Anda di halaman 1dari 13

HIDROLIKA

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN DEBIT ALIRAN

Oleh:
Maulana Ahmad Annafis 12422012
Zumrotul Hamidah 12422013
Annur Rahman 12422015

Dosen Pembimbing:
Muchammad Tamyiz, Ph.D

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
2023
I. JUDUL PERCOBAAN
Pengukuran debit aliran

II. PRINSIP KERJA


Keterampilan dalam mengukur aliran yang melewati suatu penampang saluran
alam atau buatan (sungai) menjadi hal mendasar yang perlu dikuasai. Volume
air yang mengalir tersebut perlu diketahui sebagai dasar dalam analisis-
analisis selanjutnya, terutama dalam analisis debit andalan, debit banjir, atau
pun untuk kepentingan analisis kualitas air. Volume air yang melewati sebuah
titik tinjauan pada saluran selama sebuah periode waktu adalah fungsi dari
kecepatan dan luas penampang aliran air.

Q =  . A ………………………………………. (1)

Keterangan:

Q : debit aliran (volume/waktu)

A : luas penampang aliran

 : kecepatan aliran

Persamaan (1) adalah sebuah bentuk persamaan kesetimbangan massa


yang umum disebut sebagai persamaan kontinuitas (Canonica, n.d.). Jika luas
penampang diubah menjadi lebih kecil, tetapi tetap melewatkan debit yang
sama persamaan 1 menunjukkan bahwa kecepatan harus naik untuk
mempertahankan kontinuitas. Peningkatan kecepatan menghasilkan
penambahan energi kinetic aliran. Hal ini berarti bahwa potensi aliran dalam
menghasilkan tegangan geser meningkat sehingga akan menimbulkan erosi
dan angkutan sedimentasi.

III. TUJUAN PERCOBAAN


Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu melakukan praktikum pengukuran kecepatan pada


saluran alam
2. Mahasiswa dapat mengukur debit aliran pada saluran alam
IV. DASAR TEORI
Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting
bagi pengelola sumber daya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk
merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil
diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai
macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-
rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air yang
dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai (Wiadnyana et al., 2019).

Debit air sungai adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang
tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (L/s). Dalam kegiatan
pengukuran debit air sungai Rangkah kidul ini digunakan metode apung.
Metode ini adalah metode tidak langsung dalam pengukuran debit air, karena
hanya kecepatan aliran yang diukur, yaitu dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan benda apung untuk melewati jarak yang telah ditentukan pada
suatu aliran sungai. Metode ini juga tidak membutuhkan peralatan yang
khusus, tetapi dapat memperoleh hasil yang layak (Setiawan, 2018).

Sungai adalah massa air yang secara alami mengalir melalui suatu
lembah. Kebanyakan mengalir di permukaan bumi ke tempat yang lebih
rendah, sebagian meresap di bawah permukaan tanah. Alirannya tidak tetap;
kadang deras, kadang lambat, tergantung kemiringan sungai. Alirannya
mengikuti saluran tertentu yang di kanan kirinya dibatasi tebing yang curam
(Setiawan, 2018).

Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk ke dalam alur sungai
berupa aliran permukaan, aliran air di bawah permukaan, aliran air bawah
tanah dan butir-butir hujan yang langsung jatuh kedalam alur sungai. Debit
aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian akan
turun kembali setelah hujan selesai. Gambar tentang naik turunnya debit
sungai menurut waktu disebut hidrograf. Bentuk hidrograf suatu sungai
tegantung dari sifat hujan dan sifat-sifat daerah aliran sungai yang
bersangkutan. Sebagian besar debit aliran pada sungai kecil yang masih
alamiah adalah debit aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit
aliran air permukaan (air hujan). Dengan demikian aliran air pada sungai kecil
pada umumnya lebih menggambarkan kondisi hujan daerah yang
bersangkutan. Sedangkan sungai besar, sebagian besar debit alirannya
berasal dari sungai-sungai kecil dan sungai sedang diatasnya. Sehingga
aliran air sungai besar tidak mesti menggambarkan kondisi hujan dilokasi yang
bersangkutan. Aliran dasar pada sungai kecil terbentuk dari aliran mata air
dan air tanah, sedang aliran dasar pada sungai besar dibentuk dari aliran
dasar sungai-sungai kecil dan sedang diatasnya (Wiadnyana et al., 2019).

V. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut:

1. Alat: Pelampung (botol Aqua), air, kayu, meteran, dan stopwatch.


2. Bahan: air sungai.

VI. METODE
1. Petunjuk Umum
a. Jenis saluran ada 2 macam: saluran alam dan saluran buatan.
b. Jenis pengukuran ada 2 macam: pengukuran kasar dengan pelampung
dan pengukuran teliti dengan currentmeter.
c. Lokasi pengukuran dipilih sendiri oleh setiap kelompok dan berbeda
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Untuk saluran alam
disarankan memilih kali/ sungai kecil/ anak sungai/ stream. Untuk
saluran buatan disarankan memilih saluran irigasi/ drainase.
d. Syarat-syarat lokasi saluran alam:
1) Lebar muka air saluran : 3-30 m
2) Kedalaman saluran : kurang dari 2 m
3) Pengukuran pada bagian yang lurus sebanyak 2 tampang
4) Jarak dari kampus kira-kira bisa ditempuh selama kurang dari 15
menit.
e. Syarat-syarat lokasi saluran buatan:
1) Lebar saluran : lebih dari 60 cm
2) Kedalaman saluran : lebih dari 30 cm
3) Pengukuran pada bagian yang lurus sebanyak 2 tampang yang
berbeda bentuk dan ukurannya.
4) Jarak dari kampus kira-kira bisa ditempuh selama kurang dari 15
menit.
2. Petunjuk Teknis
a. Lebar saluran
Lebar saluran dapat diukur dengan pita ukur gulung yang
dibentangkan melintang tegak lurus arah aliran di saluran. Titik awal
dan akhir pengukuran adalah titik di tepi sungai yang merupakan
batas perairan. Untuk menghindari terseretnya pita ukur oleh arus,
pita ukur dibentangkan pada ketinggian kira-kira 20 cm di atas air.
Untuk meminimumkan kesalahan, arah pandang pembacaan pita ukur
adalah tegak lurus arah vertical terhadap tanah (Tamyiz, 2016).
b. Pengukuran kecepatan dengan pelampung
1) Cari bagian saluran yang lurus
2) Buatlah tanda di tepi saluran dengan patok/ batu/ ranting dan
lain-lain.
3) Tanda dibuat di 2 titik yaitu bagian hulu (titik 1) dan hilir (titik 2)
dengan jarak tertentu yang mudahdiukur.
4) Pilih minimum tiga lintasan gerak pelampung, yaitu di pinggir kiri,
tengah dan pinggir kanan.
5) Letakkan botol berisi air di salah satu lintasan yang dipilih pada
jarak 5 meter sebelah hulu dari titik 1, nyalakan stopwatch ketika
pelampung sampai di titik 1, biarkan pelampung hanyut,
sesampainya pelampung di titik 2 matikan stopwatch, catat waktu.
6) Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk sebuah lintasan dan di
rata-rata untuk mendapatkan kecepatan di satu lintasan.
7) Ulangi langkah 5 dan untuk lintasan-lintasan yang lain. Rata-
ratakan kecepatan di semuaa lintasan-lintasan yang sudah diukur.
Kecepatan diperoleh sebagai jarak dibagi waktu.
8) Debit diperoleh dari kecepatan dikali luas penampang aliran. Luas
penampang didapat dari pengukuran kedalaman air, lebar
permukaan air sungai dan perkiraan panjang sedimentasi di
daerah pinggir sungai.
VII. TABEL PERLAKUAN DAN PENGAMATAN
No
Perlakuan Pengamatan
.
1. Cari bagian saluran yang lurus Saluran air yang dipilih adalah
sungai Rangkah Kidul yang
memiliki aliran lambat dengan
kapasitas volume lebih sedikit
karena praktikum ini dilakukan
pada musim kemarau. Aliran air
cenderung lambat karena
dipengaruhi oleh tumbuhan eceng
gondok yang menutupi sebagian
daerah sungai sedangkan titik
hulu berada setelah daerah eceng
gondok tumbuh. Warna sungai
cenderung hitam dengan
beberapa lumut yang hanyut.
2. Buatlah tanda di tepi saluran Tanda dibuat dengan kayu yang
dengan patok/ batu/ ranting dan ditancapkan pada tepi sungai.
lain-lain.
3. Tanda dibuat di 2 titik yaitu Jarak antar titik adalah 5 meter.
bagian hulu (titik 1) dan hilir (titik Setiap titik dilakukan penentuan
2) dengan jarak tertentu yang koordinat dengan GPS dari Google
mudah diukur. Maps. Titik koordinat bagian hulu
adalah -7.457478162594454,
112.73501798706354, sedangkan
koordinat di bagian hilir adalah -
7.457439584501165,
112.73500286594444
4. Pilih minimum tiga lintasan gerak Praktikum dilakukan di bagian
pelampung, yaitu di pinggir kiri, pinggir kiri, tengah dan pinggir
tengah dan pinggir kanan. kanan sungai. Lintasan di pinggir
kanan cenderung menengah
dikarenakan banyaknya
sedimentasi sungai yang membuat
kedalaman air di pinggir kanan
lebih pendek sehingga botol
pelampung tersangkut ke tanah
sedimen.
5. Letakkan botol berisi air sebagai Botol diisi dengan air sebagai
pemberat di salah satu lintasan pemberat agar botol bisa berdiri
yang dipilih pada jarak 5 meter tegak di dalam air dan
sebelah hulu dari titik 1, nyalakan memudahkan perhitungan. Botol
stopwatch ketika pelampung diikat dengan tali panjang yang
sampai di titik 1, biarkan dikaitkan dengan kayu
pelampung hanyut, sesampainya dikarenakan jauhnya jangkauan
pelampung di titik 2 matikan jarak antara permukaan air
stopwatch, catat waktu. dengan praktikan. Stopwatch yang
digunakan untuk mengukur waktu
melintasnya botol pada titik hulu
ke hilir menggunakan bantuan
smartphone.
6. Ulangi pengukuran sebanyak 3 Pengukuran hanya dilakukan
kali untuk sebuah lintasan dan sekali untuk sebuah lintasan.
dirata-rata untuk mendapatkan Waktu praktikum lebih banyak
kecepatan di satu lintasan. digunakan untuk mencari lokasi
saluran air dan merencanakan
metode yang sesuai, sehingga
ketika praktikum cuacanya mulai
panas terik yang membuat
praktikan memutuskan untuk
melakukan pengukuran sekali.
7. Ulangi langkah 5 dan untuk s
Rumus kecepatan  =
t
lintasan-lintasan yang lain. Rata-
Kecepatan rata-rata:
ratakan kecepatan di semua
v 1+ v 2+v 3
lintasan-lintasan yang sudah  rata-rata = 3
diukur. Kecepatan diperoleh
sebagai jarak dibagi waktu.

