Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

Vol. 01 No. 01 Tahun 2022 In Association with AP3KnI


Xx – xx E-ISSN. 2541-1918
DOI. xx

Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda dalam Pendidikan Karakter Siswa-Siswi Sekolah Menengah di
Daerah Bandung Raya

Alya Yasmin1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3

1
Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Bandung, Kota Bandung, Indonesia
2
Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Bandung, Kota Bandung, Indonesia
3
Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Bandung, Kota Bandung, Indonesia

ABSTRAK Article History:


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai Submitted :
budaya sunda dalam pendidikan karakter siswa sekolah di kehidupan sehari- Revised :
hari. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan Accepted :
data berupa riset dari situs web atau situs yang terkait dengan berbagai
informasi yang diperlukan untuk survei penelitian. Hasil penelitian memberikan Keywords:
kesimpulan bahwa pengimplementasian nilai-nilai budaya sunda perlu Sundanese Culture, Student
dilestarikan kembali oleh masyarakat terutama para orang tua kepada anak-
anaknya dengan cara menumbuhkan kesadaran serta rasa memiliki dan
mencintai budaya sendiri, sehingga masyarakat terutama siswa-siswi akan
termotivasi untuk mempelajarinya serta menerapkan agar nilai budaya tetap
ada. Sebab budaya lokal merupakan aset Bangsa Indonesia berharga yang harus
tetap ada, terus dijaga dan selalu diterapkan.

ABSTRACT
This study aims to determine how the application of Sundanese cultural values
in character education of students in everyday life. The research uses descriptive
methods with data collection techniques in the form of research from websites
or sites related to various information needed for research surveys. The results
of the study conclude that the implementation of Sundanese cultural values
needs to be preserved by the community, especially parents, to children by
fostering awareness and a sense of belonging and love for their own culture, so
that the community, especially students, will appreciate the value of learning it
and applying the culture so that it still there. Because local culture is a valuable
asset of the Indonesian nation that must remain, be maintained and always be
applied

Introduction
Kebudayaan Sunda termasuk salah satu kebudayaan tertua di Nusantara. Kebudayaan Sunda
yang ideal kemudian sering kali dikaitkan sebagai kebudayaan masa Kerajaan Sunda.
Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan
bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Sistem kepercayaan
spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan keselarasan hidup dengan
alam. Kini, hampir sebagian besar masyarakat Sunda beragama Islam, tetapi ada beberapa yang
tidak beragama Islam, walaupun berbeda namun pada dasarnya seluruh kehidupan ditujukan untuk
kebaikan di alam semesta.

Correspondence: Alya Yasmin, Jihania Ananda Ramadhani, M. Eryas Rachman, alya.yasmin.tkom21@polban.ac.id,


jihania.ananda.tkom21@polban.ac.id, mochammad.eryas.tkom21@polban.ac.id, Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Bandung,
Kota Bandung, Indonesia
Copyright © 2022. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan
Alya Yasmin 1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3. Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam
Pendidikan Karakter Siswa-Siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya

Kebudayaan Sunda memiliki ciri khas tertentu yang membedakannya dari kebudayaan–
kebudayaan lain. Secara umum masyarakat Sunda, dikenal sebagai masyarakat yang lembut,
religius, dan sangat spiritual. Kecenderungan ini tampak sebagaimana dalam pameo silih asih, silih
asah dan silih asuh; saling mengasihi (mengutamakan sifat welas asih), saling menyempurnakan
atau memperbaiki diri
Selain itu Sunda juga memiliki sejumlah nilai-nilai lain seperti kesopanan, rendah hati
terhadap sesama, hormat kepada yang lebih tua, dan menyayangi kepada yang lebih kecil. Pada
kebudayaan Sunda keseimbangan magis dipertahankan dengan cara melakukan upacara-upacara
adat sedangkan keseimbangan sosial masyarakat Sunda melakukan gotong-royong untuk
mempertahankannya.
Kesenian
Budaya Sunda memiliki banyak kesenian, diantaranya adalah kesenian sisingaan, tarian khas
Sunda, wayang golek, permainan anak-anak, dan alat musik serta kesenian musik tradisional Sunda
yang bisanya dimainkan pada pagelaran kesenian.
Sisingaan adalah kesenian khas Sunda yang menampilkan 2–4 boneka singa yang diusung
oleh para pemainnya sambil menari. Sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu, seperti pada
acara khitanan. Wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu
dalam suatu cerita pewayangan. Wayang dimainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai
karakter maupun suara tokoh yang di mainkan. Jaipongan adalah pengembangan dan akar dari
tarian klasik. Tarian Ketuk Tilu, sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah
instrumen atau alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah.
Alat musik khas sunda yaitu, angklung, degung, rampak kendang, suling, kacapi, goong,
calung, tarawangsa, toleat, tarompét adalah instrumen musik yang terbuat dari bambu yang unik
enak didengar. Angklung juga sudah menjadi salah satu warisan kebudayaan Indonesia. Rampak
kendang adalah beberapa kendang (instrumen musik tradisional Sunda) yang dimainkan bersama
secara serentak. Seni Reak (kuda lumping) adalah sebuah pertunjukan yang terdiri dari empat alat
musik ritmis yang berbentuk seperti drum yang terbuat dari kayu dan alas yang di pukul terbuat dari
kulit sapi, yang di sebut dog-dog yang ukurannya beragam yaitu Tilingtit (ukuran kecil), Tung (lebih
besar dari Tilingtit), Brung (lebih besar dari Tung), Badoblag (lebih besar dari Brung).
Ditambah oleh 1 alat musik ritmis bernama bedug yang dipikul dua orang dan ditambah lagi
oleh satu alat musik melodis berupa Tarompet yang terbuat dari kayu yang melantunkan musik
sunda sampai dangdut yang terkadang di temani seorang sinden. Seni reak ini menampilkan atraksi
transendensi dunia metafisika ke dalam dunia profan yang disebut (kaul atau jadi, hari jadi) dan
atraksi dari Bangbarogan. Bangbarongan adalah sebuah kostum yang digunakan oleh orang yang
sedang kaul, terbuat dari kayu yang berbentuk kepala besar bertaring dan berwarna merah
ditambah karung goni untuk menutupi tubuh sang pemakai. Seni ini terdapat di daerah Bandung
Timur dari kecamatan Ujung Berung, Cibiru sampai dengan Kabupaten Sumedang.

