Anda di halaman 1dari 15

THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND ACCOUNTING CONSERVATISM ON

THE QUALITY OF EARNINGS AND COMPANY VALUE ON MANUFACTURING COMPANIES


LISTED ON IDX 2015-2019

Chika Saskia, Mimelientesa Irman


Institut Bisnis dan Teknologi Pelita Indonesia
Email : chikasaskia13@gmail.com, mimelientesa.irman@lecturer.pelitaindonesia.ac.id
ABSTRACT
This research purposed to determine the effect of managerial ownership, the proportion of independent
commissioners and accounting conservatism on earnings quality and their effect on firm value in manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2015-2019 period. This study uses secondary data.
The sampling technique in this study used purposive sampling. The number of samples obtained were 87
companies. The analysis method of this research uses descriptive analysis and several types of evaluation usedf
SmartPLS software. From this research, it can be concluded that only managerial ownership has a significant
effect on earnings quality and firm value. Meanwhile, the proportion of independent commissioners and
accounting conservatism have no significant effect on earnings quality and firm value.

Keywords : Company Value, Quality of Earnings, GCG, Accounting Conservatism

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KONSERVATISME AKUNTANSI


TERHADAP KUALITAS LABA DAN NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2015-2019

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independen dan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode2015-2019. Penelitian ini menggunakan data
sekunder. Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel yang
diperoleh sebanyak 87 perusahaan. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif serta beberapa
jenis evaluasi dengan menggunakan bantuan software SmartPLS. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan
bahwa hanya kepemilikan manajerial yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba dan nilai
perusahaan. Sedangkan proporsi dewan komisaris independen dan konservatisme akuntansi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan.

Kata Kunci : Nilai Perusahaan, Kualitas Laba, GCG, Konservatisme Akuntansi

Persetujuan Dosen Pembimbing,

Mimelientesa Irman SE. Ak., M. Ak


NIDN. 1022068602

THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND ACCOUNTING CONSERVATISM ON


THE QUALITY OF EARNINGS AND COMPANY VALUE ON MANUFACTURING COMPANIES
LISTED ON IDX 2015-2019

1
Chika Saskia, Mimelientesa Irman
Institut Bisnis dan Teknologi Pelita Indonesia
Email : chikasaskia13@gmail.com, mimelientesa.irman@lecturer.pelitaindonesia.ac.id
ABSTRACT
This research purposed to determine the effect of managerial ownership, the proportion of independent
commissioners and accounting conservatism on earnings quality and their effect on firm value in manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2015-2019 period. This study uses secondary data.
The sampling technique in this study used purposive sampling. The number of samples obtained were 87
companies. The analysis method of this research uses descriptive analysis and several types of evaluation usedf
SmartPLS software. From this research, it can be concluded that only managerial ownership has a significant
effect on earnings quality and firm value. Meanwhile, the proportion of independent commissioners and
accounting conservatism have no significant effect on earnings quality and firm value.

Keywords : Company Value, Quality of Earnings, GCG, Accounting Conservatism

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN KONSERVATISME AKUNTANSI


TERHADAP KUALITAS LABA DAN NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2015-2019

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independen dan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode2015-2019. Penelitian ini menggunakan data
sekunder. Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel yang
diperoleh sebanyak 87 perusahaan. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif serta beberapa
jenis evaluasi dengan menggunakan bantuan software SmartPLS. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan
bahwa hanya kepemilikan manajerial yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba dan nilai
perusahaan. Sedangkan proporsi dewan komisaris independen dan konservatisme akuntansi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan.

Kata Kunci : Nilai Perusahaan, Kualitas Laba, GCG, Konservatisme Akuntansi

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Saat ini perkembangan teknologi sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat, Di era digital seperti
sekarang ini, memungkinkan terjadinya beberapa inovasi maupun investasi yang tak terduga. Termasuk bagi
negara berkembang seperti Indonesia. Industrialisasi menjadi jawaban bagi negara – negara berkembang untuk

2
mengejar ketertinggalannya. Aktivitas industrialisasi dilihat memiliki prospek dan dinilai mampu memberikan
efek yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara, khususnya di Indonesia. Sebagai contoh, dikutip dari
laman resmi Kementerian Perindustrian bahwa industrialisasi ini mampu membawa efek berganda yang luas
terhadap perekonomian, yaitu mulai dari peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan
tenaga kerja lokal dan penerimaan devisa dari ekspor. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi ini lah,
diharapkan mampu menarik investor dari perusahaan global sehingga mampu mendongkrak besaran jumlah
produksi serta memperkuat sektor manufaktur yang ada di Indonesia.
Purchasing Managers Index (PMI) merupakan indikator ekonomi yang dilakukan dengan melakukan
survey terhadap sejumlah Purchasing Manager di berbagai sektor. Umumnya, suatu nilai Purchasing Manager
Index dikatakan baik jika berada pada nilai diatas 50. Yang dapat diartikan bahwa sektor manufaktur sedang
mengalami ekspansi atau pertumbuhan. Sedangkan jika nilai PMI manufaktur berada dibawah angka 50, maka
dapat diartikan bahwa sektor manufaktur sedang mengalami kontraksi atau perlambatan. Besaran nilai PMI
dapat naik dan turun dalam setiap periode waktu. Pada umumnya kenaikan nilai PMI di dapat dari berbagai
faktor, salah satunya dari adanya dorongan dari bisnis baru dan ekspansi output yang menyebabkan sejumlah
perusahaan akan menambah jumlah karyawan dan aktifitas pembeliannya. Adapun penurunan nilai PMI dapat
terjadi juga karna beberapa faktor, salah satunya seperti disaat sedang dilanda virus seperti ini, dimana
penurunan aktivitas masyarakat juga ikut mendorong penurunan terhadap permintaan produk dalam negeri,
sehingga utilitas manufaktur menurun tajam. Adapun besaran angka Purchasing Managers Index (PMI)
Manufaktur Indonesia tercatat konsisten berada pada level kontraksi di bawah angka 50 sepanjang semester
II/2019.
Persaingan industri manufaktur yang semakin tinggi inilah yang menuntut perusahaan untuk dapat lebih
berkompetitif agar tidak terjebak dalam kemerosotan persaingan. Perusahaan harus memiliki strategi serta
keunggulan kompetitif dari pesaing di perusahaan lainnya. Perusahaan bukan hanya diminta untuk mampu
menghasilkan produk yang bermutu bagi para konsumen, tetapi juga harus mampu mengelola keuangan dan hal
penting lainnya dengan baik. Secara garis besar, tujuan keberadaan dari suatu perusahaan adalah untuk
memperoleh suatu keuntungan atau mendapatkan laba ekonomis secara maksimal. Akan tetapi, disamping untuk
mendapatkan keuntungan, tujuan utama dari didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memakmurkan pemilik
perusahaan atau pemilik saham dengan memaksimalkan nilai perusahaannya (Brigham dan Gapenski, 2004).
Nilai perusahaan adalah pandangan dari para investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam
mengelola sumber daya pada akhir tahun berjalan yang dapat dilihat pada harga saham perusahaan. Nilai
perusahaan adalah konsep penting bagi para investor yang kemudian akan menjadi indikator terhadap apa dan
bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Irawati, 2016). Nilai perusahaan juga dapat diukur
menggunakan harga saham, dimana harga yang terdapat pada pasar saham mencerminkan keseluruhan penilaian
inverstor terhadap saham yang dimilikinya serta bertindak sebagai pengukur kinerja dari suatu perusahaan.
Harga saham sendiri dapat diketahui dengan melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Suatu perusahaan juga pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan laba. Tujuan
perusahaan ada dua yaitu tujuan komersil dan tujuan sosial (Siagian, 2020). Tujuan komersil atau profit oriented
adalah tujuan yang akan dicapai perusahaan untuk mendapatkan dan memperoleh laba. Adapun dalam
memperoleh laba, perusahaan diharapkan mampu meningkatkan perolehan labanya dari satu periode ke periode
selanjutnya. Subramanyam dan Wild (2010), mengungkapkan bahwa satu diantara cara untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan yang sering digunakan adalah laba yang dihasilkan perusahaan sebagai dasar untuk mengambil
suatu keputusan. Menurut Schipper dan Vincent (2003), kualitas laba secara khusus serta kualitas laporan
keuangan secara umum adalah penting bagi pengguna yang menggunakan laporan keuangan karena berguna
untuk mencapai tujuan kontrak serta dalam pengambilan keputusan investasi.
Keterkaitan antara Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya
kualitas laba yang dihasilkan. Rendahnya kualitas laba dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pembuatan
keputusan para penggunanya seperti para investor dan kreditor, menyebabkan nilai perusahaan tersebut akan
berkurang dan akan sangat mempengaruhi citra terhadap perusahaan itu sendiri (Siallagan dan Machfoedz,
2012). Selain itu, Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan yang membuat turunnya
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut yang juga akan menyebabkan turunnya nilai dari suatu
perusahaan (Helmayunita dan Sari, 2013). Beberapa ahli telah melakukan penelitian terhadap pengaruh kualitas
laba terhadap nilai perusahaan. Penelitian Siallagan dan Machfoedz (2018) membuktikan bahwa kualitas laba
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan
Triatmoko (2018), Larasati Anisa (2010), serta (Pratiwi, 2016) yang membuktikan bahwa kualitas laba tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Salah satu faktor terbesar yang mungkin dapat meningkatkan kualitas laba adalah pengendalian internal
perusahaan melalui adanya tata kelola perusahaan (Corporate Governance) yang baik. Sutojodan Aldridge
(2015), menjelaskan bahwa dengan menerapkan sistem tata kelola perusahaan yang baik maka perusahaan akan
mengungkapkan informasi perusahaan secara transparan dan akan lebih melindungi hak dan kepentingan
pemegang saham serta dapat meningkatkan nilai perusahaan.

3
Struktur kepemilikan memiliki peran yang sangat penting di karenakan berkaitan erat dengan
pengendalian operasional perusahaan. Kaitan antara kepemilikan (ownership) dan manajemen terletak pada
tujuan untuk menjadikan manajemen yang profesional serta mendapatkan laba yang maksimal dengan efisiensi
biaya (FCGI, 2006). Dengan adanya kepemilikan manajerial di dalam suatu perusahaan maka akan menjadi
upaya dalam mengurangi masalah keagenan dengan manajer serta akan menyelaraskan kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham. Secara teoretis, ketika kepemilikan manajerial tinggi akan diikuti dengan
semakin tingginya tingkat kualitas laba yang dihasilkan. Ini di karenakan praktik manajemen laba akan
berkurang dengan adanya kepemilikan manajerial. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Muid (2009), serta Nadirsyah, & Muharam (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh terhadap kualitas laba.
Berbeda dengan kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen adalah aktivitas atau operasional
yang dilakukan dengan adanya pengawasan dari dewan komisaris terhadap apa yang dilakukan oleh pihak
eksekutif atau direksi. Keberadaan dewan komisaris diharapkan mampu meningkatkan kualitas laba dengan
membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi pengawasan atas pelaporan keuangan Siallagan dan
Machfoedz (2009). Semakin banyak jumlah komisaris independen yang terdapat dalam suatu perusahaan, maka
akan meningkatkan kualitas laba yang dihasilkan. Ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
beberapa ahli, seperti Boediono (2005), Siallagan dan Machfoedz (2006) dan Darabali, P. M., & Saitri (2016)
yang menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap perataan kualitas laba.
Hal lain yang dapat mempengaruhi kualitas laba adalah konservatisme akuntansi. Konservatisme sendiri
adalah tidakan yang bukan hanya untuk mengantisipasi laba, tetapi juga mengantisipasi semua kerugian. Hingga
saat ini, terdapat beberapa prinsip konservatisma yang dianggap sebagai prinsip yang kontroversial, yang
memiliki pro dan kontra mengenai penerapan prinsip konservatismanya. Kritikan mengenai konservatisma
menyatakan bahwa dengan adanya prinsip ini membuat laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat
dijadikan alat oleh pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi risiko yang akan terjadi pada perusahaan. Di
sisi lain, terdapat beberapa peneliti yang mendukung prinsip konservatisme, dimana di temukan banyak alasan
dan penjelasan untuk pencatatan konservatisme akuntansi. Menurut Penman dan Zhang (2002) menyatakan
bahwa pengaruh yang diberikan akibat penerapan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba menimbulkan
pertumbuhan investasi yang berfluktuasi dan menghasilkan laba yang rendah. Namun hal ini berbeda dengan
penelitian lainnya yang dilakukan Tuwentina, P., & Wirama (2014) yang menyebutkan bahwa konservatisme
akuntansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Hasil ini di dasari oleh prinsip
konservatisme yang melindungi investor dari kesalahan pengambilan keputusan akibat dari jumlah laba yang di
manipulasi, sehingga laba yang konservatif mendapatkan respon positif dari para investor.

