Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN

PELAYANAN PASIEN AKHIR HAYAT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN KAUR

2022

Sumatera Desa Cahaya Batin Kecamatan Semidang Gumay


Kab. Kaur 38561
Telp (0739) 2010033, 2010032
Email : rsudkaur.cbtn@gmail.com
PANDUAN PELAYANAN PASIEN AKHIR HAYAT
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAUR

BAB I
DEFINISI

1. Kondisi akhir hayat adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau
penyakit dimana teijadi kerusakan organ multipel yang dengan pengetahuan dan
teknologi kesehatan terkini tak mungkin lagi dapat dilakukan perbaikan sehingga
akan menyebabkan kematian dalam rentang waktu yang singkat. Pengaplikasian
terapi untuk memperpanjang atau mempertahankan hidup hanya akan berefek dan
memperlama proses penderitaan atau sekarat pasien.
2. Pasien akhir hayat adalah pasien dengan kondisi terminal yang semakin lama
semakin memburuk.
3. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
4. Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien yang
mengalami penyakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh dan menuju
pada proses kematian dalam 6 (enam) bulan atau kurang. Sakaratul maut
merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki
berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal.
5. Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktifitas otak terhenti, tetapi tidak
ireversibel.
6. Mati biologis adalah proses mati/ rusaknya semua jaringan, dimulai dengan
neuron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti
oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam
atau hari

7. Mati batang otak adalah keadaan dimana teijadi kerusakan seluruh isi saraf/ neural
intrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang otak dan serebelum.
8. Kematian merupakan kondisi terhentinya pernafasan, nadi dan tekanan darah serta
hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya
aktifitas otak atau terhentinya fungsi jantung paru secara menetap.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 1


9. Alat Bantu Nafas (Ventilator) adalah alat yang digunakan untuk
membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi.
10. Witholding Life Support adalah penundaan bantuan hidup.
11. Withdrouring Life Support adalah penghentian bantuan hidup.
12. Mengelola Akhir Hayat (End Of Life) adalah pelayanan tindakan penghentian
bantuan hidup atau penundaan bantuan hidup.
13. Informed consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent)
atau ijin dari seseorang ( pasien ) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa
paksaan (voulentary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup (informed) tentang
tindakan kedokteran yang dimaksud.
14. Perawatan Paliatif adalah upaya medik untuk meningkatkan atau mempertahankan
kualitas hidup pasien dalam kondisi terminal

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam pelayanan pasien akhir hayat meliputi :


A. PENYAKIT-PENYAKIT YANG MENYEBABKAN PASIEN DALAM
KONDISI AKHIR HAYAT :
Beberapa penyakit yang bisa mengancam hidup seseorang atau yang dapat
menyebabkan pasien masuk dalam kondisi akhir hayat, antara lain :
1. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal,Sirosis Hepatis,
Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan Hipertensi.
2. Kondisi Keganasan seperti kanker Otak, kanker Paru - paru , kanker
Pankreas, kanker Liver, Leukemia, dll.
3. Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus dll.
4. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.
5. Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-Paru
atau jantung) ginjal dll.

B. MASALAH DI AKHIR hayat


1. Aspek keperawatan

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 2


Usaha memperpanjang hidup pasien, seperti :
a. Memulai atau menghentikan perawatan yang dapat memperpanjang
hidup.
b. Perawatan pasien dengan penyakit stadium terminal, akhir hayat dan
penggunaan peralatan bantuan hidup lanjut.
c. Teknologi eksperimental canggih seperti implantasi organ.
d. Percobaan mengakhiri hidup lebih awal melalui euthanasia.

Banyak masalah yang melingkupi kondisi akhir hayat pasien, yaitu


mulai dari titik yang aktual dimana pasien dinyatakan kritis sampai
diputuskan meninggal dunia atau mati. Seseorang dinyatakan meninggal atau
mati apabila fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik atau
kematian sistem tubuh lainnya teijadi dalam beberapa menit, dan otak
merupakan organ besar pertama yang menderita kehilangan fungsi yang
irreversibel, selanjutnya organ-organ lain akan mati.

Respon pasien dalam kondisi akhir hayat sangat individual tergantung


kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang bisa
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat
kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien akhir hayat.
Pasien dalam kondisi akhir hayat akan mengalami berbagai masalah
baik fisik, psikologis, maupun sosio-spiritual, antar lain :
a. Masalah oksigenisasi; nafas tidak teratur, cepat atau lambat pernafasan
cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental, agitasi
gelisah, tekanan darah menurun,hypoksia, akumulasi sekret, nadi
irreguler.
b. Masalah eleminasi; konstipasi, medikasi atau immobilitas memperlambat
peristaltik, kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi
konstipasi, inkontinensia fekal bisa teijadi oleh karena pengobatan atau
kondisi penyakit (kanker Colon), retensi urin, inkontinensia urin teijadi
akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misal trauma medula
spinalis, oligouri teijadi seiring penurunan masukan cairan atau kondisi
penyakit misal gagal ginjal.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 3