2
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

Perkembangan di Masa Sekarang


Perkembangan globalisasi yang semakin pesat mengakibatkan masyarakat terutama para
remaja di Indonesia sedikit demi sedikit mengurangi rasa cinta pada kearifan lokal yang terdapat di
daerahnya. Kearifan lokal merupakan warisan leluhur yang lambat laun akan tergerus, seiring dengan
perkembangan budaya asing yang semakin merambah masuk ke negeri ini. Banyak pelajar yang
sudah tidak mengenal budaya kearifan lokal di daerahnya sendiri dan bahkan para pelajar ini sudah
tidak menggunakan lagi bahasa daerah untuk berkomunikasi dengan teman-teman di lingkungannya,
padahal kearifan lokal memiliki nilai-nilai yang sangat bermakna.
Hakikatnya, masyarakat Indonesia mempunyai tradisi yang sangat beranekaragam, yang
memiliki latar belakang kearifan lokal yang berbeda-beda. Salah satu keberagaman yang ada di
Indonesia adalah suku Sunda yang menjadi mayoritas suku di provinsi Jawa Barat.
Suku sunda memiliki budaya sunda yang terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang maknanya
bernilai besar Nilai moral budaya Sunda merupakan jati diri etnik Sunda yang bersumber pada nilai,
adat kepercayaan, dan peninggalan budaya Sunda yang dijadikan acuan dalam bertingkah laku di
masyarakat (Ekadjati, 1995 : 62). Ciri khas budaya Sunda yang dikenal sebagai masyarakat yang lemah
lembut, menjunjung tinggi norma sopan santun.
Masyarakat Sunda sudah tidak asing lagi dengan istilah silih asih, silih asah dan silih asuh. Silih
asih yaitu karakter manusia yang harus saling menyayangi dan saling mengasihi terhadap sesamanya.
Silih asah yaitu karakter manusia yang memiliki makna setiap manusia harus saling mengajarkan,
dalam makna lain sebagai manusia memberikan bimbingan terhadap sesamanya yang bertujuan
untuk saling mencerdaskan. Dan silih asuh yang mempunyai makna, saling melindungi, saling
menjaga, saling mengayomi dan saling membimbing kepada sesama. Setiap orang menjaga rasa
aman terhadap orang lain.
Kebudayaan sunda merupakan kebudayaan yang harus dilestarikan dan dipertahankan,
karena budaya Sunda merupakan salah satu sumber kekayaan budaya yang terdapat di Indonesia.
Untuk meraih cita-cita masa depan suatu individu diperlukan adanya pendidikan. Pendidikan
merupakan salah satu proses yang terbentuknya karakter peserta didik, tetapi pada saat ini karakter
seorang peserta didik tidak hanya dibentuk melalui lingkungan sekolah saja, tetapi di lingkungan
keluarga juga sangat berpengaruh. Maka dari itu, perlu adanya kerja sama yang sinkron antara guru
di sekolah dan orang tua peserta didik atau siswa.
Pendidikan karakter bisa menjadi salah satu penunjang siswa-siswa untuk lebih mengenal
budayanya di tempat tinggal mereka sendiri. Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk
kepribadian dan identitas bangsa yang berkarakter. Pembentukan karakter individu dalam pendidikan
Indonesia belum bisa dikatakan tercapai, karena dalam prosesnya pendidikan di Indonesia terlalu
menekankan pada penilaian prestasi individu sebagai tolak ukur tertentu, terutama bidang logika-
matematik sebagai tolak ukur utama siswa dikatakan “pintar”. Dalam prosesnya pendidikan karakter
yang berorientasi pada moral dikesampingkan, sehingga banyak kegagalan yang nyata dalam dimensi
pembentukan karakter individu. Salah satu pengembangan pendidikan karakter yang harus
diterapkan adalah pengembangan nilai-nilai kearifan lokal.

3
Alya Yasmin 1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3. Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam
Pendidikan Karakter Siswa-Siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya

Method
Penelitian ini dilakukan kepada siswa-siswi di kalangan Sekolah Menengah Pertama dan
Sekolah Menengah Akhir di wilayah Bandung Raya, penelitian ini dilakukan untuk mengamati
pengimplementasian nilai-nilai budaya Sunda dalam pendidikan karakter siswa-siswi di Sekolah
Menengah.
Dalam penelitian ini, kami menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif dimulai
dengan ide yang dinyatakan dengan pertanyaan penelitian (reserch questions). Pertanyaan penelitian
tersebut yang nantinya akan menentukan metode pengumpulan data dan bagaimana
menganalisisnya. Metode kualitatif biasanya bersifat dinamis, artinya selalu terbuka untuk adanya
perubahan, penambahan, dan penggantian selama proses analisisnya (Srivastava, A. & Thomson, S.B.,
2009).
Dalam penelitian ini, kami menggunakan studi literatur, Danial dan Warsiah (2009:80), Studi
Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah
buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Menurut Nazir (1998 :
112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana seorang peneliti menetapkan topik
penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang yang berkaitan dengan teori yang
berkaitan topik penelitian. Dalam pencarian teori, penelitiakan mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari:
buku, jurnal, majalah hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang
sesuai (internet, koran dll).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Peneliti
mengumpulkan data-data berupa jurnal maupun artikel terdahulu yang berkaitan dengan nilai- nilai
budaya Sunda dalam pendidikan karakter untuk dianalisis dan dikaji.

Result and Discussion


Kebudayaan Sunda semakin hari semakin terlupakan karena banyaknya faktor yang terjadi di
daerah sekitar Bandung Raya ini. Salah satunya adalah kesadaran masyarakat Sunda untuk menjaga
budayanya sangat kurang. Banyaknya kesenian Sunda yang mulai punah dikarenakan tidak adanya
penerus dari generasi selanjutnya yang masih melestarikan kesenian itu. Selain kesenian juga, Bahasa
Sunda sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.
Mayoritas masyarakat pada saat ini lebih sering menggunakan bahasa Indonesia, dikarenakan
bahasa Indonesia lebih mudah digunakan sebagai Bahasa komunikasi untuk kehidupan sehari-hari
dan Bahasa Indonesia terbilang lebih universal. Pembelajaran basa sunda yang ada di sekolah bahkan
tidak cukup untuk membuat siswa-siswi tertarik untuk bisa mempelajari budaya sunda secara
mendalam. Dapat dilihat pada diagram dibawah ini yang merupakan hasil survey kami ke beberapa
sekolah yang ada di sekitar Bandung Raya.

4
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan ke beberapa siswa di daerah Bandung Raya,
banyak siswa lebih memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa
Sunda yang merupakan bahasa daerah sendiri. Pada dasarnya para siswa di Sekolah Menengah
menguasai Bahasa Indonesia, akan tetapi setiap siswa-siswi diharapkan sadar akan kebudayaannya
sendiri dengan melestarikan Bahasa Sunda. Pelestarian Bahasa Sunda ini dapat dilakukan dengan
adanya pembekalan mata pelajaran Bahasa Sunda di sekolah-sekolah, tetapi tidak hanya itu saja, para
siswa-siswi di sekolah menengah harus merasa bangga menggunakan, dan cinta Bahasa Sunda.

Kemudian hasil survei yang sudah di ambil untuk penerapan budaya Sabilulungan kepada para
siswa di sekolah adalah semua siswa menerapkan budaya tersebut, dan berdasarkan hal itu maka
5
Alya Yasmin 1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3. Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam
Pendidikan Karakter Siswa-Siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya

budaya gotong royong masih melekat kental di kalangan para siswa. Dalam buku Pengantar Ilmu
Antropologi (2015) oleh Koentjaraningrat, gotong royong adalah kerja bersama dalam mencukupi
kebutuhan dan menghadapi permasalahan secara bersama. Dilansir dari situs Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, gotong royong merupakan salah satu dari lima
karakter utama disamping religious, nasionalis, mandiri, dan integritas. Budaya Sabilulungan (gotong
royong) yang dilakukan di sekolah menengah sangat membantu dalam melakukan pekerjaan yang
membutuhkan banyak tenaga untuk melakukannya menjadi lebih cepat.
Sedangkan yang terakhir, survei yang sudah di dapat adalah bagaimana sekolah menerapkan
kebijakan Bandung Masagi di kalangan para siswa, jawabannya adalah 90% siswa di sekolahnya
menerapkan kebijakan Bandung Masagi, dan sisa 10% nya tidak menerapkan kelestarian budaya
sunda tersebut. Bandung Masagi mengandung empat prinsip utama masyarakat sunda, yaitu silih
asih(kemanusiaan), silih asah (mencerdaskan), silih asuh, (mendampingi), dan silih wawangi
(menyampaikan hal-hal positif). Bandung Masagi merupakan pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal dan sangat berperan penting dalam proses pendidikan, Menurut Emil, tujuan Bandung Masagi
adalah untuk membentuk karakter seseorang menjadi kuat fisik dengan asupan makan bergizi, cerdas
karena diberi makan ilmu dan akhlak melalui asupan spiritual.

Hasil pengamatan juga diambil dari survei yang dilakukan oleh Universitas Padjajaran dimana
Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia, memaparkan, suku bangsa Sunda merupakan suku bangsa
terbesar kedua di Indonesia. Namun, eksistensi dari suku bangsa yang besar tersebut secara perlahan
semakin hilang seiring dengan masuknya budaya-budaya luar serta perkembangan zaman.
Lebih lanjut Rektor menjelaskan, kesadaran masyarakat Sunda untuk sadar menjaga
budayanya sangat kurang. Hal ini dibuktikan dengan sekitar 500 jenis kesenian Sunda hampir punah
karena tidak ada regenerasi pemainnya. Ciri sikap sejati dari manusia Sunda pun sudah sangat sulit
ditemui dalam sikap keseharian masyarakat Sunda jaman kiwari.
Beliau juga mengatakan bahwa alat komunikasi masyarakat Sunda sudah jarang lagi
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Beragam persoalan alam, sosial, dan budaya yang terjadi saat ini turut menjadi penyebab
semakin melemahnya eksistensi suku Sunda. Padahal, dulu Sunda dikenal sebagai sebutan untuk
Wilayah Indonesia Barat yang meliputi, Sunda Besar (Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi),
serta Sunda Kecil (Kepulauan Nusa Tenggara). Saking kaya akan pesona keindahan alamnya, grup
musik Bimbo pun menulis lirik lagu “waktu Tuhan tersenyum lahirlah Pasundan

