Karya Tulis Ilmiah Studi Wisata

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Kunjungan dan Observasi Museum Mandala Wangsit

Siliwangi

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Studi Wisata

Disusun oleh :
1) Aditya Gunawan

2) Elvi Fatmarini

3) Fani Indra Maulana

4) Indriyani

5) Piki Angraeni

6) Syaeful Sidik

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

SMA NEGERI 2 BANJARSARI


Jl. Sukadana No. 239 Cigayam Tlp. (0265)2661054 Kec. Banjarsari e-mail:
smandaasri239@gmail.com
Lembar
Pengesahan
Karya Tulis Ilmiah ini telah di setujui dan disahkan di :
Banjaranyar, Februari 2019

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Nama. Nama

Mengetahui,
Penguji 1, penguji 2,

Nama. Nama
Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah.swt yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Kunjungan dan Observasi Museum Mandala Wangsit SSiliwangi”.
Karya Tulis Ilmiah ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas studi wisata.
Oleh karena itu, teriring do'a dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Drs.mochamad Solehudin,M.pd selaku Kepala Sekolah SMA NEGERI 2
BANJARSARI yang telah mendukung dan memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Dedeh S.pd selaku guru Bahasa Indonesia sekaligus pembimbing Karya Tulis
Ilmiah ini yang telah memberikan bantuan,masukan dan arahan selama penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Bapak/Ibu guru yang telah mendampingi dan memberikan bekal ilmu.
4. Kedua orangtua yang telah memberikan do'a dan dukungannya baik secara moril
maupun materil sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
5. Rekan-rekan sekalian yang telah bekerja sama membantu dan memotivasi,serta
seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai pembelajaran bagi
penulis agar bisa lebih baik lagi.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Banjaranyar, Januari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Museum adalah sebuah tempat yang dibangun untuk mengabadikan sebuah peristiwa
sejarah-sejarah besar yang mempengaruhi kehidupan manusia serta peradaban dan sistem
pemerintahan. Selain itu, Museum Mandala Wangsit Siliwangi juga berfungsi sebagai media
pembelajaran atau sumber pengetahuan langsung yang dapat dilihat dengan nyata oleh semua
orang yang ingin mengetahui persitiwa-peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau.
Di Bandung sendiri terdapat peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat banyak dan menarik
sehingga dibangunlah beberapa museum untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa sejarah.
Salah satunya yaitu Museum Mandala Wangsit Siliwangi merupakan sebuah markas yang di
alih fungsikan menjadi sebuah museum. Museum Mandala Wangsit Siliwangi adalah sebuah
tempat atau bangunan peninggalan markas prajurit divisi Siliwangi dengan ciri bangunannya
yang berasitekturkan Belanda yang sampai saat ini gaya arsitektur bangunan tersebut masih
tetap dipertahankan dan dilestarikan. Warna bangunan yang identik dengan militer
menambah kesan zaman perjuangan yang dirasakan langsung oleh pengunjung. Selain dari
segi bangunan museum Mandala Wangsit Siliwangi juga memiliki koleksi yang tidak kalah
menariknya dari museum lain yang terdapat di kota Bandung karena museum Mandala
Wangsit Siliwangi merupakan sebuah museum yang identik dengan militer jadi benda koleksi
yang berada di dalamnya terdapat senjata-senjata rampasan perang, kendaraan perang
militer,biorama perang, foto-foto panglima siliwangi dari awal ditunjuk menjadi pengelola
museum sampai sekarang, foto-foto penumpasan pemberontak DI/TII (Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia).
Maka dari itu, penulis tertarik menyusun karya tulis ilmiah dengan objek wisata museum
Mandala Wangsit Siliwangi yang berlokasi dijalan Lembang No.38 Braga Bandung Jawa
Barat. Sekaligus untuk memenuhi tugas studi wisata.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan-tujuan dari masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui lebih luas tentang musium mandala wangsit siliwangi.


2. Untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai sejarah dan koleksi yang
terdapat di museum Mandala wangsit Siliwangi.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Menambah pengalaman dan wawasan disamping pengetahuan tentang penerapan
pelaksanaan teori yang selama ini penulis peroleh.
2. Memperoleh sejarah dan koleksi yang terdapat di Museum Mandala Wangsit
Siliwangi.