8. Debit diperoleh dari kecepatan Rumus Debit Q = v.A


dikali luas penampang aliran. Penampang aliran sungai
Luas penampang didapat dari diperkirakan berbentuk trapesium
pengukuran kedalaman air, lebar sembarang. Luas penampang
permukaan air sungai dan aliran didapatkan dengan
perkiraan panjang sedimentasi di penggambaran terlebih dahulu
daerah pinggir sungai. untuk memudahkan perhitungan.

VIII. TABEL PENGUKURAN


Tanggal Pengukuran : Minggu, 5 November 2023
Nama Sumber Air : Sungai Rangkah Kidul
Lokasi Sumber Air : Titik lintasan bagian hulu
(Koordinat/Blok/Zona (-7.457478162594454, 112.73501798706354)
) dan titik lintasan bagian hilir
(-7.457439584501165, 112.73500286594444)
Nama Kelompok : Kelompok 3
Tabel 1. Perhitungan Kecepatan Aliran

Waktu t Panjang Lintasan s Kecepatan Aliran 


Pengukuran
(s) (m) (m/s)
s 5
Lintasan 1 (kiri) 160 5 = = = 0,031
t 160
Lintasan 2 s 5
128 5 = = = 0,039
(tengah) t 128

Lintasan 3 s 5
151 5 = = = 0,033
(Kanan) t 151

Rata-rata 146 5 0,034

 Gambar 1. Perhitungan Luas Penampang A (m2)

