Anda di halaman 1dari 3

Parangtritis nan Indah

Salah satu andalan wisata Kota Yogyakarta adalah Pantai Parangtritis. Tepatnya Pantai Parangtritis
berada di Kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai ini terletak sekitar 27 km arah
selatan Yokyakarta.

Pemandangan Pantai Parangtritis sangat memesona. Di sebelah kiri, terlihat tebing yang sangat tinggi, di
sebelah kanan, kita bisa melihat batu karang besar yang seolah-olah siap menjaga gempuran ombak
yang datang setiap saat. Pantai bersih dengan buih-buih putih bergradasi abu-abu dan kombinasi hijau
sungguh elok.

Kemolekan pantai serasa sempurna di sore hari. Di sore hari, kita bisa melihat matahari terbenam yang
merupakan saat sangat istimewa. Lukisan alam yang sungguh memesona. Semburat warna merah
keemasan di langit dengan kemilau air pantai yang tertimpa matahari sore menjadi pemandangan yang
memukau. Rasa hangat berbaur dengan lembutnya hembusan angin sore, melingkupi seluruh tubuh.
Seakan tersihir kita menyaksikan secara perlahan matahari seolah-olah masuk ke dalam hamparan air
laut.

Banyaknya wisatawan yang selalu mengunjungi Pantai Parangtritis ini membuat pantai ini tidak pernah
sepi dari pengunjung. Di pantai Parangtritis ini kita bisa menyaksikan kerumunan anak-anak bermain
pasir. Tua muda menikmati embusan segar angin laut. Kita juga bisa naik kuda ataupun angkutan sejenis
andong yang bisa membawa kita ke area karang laut yang sungguh sangat indah.

Ayah, Panutanku
Ayahku bernama Abu Salman. Ayah berpostur sedang, berumur sekitar 54 tahun. Rambutnya putih
beruban. Di dagunya terdapat bekas cukur jenggot putih di dagunya. Kulit ayahku kuning langsat. Wajah
ayah tipikal Batak dengan rahang yang kuat dan hidung mancung tapi agak besar. Matanya hitam tajam
dengan alis tebal. Sepintas ayahku seperti orang India.

Meskipun kelihatannya mengerikan, ayahku orang yang sabar. Wajahnya teduh dan selalu tersenyum
menghadapi masalah apa pun. Ya, ayahku adalah orang yang paling sabar yang pernah aku kenal. Tidak
pernah terlihat marah-marah atau membentak. Beliau selalu menunjukkan perasaanya lewat gerakan
bermakna di wajahnya. Jika melihat anaknya membandel, ayah hanya menggeleng sambil berkata lirih
untuk membujuknya.

Tidak seperti orang Batak yang logatnya agak keras, ayahku sangat pendiam. Beliau yang irit kata, lebih
suka memberi contoh langsung kepada anaknya tanpa perlu menggarui. Bagai air yang mengalir tenang,
tetapi sangat dalam. Beliau adalah teladan bagi anak-anaknya.

Ibu, Inspirasiku

Ibuku bernama Wulandari. Mukanya selalu bersinar seperti bulan. Cocok sekali dengan namanya yang
berarti bulan bersinar. Mukanya bulat dengan alis tipis seperti semut beriring. Kulit ibuku sawo matang,
khas wanita Jawa. Beliau tidaklah tinggi, tidak pula pendek. Rambutnya hitambergelombang. Sampai
usia 56 tahun kulihat rambutnya masih legam tanpa semir. Pandangan matanya yang kuat kini sudah
mulai sayu termakan usia. Namun mata hatinya tetap kuat bagaikan baja.

Ibu adalah wanita yang sangat baik. Dia ramah dan tutur katanya lembut kepada siapa saja. Dia sangat
suka membantu orang lain, terutama yang sedang dalam kesusahan. Profesinya sebagai guru semakin
mengokohkan prinsipnya untuk selalu mengajarkan kebaikan kepada sesama.

Meskipun sudah berumur, ibuku masih menuntut ilmu. Ibuku melanjutkan ke jenjang S-2. Padahal
harusnya dia sudah tidak disibukkan oleh tugas kuliah. Tetapi, sepertinya ibuku sangat menikmati
sekolahnya. Sambil bernyanyi kecil dia mengerjakan tugas kuliahnya. Belajar terus sepanjang hayat,
itulah semboyannya.

Anda mungkin juga menyukai