Anda di halaman 1dari 34

1.

Elemen dari perencanaan geometrik jalan adalah :


 Alinyemen horizontal / trase jalan, terutama dititik beratkan pada perancanaan sumbu
jalan.
Pada perencanaan alinyemen horizontal akan terlihat apakah jalan tersebut merupakan jalan
lurus, menikung ke kiri, atau ke kanan.
Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung
peralihan dari bentuk garis lurus ke bentuk busur lingkaran.

 Alinyemen vertikal / penampang memanjang jalan


Pada perencanaan alinyemen vertikal akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian,
mendaki atau menurun. Pada perencanaan alinemen vertikal ini dipertimbangkan bagaimana
meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan,
keamanan jarak pandang, dan fungsi jalan. Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan
pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan.

 Penampang melintang jalan


Bagian – bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase
permukaan, kelandaian lereng tebing galian dan timbunan, serta bangunan pelengkap lainnya.

2. Data data yang diperlukan :


Data Topografi
Data Lalu Lintas
Pedoman dan aturan

3. Langkah Perencanaan
3.1. Penentuan Trase jalan :
Trase Jalan adalah garis tengah Sumbu jalan yang merupakan garis lurus saling terhubung
dengan Peta Topografi serta merupakan acuan dalam menetapkan tinggi muka tanah dasar .

Prinsip dalam perencanaan penentuan pemilihan Trase jalan berdasarkan Permen PU No.19
Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis jalan dan Kriteria Perencanaan teknis jalan adalah :
(a) Trase Jalan sebaiknya dibuat lurus,pendek,sedikit tikungan,dan kelandaiannya (grade)
seminim mungkin
(b) Trase jalan menjauhi Daerah Aliran Sungai (DAS)
(c) Trase jalan mempertimbangkan besarnya volume galian dan timbunan
(d) Pemilihan lokasi Trase pada tanah yang mempunyai Nilai CBR yang memenuhi syrarat ,
sehingga keberadaan tanah tersebut bisa dipakai untuk pekerjaan timbunan pada lokasi
Trase jalan yang akan direncanakan
(e) Pemilihan Trase jalan sebaiknya dihindari pada daerah patahan, tanah rawan longsor ,
muka air tanah yang tinggi serta lokasi daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi
(f) Diupayakan pemilihan Trase tidak pada daerah hutan lindung, cagar budaya, dan iklim
(g) Diupayakan Trase jalan yang direncanakan jangan dilokasi padat penduduk dan lahan yang
bermasalah seperti tuntutan ganti rugi yang tinggi .

Data yang diperlukan untuk perencanaan trase jalan :


Data hasil survey topografi (data kontur)
Data kondisi tanah
Data sosial budaya dan lingkungan
Contoh :
Dari Peta Topografi dibawah ini, rencanakan trace jalan dengan ketentuan terdapat 2 tikungan .
skala peta 1 : 2500

Langkah 1. Tentukan trase jalan dari titik E menuju titik L seperti gambar berikut ini
Langkah 2. Menentukan kondisi medan
1. Tentukan elevasi jalan per 50 meter, mulai dari titik E (STA 0 + 000 ) s/d L, (STA 0+000 ;
STA 0 + 050 ; STA 0+100 dst .
Data hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1. Perhitungan Elevasi
Tabel Perhitungan Elevasi

T1 T2 H1 H2 TX
Titik
(m) (m) (m) (m) (m)