TINJAUAN PUSTAKA
Agency, Stewardship dan Signalling Theory
Menurut teori keagenan ini dikatakan bahwa manajemen perusahaan sebagai ‘agents’ bagi para pemegang saham
memiliki perbedaan kepentingan yang terdapat antara pemilik perusahaan dengan manajer. Sehingga dalam teori
keagenan, penerapan Corporate Governance sangat dibutuhkan untuk meminimalisir konflik yang terjadi antara
principal (pemilik modal/shareholders) dan agent (manajemen) serta konflik yang muncul dari hubungan kedua
pihak tersebut. Dalam pengelolaan perusahaan harus dilakukan pengawasan dan pengendalian untuk memastikan
bahwa pengelolaan yang telah dilakukan telah dilajalankan dengan penuh kepatuhan terhadap berbagai peraturan
dan ketentuan yang berlaku.
Menurut Stewardship theory pemilik modal (Principles) dengan pengelola modal (Steward) tidak
termotivasi oleh tujuan – tujuan individu, melainkan berfokus kepada hasil utama yaitu untuk mencapai
kepentingan dan tujuan organisasi. Oleh karena itu, manajemen yang pro organisasi termotivasi untuk
memaksimumkan kinerja perusahaan, disamping juga dapat memberikan kepuasan kepada kepentingan
pemegang saham.
Adapun menurut Signalling theory dikatakan bahwa laporan keuangan dapat memberikan sinyal positif
(keberhasilan) maupun sinyal negatif (kegagalan) manajemen (agent) kepada pihak pemilik atau pemakai
laporan keuangan (principal). Tujuan dari penggunaan teori ini adalah untuk menghindari asimetri informasi
yang mungkin terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham.

Good Corporate Governance


Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh bagian perusahaan yang memiliki
tujuan untuk memberikan nilai tambah terhadap perusahaan yang berkesinambungan secara jangka panjang bagi
pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundang – undangan serta norma yang berlaku.

Kepemilikan Manajerial

4
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan atas suatu saham perusahaan publik yang dimiliki oleh individu
maupun suatu kelompok yang berasal dari dalam perusahaan (Wiryadi & Sabrina, (2013). Semakin besar
proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung giat untuk kepentingan
pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri (Nugroho, 2014).

Proporsi Dewan Komisaris Independen


Komisaris independen adalah anggota yang tidak memiliki hubungan dengan pihak lainnya, baik dengan pihak
anggota dewan direksi, pemegang saham pengendali ataupun anggota komisaris lainnya. Independen yang
melekat pada sikap dewan komisaris ini diartikan sebagai sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan fungsi
pengawasan. Perusahaan tercatat wajibnya memiliki jumlah kepemilikan independen yang jumlah nya secara
proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki, dengan ketentuan jumlah komisaris independen
sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris.

Konservatisme Akuntansi
Menurut Mamesah, David Paul Elia Saerang & Lambey (2015) Konservatisme adalah suatu penerapan dari
prinsip kehati-hatian dalam menyusun dan menghasilkan angka – angka yang terdapat di dalam laporan
keuangan, dengan tidak hanya mengantisipasi keuntungan saja sebagai berita baik tetapi juga mengantisipasi
berbagai kerugian sebagai berita buruk sehingga nilai yang terdapat pada laba dan aset cenderung bernilai rendah
serta angka – angka pada biaya dan utang cenderung tinggi. Menurut Brilianti & Fahlefi (2013) Konservatisme
dapat dijelaskan melalui teori keagenan.

Kualitas Laba
Kualitas laba adalah kemampuan laba dalam laporan laba rugi yang mencerminkan bagaimana keadaan
sesungguhnya tentang kinerja perusahaan di bidang keuangan yang sebenarnya (Nadirsyah & Muharam, 2015)
Semakin besar dan akurat laba dalam perusahaan tersebut maka dapat dikatakan bahwa laba yang dihasilkan
berkualitas tinggi. Laba dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan yang terbaik dan memenuhi karakteristik laporan
keuangan yaitu relevan dan reliabilitas (Warianto & Rusiti, 2013)

Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dinyatakan sebagai persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga
saham (Untung dan Hartini, 2006). Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham.
Semakin tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan bahwa semakin sejahtera pula pemiliknya.

Perumusan Hipotesis
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kualitas Laba
Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai besaran jumlah pemilikan saham yang dimiliki oleh manajer
yang memungkinkan untuk terjadinya peningkatan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba. Kepemilikan
manajerial mampu mencegah adanya masalah dan konflik keagenan yang menguntungkan diri sendiri seperti
praktik dan skandal laporan keuangan khususnya dalam pelaporan laba perusahaan. Maka secara teoretis, ketika
kepemilikan manajerial tinggi akan diikuti dengan semakin tingginya tingkat kualitas laba yang dihasilkan. Ini di
karenakan praktik manajemen laba akan berkurang dengan adanya kepemilikan manajerial.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Muid (2009), Nadirsyah & Muharam (2015)
serta Darabali, P. M. & Saitri (2016), yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh
terhadap kualitas laba. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti seperti
Rachmawati dan Triatmoko (2007) serta Yushita dan Rahmawati (2013) yang membuktikan bahwa Kepemilikan
Manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhaap Kualitas Laba dan arahnya cenderung negatif.

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kualitas laba

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba


Komisaris independen mampu memberikan dampak bagi peningkatan kualitas laba perusahaan karena
pengawasan yang dilakukan akan membuat pihak manajemen meminimalisir tindak kecurangannya. Rendahnya
tingkat manajemen laba membuat perusahaan akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Oleh
karena itu, semakin banyak jumlah komisaris independen yang terdapat dalam suatu perusahaan, maka akan
meningkatkan kualitas laba yang dihasilkan.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah & Muharam (2015) yang
menyatakan bahwa komisaris independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Namun
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muid (2009) serta Khafid & Arief (2017) yang menyatakan
bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kualitas laba.

5
H2 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kualitas laba

Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba


Prinsip konservatisme dianggap memberikan keuntungan karena mampu mengurangi sikap optimis dan
berlebihan pihak manajemen dalam menyajikan informasi keuangan. Terdapat beberapa pandangan yang
berbeda terhadap penggunaan prinsip konservatisme ini, menurut Penman dan Zhang (2002) menyatakan bahwa
pengaruh yang diberikan akibat penerapan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba menimbulkan
pertumbuhan investasi yang berfluktuasi dan menghasilkan laba yang rendah. Namun hal ini berbeda dengan
penelitian lainnya yang dilakukan oleh Watts (2003) dan Tuwentina & Wirama (2014) yang menyebutkan bahwa
konservatisme akuntansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Hasil ini di dasari oleh
prinsip konservatisme yang melindungi investor dari kesalahan pengambilan keputusan akibat dari jumlah laba
yang di manipulasi, sehingga laba yang konservatif mendapatkan respon positif dari para investor.

H3 : Konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan


Kepemilikan manajerial dipandang mampu memberikan penyeimbang antara pemegang saham dari luar dengan
pihak manajemen. Kepemilikan manajerial mendorong manajemen untuk dapat meningkatkan kinerja
perusahaan, dengan meningkatkan kinerja perusahaan maka nilai dari suatu perusahaan juga akan meningkat.
Hubungan yang terbentuk antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan adalah, semakin besar jumlah
proporsi kepemilikan manajerial di dalam suatu perusahaan, maka akan membuat pihak manajemen cenderung
berusaha lebih giat dalam meningkatkan nilai dari suatu perusahaannya.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) serta Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang menyatakan
bahwa terdapat hasil yang signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Namun berbeda
dengan Gosal et al (2018) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap
nilai perusahaan.

H4 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan


Anggota dewan komisaris memiliki keahlian tertentu dalam memberikan perhatian dan arahan dalam
penyusunan strategi dan keberlangsungan suatu perusahaan. Dari beberapa tugas dan fungsi yang dijalankan oleh
anggota dewan komisaris independen dapat disimpulkan bahwa jumlah komisaris yang terdapat di dalam
perusahaan berpengaruh terhadap nilai atau kinerja dari suatu perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saputra (2018) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara komisaris independen terhadap
nilai perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wedayanthi & Darmayanti (2016) menunjukkan
hasil bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara komisaris independen terhadap nilai perusahaan.

H5 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Nilai Perusahaan


Penggunaan konservatisme akuntansi mengindikasikan bahwa perusahaan menerapkan verifikasi yang tinggi
dalam penyampaian good news dibanding dengan bad news kepada para investor atau pengguna laporan
keuangan lainnya. Dengan penerapan inilah perusahaan mampu meningkatkan nilai perusahaannya yang dapat
dilihat dari harga saham perusahaan di pasar modal. Ini menandakan bahwa konservatisme akuntansi
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan karena konservatisme akuntansi dapat menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas dan tidak overstated sehingga membuat para investor menilai perusahaan terbut
dengan nilai yang tinggi. Pernyataan ini sesuai dengan beberapa pendapat ahli yaitu, Anthonius (2016),
Mukminah (2018) serta Thjen et al (2012) yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini berbeda dengan hasil yang di dapat dari Manik (2018),
Basuki dan Siregar (2019) serta Jusny (2014) menghasilkan penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh signifikan antara konservatisme akuntansi terhadap nilai perusahaan.

H6 : Konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Pengaruh Kualitas Laba terhadap Nilai Perusahaan


Manipulasi laba akibat beberapa kepentingan yang mendasari nya menyebabkan laba yang dihasilkan tidak benar
– benar mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya, tentu saja hal ini juga akan berpengaruh
terhadap nilai perusahan yang dihasilkan. Laba dari laporan keuangan yang tidak disajikan sesuai fakta terhadap

6
kondisi ekonomi perusahaan akan membuat kualitasnya diragukan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) yang mengukur kualitas laba menggunakan discretionary
accruals terhadap nilai perusahaan dengan Tobin’s Q sebagai proksinya. Namun berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2018), Larasati Anisa (2010), serta Pratiwi (2016) yang
membuktikan bahwa kualitas laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

H7 : Kualitas laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hubungan antara Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen dan Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba dan pengaruhnya terhadap Nilai
Perusahaan dapat dilihat pada gambar 1 :

Kepemilikan Manajerial (X1) Kualitas Laba (Y1)

Proporsi Dewan Komisaris Independen (X2)

Nilai Perusahaan (Y2)


Konservatisme Akuntansi (X3)

Sumber : Jurnal Penelitian Yang Dikembangkan, 2021


Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari bebarapa situs, diantaranya Bursa Efek Indonesia (BEI),
ICMD, Edu Saham dan sumber relevan lainnya dengan menggunakan data dari Perusahaan Sektor Manufaktur.
Waktu yang digunakan selama penelitian ini berlangsung yakni dimulai dari Februari 2021 sampai dengan Juli
2021.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2015-2019. Berdasarkan data yang diperoleh tahun 2020, perusahaan yang menjadi populasi ada
sebanyak 186 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Adapun kriteria pemilihan sampel sebagai berikut :

Tabel 1. Kriteria Pengambilan Sampel


Jumlah
No Kriteria Pengambilan Sampel
Perusahaan
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2015-2019 186

2 Perusahaan yang IPO setelah 1 Januari 2015 (43)

3 Perusahaan yang delisting dari BEI (8)

4 Perusahaan Manufaktur yang di suspend oleh BEI (32)


Perusahaan Manufaktur yang tidak memiliki laporan keuangan
5. (16)
lengkap
Jumlah Sampel 87
Sumber : Data olahan, 2021

Operasional Variabel Penelitian


Dalam penelitian ini, variabel bebas dan variabel terikat yang akan digunakan terdiri dari :

Kepemilikan Manajerial (X1)


Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial adalah hasil jumlah saham yang dimiliki
pihak komisaris dan direksi dibagi jumlah seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Berdasarkan

7
penelitian Wiryadi & Sabrina (2013) dan Yenti & Syofyan (2013) maka Kepemilikan Manajerial dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

∑ Kepemilikan saham oleh Manajemen


MGR = ×100 %
∑ Saham yang beredar
Proporsi Dewan Komisaris Independen (X2)
Proporsi dewan komisaris independen dalam penelitian ini akan menggunakan rumus :

COM =
∑ Dewan Komisaris Independen × 100 %
∑ Dewan Komisaris
Konservatisme Akuntansi (X3)
Dalam penelitian ini, konservatisme akuntansi diukur menggunakan ukuran akrual yang digunakan oleh Givoly
& Hayn (2000) yang juga digunakan dalam penelitian Soenarno (2015). Akrual merupakan perbedaan laba
sebelum extraordinary items ditambah depresiasi dan amortisasi, kemudian dikurangkan dengan arus kas dari
kegiatan operasi.
CONACCit = Nlit −¿ CFOit

Kualitas Laba (Y1)


Kualitas laba dalam penelitian ini akan diproksikan dengan discretionary accruals dan dihitung dengan The
Modified Jones Model yang dikemukakan oleh Dechow et al. (1995). Sebelumnya penelitian Warianto & Rusiti
(2014) juga menggunakan proksi dan model perhitungan yang sama . Adapun perhitungan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Mencari Total Accruals

TACCit = Nl it – CFOit

Mengestimasi Nilai Total Accruals

TACCit
TAit−1
=β 1 (
1
TAit−1
+β2 ) (
∆ REVit
TAit −1
+β3
PPEit
TAit−1 ) (
+ε )
Menentukan nilai Nondiscretionary Accruals (NDACC) dengan menggunakan koefisien regresi dengan rumus
sebagai berikut:

NDACC it ¿ β 1 ( TAit1−1 )+ β 2( ∆ REFit−∆ RECit


TAit −1 ) +β3(
TAit−1 )
PPEit

Discretionary accruals (DACC) diperoleh dengan rumus :

TACCit
DACC it ¿ −NDACCit
TAit−1
Nilai Perusahaan (Y2)
Nilai perusahaan diukur menggunakan rumus Price to Book Value (PBV), digunakan untuk menilai apakah
harga dari saham yang ditawarkan perusahaan tergolong tinggi atau rendah. Adapun model perhitungannya
adalah sebagai berikut:
Harga pasar per lembar saham
PBV =
Nilai buku per lembar saham
Sumber : Atmaja, 2008

Teknik Analisis Data


Analisis Deskriptif
Analisis ini ditujukan untuk memberikan gambaran tentang gambaran umum dari data yang di peroleh.
Gambaran ini sendiri meliputi Minimum, Maximum, Mean dan Standar Deviasi yang berkaitan secara langsung
dengan instrumen penelitian yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ghozali (2013) yang

8
mengatakan bahwa statistik dekriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang variabel penelitian yang
akan diamati.

Uji Multikolinearitas Data


Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat apakah terdapat korelasi yang tinggi antar variabel independen
dalam suatu model penelitian. Apabila terdapat korelasi yang tinggi antara variabel independen dengan variabel
dependen maka hubungan antar variabel nya akan terganggu. Adapun alat statistik yang sering digunakan dalam
menguji gangguan multikolinearitas yaitu dengan menggunakan variance inflation factors (VIF) serta melihat
nilai tolerance setiap variabel. Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang di dapat lebih kecil dari
10, maka dapat dikatakan bahwa data tidak terjadi masalah multikolinearitas.

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model ini bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan dan memaparkan
variasi variabel dependen. Adapun rentang nilai koefisien determinasi yaitu berkisar antara 0 dan 1. Nilai
Adjusted R2 yang kecil menandakan bahwa kemampuan variabel-varibel independen dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 menandakan bahwa variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Sebaliknya, jika nilai adjusted R² yang diperoleh semakin jauh dari 1 maka dapat diartikan jika variabel-variabel
independen nya dianggap belum dapat menjelaskan adanya pengaruh yang kuat terhadap variabel dependen.

Analisis Jalur (Path Analysis)


Analisis jalur adalah perluasan dari analisis linear berganda atau analisis jalur yang disebut juga suatu
penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kualitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan teori (Ghozali, 2018). Analisis jenis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
langsung maupun tidak langsung antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Uji Hipotesis (Uji t)


Ghozali (2018) menjelaskan bahwa uji t menggambarkan tentang seberapa jauh pengaruh yang di timbulkan
antara satu variabel independen yang terdiri dari kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen
dan konservatisme akuntansi secara individual dalam menerangkan variabel dependen nya. Dasar pengambilan
keputusan uji t adalah sebagai berikut :
Jika Sig t < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel independen mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Jika Sig t > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel independen tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

Hasil Dan Pembahasan


Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dan distribusi frekuensi dari model penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Analisis Deskriptif


Rata – Rata Minimum Maksimum Standar Deviasi
Kepemilikan
0.007 0.000 0.085 0.017
Manajerial
Proporsi Dewan
Komisaris 0,733 0.000 4.000 0.493
Independen
Konservatisme
708.739.617.917 -9.530.304.515.000 99.034.000.000.000 7.752.047.097.271
Akuntansi
Kualitas Laba 0.00015673 -0.040 0.041 0.007
Nilai Perusahaan 7.302 -59.448 1.887.000 90.631
Sumber : Data olahan, 2021

Kepemilikan Manajerial (KM)


Kepemilikan manajerial yang terkecil adalah 0,000 untuk beberapa perusahaan, diantaranya Indocement
Tunggal Prakasa Tbk (INTP), Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB), Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR),
Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA), Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO), Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI)
dan Ekadharma International Tbk (EKAD). Sedangkan untuk nilai maksimum Kepemilikan Manajerial adalah
sebesar 0,0854 yang di peroleh oleh Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW). Nilai rata – rata Kepemilikan Manajerial

9
adalah sebesar 0,007 yang berarti hanya sebagian kecil saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen.
Sedangkan sisanya dimiliki oleh pemerintah atau institusi atau publik. Adapun besaran nilai standar deviasi
sebesar 0,017 mengindikasikan bahwa Kepemilikan Manajerial pada 87 perusahaan manufaktur sudah cukup
baik, di karenakan penyebaran struktur kepemilikan cukup tinggi yang tercermin oleh angka standar deviasi
yang lebih tinggi dari nilai rata - ratanya. Standar deviasi mencerminkan besaran penyimpangan yang sangat
rendah, sehingga penyebaran data menunjukkan hasil yang normal.

Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI)


Nilai minimum untuk Proporsi Dewan Komisaris Independen adalah sebesar 0,000 yang diperolah oleh dua
perusahaan manufaktur yaitu : Siantar Top Tbk (STTP). Adapun nilai maksimum untuk variabel Proporsi Dewan
Komisaris Independen adalah sebesar 4,000 yang di peroleh oleh Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Nilai rata –
rata untuk Proporsi Dewan Komisaris Independen adalah sebesar 0,733 artinya perusahaan telah memiliki
komisaris yang cukup untuk memberikan pengawasan terhadap para direksi untuk menunjang kinerja atau
jalannya perusahaan. Untuk standar deviasi Proporsi Dewan Komisaris Independen diperoleh angka 0,493. Hal
ini menunjukkan gejala yang cukup baik, di karenakan ukuran penyebaran Proporsi Dewan Komisaris
Independen cenderung homogen karena lebih kecil dari nilai rata – ratanya.

Konservatisme Akuntansi (KA)


Nilai minimum yang di peroleh untuk variabel Konservatisme Akuntansi bernilai -9.530.304.515.000.000 di
peroleh oleh Krakatau Steel Tbk (KRAS). Adapun untuk nilai maksimum di peroleh angka 99.034.000.000.000
yang dihasilkan oleh Astra International Tbk (ASII). Rata – rata yang di dapat dari variabel Konservatisme
Akuntansi adalah sebesar 708.739.617.917 dan standar deviasi sebesar 7.752.047.097.271.

Kualitas Laba (KL)


Nilai minimum yang di peroleh dari variabel Kualitas laba bernilai -0.040 yang di peroleh oleh Trias Sentosa
Tbk (TRST), adapun nilai maksimal sebesar 0.041 di dapat dari Indal Alumunium Industry Tbk (INAI). Rata –
rata yang di dapat dari variabel Kualitas Laba adalah sebesar 0.00015673 dan standar deviasi sebesar 0.007.

Nilai Perusahaan (NP)


Nilai minimum yang di peroleh dari Nilai Perusahaan bernilai -59.448 yang di peroleh oleh Century Textile
Industry Tbk (CNTX), adapun nilai maksimal sebesar 1.887.000 di dapat dari Darya Varia Laboratoria Tbk
(DVLA). Rata – rata yang di dapat dari variabel Nilai Perusahaan adalah sebesar 7.302 dan standar deviasi
sebesar 90.631.

Uji Multikolinearitas Data


Hasil uji multikolinearitas memperlihatkan nilai Tolerance variabel dependen berupa kualitas laba (Y1) dan nilai
perusahaan (Y2) terhadap variabel independen yang terdiri dari Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen dan Konservatisme Akuntansi memiliki nilai VIF <10 dan nilai Tolerance >0,1 yang
mengindikasikan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas.

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Besaran nilai R Square Adjusted pada variabel Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen
dan Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba sebesar 0,006 atau sama dengan 0,6%, dimana sisanya
sebesar 99,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini. Adapun pada variabel
Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Konservatisme Akuntansi dan Kualitas Laba
terhadap Nilai Perusahaan sebesar - 0,002 atau sama dengan -0,2 %. Angka minus yang ditunjukkan pada hasil R
Square Adjusted dianggap memiliki angka yang sama dengan 0, sehingga dapat di simpulkan bahwa setiap
variabel bebas nya sama sekali tidak dapat menjelaskan varians dari variabel terikatnya, yaitu terhadap nilai
perusahaan.

Analisis Jalur (Path Analysis)


Berdasarkan hasil analisis jalur didapat data sebagai berikut :

Tabel 3. Analisis Jalur


Standard
Original Sample T Statistics (|
Variabel Deviation P Values Kesimpulan
Sample (O) Mean (M) O/ STDEV|)
(STDEV)
KM → KL -0.108 -0.110 0.055 1.970 0.049 Signifikan
KM → NP -0.030 -0.036 0.015 2.023 0.044 Signifikan
PDKI → KL 0.034 0.030 0.036 0.967 0.334 Tidak Signifikan

10
PDKI → NP 0.047 0.191 0.212 0.221 0.825 Tidak Signifikan
KA → KL -0.005 -0.002 0.026 0.175 0.861 Tidak Signifikan
KA → NP -0.004 -0.004 0.006 0.693 0.489 Tidak Signifikan
KL → NP -0.064 -0.046 0.054 1.192 0.234 Tidak Signifikan
Sumber: Data olahan SmartPLS, 2021 Signifikan jika P Value < 0,05

Berdasarkan data tersebut maka di dapat persamaan sebagai berikut :

Y1 = 0,049X1 +0,334X2 + 0,861X3


Y2 = 0,044X1 + 0,825X2 + 0,489X3 + 0,234Y1

Uji Hipotesis (Uji t)


Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kualitas Laba
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 Regresi Linear Berganda yang diketahui yaitu variabel Kepemilikan
Manajerial memiliki P Value sebesar 0,049 sedangkan alpha sebesar 0,05 (P Value > 0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Laba.

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba


Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 Regresi Linear Berganda yang diketahui yaitu variabel Proporsi
Dewan Komisaris Independen memiliki P Value sebesar 0,334 sedangkan alpha sebesar 0,05 (P Value > 0,05).
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Proporsi Dewan
Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laba.

Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba


Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 Regresi Linear Berganda yang diketahui yaitu variabel
Konservatisme Akuntansi memiliki P Value sebesar 0,861 sedangkan alpha sebesar 0,05 (P Value > 0,05). Maka
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Konservatisme Akuntansi tidak
berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laba.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 Regresi Linear Berganda yang diketahui yaitu variabel Kepemilikan
Manajerial memiliki P Value sebesar 0,044 sedangkan alpha sebesar 0,05 (P Value > 0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh
signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai Prusahaan


Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 Regresi Linear Berganda yang diketahui yaitu variabel Proporsi
Dewan Komisaris Independen memiliki P Value sebesar 0,825 sedangkan alpha sebesar 0,05 (P Value > 0,05).
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Proporsi Dewan
Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 Regresi Linear Berganda yang diketahui yaitu variabel
Konservatisme Akuntansi memiliki P Value sebesar 0,489 sedangkan alpha sebesar 0,05 (P Value > 0,05). Maka
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Konservatisme Akuntansi tidak
berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

Pengaruh Kualitas Laba terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 Regresi Linear Berganda yang diketahui yaitu variabel Kualitas
Laba memiliki P Value sebesar 0,234 sedangkan alpha sebesar 0,05 (P Value > 0,05). Maka dapat disimpulkan
bahwa Ho diterima, Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Kualitas Laba tidak berpengaruh signifikan
terhadap Nilai Perusahaan.

Hasil Dan Pembahasan


Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kualitas Laba
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa Kepemilikan Manajerial
berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas Laba. Berpengaruh secara signifikan menunjukkan bahwa
tingkat persentase kepemilikan saham oleh manajerial yang tinggi akan menghasilkan kualitas laba yang baik.
Begitu juga sebaliknya. Walau demikian kepemilikan saham perusahaan di Indonesia masih tergolong rendah,

11
ini dapat dilihat dari hasil uji statiska deskriptif pada tabel yang menyajikan data rata – rata Kepemilikan
Manajerial sangan kecil, yaitu hanya sebesar 0,048 (4,8%). Tidak semua perusahaan terdapat kepemilikan yang
dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan, terdapat perusahaan yang kepemilikannya di miliki oleh publik,
swasta atau institusi. Hal ini di buktikan dari 87 perusahaan manufaktur yang di jadikan sampel, terdapat 43
perusahaan yang tidak memiliki kepemilkan manajerial di dalam perusahaannya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muid (2009), Nadirsyah & Muharam (2015)
serta Darabali & Saitri (2016) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kualitas
Laba. Tetapi hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007)
yang menyimpulkan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Wiryadi & Sabrina (2013) juga menyimpulkan bahwa jumlah rata – rata
kepemilikan saham yang dimiliki pleh perusahaan sangat kecil menyebabkan kemungkinan terungkapnya
manajemen laba yang berpengaruh terhadap kualitas laba menjadi rendah.

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba


Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa Proporsi Dewan Komisaris
Independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kualitas Laba. Hal ini dapat juga disebabkan oleh
jumlah dewan komisaris sudah terafiliasi lebih besar dari jumlah komisaris independen. Adapun jumlah rata –
rata komisaris independen pada penelitian ini sebesar 0,726 (72,6%). Berdasarkan ketentuan minimal dewan
komisaris independen sebesar 30% dinilai masih belum cukup tinggi untuk membuat Proporsi Dewan Komisaris
Independen dapat mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007) dan
Kurniawan dan Mukhlasin (2013) yang menyimpulkan bahwa Proporsi Dewan Komisaris Independen tidak
berpengaruh terhadap Kualitas Laba. Hal ini disebabkan karena pengangkatan dewan komisaris independen
dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tidak untuk memaksimalkan praktik GCG di dalam perusahaan
maupun untuk peningkatan kualitas laba, hal ini menyebabkan pendiri dan pemegang saham mayoritas masih
berperan sangat kuat sehingga fungsi pengawasan yang harusnya di jalankan berdampak menjadi tidak efektif.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Boediono (2005), Siallagan dan Machfoedz (2006), dan Darabali &
Saitri (2016)

Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba


Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa Konservatisme Akuntansi
berpengaruh negatif terhadap Kualitas Laba. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Penman dan
Zhang (2002) yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan Konservatisme Akuntansi dan
pertumbuhan investasi yang berfluktuasi menyebabkan Kualitas Laba menjadi rendah. Hal lainnya juga
disampaikan oleh Suaryana (2008) yang menyatakan bahwa prinsip konservatisme menghasilkan laba yang lebih
berfluktuatif dibandingkan dengan menggunakan metode yang pasti, mengakibatkan daya prediksi laba
menurun. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Watts (2003) dan Tuwentina & Wirama (2014).

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan hasil signifikansi kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang
signifikan. Hal ini menandakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan salah satu mekanisme Corporate
Governance yang mampu meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan Manajemen di Indonesia cenderung
masih sangat rendah, hal ini dapat tergambar melalui rata – rata Kepemilikan Manajerial yang hanya sebesar
0,048 (4,8%) saja, di tambah lagi masih terdapat nilai minimum sebesar 0,000 yang mengindikasikan masih
terdapat perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan dari pihak manajemen perusahaan dalam satu perusahaan.
Sehingga dengan masih rendahnya angka kepemilikan manajerial tersebut akan membuat pihak manajer
meningkatkan nilai kekayaannya sebagai pemegang saham dengan meningkatkan kinerjanya, sehingga akan
meningkatkan pula nilai perusahaannya.
Penelitian ini sejalan dengan yang telah dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) dan
Rachmawati dan Triatmoko (2007). Namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi
(2013) serta Mustafa (2014) yang mengatakan bahwa pihak manajemen akan cenderung mengambil keputusan
yang sesuai dengan keuntungannya sebagai pemegang saham sehingga akan menimbulkan Kepemilikan
Manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan


Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen berdasarkan hasil penelitian menunjukkan arah yang negatif
dan tidak signifikan yang diartikan bahwa Proporsi Dewan Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap
Nilai perusahaan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena penambahan dewan komisaris independen hanya
dilakukan untuk formalitas saja, sedangkan pemegang saham mayoritas ikut terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan di dalam perusahaan, sehingga peran dan kinerja dewan komisaris tidak meningkat dan

12
tidak berpengaruh dalam memberi nilai tambah perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Hernati (2016) dan Rachmania (2017). Tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2012) dan Saputra (2018).

Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan olahan data yang di dapat, maka dapat di simpulkan bahwa Konservatisme Akuntansi tidak
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang
menjadi pertimbangan bagi investor untuk menilai perusahaan. Investor tidak memandang bahwa Konservatisme
Akuntansi dapat mempengaruhi harga pasar untuk meningkat atau bahkan turun, sehingga Konservatisme
Akuntansi tidak mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yenti & Syofyan (2013) yang menyatakan
bahwa Konservatisme Akuntansi tidak mempengaruhi Nilai Perusahaan di mata investor dikarenakan sebagian
perusahaan tidak menerapkan Konservatisme secara konsisten. Hasil yang serupa juga di peroleh oleh Jusny
(2014) yang mengatakan Konservatisme Akuntansi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anthonius (2016), Mukminah (2018) serta (Thjen et
al (2012) yang menyatakan bahwa Konservatisme Akuntansi berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

Pengaruh Kualitas Laba terhadap Nilai Perusahaan


Berdasarkan olahan data yang telah di teliti maka di dapat kesimpulan bahwa Kualitas Laba tidak berpengaruh
terhadap Nilai Perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa besar kecilnya kualitas laba berdasarkan tingkat
diskresi akrual nya tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Pratiwi (2016). Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007), Siallagan dan Machfoedz (2006) dan Lu (2012).

PENUTUP
Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap kualitas laba dikarenakan semakin tinggi tingkat
kepemilikan yang dimiliki di dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi kualitas laba yang di hasilkan, begitu
juga sebaliknya. Proporsi dewan komisaris independen tidak benar – benar mendominasi susunan dewan
komisaris yang ada pada perusahaan, sehingga susunan dewan komisaris hanya dilakukan untuk pemenuhan
regulasi saja tanpa benar – benar menerapkan prinsip GCG dalam perusahaan. Sehingga proporsi dewan
komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Penerapan konservatisme
akuntansi juga menunjukkan arah yang negatif disebabkan oleh penggunaan prinsip konservatisme di dalam
prinsip akuntansi akan menghasilkan laba yang berfluktuatif, menyebabkan daya prediksi laba menjadi menurun.
Kepemilikan manajerial menghasilkan hubungan yang signifikan terhadap nilai perusahaan di karenakan apabila
jumlah kepemilikan manajerial yang masih rendah akan membuat pihak manajemen meningkatkan kinerjanya
yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai dari perusahaan tersebut. Proporsi dewan komisaris independen
juga menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan, ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Diantaranya yaitu penambahan dewan komisaris independen hanya dilakukan untuk formalitas saja, sedangkan
pemegang saham mayoritas ikut terlibat langsung dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan, sehingga
peran dan kinerja dewan komisaris tidak meningkat dan tidak berpengaruh dalam memberi nilai tambah
perusahaan. Penerapan konservatisme akuntansi juga menunjukkan gejala yang tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang menjadi pertimbangan
bagi investor untuk menilai perusahaan. Investor tidak memandang bahwa Konservatisme Akuntansi dapat
mempengaruhi harga pasar untuk meningkat atau bahkan turun, sehingga Konservatisme Akuntansi tidak
mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Terakhir, berdasarkan data olahan maka didapat
kesimpulan bahwa kualitas laba juga memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
mengindikasikan bahwa besar kecilnya kualitas laba berdasarkan tingkat diskresi akrual nya tidak akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini, masih terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya
Mengingat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, di harapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat
menambah variabel lain, guna mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan. Serta dalam mengumpulkan data yang berasal dari laporan keuangan dan tahunan setiap
perusahaan, tidak semua kegiatan diungkapkan dalam laporan tersebut, sehingga harus mencari situs lainnya.

DAFTAR RUJUKAN
Anthonius H Citra Wijaya, N. H. (2016). Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Daerah, 11(2), 01–

13
15.
Basuki, & S. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance dan Prudent Akuntansi Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Manufaktur 2014-2017. In Seminar Nasional dan The 2nd Call of Syariah Paper.
Boediono, G. S. B. (2005). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan
Dampaknya Pada Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi/TH.IX.
Brigham dan Gapenski, 2004. (2004). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bei. EJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 3(2), 282–296.
Brilianti, Y., & Fahlefi, R. (2013). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi Perusahaan.
Accounting Analysis Journal, 2(3), 268–275.
Darabali, P. M., & Saitri, P. W. (2016). Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013. Jurnal Riset Akuntansi, 6(1).
Dechow et al. (1995), Klein (2002), Peasnell et al. (2001), Chtourou et al. (2001), Pranata P.Midiastuty dan
Mas’ud Mahfoedz (2003), Dan (2005)., X. et al. (2003) dalam B. (2013). Accounting Analysis Journal
Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba: Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening.
Accounting Analysis Journal, 2(3), 323–329.
FCGI, 2006. (2018). Corporate Governance (Konsep, Teori dan Aplikasi di Beberapa Negara Asia). 1–162.
https://doi.org/10.31227/osf.io/zpfnx
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Givoly, D., & Hayn, C. (2000). The changing time-series properties of earnings, cash flow and accruals: has
financial reporting become more conservative? Journal of Accounting and Economics, 29, 287–320.
Gosal, Melisa Maria, Pengemanan, Sifrid S., & Tielung, M. V. (2018). The Influence of Good Corporate
Governance on Firm Value: Emperical Study of Companies Listed in IDX30 Index Within 2013-2017
Period. Jurnal EMBA, 6(4), 2688–2697.
Helmayunita dan Sari, 2013. (2018). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris
Independen, Dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Serta Pengaruhnya Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 12(1), 80–103. https://doi.org/10.25170/jara.v12i1.59
Hernati. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan Sektor Perbankan pada LQ-
45 di Bursa Efek Indonesia. JurnalFinAcc, 1(8).
Irawati, 2016. (2016). Ahmad Subaki. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas Dan Kebijakan Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2019), Volume 5, 19–28.
Jusny, F. (2014). Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Nilai Perusahaan Dimoderasi Oleh Good
Corporate Governance. Jurnal Audit Dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, 3(4), 1–
15. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cell.2009.01.043
Khafid, M., & Arief, S. (2017). Managerial Ownership, Corporate Governance and Earning Quality : The Role
of Instutional Ownership as Moderating Variable. Pertunika Journal of Social Sciences and Humanities,
25, 241–254.
Kurniawan, M., & M. (2013). Pola Hubungan Praktik Good Corporate Governance dan Accounting
Conservatism dalam Membentuk Earnings Quality. Journal of Business and Applied Mnagement, 6(1),
96–118.
Larasati Anisa (2010). (2012). Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan. Diponogoro Journal of Accounting, 1(1), 24–
37.
Lu. (2012). Corporate Social Responsibility Reporting Quality, Board Characteristics and Corporate Social
Reputation. Pacific Accounting Review, 27(1), 95–118.
Mamesah, M., David Paul Elia Saerang, & Lambey, L. (2015). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Bursa
Malaysia Dan Singapore Stock Exchange Tahun 2010-2014. Jurnal Akuntansi, 237–248.
Manik, T. (2018). Pengaruh Manajemn Laba dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi, 2(1), 1–14.
Muid, D. (2009). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba. Fokus Ekonomi, 4(2),
94–108.
Mukminah, Maslichah, M. C. M. (2018). Pengaruh Konservatisme AkuntansiTerhadap Penilaian Ekuitas
Perusahaan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2017) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Mal. E-JRA, 7.
Mustafa, M. M. (2014). Analisis Pengungkapan Corporate Responsibility dan Good Corporate Governance
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi.
Nadirsyah, & Muharam, F. N. (2015). Struktur Modal, Good Corporate Governance dan Kualitas Laba. Jurnal

14
Dinamika Akuntansi Dan Bisnis (JDAB), 2(2), 184–198.
https://doi.org/https://doi.org/10.24815/jdab.v2i2.4217
Nugroho, D. R. (2014). Pengaruh Corporate Governance terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Hutang. Skripsi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro.
Penman, S. H., dan X. J. Z. (2002). Accounting Conservatism, the Quality of Earnings, and Stock Returns.
American Accounting Association, 77(2), 237–264.
Pratiwi, 2016. (2018). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Dan
Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Serta Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntansi, 12(1), 80–103. https://doi.org/10.25170/jara.v12i1.59
Rachmania, D. (2017). Pengaruh Corporate Governance, Corporate Social Responsibility dan Komisaris
Independen terhadap Nilai Perusahaan pada Industri Tekstil dan Garmen Periode 2011 – 2013. Jurnal
Competitive, 1(1).
Rachmawati dan Triatmoko, 2007). (2018). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Serta Pengaruhnya
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 12(1), 86. https://doi.org/10.25170/jara.v12i1.59
Rahmi, S. N. dan H. (2013). Pengaruh Intelectual Capital Disclosure dan Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Tekun, 4(2).
Saputra. (2018). Tingkat Konservatisme Akuntansi : Kajian Dewan Komisaris, Modal Manajerial dan Komite
Audit dalam Mekanisme Good Corporate Government. E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1, 93–
110.
Schipper dan Vincent (2003). (2003). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Komisaris Independen
Terhadap Kualitas Laba. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 2(2), 210–223.
https://doi.org/10.37676/ekombis.v2i2.16
Siagian, 2005. (2020). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Makanan Dan
Minuman Di Bei. Berkala Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 5(1), 14.
https://doi.org/10.20473/baki.v5i1.17172
Siallagan dan Machfoedz, 2006. (2009). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kualitas Laba.
Fokus Ekonomi, 4(2), 94–108.
Siallagan dan Machfoedz, 2006. (2012). Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting,
1(1), 24–37.
Suaryana, A. (2008). Pengaruh Konservatisme Laba Terhadap Koefisien Respon Laba. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.
Subramanyam dan Wild. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Salemba Empat.
Sutojodan Aldridge, 2005. (2015). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Komisaris Independen Terhadap
Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi, 2(2), 210–223. https://doi.org/10.37676/ekombis.v2i2.16
Thjen, Fabian Tjandra, M. H. S. dan T. J. S. (2012). Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Nilai
Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Jurnal Akuntansi, 1(1), 14–20.
Tuwentina, P., & Wirama, D. . (2014). Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance
pada Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi Dan Manajemen (JAM), 23(2), 79–86.
Untung, dan H. (2006). Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan
Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9.
Warianto, P., & Rusiti, C. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal,Likuiditas dan
InvestmentOppurtumity Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI. MODUS, 26(1), 19–32.
Warianto, Paulina, C. R. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Likuiditas dan investment
opportunity set (IOS) Terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Jurnal
Universitas Atmajaya.
Watts, R. . (2003). Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications.
Wedayanthi, K. K,. & Darmayanti, N. P. A. (2016). Pengaruh Economic Value Added, Komposisi Dewan
Komisaris Independen dan Return on Asset Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Universitas Udayana,
5(6).
Wiryadi, A., & Sabrina, N. (2013). Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Audit dan Struktur Kepemilikan
tehadap Manajemen Laba. Jurnal Wahana Riset Akuntansi, 1(2), 155–180.
Yenti, Y. E., & Syofyan, E. (2013). Penilaian Ekuitas dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT BEI). Jurnal Wahana Riset
Akuntansi, 1(2), 201–218.
Yushita, N. A., dan Rahmawati, H. T. (2013). Pengaruh mekanisme Good Corporate Governance, Kualitas
Auditor Eksternal dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Jurnal Ekonomia, 9(2), 116–226.

15

Anda mungkin juga menyukai