6
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

“Wilayah Sunda di Jawa sendiri sebenarnya dimulai di daerah Cimanuk (Banten) sampai
Cipamali (Jawa Tengah). Namun, saat ini banyak wilayah yang memisahkan diri, seperti Banten dan
DKI Jakarta. Bahkan, Cirebon pun ingin membentuk provinsi sendiri,” ungkap Rektor.
Oleh karena itu, Rektor pun berharap melalui kursus tersebut setidaknya dapat melahirkan
paling tidak kepedulian terhadap bahasa dan budaya Sunda. Sebab, kesadaran sebagai orang Sunda
setidaknya harus dimulai dari tiap-tiap individu orang Sunda. “Di Unpad sendiri sudah ada program
Unpad Nyaah ka Jabar, dan bahasa Sunda sudah masuk ke dalam statuta Unpad sebagai bahasa
pengantar perkuliahan, selain Bahasa Indonesia dan Inggris,” jelas Rektor.
Opini Penulis
Masyarakat Sunda mengalami perkembangan seiring dengan berjalannya waktu.
Perkembangan kebudayaan masyarakat tersebut terjadi akibat dorongan dalam diri masyarakat itu
sendiri dan akibat pengaruh kebudayaan asing yang masuk melalui berbagai cara, termasuk melalui
media massa. Hasil pengamatan penulis di lingkungan masyarakat Sunda menunjukkan terjadinya
pergeseran pandangan masyarakat Sunda, terutama generasi muda, terhadap kebudayaan Sunda.
Kondisi ini terlihat pada pergeseran bentuk-bentuk kebudayaan yang berkembang di tengah
masyarakat, yaitu pergeseran penggunaan bahasa komunikasi dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia
dan Asing. Orang tua lebih membiasakan anak-anaknya berbahasa Indonesia atau asing dibanding
menggunakan bahasa daerah. Akibatnya, banyak anak-anak yang tidak bisa berbahasa Sunda walau
orang tua mereka adalah orang Sunda. Kondisi lainnya adalah memudarnya kepercayaan terhadap
pantang larang berupa pamali, buyut atau tabu karena dianggap pantang larang hanya menakut-
nakuti anak dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
Pergeseran cara pandang masyarakat Sunda terhadap kebudayaannya juga terlihat pada
apresiasi seni yang lebih mengarah pada perkembangan seni modern. Sebagian masyarakat Sunda,
terutama generasi muda, tengah terjadi pergeseran pandangan terhadap nilai budayanya. Mereka
khawatir jika terus dibiarkan maka orang Sunda akan semakin jauh dari tata nilai budayanya dan pada
akhirnya kebudayaan Sunda akan mati di tempatnya sendiri. Kekhawatiran itulah yang mendasari
mereka untuk tetap aktif dalam proses pewarisan nilai budaya Sunda, baik

Conclusion
Berdasarkan hasil yang telah didapat dan dirangkum membuktikan bahwa kelestarian budaya
sunda di daerah Bandung dan Cimahi masih cukup kental, baik itu dari bagaimana penerapan budaya
masagi atau budaya sabilulungan, karena dua budaya itu selalu diterapkan dari sejak dahulu kala dan
kemungkinan untuk menipisnya kultur tersebut sangat kecil sehingga besar kemungkinan budaya
tersebut akan selalu ada dan terus diwariskan ke generasi selanjutnya
Lain halnya jika hasil survei yang telah kita ambil adalah penerapan budaya bahasa sunda, dari
pengamatan yang sudah di dapat membuktikan bahwa penggunaan bahasa sunda di daerah Bandung
dan Cimahi masih kurang dan masih banyak yang lebih memilih memakai bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari terlepas dari kewajiban kita sebagai warga negara republik Indonesia, tetapi
kultur atau budaya di dalamnya juga tidak bisa dilepas begitu saja dan masih harus dilestarikan
mengingat Indonesia itu terkenal karena isi budaya di dalam nya juga.