E 91,50 91,00 4,20 2,70 91,32

1 92,00 91,50 3,40 1,20 91,68

2 92,00 91,50 1,60 1,10 91,84

3 92,00 91,50 1,10 0,90 91,91

4 92,00 91,50 1,10 0,30 91,64

5 91,00 90,50 1,60 1,40 90,94

P1 90,50 90,00 2,00 2,00 90,50

6 90,50 90,00 0,90 0,80 90,44

7 90,00 89,50 0,60 0,30 89,75

8 89,50 89,00 1,00 1,00 89,50

9 89,50 89,00 0,70 0,50 89,36

P2 89,00 88,50 0,90 0,90 89,00

10 88,00 87,50 1,00 0,50 87,75

11 87,50 87,00 1,20 0,50 87,21

12 87,00 86,50 1,50 0,90 86,80

L 86,50 86,00 1,00 0,50 86,25


menentukan elevasi titik yang terletak diantara dua garis kontur
T1 = Elevasi Tertinggi = 91,50 meter
+ 91.00 T2 = Elevasi Terendah = 91,00 meter

V1 = T1 - T2 = 91,50 - 91,00 = 0,50


V2 = TE - T2 = TE - 91.00

H1 = Jarak dari Garis Kontur Tertinggi ke garis Kontur terendah (diukur) = 4,2 cm
+91,50 H2 = Jarak dari titik yang dicari(titik E) ke garis Kontur terendah (diukur) = 2,7 cm
H1
Gunakan rumus interpolasi untuk mencari elevasi titik E (TE)
'.E +92.00
V1 H1 0,5 4,2
'= =
V2 H2 T E- 91,00 2,7

0,5
= 1,56
T E- 91,00

+91,50 TA 0,5
T E- 91,00 =
1,56
V2 V1
+91,00
T E- 91,00 = 0,32
T2 H2 T1

+89,50 H1 TE = 91,00 +0,32

TE = 91,32 meter

2. Menghitung kemiringan rata-rata trase


Beda Tinggi = Selisih ketinggian titik sesudahnya dengan titik sebelumnya
Beda tinggi E-1 = 91,68 - 91,32 = 0,36
Beda tinggi 1-2 = 91,84 - 91,68 = 0,16
Beda tinggi 2-3 = 91,91 - 91,84 = 0,07
Beda tinggi .3 - 4 = 91,64 - 91,91 = -0,27
Beda tinggi 4-5 = 90,94 - 91,64 = -0,70
Beda tinggi 5 - P1 = 90,50 - 90,94 = -0,44
Beda tinggi P1 - 6 = 90,44 - 90,50 = -0,06
dst

Kemiringan = (Beda Tinggi / Jarak) x 100%


Kemiringan E-1 = ( 0,36 : 50 ) x 100% = 0,71 %
Kemiringan 1 - 2 = ( 0,16 : 50 ) x 100% = 0,32 %
Kemiringan 2 - 3 = ( 0,07 : 50 ) x 100% = 0,14 %
Kemiringan .3 - 4 = ( -0,27 : 50 ) x 100% = -0,54 %
Kemiringan 4 - 5 = ( -0,70 : 50 ) x 100% = -1,40 %
Kemiringan 5 - P1 = ( -0,44 : 50 ) x 100% = -0,88 %
KemiringanP1 - 6 = ( -0,06 : 50 ) x 100% = -0,12 %
dst
Tabel 2. Perhitungan Kemiringan

Titik STA Elevasi Jarak Beda Tinggi Kemiringan


meter meter meter %
E 0 + 000 91,32
50 0,36 0,71
1 0 + 050 91,68
50 0,17 0,33
2 0 + 100 91,84
50 0,07 0,13
3 0 + 150 91,91
50 0,27 0,55
4 0 + 200 91,64
50 0,70 1,40
5 0 + 250 90,94
25 0,44 1,75
P1 0 + 275 90,50
25 0,06 0,22
6 0 + 300 90,44
50 0,69 1,39
7 0 + 350 89,75
50 0,25 0,50
8 0 + 400 89,50
50 0,14 0,29
9 0 + 450 89,36
50 0,36 0,71
P2 0 + 500 89,00
50 1,25 2,50
10 0 + 550 87,75
50 0,54 1,08
11 0 + 600 87,21
50 0,41 0,82
12 0 + 650 86,80
25 0,55 2,20
L 0 + 675 86,25

