Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Mata Kuliah : HUKUM ACARA PERADILAN KHUSUS


Program Studi : ILMU HUKUM
Dosen : TIM DOSEN
Hari/Tanggal : RABU, 08 JUNI 2022
Kelas : SEMUA KELAS
Waktu : 07:00-08:20
Sifat Ujian : OPEN BOOK
No Soal Bobot CPMK-CPL
Setiap anak perlu mendapat perlindungan dan kesempatan
20%
yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal baik fisik, mental, maupun sosial. Maka, perlu
dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap Mampu menjelaskan
mengenai sanksi yang
1. pemenuhan hak-haknya tanpa adanya perlakuan diskriminatif.
dijatuhkan kepada anak.
(C2)
Jelaskan penjatuhan sanksi terhadap anak menurut Undang-
undang Perlindungan Anak?

Jelaskan pengertian anak menurut hukum dan jelaskan pula Mampu menjelaskan
20% Definisi anak menurut
konsep "restorative justice" terhadap anak?
2. hukum. (C2)

Jelaskan alur sistem peradilan pidana dalam tindak pidana Mampu menjelaskan
20% persidangan pengadilan
perikanan?
3. perikanan. (C2)

Pada periode kepemimpinan Menteri Perikanan Susi Mampu menjelaskan


4. 20% Formulasi Tindak Pidana
Pudjiastuti pelaku tindak pidana perikanan selain dijatuhkan
Perikanan (C2)
hukuman sesuai peraturan yang berlaku, kapal yang
digunakan dalam tindak kejahatan ikut di tenggelamkan,
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

bagaimana pendapat saudara mengenai hal tersebut?

Jelaskan alur sistem peradilan pidana apabila ada seorang Mampu menjelaskan
20% Pengadilan militer untuk
anggota TNI melakukan tindak pidana umum ( misal:
semua tingkatan secara
pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, penganiayaan dst. )! umum memiliki yuridiksi
terhadap tindak pidana
5. yang dilakukan oleh
seseorang pada waktu
melakukan tindak pidana.
(C2)

Dibuat Tanggal :02 Juni 2022 Diverifikasi Tanggal : 02 Juni 2022


Dosen Pengampu/Koordinator MK, Yang memverifikasi,
Kaprodi Ilmu Hukum,

Dr. Dini Dewi Heniarti.,S.H.,M.H Dr.Sri Ratna Suminar, SH., MH.

Nama : Muhamad Yordan Firdaus


NPM : 10040019037
Mata Kuliah :Hukum Acara Peradilan Khusus
Kelas : B

1.
Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, penjatuhan sanksi
kepada anak dibagi menjadi dua jenis, antara lain :
- Sanksi Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi (Pasal 82 UU SPPA):
 Pengembalian kepada orang tua/Wali;
 Penyerahan kepada seseorang;
 Perawatan di rumah sakit jiwa;
 Perawatan di LPKS;
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

 Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah
atau badan swasta;
 Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau
 Perbaikan akibat tindak pidana.

Sanksi Pidana
Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana anak terbagi atas Pidana Pokok dan Pidana
Tambahan (Pasal 71 UU SPPA):
Pidana Pokok terdiri atas:
 Pidana peringatan;
 Pidana dengan syarat, yang terdiri atas: pembinaan di luar lembaga, pelayanan masyarakat, atau
pengawasan;
 Pelatihan kerja;
 Pembinaan dalam lembaga;
 Penjara.

Pidana Tambahan terdiri dari:


 Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau
 Pemenuhan kewajiban adat

Selain itu, UU SPPA juga mengatur dalam hal anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional
mengambil keputusan untuk: (lPasal 21 UU SPPA)
 Menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali; atau
 Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi
pemerintah atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat
maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.

2. Jika merujuk pada UU SPPA, anak didefiniskan sebagai anak di bawah umur sebagai anak yang telah
berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun.
Restorative Justice adalah suatu proses Diversi, yaitu semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana
tertentu bersama-sama mengatasi masalah serta berperan dalam membuat segala sesuatunya menjadi lebih
baik dengan melibatkan korban, anak, dan masyarakat dalam mencari solusi untuk memperbaiki, rekonsiliasi,
dan menenteramkan hati yang tidak berdasarkan pembalasan
3.
Pertama, pembentukan Pengadilan Perikanan didasarkan pada Pasal 71 ayat (1) UU Perikanan. Pembentukan
pengadilan khusus perikanan seharusnya dibentuk berdasarkan undang-undang yang khusus mengatur tentang
pengadilan perikanan, bukan didasarkan pada UU Perikanan. Hal ini didasarkan pada Pasal 24A Ayat 5 UUD
1945 yang berbunyi : ”Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

peradilan dibawahnya diatur dengan undang-undang”. Dari segi teknik perundang-undangan, frasa ”diatur
dengan undang-undang” berarti harus diatur dengan undang-undang tersendiri .

