Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rivaldi Dwiki Dirgantara

NPM : 10040020133
Mata Kuliah : Hukum Asuransi C
Tugas : Jelaskan perbedaan asuransi sebagai suatu perjanjian dengan asuransi sebagai
suatu usaha (bisnis)? Dan Berikan contohnya masing-masing dalam kehidupan
nyata, dengan disertakan sumber berita atau referensinya yang valid.
Jawaban
1. A. perjanjian asuransi adalah perjanjian yang memiliki sifat khusus dan unik,
sehingga perjanjian ini memiliki karakteristik tertentu yang sangat tegas dibandingkan
dengan jenis perjanjian lainnya. Berdasarkan Pasal KUHD, Ketentuan Umum
perjanjian dalam KUHPer juga dapat berlaku dalam perjanjian asuransi sebagai
perjanjian khusus. Dengan demikian, para pihak juga tunduk pada beberapa ketentuan
dalam KUHPer. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam undang-undang perjanjian
sebagaimana diatur oleh KUHPer perlu dipertimbangkan. Prinsip-prinsip yang lahir
dari Ketentuan KUHP adalah sebagai
 Asas konsensual
 Asas kebebasan berkontrak
 Asas ketentuan mengikat
 Asas kepercayaan
 Asas persamaan hukum
 Asas keseimbangan/ prorata
 Asas kepastian hukum
 Asas itikad baik
B.Asuransi sebagai suatu usaha
asuransi memberikan manfaat bagi masyarakat, yaitu sebagai sarana pengalihan
risiko, asuransi juga berfungsi sebagai tempat untuk menjalankan usaha atau usaha,
dengan menyelenggarakan usaha asuransi. Mengacu pada undang - undang Nomor 40
tahun 2014 tentang asuransi (UU Asuransi), tidak ada istilah dan pengertian bisnis
asuransi. Istilah dan pengertian bisnis asuransi tertuang dalam undang-undang
sebelumnya, yaitu Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang usaha asuransi, dalam
pasal 2 Huruf (a) disebutkan usaha asuransi adalah usaha jasa keuangan yang dengan
menghimpun dana masyarakat melalui pemungutan premi asuransi memberikan
perlindungan kepada anggota pengguna jasa asuransi umum terhadap kemungkinan
kerugian akibat peristiwa yang tidak pasti atau hidup atau matinya seseorang

2. Kronologi Kasus Asuransi Jiwa Kresna Life Hingga Dihukum OJK


Jakarta, CNN Indonesia -- Ototitas Jasa Keuangan (OJK) memberikan sanksi
pembatasan kegiatan usaha (PKU) kepada PT Asuransi Jiwa Kresna (Kresna Life
Insurance). Sanksi tertuang dalam surat OJK nomor S-342/NB.2/2020 tanggal 3
Agustus 2020.
"Jiwa Kresna dilarang melakukan kegiatan penutupan pertanggungan baru untuk
seluruh lini usaha bagi perusahaan asuransi tersebut sejak tanggal 3 Agustus 2020
sampai dengan dipenuhinya rekomendasi hasil pemeriksaan OJK," ucap Deputi
Komisioner Humas dan Logistik OJK Anto Prabowo, Jumat (14/8).
Sanksi terkait penundaan pembayaran polis nasabah yang dilakukan perusahaan
tersebut. Kasus bermula pada 20 Februari 2020 saat perseroan mengirimkan surat
kepada seluruh nasabah untuk menunda pembayaran polis.
Lewat surat tersebut, perusahaan menyatakan Produk Asuransi Yang Dikaitkan
dengan Investasi (PAYDI) Kresna Life tidak terkait dengan surat berharga yang
tengah diselidiki oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) terkait kasus gagal bayar PT
Asuransi Jiwasraya (Persero).
Selain itu, perseroan menegaskan rekening mereka tidak terkait dengan kasus
Jiwasraya. Namun, dengan dalih menghindari potensi penarikan dana secara massal
(rush), maka Kresna Life memperpanjang jangka waktu (roll over) investasi polis.
Direktur Utama Asuransi Jiwa Kresna Kurniadi Sastrawinata menyatakan langkah
menunda pembayaran polis diambil untuk melindungi dan menyelamatkan dana
nasabah dengan menambah jangka waktu investasi polis minimal selama 6 bulan yang
jatuh tempo mulai 11 Februari 2020 - 10 Agustus 2020.
"Transaksi penebusan polis diundur selama 6 bulan," tulisnya dalam surat tersebut.
Belum juga genap 3 bulan setelah penerbitan surat itu, Kresna Life kembali mengirim
surat kepada nasabah pada 14 Mei 2020.
Kali ini isinya mereka mengaku mengalami masalah likuiditas pada portofolio
investasi sehingga perseroan memutuskan untuk menunda pembayaran polis jatuh
tempo sejak 11 Februari 2020 hingga 10 Februari 2021, atau kurang lebih satu tahun.
Tak hanya itu, Kresna Life juga menghentikan pembayaran manfaat terhitung sejak
14 Mei 2020 hingga 10 Februari 2021.
Lalu, pada 18 Mei 2020, atau selang empat hari perseroan kembali mengirim surat
kepada nasabah. Intinya, mereka menyatakan tengah menyusun skema penyelesaian
kewajiban perusahaan dan akan disampaikan kepada pemegang polis selambat-
lambatnya 30 hari sejak surat terbit.
Namun, skema yang dijanjikan tak disampaikan hingga pada 18 Juni 2020 atau ketika
perusahaan lagi-lagi menerbitkan surat ke nasabah. Perseroan menuturkan tahap
pertama pembayaran hanya diberikan kepada pemegang polis K-LITA dan PIK
senilai Rp50 juta. Sementara itu mekanismenya akan disampaikan dalam jangka
waktu tujuh hari kerja sejak surat terbit.
Hampir sebulan kemudian atau pada 17 Juli 2020, Kresna Life justru memberitahukan
jika penyelesaian tahap berikutnya, yakni untuk polis dengan nilai di atas Rp50 juta
diundur menjadi 3 Agustus 2020.
Perusahaan berdalih, gedung tempat mereka berkantor terpaksa dikosongkan karena
ada karyawan yang terindikasi positif covid-19.
Gerah, akhirnya para nasabah pun melaporkan Kresna Life kepada Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Mereka mendatangi langsung kantor OJK di Jalan Gatot Subroto,
Jakarta Selatan selama tiga hari berturut-turut pada 22-24 Juli 2020.
Lalu, pada 14 Agustus OJK menerbitkan surat OJK nomor S-342/NB.2/2020 yang
isinya membekukan kegiatan usaha Kresna Life. OJK mengambil tindak pengawasan
untuk memastikan perusahaan membayarkan kewajibannya kepada nasabah.
 Sumber INFO : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200814161911-78-
535867/kronologi-kasus-asuransi-jiwa-kresna-life-hingga-dihukum-ojk

Anda mungkin juga menyukai