Total = 14,58
Rerata = 0,97

14 , 58
Keniringan Rata-rata = = 0,97 %
15
Karena 0,97 % < dari 10 %, berarti trase jalan berada di daerah datar
Tabel 3. Klasifikasi Medan Jalan

Langkah ke 3. Menetukan koordinat dititik F, P1, P2 dan L


Mencari absis XE
H1 DX1 = 10.000 - 9.950 = 50
D X2 = XE - 9.950
X = 9.950 X = 10.000
Y = 9.750 Y = 9.750 H1 = 2 cm (diukur)
H2 = 1,5 cm (diukur)
E Skala 1 : 2500
H2 H1 = 2 cm x skala = 2 x 25 = 50 meter
H2 = 1,5 cm x skala = 1,5 x 25 = 37,5 meter
V1 V2
X = 9.950 X = 10.000 Masukan ke rumus interpolasi
Y = 9.700 Y = 9.700
D X1 H1 50 50
.= .=
D X2 H2 XE - 9.950 37,5

XE = 9987,5 m

Mencari ordinat YE
DY1 = 9.750 - 9.700 = 50
D Y2 = YB - 9.700

V1 = 2 cm (diukur)
V2 = 1,9 cm (diukur)
Skala 1 : 2500
V1 = 2 cm x skala = 2 x 25 = 50 meter
V2 = 1,5 cm x skala = 1,9 x 25 = 47,5 meter

Masukan ke rumus interpolasi

D Y1 V1 50 50
.= .=
D Y2 V2 YE - 9.700 47,5

YE = 9745,5 meter

Jadi koordinat dititk E ( 9987,5 ; 9745,5) meter


Dengan cara yang sama, hitung koordinat di titik P1, P2 dan L
Koordinat E = (9987,5 ; 9745,5) meter
Koordinat P1 = (10.265 ; 9.857,5) meter
Koordinat P2 = (10.450 ; 9.670) meter
Koordinat L = (10.690 ; 9710) meter

Langkah ke 4. Menghitung Jarak (d) titik E-P1 ; P1–P2 dan P2-L


Jarak E-P1 = dEP1 = √( XP1− XE)2+(YP 1−YE)2

√(10.265−9987 , 5)2+(9857 ,5−9745 , 5)2 = 299,25 meter

Jarak P1-P2 = dP1P2¿ √ ( XP2−XP1)2 +(YP 2−YP 1)2

√(10.450−10.265)2+(9.670−9857 , 5)2 = 263,40 meter

Jarak P2-L= dP2 L=¿ √( XL−XP 2)2 +(YL−YP 2)2


√(10.690−10.450)2+(9710−9670)2 = 243,31 meter

Langkah ke 5. Menghitung sudut azimut ( ) EP1 ; P1P2 dan P2L


XP1−XE 10.265−9987 ,5
Sudut azimut EP1 =  EP1 = arc tg = arc tg = 68,04 derajat
YP1−YE 9857 , 5−9745 ,5

XP 2−XP 1 10.450−10.265
Sudut azimut P1P2 =  P1P2 = arc tg = arc tg = -44, 71 derajat,
YP 2−YP 1 9670−9857 ,5
(KW2)
Karena KW (kuadran) 2, maka 180 derajat – 44,71 derajat = 135,29 derajat

XL−XP 2 10.690−10.450
Sudut azimut P2L =  P2L = arc tg = arc tg = 80,54 derajat
YL−YP 2 9710−9670

Langkah ke 6. Menghitung sudut tikungan (sudut EP1P2 dan sudut P1P2L)


Sudut EP1P2 = 180 – (P1P2 - EP1) = 180 – (135,29 – 68,04) = 112, 75 derajat
Sudut P1P2L = 180 + (P1P2 - P2L) = 180 + (135,29 – 80,54) = 234,75 derajat

P1 aP1P2
aEP1

 EP1P2
E aP2L L

P2
= sudut azimut

= sudut tikungan
3.2. Analisa LaLu Lintas
Data Yang diperlukan untuk Analisa lalu lintas adalah
1. Data hasil survey volume lalu lintas
Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan penentuan
jumlah dan lebar lajur adalah Volume Jam Perencanaan (VJP) (kendaraan/jam)
VJP pada tahun awal dapat diperoleh dari survei langsung pada jalan yang akan
ditingkatkan atau dari suatu kajian transportasi untuk jalan baru yang sebelumnya tidak
ada.

