan total koloni yang tumbuh menunjukkan dari kelima jenis media
yang digunakan keompok bakteri lebih banyak tumbuh dibandingkan cendawan.
Pengamatan menunjukkan bahwa kelimpahan koloni bakteri tertinggi adalah pada media
Nutrient Agar yaitu total 421 x 105 CFU/gr, sedangkan Ubi Gembili sebanyak 26 x 105
CFU/gr, dan Tomat 17 x 105 CFU/gr. Akan tetapi pada media yang menggunakan
susbtrat asal Wortel dan labu sama sekali tidak ditumbuhi bakteri (Rezekikasari &
Harianto, 2019).
6. Isolasi dan Dentifiasi Bakteri Penambat Nitrogen Non Simbiotik pada Lahan
Restorasi dengan Metode Legume Cover Crop (LCC) di Daerah Pasirian
Lumajang Jawa Timur
Penerapan LCC menggunakan kacang tanah (Arachis hypogaea) pada lahan
pertanian kritis akan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Sistem LCC menghasilkan
lingkungan perakaran yang sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui kelimpahan dan mengidentifikasi genus bakteri penambat nitrogen
non simbiotik pada lahan restorasi di Pasirian, Lumajang dengan penerapan metode
LCC. Kelimpahan Bakteri dihitung dengan metode Total Plate Count (TPC). Proses
isolasi bakteri diawali dengan pengenceran bertingkat dan didentifikasi berdasarkan
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Hasil penelitian didapatkan populasi
bakteri penambat N non simbiotik di lahan pertanian Pasirian sebelum LCC adalah
sebesar 2,7x105 CFU/g dan setelah LCC adalah sebesar 1,8x10 6 CFU/g (Agisti et al.,
2014).
7. Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Pelarut Kalium Dari Tanah Sawah Dengan
Sistem Irigasi Subak
Tujuan dari penelitian ini adalah mengisolasi dan menguji kemampuan bakteri
pelarut K dari tanah sawah dengan sistem irigasi subak. Sampel tanah yang diisolasi
berasal dari Subak Sembung dan Subak Mambal. Sampel diambil dengan teknik
purposive sampling hasil komposit masing-masing dari 5 titik sampling pada kedalaman
0-10 cm. Isolasi bakteri menggunakan metode spread plate dan penghitungan jumlah
mikrob dilakukan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Bakteri hasil isolasi
yang telah dimurnikan dengan metode empat kuadran diuji kemampuannya dalam
melarutkan K pada media Alexandrov cair. Pengukuran K terlarut dilakukan
menggunakan atomic absorption spectroscopy. Populasi bakteri pelarut K menunjukkan
hasil lebih tinggi pada lokasi sampling di Subak Sembung (5,72 x 105 CFU/g)
dibandingkan Subak Mambal (4,23 x 105 CFU/g) (Sukmadewi et al., 2022).
8. Bakteri Pelarut Fosfat Hasil Isolasi dari Tiga Jenis Tanah Rizosfer Tanaman
Pisang Nipah (Musa paradisiaca var. nipah) di Kota Singkawang
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepadatan total dan karakteristik bakteri
pelarut fosfat yang di isolasi dari rizosfer tanaman pisang nipah (Musa paradisiaca var.
nipah) pada jenis tanah aluvial, gambut dan podsolik merah kuning (PMK) di Kecamatan
Singkawang Tengah. Isolasi bakteri dilakukan dengan menggunakan media Pikovskaya
dan metode agar tuang (pour plate method), sedangkan penghitungan kepadatan bakteri
dengan metode cawan hitung (total plate count). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
diperoleh 4 genus bakteri pelarut fosfat pada tanah aluvial yaitu Acetobacter, Bacillus,
Flavobacterium dan Micrococcus. Tanah gambut ditemukan 5 genus yaitu Azotobacter,
Bacillus, Micrococcus, Pseudomonas, Staphylococcus. Tanah PMK ditemukan 6 genus
yaitu Acetobacter, Azotobacter, Bacillus, Escherichia, Flavobacterium, Paracoccus.
Kepadatan total koloni bakteri pelarut fosfat pada tanah aluvial, gambut dan PMK
berturut-turut adalah 7,9x108 CFU/gr, 7,3x108 , 7,1 x108 CFU/gr (Marista et al., 2013).