1.4 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Museum Mandala Wangsit Siliwangi ?
2. Koleksi apa saja yang terdapat di Museum Mandala Wangsit Siliwangi ?
3.
1.5 Batasan Masalah

1. Sejarah Museum Mandala Wangsit Siliwangi.


2. Koleksi Museum Mandala Wangsit.
3.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Sejarah
Divisi Siliwangi dibentuk pada 20 Mei tahun 1946 dengan panglima Kol. A. H. Nassution.
Divisi Siliwangi sendiri menjadi satu-satunya Kodam yang mendapat penghargaan Sang
Karya Anugerah Kepresidenan pada 28 Agustus 1965 karena ikut andil untuk melawan
pemberontak maupun penjajah yang datang kembali ke Indonesia. Bangunan yang memiliki
gaya arsitektur Late Romanticism dibangun pada tahun 1910 sampai 1915 yakni pada masa
kolonial Belanda sebagai tempat tinggal perwira Belanda.Namun tempat ini diambil alih oleh
pasukan Siliwangi dan digunakan sebagai markas Divisi Siliwangi (Militaire Akademi
Bandung) pada tahun 1949-1950 setelah kemerdekaan. Karena alasan tersebut, maka
diresmikanlah Museum Mandala Wangsit Siliwangi pada tanggal 23 Mei 1966 untuk
mengenang perjuangan Divisi Siliwangi.
B.Koleksi
Di bagian depan gedung museum terdapat dua buah monumen, yang mana satunya lebih
berupa prasasti dan yang satunya lagi lebih bisa disebut relief. Dimulai dari yang lokasinya di
depan, adalah monumen yang di permukaannya tertulis “Wangsit Siliwangi”, yaitu pesan,
amanat, petuah, dan wasiat dari pejuang di masa lalu untuk generasi berikutnya. Sementara di
belakangnya terdapat Monumen Kekejaman APRA yang diresmikan tahun 1995 oleh
Gubernur R. Nuriana untuk mengenang wafatnya Letnan Kolonel Adolf Gustaaf Lembong
dan 78 prajurit Siliwangi lainnya dalam pertempuran melawan APRA.
Masih di halaman depan museum namun tersebar-sebar, terdapat berbagai koleksi senjata
artileri dan kendaraan lapis baja yang bersejarah, di antaranya sebuah meriam PSP yang
pernah digunakan dalam Pertempuran Surabaya, Ambarawa, dan Semarang, sebuah meriam
gunung yang digunakan dalam menumpas pemberontakan APRA dan Kahar Muzakar, panser
Rel V-16 yang digunakan untuk mengawal kereta api dari gangguan gerombolan DI/TII,
meriam 40mm L60 Bofors yang pernah diturunkan dalam Operasi Trikora/Mandala, serta
panser ringan Stuart M3A1. Selain itu, ada pula patung Letkol A.G. Lembong yang namanya
kemudian diabadikan menjadi nama jalan di depan museum.
Terdapat koleksi jubah milik Kyai Agung Caringin dari Menes, Banten dan milik Haji Hasan
Arief dari Cimareme, Garut.Museum Mandala Wangsit Siliwangi memiliki sebelas ruangan
dengan tema yang berbeda-beda namun sesuai dengan kronologi peristiwanya.
Ruangan pertama yang kita masuki bertema “Pergerakan Nasional Indonesia” yang
merentang dari tahun 1918 hingga setahun sebelum kemerdekaan. Di sini digambarkan
lukisan perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Jawa Barat, lukisan penderitaan bangsa yang
dijadikan romusha, serta koleksi berupa senjata tradisional yang pernah digunakan tokoh-
tokoh di berbagai daerah di Jawa Barat.
Ruang yang kedua menampilkan suasana detik-detik proklamasi dan memajang beberapa
koleksi yang berkaitan. Di tengah ruangan terdapat meja dan kursi yang bukan perabot
sembarangan karena pernah dipergunakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta dalam Peristiwa
Rengasdengklok. Di sudut ruangan terlihat bendera merah putih yang katanya pertama kali
dikibarkan di halaman Kota Madya Bandung, pada tanggal 17 Agustus 1945. Lalu ada
koleksi “bedil” kuno berupa senapan laras panjang, senapan otomatis, bahkan ada pula yang
rakitan. Di sudut lain ruangan terdapat diorama Peristiwa Bojong Kokosan pada tanggal 13
Desember 1945 di Sukabumi antara pejuang kita yang persenjataannya minim melawan
konvoi sekutu.
Ruang berikutnya mengambil tema “Palagan Bandung” dan mengisahkan rentetan peristiwa
setelah kemerdekaan yang dipuncaki oleh peristiwa yang mengilhami lagu Halo-Halo
Bandung, Bandung Lautan Api. Peristiwa pembumihangusan kota Bandung yang terjadi pada
tanggal 24 Maret 1946 ini sering dianggap sebagai bentuk kepatuhan pejuang Jawa Barat
terhadap dua perintah yang berbeda antara pemerintah pusat dan daerah. Peristiwa ini sendiri
dilatarbelakangi oleh adanya ultimatum dari pihak sekutu Inggris yang memaksa unsur
bersenjata untuk meninggalkan kota Bandung sejauh 11 km ke selatan. Di ruangan ini juga
disimpan koleksi katana, klewang, pedang Belanda, dan helm logam.Periode antara tahun
1947 hingga 1949 dianggap sebagai perang mempertahankan kemerdekaan. Tentara dari
Divisi Siliwangi bahkan digambarkan melakukan hijrah dari Jawa Barat ke Yogyakarta
dalam sebuah peristiwa yang dikenal sebagai Long March Siliwangi dengan berjalan
kaki.Peristiwa yang dilatarbelakangi oleh adanya Perjanjian Renville ini diabadikan dalam
dokumentasi foto-foto monokrom. Koleksi yang disimpan di sini di antaranya berbagai
senjata yang dipajang berjajar. Ransel karung, baju jas, baret, iket kepala, serta berbagai
lencana dan emblem ketentaraan.
Di ruang enam, kita dapat melihat kekejaman yang dilakukan oleh para pemberontak yang
ingin mendirikan negara Islam yang tergabung dalam kelompok DI/TII (Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia). Mungkin ini sih salah satu penyebabnya museum dibilang angker. Banyak
foto-foto yang bisa dibilang cukup vulgar karena menampilkan foto-foto mayat, jenazah yang
telah membusuk, bahkan tubuh yang terpenggal.
Naik ke lantai dua, kita disambut oleh bendera-bendera yang menampilkan lambang satuan-
satuan dalam Divisi Siliwangi. Sayang benderanya dalam keadaan menguncup sehingga kalo
kita mau melihatnya ya mesti “melebarkan” benderanya sendiri. Indonesia di masa awal
kemerdekaannya memang mesti menghadapi musuh-musuh dari dalam dan luar negeri.
Selain DI/TII, ada pula peristiwa Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) yang
dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung. Kita
dapat melihat foto-foto vulgar prajurit Siliwangi bersimbah darah yang menjadi korban
keganasan mereka. Sementara dokumentasi mengenai Pemberontakan RMS (Republik
Maluku Selatan) pimpinan Dr. Soumokil didominasi oleh foto-foto operasi yang dilakukan
oleh para prajurit Siliwangi.
Di sisi lain ruangan, kita bisa melihat dokumentasi yang berkaitan dengan pemberontakan
afiliasi DI/TII di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakkar, seorang
patriot sejati yang kemudian membelot. Ia tewas dalam baku tembak dengan prajurit
Siliwangi yang tergabung dalam Operasi Tumpas. Di sebelah bawah, ada dokumentasi
pemberontakan PGRS-Paraku (Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak – Pasukan Rakyat
Kalimantan Utara) yang baru saya denger kali ini.
Di ruang berikutnya, terdapat dokumentasi Penumpasan G30S PKI yang memperlihatkan
foto-foto pahlawan revolusi dan jenazah mereka saat baru diangkat dari Lubang Buaya. Di
lemari kaca atasnya, terdapat foto-foto dan piaga penghargaan yang diperoleh prajurit
Siliwangi saat melakukan tugas-tugas internasional pada kurun waktu 1965-1974. Sebelum
terjadi perubahan peta politik di Portugal, hingga tahun 1974 Timor Timur masih dianggap
sebagai provinsi dari negara tersebut. Setelah Portugal angkat kaki, di sana bermunculan
berbagai partai politik. Ada UDT yang condong ke Portugal, ada Apodeti yang condong
integrasi dengan Indonesia, dan Fretilin yang menginginkan kemerdekaan. Singkat cerita,
Indonesia kemudian berusaha menganeksasi Timor Timur melalui Operasi Seroja yang
menimbulkan banyak korban jiwa dari Fretilin, penduduk Timor Timur, dan tentunya di
pihak TNI.
Ruang terakhir, ruang 11, sebenarnya hanya berupa tembok yang menampilkan foto-foto para
panglima Divisi Siliwangi. Ada 36 prajurit yang pernah memimpin Divisi Siliwangi, mulai
dari panglima pertamanya yaitu A.H. Nasution yang saat itu berpangkat kolonel. Foto ini
tidak termasuk Pangdam yang sedang menjabat saat ini karena judulnya kan “Mantan-
Mantan”.
Setelah “ruangan bayangan” tadi, ada ruangan yang berisi dengan pernak-pernik yang
berkaitan dengan Prabu Siliwangi yang memang namanya menjadi asal muasal nama Kodam
Siliwangi.

Anda mungkin juga menyukai