Kendaraan Rencana
Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori:
1. Kendaraan Kecil, diwakill oleh mobil penumpang
2. Kendaraan Sedang, diwakill oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as
3. Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-traller.

Ekivalen Mobil Penumpang (EMP)


SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana mobil
penumpang ditetapkan memiliki satu SMP.
Sebelum menentukan VJP, maka terlebih dahulu menetapkan ekivalen mobil
penumpang (EMP). Dari jenis medan, maka ekivalensi mobil penumpang (EMP)
didapatkan berdasarkan tabel berikut :

Tabel 4. Ekivalen Mobil Penumpang

Kondisi Medan
No. Jenis Kendaraan
Datar/Perbukitan Pegunungan
1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1 1
2 Pick Up, Bus Kacil, Truk Kecil 1,2 - 2,4 1,9 - 3,5
3 Bus dan Truk Besar 1,2 - 5,0 2,2 - 6,0
4 Sepeda Motor 0.5 0.75
Sumber : Bina Marga TPGJK No. 038/T/BM/1997
Data VJR tahun 2020 (hasil survey lalulintas pada tahun 2020) ( Kend/Jam ) :
a. Mobil penumpang = 1767 kendaraan
b. Bus = 62 kendaraan
c. Truk 2 As = 124 kendaraan
d. Truk 3 As = 56 kendaraan

Data VJR tahun 2020 (SMP/Jam) : VJR x EMP


a. Mobil penumpang : 1767 x 1 = 1767 SMP
b. Bus : 62 x 2 = 124 SMP
c. Truk 2 As : 124 x 3 = 372 SMP
d. Truk 3 As : 56 x 4 = 224 SMP

Jalan direncanakan dibuka tahun 2022 (awal umur rencana)


Angka pertumbuhan selama masa pelaksanaan = i = 2,5 %
Umur jalan dari tahun 2020 – 2022 = n = 2 tahun
VJR tahun 2022 = VJR tahun 2020 (1 + i)n

Volume Lalu lintas Tahun 2022 , awal umur rencana =


a. Mobil penumpang = 1767 ( 1+ 0,025)2 = 1857 SMP
b. Bus = 124 ( 1 + 0,025)2 = 131 SMP
c. Truk 2 As = 372 ( 1 + 0,025)2 = 391 SMP
d. Truk 3 As = 224 ( 1 + 0,025)2 = 236 SMP
Volume awal umur rencana (tahun 2022) = 2615 SMP

Jalan Direncanakan berakhir pada umur 20 tahun (Tahun 2042)


Angka pertumbuhan diperkirakan = I = 2,8 %
Umur rencana jalan = n = 20 tahun

Volume Lalu lintas Tahun 2022 , awal umur rencana =


a. Mobil penumpang = 1857 ( 1+ 0,028)20 = 3227 SMP
b. Bus = 131 ( 1 + 0,028)20 = 228 SMP
c. Truk 2 As = 391 ( 1 + 0,028)20 = 680 SMP
d. Truk 3 As = 236 ( 1 + 0,028)20 = 410 SMP