c. Masalah nutrisi dan cairan; asupan makanan dan cairan menurun,
peristaltik menurun, distensi abdomen, kehilangan Berat Badan, bibir
kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah,
cegukan, dehidrasi teijadi karena asupan cairan menurun.
d. Masalah suhu; ekstrimitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai
selimut.
e. Masalah sensori; penglihatan menjadi kabur, reflek berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, pendengaran
menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, penglihatan
kabur, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
f. Masalah nyeri; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan
secara intravena, pasien harus selalu didampingi untuk menurunkan
kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
g. Masalah kulit dan mobilitas; seringkali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan
posisi yang sering.
h. Masalah psikologis pasien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaan marah dan putus asa.

2. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif bertujuan mencapai quality of life dan quantity of
death. Perawatan paliatif menyangkut psikologis, spiritualis, fisik, keadaan
sosial. Terkait hal ini, memberikan pemahaman bagi keluarga dan pasien
sangat penting agar keluarga mengerti betul bahwa pasien tidak akan sembuh,
sehingga mereka akan memberikan perhatian dan kasih sayang diakhir hayat
pasien tersebut.
Salah satu aspek dalam pengobatan paliatif yang memerlukan
perhatian lebih adalah kontrol rasa sakit. Semua dokter dan perawat tidak
boleh membiarkan pasien sekarat namun tetap memberikan perawatan dengan
belas kasih sekalipun pasien sudah tidak mungkin disembuhkan.

3. Aspek Medis
Kebanyakan kalangan dalam dunia kedokteran dan hukum sekarang

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 4


ini mendefinisikan kematian dalam pengertian mati otak (MO) walaupun
jantung mungkin masih berdenyut dan ventilasi buatan (Ventilator)
dipertahankan. Akan tetapi banyak pula yang memakai konsep mati batang
otak (MBO) sebagai pengganti MO dalam penentuan mati.
Dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kedokteran maka banyak pilihan pengobatan yang berguna memberi bantuan
hidup terhadap pasien akhir hayat seperti pemberian obat-obatan, intervensi
resusitasi, prosedur radiologi, dan perawatan itensif memerlukan keputusan
mengenai kapan memulai tindakan tersebut dan kapan menghentikannya.
Pilihan ini sering kali menimbulkan dilema terutama bagi keluarga pasien
karena mereka menyadari bahwa tindakan tersebut bukan upaya
menyembuhkan dan hanya akan menambah penderitaan pasien. Keluarga
menginginkan sebuah proses dimana berbagai intervensi medis (misalnya
pemakaian ventilator) tidak lagi diberikan kepada pasien dengan harapan
bahwa pasien akan meninggal akibat penyakit yang mendasarinya.

Ketika keluarga/wali meminta dokter menghentikan bantuan hidup


(mithrouhng life support) atau menunda bantuan hidup (withrouring life
support) terhadap pasien tersebut, maka dokter harus menghormati pilihan
tersebut. Pada situasi tersebut, dokter memiliki legalitas dimata hukum
dengan syarat sebelum keputusan penghentian atau penundaan bantuan hidup
dilaksanakan, tim dokter telah memberikan informasi kepada keluarga tentang
kondisi akhir hayat pasien dan pertimbangan keputusan keluarga/wali tertulis
dalam inform consent.

C. TAHAP-TAHAP MENJELANG KEMATIAN


Menurut Kubbler-Ross ( dalam Maestrup dan Hansen, 2015) ada 5 (lima)
fase menjelang kematian, yaitu :
a. Denial (fase penyangkalan/pengingkaran diri)
Fase ini dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia menderita penyakit
yang parah. Pasien tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan
bahkan mungkin mengingkarinya. Penyangkalan ini merupakan mekanisme
pertahanan yang acap kali ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat
pertama mendengar berita tentang keadaan dirinya.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 5


b. Anger (fase kemarahan)
Teijadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari pernyataan bahwa ia
akan meninggal. Masanya tiba dimana ia mengetahui bahwa kematian
memang sudah dekat. Tetapi seringkali kesadaran ini seringkali disertai
dengan munculnya ketakutan dan kemarahan. Kemarahan ini seringkali
diekspresikan dalam sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan
di rumah sakit atau di rumah. Umumnya pemberi pelayanan tidak menyadari,
bahwa tingkah laku pasien sebagai ekspresi dari frustasi yang dialaminya.
Sebenarnya yang dibutuhkan pasien adalah pengertian, bukan argumentasi-
argumentasi dari orang-orang yang tersinggung oleh karena kemarahannya.
c. Bargaining (fase tawar menawar)
Ini adalah fase dimana pasien akan memulai menawar untuk dapat
hidup sedikit lebih lama lagi atau dikurangi penderitaannya. Mereka bisa
menjanjikan macam-macam hal kepada Tuhan, “ Tuhan, kalau Engkau
menyatakan kasih-MU, dan keajaiban-Mu, maka aku akan mempersembahkan
seluruh hidupku untuk melayani-MU”
d. Depresion ( fase depresi )
Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi.
Penderita merasa putus asa melihat masa depannya yang tanpa harapan.
e. Acceptance (fase menerima/pasrah)
Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan
yang ia alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu tertentu pasien akan
menerima kenyataan, bahwa kematian sudah dekat. Mereka mulai kehilangan
kegairahan untuk berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita dan
persoalan-persoalan di sekitarnya.