9. Isolasi Dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut Di Perkebunan Kelapa Sawit PT.
Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2013 di
PT. Tambang Hijau dan Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah populasi bakteri yang berada di perkebunan kelapa sawit lahan
gambut pada tingkat kedalaman tanah 0 cm (permukaan tanah), 25 cm, 50 cm, 75 cm dan
100 cm, selain itu penelitian ini juga bertujuan menganalisis morfologi bakteri tanah
secara makroskopis maupun mikroskopis. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah observasi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode komposit,
yaitu menggabungkan 9 anak sampel tanah yang diambil dari 9 titik sampel pada petak
tanah yang sama secara diagonal. Hasil penelitian menunjukkan jumlah populasi bakteri
tertinggi pada permukaan tanah perkebunan kelapa sawit umur 6 tahun yaitu 1,06x10 6
CFU, sedangkan populasi bakteri pada permukaan tanah perkebunan kelapa sawit umur 3
tahun yaitu 1,16 x 105 CFU (Irfan, 2014).

 Studi Kasus Analisis Kuantitatif Bakteri Pada Sampel Air


1. Analisis Total Bakteri (ALT) dan Total Coliform Pada Air Sumur Penduduk di
Kelurahan Sempaja Utara
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan bakteri dan kandungan
bakteri koliform pada air sumur milik beberapa penduduk di Kelurahan Sempaja Utara
Kecamatan Samarinda Utara, Kota Samarinda. Sampel penelitian berupa air sumur
penduduk yang diambil dari 5 sumur penduduk. Teknik analisis data adalah dengan
membandingkan data hasil pemeriksaan bakteriologis dengan ketentuan dalam
persyaratan air minum menurut World Health Organization (WHO), maupun menurut
persyaratan air minum menurut Menteri Kesehatan RI. Hasil analisis data diperoleh
bahwa: 100% sampel mengandung ALT sebesar 10.000-100.000 sel bakteri/sampel air.
Sedangkan nilai MPN/100 mL, diketahui bahwa hanya satu kode sampel yang memenuhi
persyaratan sebagai air minum (nilai MPN/100 mL menurut WHO:0). Demikian juga
jika dilihat dari nilai TPC, hanya satu kode sampel yang memenuhi persyaratan sebagai
air minum (TPC menurut WHO: 100 kuman/mL air) (Boleng, 2011).
2. Analisis Kadar Bakteri Coliform Pada Air Sungai Brantas di Desa Joho Kabupaten
Kediri
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar dan jenis dari bakteri
Coliform yang ada di Sungai Brantas Desa Joho berdasarkan makroskopisnya serta
kesesuaian baku mutu. Penelitian ini bersifat observasional analitik yang dilakukan di
Lab UIN Sunan Ampel Surabaya. Variabel bebas dalam penelitian ini (3 titik air sungai)
dan variabel terikat (Kadar bakteri Coliform). Sampel yang digunakan berasal dari 3 titik
: titik hulu, tengah dan hilir dan metode yang digunakan adalah TPC (Total plate count)
dan MPN (Most probable number) yang dilanjutkan dengan pengamatan makroskopis
menggunakan media NA dan EMB. Hasil uji TPC menunjukkan kadar mikroba tertinggi
572 dan 516 koloni/ml dengan TBUD melebihi batas (300 koloni) pada titik hulu dengan
uji statistik anova memperoleh nilai P > 0.05 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan
pada masing-masing pengenceran. Sedangkan nilai tertinggi MPN adalah >1100/100 ml
pada titik hilir. Secara makroskopis uji TPC ditemukan bakteri Aeromonas sp., Bacillus
sp., dan Enterobacter sp. Sedangkan uji MPN ditemukan E. coli, Klebsiella sp. dan
Enterobacter sp. Menurut baku mutu air sungai tahun 2001 No. 82 hasil paling rendah
pada MPN 15/100 ml dapat digolongkan sebagai air bersih golongan 1 yang berarti dapat
dikonsumsi dengan syarat. Berbeda dengan nilai TPC paling rendah 42,3 x 10 3 masih
melebihi baku mutu 1,0 x 102 (Amaliyah, 2020).
3. Jumlah Total Bakteri Dan Coliform Dalam Air Susu Sapi Segar Pada Pedagang
Pengecer di Kota Semarang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah total bakteri dan coliform dalam
air susu sapi segar pada pedagang pengecer di Kota Semarang berdasarkan standart SNI.
Pengujian 13 sampel air susu dari 13 pedagang pengecer diuji di laboratorium untuk
mengetahui jumlah total bakteri dan coliform, metode pengujian untuk total bakteri
menggunakan Pour Plate Count dan pengujian coliform menggunakan metode Most
Probable Number. Hasil menunjukkan bahwa jumlah total bakteri tertinggi adalah 1,1 x
106 CFU/ml, angka tersebut melebihi batas maksimum standart SNI yaitu 1 x 10 6
CFU/ml. Keseluruhan sampel penelitian memiliki jumlah coliform (40 MPN/ml-24.000
MPN/ml) angka tersebut melebihi batas SNI yakni 20 MPN/ml, hal ini menunjukkan
adanya cemaran kotoran pada produk air susu dan sanitasi lingkungan yang buruk.