Volume akhir umur rencana (tahun 2022) = 4545 SMP


3. 3. Penentuan Tipe Jalan Berdasarkan data Analisa Lalu Lintas akhir umur rencana
Volume Akhir Umur Rencana = 4545 SMP/Jam
Jalan yang direncanakan merupakan jalan arteri primer jalan antar kota
Penentuan tipe Jalan berdasarkan Pedoman Desain Geometrik Jalan Tahun 2020
(Direktorat Jenderal Bina Marga)
Dengan nilai VJR = 4545 SMP/Jam dapat ditentukan dari tabel 5.
 Tipe Jalan = 4/2 – TT ( 4 lajur 2 arah tak terbagi)
 Lebar jalur lalu lintas = 2 X 5, 5 meter
 Lebar bahu luar = 2,0 meter
 Kemiringan bahu = 6 %
 Lebar saluran = 1,5 meter
 Ambang pengaman = 1,0 meter
 Rumaja = 17 meter
 Rumija = 17 meter
 Ruwasja = 15 meter
Tipe jalan 4/2 -TT (4 Lajur, 2 arah tak terbagi)

5,5 meter 5,5 meter


2,0 m 2,0 m
1,5 m 1,5 m

1m Jalur Lalu lintas ( 2 x 5,5 ) 1m

badan jalan ( 15 meter )

Ruang Manfaat Jalan (RUMAJA) = 20 meter

Gambar Penampang Melintang Jalan


3.4. Penentuan Kecepatan Rencana
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh dalam kurun
waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam km/jam.
Kecepatan rencana/Design Speed (Vr) adalah kecepatan maksimum yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometric jalan yang memungkinkan kendaraan –
kendaraan bergerak secara aman dan nyaman dalam kondisi suasana cerah, arus lalu
lintas kecil dan pengaruh hambatan samping jalan tidak berarti. Kecepatan rencana
ditentukan berdasarkan fungsi jalan dan jenis medan dari jalan yang direncanakan.
Berdasarkan jalan antar kota medan DATAR, maka kecepatan rencana yang
disyaratkan 15-100 km/jam maka diambil Vr = 50 km/jam.

Tabel 6. Kriteria desain untuk menetapkan kecepatan rencan (VR), e maks, f maks
3.5. Perencanaan Alinemen Horizontal
3.5.1. Perhitungan Lengkungan Tikungan
1. Jari – Jari Minimum (RMin)
Jari – jari minimum (RMin) merupakan nilai batas lengkung atau tikungan untuk
suatu kecepatan rencana tertentu. Jari – jari minimum merupakan nilai yang sangat
penting dalam perencanaan alinemen terutama untuk keselamatan kendaraan
bergerak di jalan. Berikut adalah tabel jari – jari minimum (R Min) dan derajat
Lengkung maksimum (DMaks) untuk beberapa kecepatan :

Tabel 7. Rmin berdasarkan V rencana, dan e maks


V renc . (km/ jam) e maks . (m/m' ) f maks . R min . Perhit . ( m ) R min . Desain ( m ) Dmaks . ( . .0 )
40 0,10 0,166 47,363 47 30,48
0,08 51,213 51 28,09
50 0,10 0,160 75,858 76 18,85
0,08 82,192 82 17,47
60 0.10 0,153 112,041 112 12,79
0,08 121,659 122 11,74
70 0,10 0,147 156,522 157 9,12
0,08 170,343 170 8,43
80 0,10 0,140 209,974 210 6,82
0,08 229,062 229 6,25
90 0,10 0,128 280,350 280 5,12
0,08 307,371 307 4,67
100 0,10 0,115 366,233 366 3,91
0,08 403,796 404 3,55
110 0,10 0,103 470,497 470 3,05
0,08 522,058 522 2,74
120 0,10 0,090 596,768 597 2,40
0,08 666,975 667 2,15

Dari Tabel 7, dengan Vrencana = 80 km/jam, e maks = 8 %, didapat R min = 229 meter
Atau dengan menggunakan rumus
Jari – jari lengkung minimum (RMin) :
2
V
Rmin =¿
127.(e maks+ f m )
2
50
¿
127.(0 , 08+0 , 16)
¿ 82,192 ≈ 82 meter
Tabel . 8
Data Tikungan :
Tikungan 1` (P1)