D. TANDA-TANDA KLINIS MENJELANG KEMATIAN


Terdapat beberapa tanda klinis menjelang kematian seseorang, yaitu antara
lain :
1. Kehilangan tonus otot, yang ditandai dengan :
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek
menelan.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 6


c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal yang ditandai dengan gejala
nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dan lain-lain.
d. Penurunan kontrol spingter urinari dan rektal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas
2. Kelambatan dalam sirkulasi, ditandai:
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. sianosis pada daerah ektremitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga
dan hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah
b. Tekanan darah turun
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur
4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
5. Variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang- kadang
pasien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori
terakhir yang berfungsi sebelum meninggal.

E. TANDA-TANDA KLINIS SAAT AKAN MENINGGAL


Beberapa tanda-tanda klinis saat akan meninggal antara lain :
1. Pupil mata melebar.
2. Tidak mampu untuk bergerak.
3. Kehilangan reflek.
4. Nadi cepat dan kecil.
5. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok
6. Tekanan darah sangat rendah
7. Mata dapat tertutup atau agak terbuka

F. TANDA-TANDA MENINGGAL SECARA KLINIS


Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui
perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 7


Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian yaitu
:
1. Tidak ada respon rangsanangan dari luar secara total
2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan
3. Tidak ada refleks
4. Gambaran mendatar pada EKG

G. HAK PASIEN DALAM KEADAAN AKHIR HAYAT


Untuk memberikan pelayanan pada pasien yang dalam keadaan akhir
hayat, petugas harus memperhatikan hak - hak pasien berikut ini :
1. Hak diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup sampai ajal tiba.
2. Hak mempertahankan harapannya, tidak perduli apapun perubahan yang
teijadi.
3. Hak mendapatkan perawatan yang dapat mempertahankan harapannya,
apapun yang teijadi.
4. Hak mengekspresikan perasaan dan emosi sehubungan dengan kematian yang
sedang dihadapinya.
5. Hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan
perawatan.

6. Hak memperoleh perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara


berkesinambungan, walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi
tujuan memberikan rasa nyaman.
7. Hak untuk tidak meninggal dalam kesendirian.
8. Hak untuk bebas dari rasa sakit.
9. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan secara jujur.
10. Hak untuk memperoleh bantuan dari perawat atau medis untuk keluarga yang
ditinggalkan agar dapat menerima kematiannya.
11. Hak untuk meninggal dalam damai dan bermartabat.
12. Hak untuk tetap dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil
keputusan yang bertentangan dengan kepercayaan yang dianut
13. Hak untuk memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya
bagi orang lain.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 8


14. Hak untuk mengharapkan bahwa kesucian raga manusia akan dihormati
setelah yang bersangkutan meninggal.
15. Hak untuk mendapatkan perawatan dari orang yang profesional, yang dapat
mengerti kebutuhan dan kepuasan dalam menghadapi kematian.

H. BANTUAN PELAYANAN PADA PASIEN DALAM KEADAAN AKHIR


HAYAT Beberapa bantuan yang dapat diberikan kepada pasien yang berada pada
keadaan akhir hayat antara lan :
1. Pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder
Pada kondisi akhir hayat atau menjelang ajal klien dihadapkan pada
berbagai masalah pada gejala fisik baik gejala sekunder maupun gejala
primer. Gejala fisik yang ditunjukakan antara lain perubahan pada
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital,
mobilisasi,nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang
teijadi pada pasien. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang
teijadi pada pasien akhir hayat karena hal tersebut menimbulkan
ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan pasien dalam pemeliharaan
diri.
2. Mengontrol rasa nyeri
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada pasien
dengan sakit terminal, akhir hayat, seperti morfin, heroin,
dan lainnya. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi
nyeri yang dirasakan pasien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra vena
dibandingkan intramuskuler/subcutan, karena kondisi sistem sirkulasi sudah
menurun.
3. Kebutuhan psikologis
Perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi akhir
hayat. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang teijadi pada pasien
akhir hayat, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukkan apakah
sedih, depresi atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien
akhir hayat antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan.
Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang teijadi pada klien.
4. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan sosial