Kedua, kompetensi relatif pengadilan perikanan sesuai dengan pengadilan negeri yang bersangkutan (Pasal
71 ayat (4)). Selama belum dibentuk pengadilan perikanan selain pengadilan perikanan pada Pengadilan
Negeri Jakarta Utara, Medan, Pontianak, Bitung dan Tual, maka perkara tindak pidana perikanan yang terjadi
di luar wilayah hukum pengadilan perikanan tersebut tetap diperiksa, diadili, dan diputus oleh pengadilan
negeri yang berwenang (Pasal 106). Ketentuan demikian menjadikan adanya dualisme rezim hukum, yaitu
rezim hukum pengadilan negeri dan rezim hukum pengadilan perikanan.

Ketiga, penyidik tindak pidana di bidang perikanan dapat dilakukan sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perikanan, Perwira TNI AL, dan Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia (Pasal 73 ayat 1). Tampaknya ketentuan ini dimaksudkan sebagai legitimasi bagi PPNS, Perwira
TNI AL maupun Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia untuk melakukan penyidikan tindak pidana
perikanan yang terjadi di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia. Akan tetapi UU
Perikanan tidak mencabut ketentuan mengenai penyidikan dalam Pasal 14 UU No. 5 Th. 1983 tentang Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) yang menentukan bahwa penyidik di ZEEI adalah Perwira TNI AL,
sehingga terhadap tindak pidana dengan locus delicty di ZEEI sering terjadi tarik menarik kewenangan antar
penyidik. Sesuai UU ZEEI sebagai undang-undang yang mengatur secara khusus mengenai ZEE
dibandingkan UU Perikanan, maka berlaku asas lex specialist derogat legi generaly, kewenangan melakukan
penyidikan di ZEEI hanyalah milik Penyidik Perwira TNI AL
.
Keempat, persidangan pengadilan perikanan dilakukan dengan 1 (satu) hakim karier sebagai ketua majelis
dan 2 (dua) orang anggota yang berasal dari hakim ad hoc (Pasal 78). Apabila keberadaan hakim ad hoc pada
pengadilan perikanan untuk menutupi kelemahan sumber daya manusia yang dianggap ada, hal ini menjadi
rancu karena keberadaan hakim ad hoc hanya ada pada pengadilan tingkat pertama, pada pengadilan tingkat
banding maupun kasasi tidak dikenal adanya hakim ad hoc perikanan.Kelima, jangka waktu penanganan
perkara perikanan diatur cukup singkat, yaitu 20 hari ditingkat penuntutan sedangkan ditingkat pengadilan
perikanan, Pengadilan Tinggi (PT) dan Mahkamah Agung (MA) masing-masing 30 hari terhitung penerimaan
berkas perkara. Membandingkannya dengan KUHAP, penyelesaian perkara tidak ditentukan jangka
waktunya, yang ditentukan adalah jangka waktu penahanan.

4. menurut saya itu adalah sesuatu yang bagus dan patut diteruskan oleh siapapun yang nantinya menjabat
menjadi Menteri kelautan. Dengan menenggelamkan kapal, secara tidak langsung Indonesia menunjukan
bahwa kita adalah negara yang berdaulat dan tidak bisa diganggu gugat oleh negara lain.
5. Instrumen hukum dalam proses hukum acara pidana dalam kekuasaan peradilan umum terdiri dari beberapa
tahap. Yakni tahap mulai penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan proses persidangan. Tak behenti di situ,
masih terdapat tahap pembinaan bagi para narapidana di lembaga pemasyarakatan (Lapas).
Tahap penyelidikan dan penyidikan berdasarkan berbagai peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia,
tak saja dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan, namun pula oleh TNI Angkatan Laut, Bea Cukai, Imigrasi
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

hingga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Merujuk Pasal 1 angkat 6 KUHAP, maka pihak yang
berwenang melakukan penuntutan hanyalah jaksa. Jaksa, merupakan pegawai Kejaksaan Republik Indonesia
yang bekerja tak saja di lingkungan Kejaksaan RI, namun juga lingkungan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Sedangkan proses persidangan perkara pidana di peradilan umum, mulai di tingkat Pengadilan Negeri, Tinggi,
hingga MA dipimpin oleh majelis hakim. Yakni majelis yang terdiri dari hakim karier dan ad hoc. Tentunya
mereka para hakim yang berada di lingkungan MA. Sementara amanah yang utama dalam Pasal 3 ayat (4) a
TAP MPR No.VII/2000 adalah mengatur tentang Prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum tunduk
kepada peradilan umum.

Anda mungkin juga menyukai