P1
67,25˚

112,75 derajat
E

P2

2. Perhitungan Elemen Tikungan

Lengkungan Tikungan P1( dicoba dengan bentuk tikungan S-C-S)


a. ∆ = 180° - 112,75 ° = 67, 25 °
b. V rencana = 50 km/jam
c. R rencana = 100 meter > R min = 82 meter
d. emaks = 8% (Metode Bina Marga)
dari tabel 8, di dapat
e. e = 0,078 = 7,8%
f. Panjang lengkung spiral (Ls) = 50 meter
( 90 ) ( 50 )
90. Ls
( )
g. θs=¿ π . R ¿ 22 ( 100 ) ¿ 14 , 32 °
7

h. Sudut dari busur lingkaran (θC) :


θc=∆−2. θs=67 ,25−( 2 ) ( 14 , 32 )=38 , 60 ° ≈ 39 °
i. Panjang bagian tikungan (LC) :
θC
Lc=¿ .2 π . R
360

¿
39
360
( 2)
22
7 ( )
( 100 )

¿ 68 , 06 meter > 20 meter …Oke

j. L=2 LS + LC
¿ ( 2 ) ( 50 ) + ( 68 , 06 )

¿ 168 , 06 meter

k. Koordinat setiap titik pada spiral terhadap tangent (y S) :


2
y S =¿ Ls
6. R
2
50
¿
( 6 ) ( 100 )
¿ 4 ,17 meter

l. Absis setiap titik pada spiral terhadap tangent (x S) :


2
Ls
x S =¿ Ls−¿ 2
40. R
50
¿ 50−¿
( 40 ) ( 100 )2
¿ 50−0,00625

¿ 50 meter

m. Pergeseran busur lingkaran terhadap tangent (p) :

p=¿ y S – R ( 1−cos θ S )

( 50 )2
¿ – ( 100 )( 1−cos 14 ,32 ° )
( 6 ) ( 100 )
¿ 4 ,17−3 , 11

¿ 1,0629 ≈ 1 ,07 meter > 0,25 …0ke


n. Jarak antara Ts dan p dari busur lingkaran yang bergeser (k) :
2
Ls
k =¿ x S – −R . sin θS
( 40 )( R )2
2
50
¿ 50−¿ – (100 )( sin 14 ,32 ° )
( 40 ) ( 100 )2

¿ 50−0,00625−24 ,73

¿ 25 , 26 meter

o. Jarak eksternal total :



Es=( R+ p ) sec –R
2

67 , 25
¿ ( 100+1 , 07 ) sec – 100
2

¿ 21 , 38 meter

p. Titik perubahan dari tangent ke spiral (Ts) :



Ts=( R+ p ) tan +k
2

67 , 25
¿ ( 100+1 , 07 ) tan +25 , 26
2

¿ 92 , 47 meter

q. Kontrol type tikungan :


L ≤2. Ts

168 , 06 ≤ ( 2 )( 92 , 47 )

168 , 06 ≤184 , 94 ..... OK

Jadi, type lengkungan tikungan P1 ini adalah SCS (Spiral Circle


Spiral).
Lengkungan Tikungan P2( dicoba dengan bentuk tikungan S-C-S)

P1
L

∆ = 54,75 ˚
P2

234,75 ˚

a. ∆ = 234,75° - 180° = 54, 75 °


b. V rencana = 50 km/jam
c. R rencana = 100 meter > R min = 82 meter
d. emaks = 8% (Metode Bina Marga)
a. dari tabel 8, di dapat
e. e = 0,078 = 7,8%
f. Panjang lengkung spiral (Ls) = 50 meter
( 90 ) ( 50 )
90. Ls
( )
g. θs=¿ π . R ¿ 22 ( 100 ) ¿ 14 , 32 °
7

h. Sudut dari busur lingkaran (θC) :

a. θc=∆−2. θs=54 , 75−( 2 ) ( 14 , 32 )=26 , 11° ≈ 27 °

i. Panjang bagian tikungan (LC) :


θC
Lc=¿ .2 π . R
360
¿
27
360
( 2)
22
7 ( )
( 100 )

¿ 47 ,12 meter > 20 meter …Oke

j. L=2 LS + LC
¿ ( 2 ) ( 50 ) + ( 47 ,12 )

¿ 147 , 12 meter

k. Koordinat setiap titik pada spiral terhadap tangent (y S) :


2
y S =¿ Ls
6. R
2
50
¿
( 6 ) ( 100 )
¿ 4 ,17 meter

l. Absis setiap titik pada spiral terhadap tangent (x S) :


2
Ls
x S =¿ Ls−¿ 2
40. R
50
¿ 50−¿
( 40 ) ( 100 )2
¿ 50−0,00625

¿ 50 meter

m. Pergeseran busur lingkaran terhadap tangent (p) :

p=¿ y S – R ( 1−cos θ S )

( 50 )2
¿ – ( 100 )( 1−cos 14 ,32 ° )
( 6 ) ( 100 )
¿ 4 ,17−3 , 11

¿ 1,0629 ≈ 1 ,07 meter > 0,25 …0ke

n. Jarak antara Ts dan p dari busur lingkaran yang bergeser (k) :


2
Ls
k =¿ x S – −R . sin θS
( 40 )( R )2
2
50
¿ 50−¿ – (100 )( sin 14 ,32 ° )
( 40 ) ( 100 )2

¿ 50−0,00625−24 ,73

¿ 25 , 26 meter

o. Jarak eksternal total :



Es=( R+ p ) sec –R
2

54 , 75
¿ ( 100+1 , 07 ) sec – 100
2

¿ 13 , 82 meter

p. Titik perubahan dari tangent ke spiral (Ts) :



Ts=( R+ p ) tan +k
2

54 , 75
¿ ( 100+1 , 07 ) tan +25 , 26
2

¿ 77 , 60 meter

q. Kontrol type tikungan :


L ≤2. Ts

147 , 12≤ ( 2 ) ( 77 , 60 )

147 , 12≤ 155 , 2 ..... OK

Jadi, type lengkungan tikungan P1 ini adalah SCS (Spiral Circle


Spiral).
3.5.2. Pemeriksaan Pelebaran Perkerasan
1. Perhitungan Pelebaran Pada Tikungan
Rumus :
B=n ( b' + c ) + ( n−1 ) Td +Z

b =2 , 4+ ( R−√ R −P )
' 2 2

Td=√ R2 + A ( 2 P+ A )−R

( 0,105 ) .Vr
Z=¿
√R
Dimana :
 B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)
 b’ = Lebar lintasan pada tikungan
 n = Jumlah jalur lau lintas
 Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
 Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
 C = Kebebasan samping (0,8 m)
 P = Jarak ban muka dan ban belakang (jarak antara Gandar) = 6,1 m
 A = Jarak ujung mobil dan ban depan = 1,2 m
 Vr = Kecepatan rencana
 R = Jari-jari tikungan

Rumus :

W =B−L

Dimana :
 B = Lebar Total
 L = Lebar badan jalan (2x5,5 = 11 m)
 W = Pelebaran pada tikungan

a. Tikungan P1
 V rencana = 50 km/jam
 R rencana = 100 meter
 b ' =2 , 4+ ( R−√ R2−P2 )

¿ 2 , 4+ ( 100− √ 100 −6 ,1 )
2 2

¿ 2,586 meter
 Td=√ R2 + A ( 2 P+ A )−R

¿ √ 1002 + ( 1 ,2 ) ( ( 2 ) ( 6 , 1 )+ 1, 2 ) −100 ¿ 0,080 meter


( 0,105 ) .V R
 Z=¿
√R
( 0,105 ) ( 50 )
¿
√100
¿ 0,525 meter
 B=n ( b' + c ) + ( n−1 ) Td +Z
¿ 2 ( 2,586+0 , 8 ) + ( 2−1 )( 0,080 )+ 0,525
¿ 7,377 meter
 W =B−L
¿ 7,377−11
¿−3,623 meter
Karena W hasilnya negatif, berarti tidak diperlukan penambahan lebar
tikungan pada titik P1