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 9


Pasien yang menjelang kematian akan mendapatkan perlakuan
khusus, untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat
melakukan hal sebagai berikut:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan pasien dan diskusikan dengan keluarganya, misalnya : teman-
teman dekat, atau anggota keluarga lain
b. Menggali perasaan-perasaan pasien sehubungan dengan sakitnya dan bila
perlu diberikan privasi
c. Menjaga penampilan pasien pada saat-saat menerima kunjungan teman-
teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan pasien untuk
membersihkan diri dan merapikan diri bila perlu dibantu perawat.
d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi pasien
apabila pasien mampu membacanya.
5. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan Emosional
Bantuan untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya ini dapat
disesuaikan dengan fase psikologis yang sedang dialami oleh pasien
a. Fase Denial/ menolak
Dokter/ perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan
denial dengan cara menanyakan tentang kondisinya atau prognosisnya
dan pasien dapat mengekspresikan perasaan - perasaannya.
b. Fase Anger / Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Dokter/ Perawat perlu membantunya agar
mengerti bahwa masih merupakan hal yang normal dalam merespon
perasaan kehilangan menjelang kematian. Akan lebih baik bila kemarahan
ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa
aman.
c. Fase tawar menawar
Pada fase ini dokter/ perawat perlu mendengarkan segala
keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan

Panduan Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 1 ]


mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d. Fase Depresi
Pada fase ini dokter/ perawat selalu hadir didekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang
disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien
sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah
menerima keadaannya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam
program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas
kemampuannya.
6. Bantuan untuk memenuhi kebutuhan agama
Dalam rangka memberikan bantuan terhadap kebutuhan agama, petugas
dapat melakukan hal berikut :
a. Menanyakan kepada pasien/ keluarga tentang harapan-harapan hidupnya
dan rencana-rencana pasien selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada pasien/ keluarga apakah ingin mendatangkan
rohaniwan dalam hal untuk memenuhi kebutuhan agama sesuai dengan
keyakinannya.
c. Membantu dan mendorong pasien untuk melaksanakan
kebutuhan agama sebatas kemampuannya.
Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah sesuai dengan
keyakinan/ritual harus diberi dukungan. Petugas kesehatan dan keluarga harus
mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan- keyakinan spiritualnya.
Petugas kesehatan dan keluarga harus sensitif terhadap kebutuhan spiritual
pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual pasien
menjelang kematian dapat terpenuhi.
7. Kebutuhan budaya
Konsep dan prinsip etika, norma, nilai, sikap, keyakinan dan kebiasaan
adalah aspek kultural atau budaya dalam pengkajian pasien akhir hayat yang
mempengaruhi reaksi pasien menjelang ajal. Latar belakang budaya

Panduan Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 1 ]


mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan
menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawatan tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien akhir hayat berdasarakan etika, norma
dan budaya sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
8. Keterlibatan pasien dalam keputusan pelayanan
Memberikan kesempatan pasien untuk mengambil keputusan medis
maupun kebutuhan dasar pasien akhir hayat bila membutuhkan bantuan
keluarga dalam proses pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Apabila
pasien/ keluarga menolak prosedur pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit
maka petugas memberikan penjelasan tentang konsekuensi yang akan diterima
oleh pasien/ keluarga

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKHIR HAYAT


Pada pasien akhir hayat, asuhan keperawatan yang dapat dilaksanakan
antara lain :
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
4. Evaluasi Keperawatan
5. Pendokumentasian

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 13


BAB III
TATA LAKSANA

A. Skrining Pasien Akhir hayat


Skrining pasien akhir hayat dilakukan oleh perawat di rawat inap setelah
Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menentukan apakah pasien yang
dirawat berada dalam kondisi terminal (kemungkinan meninggal dalam waktu 12
bulan) dan di catatan perkembangan terintegrasi.
Jika pasien telah dinyatakan dalam kondisi terminal maka dilanjutkan dengan
mengisi skrining pasien akhir hayat.
B. Assesmen dan Assesmen Ulang Pasien Akhir Hayat
Setelah dilakukan skrining dan pasien masuk dalam kriteria akhir hayat,
selanjutnya dilakukan assesmen pasien akhir hayat, kemudian dilakukan assesmen
ulang untuk pasien tersebut setiap shift.
Assesmen dan assesmen ulang pasien akhir hayat meliputi penilaian kondisi
pasien seperti:
- Gejala mual dan kesulitan pemapasan
- Pengkajian nyeri
- Faktor yang memperparah gejala fisik
- Orientasi spiritual pasien dan keluarga
- Reaksi pasien atas penyakit yang diderita
- Status psikososial pasien dan keluarganya
- Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan pasien
- Rencana perawatan selanjutnya, kebutuhan alternatif layanan
Pasien dan keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan asuhan
C. Perawatan Pasien Akhir Hayat
Hasil dari pengkajian adalah kebutuhan dan rencana perawatan selanjutnya untuk
pasien terminal. DPJP menjelaskan kondisi dan prognosis pasien kepada keluarga
dan melibatkan keluarga dalam setiap aspek perawatan pasien. PPA memastikan
pemenuhan kebutuhan pasien terminal.
Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan yang unik
dalam pelayanan yang penuh hormat dan kasih-sayang. Perhatian terhadap

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 14


kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada
akhir kehidupan. Agar dapat terlaksana, semua staf harus menyadari kebutuhan
unik pasien pada akhir kehidupannya.
Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder,
manajemen nyeri, respons terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama,
budaya pasien dan keluarganya, serta keterlibatannya dalam keputusan pelayanan.
D. Aspek Keperawatan
1. Asesmen keperawatan
a. Asesmen tingkat pemahaman pasien dan keluarga :
Perawat atau dokter melakukan penilaian mengenai tingkat pemahaman
pasien dan keluarganya. Tingkat pemahaman tersebut antara lain :
1) Closed awareness : pasien tidak mengetahui bahwa ia sedang
menjelang kematian. Pasien dan atau keluarga percaya bahwa pasien
akan segera sembuh.
2) Mutual Pretense : keluarga mengetahui kondisi akhir hayat pasien
dan tidak membicarakannya lagi, kadang-kadang keluarga
menghindari percakapan tentang kematian demi menghindarkan dari
tekanan.
3) Open awareness : keluarga telah mengetahui tentang proses
kematian dan tidak merasa keberatan untuk memperbincangkannya
walaupun terasa sulit dan sakit. Kesadaran ini membuat kerluarga
mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah,
bahkan dapat berpartisipasi dalam merencanakan pemakaman. Pada
tahapan ini, perawat atau dokter dapat menyampaikan isu yang
sensitif bagi keluarga seperti autopsi atau donasi organ.
b. Asesmen faktor pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder. Pada
kondisi akhir hayat atau menjelang ajal, pasien dihadapkan pada berbagai
masalah menurunnya fisik baik gejala primer maupun gejala sekunder.
Pada aspek ini, perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang
teijadi pada pasien meliputi :
1) Pemapasan (breath.)
a) Apakah teratur atau tidak teratur,
b) Apakah ada suara nafas tambahan seperti ronkhi, wheezing,

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 15


stridor, crackles, dan lain-lain.
c) Apakah teijadi sesak nafas,
d) Apakah ada batuk, bila ada apakah produktif atau tidak,
e) Apakah ada sputum, bila ada bagaimana jumlah, warna, bau dan
jenisnya,
f) Apakah memakai ventilasi mekanik(ventilator) atau tidak.
2) Kardiovaskuler (blood}
a) Bagaimana irama jantung pasien, apakah reguler atau ireguler
b) Bagaimana akral, apakah hangat, kering, merah, dingin, basah,
dan pucat
c) Bagaimana pulsasi, apakah sangat kuat, kuat teraba, lemah
teraba, hilang timbul atau tidak teraba
d) Apakah ada perdarahan atau tidak, bila ada dimana lokasinya
e) Apakah ada Central Venous Catether (CVC) atasu tidak, bila ada
berapa ukuranya dalam CmH2O
f) Berapa tensi dan Mean Arterial Pressure (MAP) dalam ukuran
mmHg,
g) Lain-lain bila ada
3) Persyarafan (brain)
a) Bagaimana pengukuran Glascow Coma Scale (GCS) total untuk
mata, verbal, motorik dan kesadaran pasien
b) Berapa pengukuran tekanan intra kranial dalam CmH2O
c) Apakah ada tanda peningkatan tekanan intra kranial (TIK) seperti
nyeri kepala atau muntah proyektil
d) Bagaimana konjungtiva, apakah anemis atau kemerahan
e) Lain-lain bila ada
4) Perkemihan (bladerj
a) Bagaimana area genital, apakah bersih atau kotor
b) Berapa jumlah cairan masuk dalam hitungan cc/hari
c) Bagaimana cara buang air kecil, apakah spontan atau dengan
bantuan dower cateter
d) Bagaimanan produksi urin, berapa jumlah cc/jam, bagaimana
warnanya, bagaimanan baunya

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 16


5) Pencernaan (boiuel}
a) Bagaiman nafsu makan, apakah baik atau menurun
b) Bagaimana porsi makan, habis atau tidak
c) Minum berapa cc/hari, dengan jenis cairan apa
d) Apakah mulkut bersih, kotor dan berbau
e) Apakah ada mual atau muntah
f) Buang air besar berapa kali sehari, apakah teratur atau tidak,
bagaimana konsistensi warna dan bau dari feses
6) Muskuloskeletal / integumen
a) Bagaimana kemampuan gerakan sendi, bebas, terbatas
b) Bagaimana warna kulit, apakah ikterus, sianotik, kemerahan,
pucat atau hiperpigmentasi
c) Apakah ada bengkak atau tidak, bila ada dimana lokasinya
d) Apakah ada dekubitus atau tidak, bila ada dimana lokasinya
e) Apakah ada luka atau tidak bila ada dimana lokasinya dan apa
jenis lukanya
f) Apakah ada kontraktur atau tidak, bila ada dimana lokasinya
g) Apakah ada fraktur atau tidak, bila ada dimana lokasinya dan apa
jenis frakturnya
h) Apakah ada jalur infus atau tidak, bila ada dimana lokasinya
c. Asesmen tingkat nyeri pasien
Perawat atau dokter melakukan asesmen rasa nyeri pada pasien. Bila
nyeri sangat mengganggu, maka segera lakukan manajemen nyeri yang
memadai.
d. Asesmen faktor psikologis
Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien
akhir hayat, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukkan
apakah sedih, depresi atau marah. Problem psikologis lain yang muncul
pada pasien akhir hayat antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri
dan harapan
e. Asesmen faktor sosial
Asesmen faktor sosial dapat dilakukan perawat dengan cara sebagai

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 17


berikut :
1) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan pasien dan diskusikan dengan keluarganya, misalnya :
teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain
2) Menggali perasaan-perasaan pasien sehubungan dengan sakitnya dan
bila perlu diberikan privasi
3) Menjaga penampilan pasien pada saat-saat menerima kunjungan
teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan pasien untuk
membersihkan diri dan merapikan diri bila perlu dibantu perawat.
4) Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku- buku bacaan bagi pasien
apabila pasien mampu membacanya.
f. Asesmen faktor emosional
Asesmen faktor emosional pada pasien akhir hayat dapat dilakukan oleh
perawat/dokter sesuai dengan fase emosional pasien.
1) Fase Denial/ menolak
Dokter/ perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara menanyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan
pasien dapat mengekspresikan perasaan - perasaannya.
2) Fase Anger / Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Dokter/ Perawat perlu membantunya agar
mengerti bahwa masih merupakan hal yang normal dalam merespon
perasaan kehilangan menjelang kematian. Akan lebih baik bila
kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan
tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam
menumbuhkan rasa aman.
3) Fase tawar menawar
Pada fase ini dokter/ perawat perlu mendengarkan segala keluhannya
dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi
rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
4) Fase Depresi

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 18


Pada fase ini dokter/ perawat selalu hadir didekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang
disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien
sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5) Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah menerima keadaannya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin
dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya
sendiri sebatas kemampuannya
g. Asesmen faktor agama/spiritual
Asesmen faktor agama/spiritual berupa asesmen kebutuhan pasien akan
bimbingan rohani atau seseorang yang dapat membantu kebutuhan
spiritualnya. Hal ini biasanya dilakukan pada saat pasien sedang berada di
tahapan bargaining.
h. Asesmen faktor budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga
mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau menjelang ajal.
Asesmen pada tahap ini perawatan tidak boleh menyamaratakan setiap
kondisi pasien akhir hayat berdasarakan etika, norma dan budaya
sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
i. Asesmem keterlibatan pasien dalam keputusan pelayanan.
Pada asesmen ini dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam
mengambil keputusan terhadap proses pelayanan yang akan diberikan
oleh rumah sakit pada pasien akhir hayat. Apabila pasien/ keluarga
menolak prosedur pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit maka
petugas memberikan penjelasan tentang konsekuensi yang akan diterima
oleh pasien/ keluarga

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat berupa hal-hal seperti berikut :
a. Ansietas ansietas atau kecemasan ini dapat muncul dari ketakutan

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 19


individu atau keluarga yang berhubungan dengan situasi yang tidak bisa
diharapkan ; sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan ; takut akan
kematian dan efek negatif pada gaya hidup.

b. Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang


dihadapi ; penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari
orang lain.
c. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan hayat;
takut akan hasil (kematian); dengan lingkungannya penuh dengan stres
(tempat perawatan).
d. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan
dengan kegiatan keagamaan; kurang privasi atau ketidakmampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian.

3. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa I : Ansietas / kecemasan
1) Bantu pasien untuk mengurangi ansietasnya, seperti :
• Berikan kepastian dan kenyamanan
• Tunjukkan sikap empati, jangan menghindari pertanyaan yang
diungkapkan oleh pasien.
• Dorong pasien untuk mengungkapkan setiap ketakutan atau
permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya
• Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif. Pasien yang
cemas mempunyai penyempitan lapang persepsi dengan penurunan
kemampuan untuk belajar karena ansietas cenderung untuk
memperburuk masalah, menjebak pasien pada lingkaran
peningkatan ansietas tegang, emosional dan nyeri fisik.
2) Kaji tingkat ansietas pasien. Rencanakan penyuluhan bila tingkatnya
rendah atau sedang. Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang
tidak akurat dan dapat di hilangkan dengan memberikan informasi
akurat. Untuk pasien dengan ansietas berat atau parah tidak bisa
menyerap informasi yang diberikan.
3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan
mereka.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 20


4) Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk penguatan
koping positif.

b. Diagnosa II : Berduka
Pada pasien yang berada dalam kondisi berduka, petugas melakukan hal
sebagai berikut :
1) Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaannya. Diskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna
pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang
umum dan sehat. Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang
dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menimbulkan
perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan
respon berduka lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu
pasien dan keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon
mereka terhadap situasi tersebut.
2) Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti
dapat memberikan keberhasilan pada masa lalu. Strategi koping
positif membantu penerimaan dan pemecahan masalah.
3) Berikan dorongan pada pasien untuk mengekspresikan atribut diri
yang positif. Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan
penerimaan diri dan penerimaan kematian yang teijadi.
4) Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan teijadi,
jawab semua pertanyaan dengan jujur. Proses berduka, proses
berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan
teijadi di terima.
5) Berikan perawatan dengan penuh perhatian, seperti :
- Membantu berdandan
- Mendukung fungsi kemandirian
- Memberikan obat nyeri saat diperlukan
- Meningkatkan kenyamanan fisik

c. Diagnosa III : Perubahan proses dalam keluarga


Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 21


1) Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat pasien dan
tunjukan pengertian yang empati. Kontak yang sering dan
mengkomunikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu
mengurangi kecemasan pasien.
2) Izinkan keluarga atau orang terdekat untuk mengekspresikan
perasaan, ketakutan dan kekhawatiran.
3) Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU. Informasi ini dapat
membantu mengurangi ansietas pasien dan keluarga
4) Jelaskan tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dan
berikan informasi spesifik tentang kemajuan pasien.
5) Anjurkan keluarga untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam
tindakan keperawatan. Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat
meningkatkan interaksi keluarga berkelanjutan.

d. Diagnosa IV : perubahan distres


Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Gali apakah pasien menginginkan untuk melaksanakan
praktek/kegiatan keagamaan karena melalui praktek ini dapat
menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan bagi pasien.
2) Ekspresikan pengertian dan penerimaan kita tentang pentingnya
keyakinan dan praktik keagamaan atau spiritual pasien.
3) Berikan privasi dan ketenangan agar pasien dapat melaksanakan
kegiatan keagamaan dan berikan lingkungan yang memudahkan
pasien untuk refleksi dan perenungan.
4) Tawarkan untuk berdoa bersama atau membaca buku keagamaan
yang disediakan oleh rumah sakit.
5) Tawarkan untuk menghubungkan bagian rohaniawan rumah sakit jika
dibutuhkan.

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan agar :
a. Pasien merasa nyaman dan mengekspresikan perasaannya pada perawat.
b. Pasien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan. Pasien selalu
ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 22


c. Pasien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan dan akan kembali
kepadaNya.

5. Pendokumentasian
Setiap pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien terhadap
tindakan keperawatan wajib didokumentasikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan
yang sudah dilakukan perawat terhadap pasien sesuai kebijakan yang berlaku,
karena dokumentasi keperawatan merupakan dokumen legal dalan sistem
pelayanan keperawatan sehingga diharapkan melalui dokumentasi yang baik
maka informasi mengenai keadaan kesehatan pasien dapat diketahui secara
berkesinambungan.

B. Aspek Medis
1. Intervensi Medis
Ketika pasien mengalami cedera berat atau sakit yang serius, maka beberapa
intervensi medis yang dapat memperpanjang hidup pasien adalah sebagai
berikut:
a. Tindakan Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO)
RJPO adalah pemberian bantuan hidup dasar dan lanjut kepada
pasien yang mengalami henti nafas atau henti jantung. RJPO
diindikasikan untuk pasien yang tidak bernafas dan tidak menunjukan
tanda-tanda sirkulasi, dan tanpa intruksi DNR di rekam medisnya.
b. Pemakaian Alat Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Pemakaian ventilator, ditujukan untuk keadaan tertentu berupa
penyakit yang berpotensi atau menyebabkan gagal nafas.
c. Pemberian Nutrisi
Seringkali pasien sakit terminal tidak bisa mendapatkan makanan
lewat mulut langsung, sehingga perlu dilakukan cara lain untuk
memenuhi nutrisi pasien tersebut seperti :
1) Pemasangan feeding tube
2) Parenteral nutrition yaitu sebuah upaya untuk mengirim nutrisi
secara langsung ke dalam pembuluh darah.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 23


d. Tindakan Dialisis
Tindakan dialisis diberikan pada pasien terminal yang mengalami
penurunan fungsi ginjal, baik akut maupun kronik dengan laju filtrasi
Glomerulus (LFG) < 15 ml/menit. Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah
sangat menurun sehingga terjadi akumulasi toksin dalam tubuh yang
disebut uremia.
e. Pemberian Antibiotik
Pasien terminal, memiliki resiko infeksi berat 5-10 kali lebih tinggi
dibandingkan pasien lainnya. Infeksi berat ini paling sering ditemukan
pada saluran pernafasan, saluran kemih, peredaran darah, daerah trauma
atau operasi. Infeksi tersebut menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas, pemanjangan masa perawatan, dan pembengkakan biaya
perawatan. Penyebab meningkatnya resiko infeksi ini bersifat
multifaktorial, meliputi penurunan fungsi imun, gangguan fungsi barrier
usus, penggunaan antibiotik spektrum luas, katekolamin, penggunaan
preparat darah, atau dari alat kesehatan yang digunakan (seperti
ventilator).
Pasien menderita penyakit terminal dengan prognose yang buruk
hendaknya menerima informasi lebih dini mengenai hak untuk menolak
atau menerima bila dilakukan resusitasi maupun ventilator.

2. Withdrawing Life Support dan Withholding Life Support


Pengelolaan akhir hayat meliputi penghentian bantuan hidup
(Withdrawing Life Support] dan penundaan bantuan hidup (Withholding Life
Support) yang dilakukan pada pasien yang dirawat di ruang rawat intensif
care. Keputusan Withdrawing/ Withholding adalah keputusan medis dan etis
yang dilakukan oleh 3 (tiga) dokter yaitu dokter spesialisasi anastesiologi atau
dokter lain yang memiliki kompetensi dan 2 (dua) orang dokter lain yang
ditunjuk oleh komite medis rumah sakit.
Adapun persyaratan Withdrawing Life Support dan Withholding Life
Support sebagai berikut:
a. Informed consent
Pada keadaan khusus dimana perlu adanya tindakan

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 24


penghentian/penundaan bantuan hidup (Withdrawing/ WithholdingLife
Support) pada seorang pasien, maka tindakan tersebut harus mendapat
persetujuan keluarga terdekat pasien. Persetujuan penghentian/penundaan
bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien harus diberikan secara tertulis
(written concent) dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam catatan
terintegrasi yang disimpan dalam rekam medis pasien, dimana pernyataan
tersebut diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan dari tim DPJP
yang bersangkutan mengenai beberapa hal sebagai berikut :
1) Diagnosis :
a) Temuan klinis dan hasil pemeriksaan medis sampai saat tersebut.
b) Indikasi dan keadaan klinis pasien yang membutuhkan
Withdrawing/ Withholding Life Support
2) Terapi yang sudah diberikan
3) Prognosis :
a) Prognosis tentang hidup matinya (ad vitam}\
b) Prognosis tentang fungsinya (ad functionarn.)-,
c) Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam).

b. Kondisi Akhir Hayat


Tindakan-tindakan luar biasa tidak akan dilakukan pada pasien-
pasien yang jika diterapi hanya akan memperlambat waktu kematian dan
bukan memperpanjang hayat. Untuk pasien ini dapat dilakukan
penghentian atau penundaan bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi
tanpa harapan, hanya dilakukan tindakan terapeutik/paliatif agar pasien
merasa nayaman dan bebas nyeri.

c. Mati Batang Otak (MBO)


Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan
fungsi batang otak yang ireversibel. Setelah kriteria Mati Batang Otak
(MBO) yang ada terpenuhi, pasien ditentukan meninggal dan disertifikasi
MBO serta semua terapi dihentikan. Jika dipertimbangkan donasi organ,
bantuan jantung paru pasien diteruskan sampai organ yang diperlukan
telah diambil. Keputusan penentuan MBO dilakukan oleh 3 (tiga) dokter
yaitu dokter spesialisasi anastesiologi atau dokter lain yang memiliki

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 25


kompetensi, dokter spesialis saraf dan l(satu) dokter lain yang ditunjuk
oleh komite medis rumah sakit dengan prosedur pengujian MBO sebagai
berikut :
1) Memastikan hilangnya refleks batang otak dan henti nafas yang
menetap (ireversibel), yaitu :
a) Tidak ada respon terhadap cahaya
b) Tidak ada refleks kornea
c) Tidak ada refleks vestibule-okular
d) Tidak ada respon motor terhadap rangsang adekuat pada area
somatik
e) Tidak ada refleks muntah (gag refleks) atau refleks batuk karena
rangsang oleh kateter isap yang dimasukan ke dalam trakea.
f) Tes henti nafas positif
2) Bila tes hilangnya refleks batang otak dinyatakan positif, tes diulang
lagi 25 menit kemudian.
3) Bila tes tetap positif, maka pasien dinyatakan mati walaupun jantung
masih berdenyut, dan ventilator harus segera dihentikan.
4) Pasien dinyatakan mati ketika batang otak dinyatakan mati dan buka
sewaktu mayat dilepas dari ventilator atau jantung berhenti berdenyut.

d. Donasi organ
1) Rumah Sakit Umum Daerah Kaur tidak menyelenggarakan kegiatan
penelitian klinis
2) Rumah Sakit Umum Daerah Kaur tidak melakukan pelayanan donasi
organ.

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 26


BAB IV
DOKUMENTASI

Form-form yang digunakan di dalam proses kerja ini :


a. Formulir Asesmen Pasien Akhir Hayat
b. Formulir Asesmen Ulang Pasien Akhir Hayat
c. Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran
d. Formulir Penolakan Tindakan Kedokteran

Ditetapkan di : Cahaya Batin


Pada Tanggal : 8 JANUARI 2022

DIREKTUR,

dr. LEPPI AGUNG WAHYUDI


NIP. 198403252014051001

LAMPIRAN

1. Formulir Permintaan Pendapat lain (Second Opinion)

Panduan. Pelayanan Pasien Akhir Hayat I 27

Anda mungkin juga menyukai