Kualitas mikrobiologis air susu sapi dipengaruhi oleh status kesehatan sapi, umur sampel
dan penerapan prosedur pemerahan dan penanganan air susu sapi segar pasca panen
secara tepat (Santoso et al., 2012).

SOAL
1. Apa saja metode pengukuran kadar bakteri?
2. Apa perbedaan dari metode mikroskopik langsung dengan metode hitungan cawan?
3. Bagaimana rumus total coloni CFU/mL pada metode TPC?
4. Berapa jumlah CFU/mL pada metode TPC pour plate 1 mL dengan tabung pengenceran
10-6 dan jumlah koloni bakteri yang terhitung ada 50?
DAFTAR PUSTAKA
Agisti, A., Alami, N. H., & Hidayati, T. N. (2014). Isolasi dan Dentifiasi Bakteri Penambat
Nitrogen Non Simbiotik pada Lahan Restorasi dengan Metode Legume Cover Crop
(LCC) di Daerah Pasirian Lumajang Jawa Timur. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 3(2).
Amaliyah, L. (2020). Analisis Kadar Bakteri Coliform Pada Air Sungai Brantas Di Desa
Joho Kabupaten Kediri. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Arantika, W., Umboh, S. D., & Pelealu, J. J. (2019). Analisis Tingkat Populasi Jamur Tanah
Di Lahan Pertanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Berdasarkan Metode Total Plate
Count (TPC). Jurnal Ilmiah Sains, 19(2).
Boleng, D. T. (2011). Analisis Total Bakteri (ALT) dan Total Coliform Pada Air Sumur
Penduduk di Kelurahan Sempaja Utara. Jurnal Pembelajaran Sains, 9(3).
Dhafin, A. A. (2017). Analisis Cemaran Bakteri Coliform Escherichia Coli Pada Bubur Bayi
Home Industry Di Kota Malang Dengan Metode TPC Dan MPN. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ekamaida. (2017). Menghitung Total Bakteri Pada Tanah Organik Limbah Rumah Tangga
Dan Tanah An0rganik Dengan Metoda Total Plate Count (TPC). Jurnal Agrisamudra,
4(2).
Hafsan. (2014). Mikrobiologi Analitik (F. Nur (ed.)). Alauddin University Press.
Irfan, M. (2014). Isolasi Dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut Di Perkebunan Kelapa Sawit
PT. Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal Agroteknologi,
5(1).
Kurniawan, S. Y., Ariami, P., & Rohmi. (2023). SI PINTER Sebagai Alat Penghitung Koloni
Bakteri Penunjang Laboratorium Mikrobiologi. Jurnal Biotek, 11(1).
Marista, E., Khotimah, S., & Linda, R. (2013). Bakteri Pelarut Fosfat Hasil Isolasi dari Tiga
Jenis Tanah Rizosfer Tanaman Pisang Nipah (Musa paradisiaca var. nipah) di Kota
Singkawang. Jurnal Protobiont, 2(2).
Maula, D. R. (2021). Isolasi dan Enumerasi Bakteri Tanah di Wisata Petik Jeruk Selorejo
Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Universitas Islam Malang.
Pambudi, A., Susanti, & Priambodo, T. W. (2017). Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Tanah
Sawah Di Desa Sukawali Dan Desa Belimbing, Kabupaten Tangerang. Jurnal Al-
Kauniyah, 10(2).
Rezekikasari, & Harianto, R. (2019). Modifikasi Media Alternatif Dari Sayuran Untuk
Analisis Kuantitatif Pertumbuhan Mikroorganisme Asal Tanah Gambut Kalimantan
Barat Dengan Metode TPC. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika, 9(1).
Santoso, L., Rukmi, M. I., & Lestari, O. (2012). Jumlah Total Bakteri Dan Coliform Dalam
Air Susu Sapi Segar Pada Pedagang Pengecer Di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(2).
Sukmadewi, D. K. T., Singapurwa, N. M. A. S., & Candra, I. P. (2022). Isolasi Dan Uji
Kemampuan Bakteri Pelarut Kalium Dari Tanah Sawah Dengan Sistem Irigasi Subak.
Jurnal Agrotek Tropika, 10(3). https://doi.org/10.23960/jat.v10i3.5450

Anda mungkin juga menyukai