b. Tikungan P2
Karena Vr tikungan P2 = Vrencana tikungan P1 = 50 km /jam dan
R rencana tikungan P2 = R rencana tikunganP1 = 100 meter, maka
Pelebaran pada tikungan W tidak perlu dihitung lagi , berarti pada tikungan P2
juga tidak diperlukan penambahan lebar tikungan
2. Perhitungan Kebebasan Samping Pada Tikungan (E)

a. Tikungan P1
 V rencana = 50 km/jam
 R rencana = 100 meter
 Jarak Pandang Henti (Jh) = 55 meter (dari tabel 7)
Tabel 7. Jarak Pandang Henti (Jh) minimum
VR, (km/jam ) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16

( 90 ) ( Jh )
 θ=¿
π .R
( 90 ) ( 55 )

( )
¿ 22
7
( 100 )

¿ 15 , 75°
 E=R (1−cos θ )
¿ ( 100 ) ( 1−cos 15 ,75 ° )
¿ 3 , 75 meter
Jadi, kebebasan samping (E) pada tikungan P1 adalah 3,75 meter

b. Tikungan P2
Karena Vr tikungan P2 = Vrencana tikungan P1 = 50 km /jam dan
R rencana tikungan P2 = R rencana tikunganP1 = 100 meter, maka
Kebebasan samping pada tikungan P2 (m) = kebebasan samping pada tikungan
P1 = 3,75 meter

3.5.3. Penggambaran Diagram Superelevasi


1 ( en+ e ) B
Landai Relatif Tikungan = =
m LS
a. Tikungan P1
e normal = 2 % e max = 7,8 % Ls = 50 meter Lebar 1 jalur = 5,5 meter
1 ( 0 , 02+ 0,078 ) 5 ,5
Landai relatif = =¿ = 0, 01
m 50

TS SC 7,8 %
Z
I

7,8 %

2%

2% LS = 50 m

Z I 2% 2%
X

LS = 50 meter

X en X 2
Pot Z-Z  =  =  X = 10,20 meter
Ls en+e 50 2+ 7 , 8
Y en+en Y 2+2
Pot I-I  =  =  Y = 20,40 meter
Ls en+e 50 2+ 7 , 8

Diagram Superelevasi Tikungan P1 (S-C-S)


Bagian Lurus Bagian Lengkung Peralihan Bagian Lengkung Penuh Bagian Lengkung Peralihan Bagian Lurus

LS = 50 meter LC = 68,06 meter LS = 50 meter

TS SC CS ST
sisi luar tikungan

e max = 7,8 %

e=0%

en = 2 %

0% 0%

sisi dalam tikungan

Ly

b. Tikungan P2
e normal = 2 % e max = 7,8 % Ls = 50 meter Lebar 1 jalur = 5,5 meter
1 ( 0 , 02+ 0,078 ) 5 ,5
Landai relatif = =¿ = 0, 01
m 50

TS SC 7,8 %
Z
I

7,8 %

2%

2% LS = 50 m

Z I 2% 2%
X

LS = 50 meter

X en X 2
Pot Z-Z  =  =  X = 10,20 meter
Ls en+e 50 2+ 7 , 8
Y en+en Y 2+2
Pot I-I  =  =  Y = 20,40 meter
Ls en+e 50 2+ 7 , 8

Diagram Superelevasi Tikungan P2 (S-C-S)


Bagian Lurus Bagian Lengkung Peralihan Bagian Lengkung Penuh Bagian Lengkung Peralihan Bagian Lurus

LS = 50 meter LC = 47,12 meter LS = 50 meter

TS SC CS ST
sisi luar tikungan

e max = 7,8 %

e=0%

en = 2 %

0% 0%

sisi dalam tikungan

Anda mungkin juga menyukai