7
Alya Yasmin 1, Jihania Ananda Ramadhani 2, Mochammad Eryas Rachman 3. Implementasi Nilai-Nilai Budaya Sunda Dalam
Pendidikan Karakter Siswa-Siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya

Acknowledge

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah yang berjudul “Implementasi Nilai-nilai
Budaya Sunda dalam Pendidikan Karakter Siswa-siswi Sekolah Menengah di Daerah Bandung Raya”
tepat pada waktunya.

Artikel ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu,
penulis menghaturkan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dr. Wina Nurhayati Pradja, M.Pd yang telah membimbing kami dalam penyelesaian artikel
ini.

2. Orang tua yang telah memberikan segala doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan.

3. Teman-teman mahasiswa Teknik Telekomunikasi kelas 1B yang sudah membantu memberi


dukungan dalam menyelesaikan artikel ini.

4. Semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan artikel ini.

8
Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

References
Ade, V., & Affandi, I. (2016). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (Studi Deskriptif Analitik Pada
Masyarakat Talang Mamak Kec. Rakit Kulim, Kab. Indragiri Hulu Provinsi Riau). In Jurnal Pendidikan
Ilmu Sosial (Vol. 25, Issue 1).

Blimbing, N. (2012, September). Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah. Retrieved from
https://www.kompasiana.com/sangnanang/5517debc81331128699de350/bahasa-indonesia-dan-
bahasa-daerah
Disdik. (2017, November). Pendidikan Karakter Bandung Masagi. Retreived from
https://disdik.bandung.go.id/ver3/pendidikan-karakter-bandung-masagi/
Hermawan, I., & Bandung, B. A. (n.d.). KEARIFAN LOKAL SUNDA DALAM PENDIDIKAN LOCAL
WISDOM OF SUNDANESE IN EDUCATION.

Indah Purwanti dan Sapriya, M. (2017). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SUNDA
DALAM PEMBELAJARAN PKN SEBAGAI PENGUAT KARAKTER SISWA (STUDI KASUS DI
SMP NEGERI 3 PURWAKARTA). In JPIS | Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial (Vol. 26, Issue 1).

Maulana, A. (2019, Januari). Kurang, Kesadaran Masyarakat Sunda Menjaga Budaya Sunda. UNPAD
Pingge, H. D. (2017). KEARIFAN LOKAL DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH CORE View metadata,
citation and similar papers at core.ac.uk provided by Jurnal STKIP Weetebula. In Jurnal Edukasi Sumba
(Vol. 01, Issue 02).

Rachman, F., Sugara, R., Haddad, M., & Nurgiansah, H. (2022). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDAYA
SUNDA DALAM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DI MADRASAH
ALIYAH NEGERI PURWAKARTA. Jurnal Kewarganegaraan, 6(1).

Ramadhan, G. (2018, April). Bahasa Sunda, Bukan Bahasa Biasa. Retreived from
https://pmb.brin.go.id/bahasa-sunda-bukan-bahasa-biasa/
Salma Octavia, S., & Nurlatifah, L. (n.d.). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN BUDAYA LOKAL
JAWA DAN SUNDA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN.

Wibisono, A. (2019, Maret). Memahami Metode Penelitian Kualitatif. Retrevied from


https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12773/Memahami-Metode-Penelitian-Kualitatif.html
Wiyono, A, S. (2016, Juli). Program ‘Bandung Masagi’, dekatkan siswa lewat Pendidikan karakter. Retreived
from https://www.merdeka.com/peristiwa/program-bandung-masagi-dekatkan-siswa-lewat-
pendidikan-karakter.html

Anda mungkin juga menyukai