Penampang aliran sungai diperkirakan berbentuk trapesium sembarang


dengan nilai sebagai berikut.
2,4 m

0,32 m

1,1 m 0,8 m 0,5 m

A = Luas Trapesium Sembarang

A = Luas Trapesium siku-siku + Luas Segitiga siku-siku

Panjang sisi sejajar x tinggi alas x tinggi


= +
2 2

(1 , 9+0 , 8)x 0 , 32 0 ,5 x 0 ,32


= +
2 2

= 0,432 + 0,08

= 0,512 m2

 Tabel 2. Perhitungan Debit aliran Q

Pengukura Kecepatan aliran Luas Penampang Debit Aliran


n  (m/s) A (m2) Q (m3/s)
Q=.A
Lintasan 1
0,031 0,512 = 0,031 x 0,512
(kiri)
= 0,016
Q=.A
Lintasan 2
0,039 0,512 = 0,039 x 0,512
(tengah)
= 0,019
Q=.A
Titik 3
0,033 0,512 = 0,033 x 0,512
(kanan)
= 0,017
Rata-rata 0,034 0,512 0,017  0,02
IX. PEMBAHASAN
Praktikum hidrolika yakni pengukuran debit air sungai Rangkah kidul ini
menggunakan metode apung. Metode ini adalah metode tidak langsung dalam
pengukuran debit air, karena hanya kecepatan aliran yang diukur, yaitu
dengan mengukur waktu yang dibutuhkan benda apung untuk melewati jarak
yang telah ditentukan pada suatu aliran sungai. Metode ini juga tidak
membutuhkan peralatan yang khusus, tetapi dapat memperoleh hasil yang
layak (Setiawan, 2018). Sungai Rangkah Kidul ini memiliki aliran yang lambat
dengan volume air lebih sedikit karena praktikum ini dilakukan pada musim
kemarau. Aliran air cenderung lambat karena dipengaruhi oleh tumbuhan
eceng gondok yang menutupi sebagian daerah sungai sedangkan titik hulu
berada setelah daerah eceng gondok tumbuh. Warna sungai cenderung hitam
dengan beberapa lumut yang hanyut. Volume air di musim kemarau yang
menurun ini membuat sedimentasi sungai terlihat di sebagian pinggir kanan
sungai.

Saluran lurus ini dibagi menjadi 4 daerah pengukuran untuk 4 kelompok.


Kelompok 3 mendapat bagian ketiga. Setiap bagian dibatasi oleh tanda yang
dibuat dari kayu yang ditancapkan pada tepi sungai. Jarak antar titik adalah 5
meter. Setiap titik dilakukan penentuan koordinat dengan GPS dari Google
Maps. Titik koordinat bagian hulu adalah -7.457478162594454,
112.73501798706354, sedangkan koordinat di bagian hilir adalah -
7.457439584501165, 112.73500286594444.

Praktikum dilakukan di bagian pinggir kiri, tengah dan pinggir kanan


sungai. Lintasan di pinggir kanan cenderung menengah dikarenakan
banyaknya sedimentasi sungai yang membuat kedalaman air di pinggir kanan
lebih pendek sehingga botol pelampung tersangkut ke tanah sedimen. Botol
diisi dengan air sebagai pemberat agar botol bisa berdiri tegak di dalam air
dan memudahkan perhitungan. Botol diikat dengan tali panjang yang
dikaitkan dengan kayu dikarenakan jauhnya jangkauan jarak antara
permukaan air dengan praktikan.

Stopwatch yang digunakan untuk mengukur waktu melintasnya botol


pada titik hulu ke hilir menggunakan bantuan smartphone. Selanjutnya
dilakukan perhitungan kecepatan rata-rata dari panjang lintasan dibagi
dengan waktu rata-rata. Hasil pengukuran debit diperoleh dari kecepatan
dikali luas penampang aliran. Luas penampang didapat dari pengukuran
kedalaman air, lebar permukaan air sungai dan perkiraan panjang sedimentasi
di daerah pinggir sungai. Penampang aliran sungai diperkirakan berbentuk
trapesium sembarang.

Tabel 2. Hasil pengukuran debit pada sungai Rangkah Kidul

Bagian
Hasil Pengukuran Debit (m3/s)
Lintasan
Kelompok 1 0,1
Kelompok 2 0,2
Kelompok 3 0,02
Kelompok 4 0,02

X. KESIMPULAN
Berdasarkan tabel hasil praktikum pengukuran debit pada sungai
Rangkah Kidul, maka dapat diketahui bahwa lintasan aliran sungai pada
bagian hulu kelompok 1 sampai dengan bagian hilir kelompok 4 merupakan
aliran unsteady/ tak langgeng (tak tetap). Hal ini dikarenakan nilai debit Q
yang melalui suatu penampang aliran tidak konstan/tidak tetap terhadap
waktu aliran.

XI. DAFTAR PUSTAKA


Canonica, L. (n.d.). Memahami Hidrolika. Angkasa.

Setiawan, R. (2018). Pengukuran Debit Air Sungai Cisalak Dan Kualitas Air Bak
Kontrol. PLTR BATAN.

Tamyiz, M. (2016). Panduan Praktikum Hidrolika.

Wiadnyana, D. M., Subagiada, K., & Natalisanto, A. I. (2019). Hubungan Tinggi Muka
Air Dan Debit Aliran Sungai Karang Mumus Di Lokasi Desa Pampang Kota
Samarinda. Jurnal Geosains Kutai Basin, 2(2).
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai