ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independen dan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode2015-2019. Penelitian ini menggunakan data
sekunder. Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel yang
diperoleh sebanyak 87 perusahaan. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif serta beberapa
jenis evaluasi dengan menggunakan bantuan software SmartPLS. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan
bahwa hanya kepemilikan manajerial yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba dan nilai
perusahaan. Sedangkan proporsi dewan komisaris independen dan konservatisme akuntansi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan.
1
Chika Saskia, Mimelientesa Irman
Institut Bisnis dan Teknologi Pelita Indonesia
Email : chikasaskia13@gmail.com, mimelientesa.irman@lecturer.pelitaindonesia.ac.id
ABSTRACT
This research purposed to determine the effect of managerial ownership, the proportion of independent
commissioners and accounting conservatism on earnings quality and their effect on firm value in manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2015-2019 period. This study uses secondary data.
The sampling technique in this study used purposive sampling. The number of samples obtained were 87
companies. The analysis method of this research uses descriptive analysis and several types of evaluation usedf
SmartPLS software. From this research, it can be concluded that only managerial ownership has a significant
effect on earnings quality and firm value. Meanwhile, the proportion of independent commissioners and
accounting conservatism have no significant effect on earnings quality and firm value.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independen dan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode2015-2019. Penelitian ini menggunakan data
sekunder. Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel yang
diperoleh sebanyak 87 perusahaan. Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif serta beberapa
jenis evaluasi dengan menggunakan bantuan software SmartPLS. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan
bahwa hanya kepemilikan manajerial yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas laba dan nilai
perusahaan. Sedangkan proporsi dewan komisaris independen dan konservatisme akuntansi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Saat ini perkembangan teknologi sedang mengalami perkembangan yang begitu pesat, Di era digital seperti
sekarang ini, memungkinkan terjadinya beberapa inovasi maupun investasi yang tak terduga. Termasuk bagi
negara berkembang seperti Indonesia. Industrialisasi menjadi jawaban bagi negara – negara berkembang untuk
2
mengejar ketertinggalannya. Aktivitas industrialisasi dilihat memiliki prospek dan dinilai mampu memberikan
efek yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara, khususnya di Indonesia. Sebagai contoh, dikutip dari
laman resmi Kementerian Perindustrian bahwa industrialisasi ini mampu membawa efek berganda yang luas
terhadap perekonomian, yaitu mulai dari peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan
tenaga kerja lokal dan penerimaan devisa dari ekspor. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi ini lah,
diharapkan mampu menarik investor dari perusahaan global sehingga mampu mendongkrak besaran jumlah
produksi serta memperkuat sektor manufaktur yang ada di Indonesia.
Purchasing Managers Index (PMI) merupakan indikator ekonomi yang dilakukan dengan melakukan
survey terhadap sejumlah Purchasing Manager di berbagai sektor. Umumnya, suatu nilai Purchasing Manager
Index dikatakan baik jika berada pada nilai diatas 50. Yang dapat diartikan bahwa sektor manufaktur sedang
mengalami ekspansi atau pertumbuhan. Sedangkan jika nilai PMI manufaktur berada dibawah angka 50, maka
dapat diartikan bahwa sektor manufaktur sedang mengalami kontraksi atau perlambatan. Besaran nilai PMI
dapat naik dan turun dalam setiap periode waktu. Pada umumnya kenaikan nilai PMI di dapat dari berbagai
faktor, salah satunya dari adanya dorongan dari bisnis baru dan ekspansi output yang menyebabkan sejumlah
perusahaan akan menambah jumlah karyawan dan aktifitas pembeliannya. Adapun penurunan nilai PMI dapat
terjadi juga karna beberapa faktor, salah satunya seperti disaat sedang dilanda virus seperti ini, dimana
penurunan aktivitas masyarakat juga ikut mendorong penurunan terhadap permintaan produk dalam negeri,
sehingga utilitas manufaktur menurun tajam. Adapun besaran angka Purchasing Managers Index (PMI)
Manufaktur Indonesia tercatat konsisten berada pada level kontraksi di bawah angka 50 sepanjang semester
II/2019.
Persaingan industri manufaktur yang semakin tinggi inilah yang menuntut perusahaan untuk dapat lebih
berkompetitif agar tidak terjebak dalam kemerosotan persaingan. Perusahaan harus memiliki strategi serta
keunggulan kompetitif dari pesaing di perusahaan lainnya. Perusahaan bukan hanya diminta untuk mampu
menghasilkan produk yang bermutu bagi para konsumen, tetapi juga harus mampu mengelola keuangan dan hal
penting lainnya dengan baik. Secara garis besar, tujuan keberadaan dari suatu perusahaan adalah untuk
memperoleh suatu keuntungan atau mendapatkan laba ekonomis secara maksimal. Akan tetapi, disamping untuk
mendapatkan keuntungan, tujuan utama dari didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memakmurkan pemilik
perusahaan atau pemilik saham dengan memaksimalkan nilai perusahaannya (Brigham dan Gapenski, 2004).
Nilai perusahaan adalah pandangan dari para investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam
mengelola sumber daya pada akhir tahun berjalan yang dapat dilihat pada harga saham perusahaan. Nilai
perusahaan adalah konsep penting bagi para investor yang kemudian akan menjadi indikator terhadap apa dan
bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan (Irawati, 2016). Nilai perusahaan juga dapat diukur
menggunakan harga saham, dimana harga yang terdapat pada pasar saham mencerminkan keseluruhan penilaian
inverstor terhadap saham yang dimilikinya serta bertindak sebagai pengukur kinerja dari suatu perusahaan.
Harga saham sendiri dapat diketahui dengan melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Suatu perusahaan juga pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan laba. Tujuan
perusahaan ada dua yaitu tujuan komersil dan tujuan sosial (Siagian, 2020). Tujuan komersil atau profit oriented
adalah tujuan yang akan dicapai perusahaan untuk mendapatkan dan memperoleh laba. Adapun dalam
memperoleh laba, perusahaan diharapkan mampu meningkatkan perolehan labanya dari satu periode ke periode
selanjutnya. Subramanyam dan Wild (2010), mengungkapkan bahwa satu diantara cara untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan yang sering digunakan adalah laba yang dihasilkan perusahaan sebagai dasar untuk mengambil
suatu keputusan. Menurut Schipper dan Vincent (2003), kualitas laba secara khusus serta kualitas laporan
keuangan secara umum adalah penting bagi pengguna yang menggunakan laporan keuangan karena berguna
untuk mencapai tujuan kontrak serta dalam pengambilan keputusan investasi.
Keterkaitan antara Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya
kualitas laba yang dihasilkan. Rendahnya kualitas laba dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pembuatan
keputusan para penggunanya seperti para investor dan kreditor, menyebabkan nilai perusahaan tersebut akan
berkurang dan akan sangat mempengaruhi citra terhadap perusahaan itu sendiri (Siallagan dan Machfoedz,
2012). Selain itu, Manajemen laba dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan yang membuat turunnya
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut yang juga akan menyebabkan turunnya nilai dari suatu
perusahaan (Helmayunita dan Sari, 2013). Beberapa ahli telah melakukan penelitian terhadap pengaruh kualitas
laba terhadap nilai perusahaan. Penelitian Siallagan dan Machfoedz (2018) membuktikan bahwa kualitas laba
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan
Triatmoko (2018), Larasati Anisa (2010), serta (Pratiwi, 2016) yang membuktikan bahwa kualitas laba tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Salah satu faktor terbesar yang mungkin dapat meningkatkan kualitas laba adalah pengendalian internal
perusahaan melalui adanya tata kelola perusahaan (Corporate Governance) yang baik. Sutojodan Aldridge
(2015), menjelaskan bahwa dengan menerapkan sistem tata kelola perusahaan yang baik maka perusahaan akan
mengungkapkan informasi perusahaan secara transparan dan akan lebih melindungi hak dan kepentingan
pemegang saham serta dapat meningkatkan nilai perusahaan.
3
Struktur kepemilikan memiliki peran yang sangat penting di karenakan berkaitan erat dengan
pengendalian operasional perusahaan. Kaitan antara kepemilikan (ownership) dan manajemen terletak pada
tujuan untuk menjadikan manajemen yang profesional serta mendapatkan laba yang maksimal dengan efisiensi
biaya (FCGI, 2006). Dengan adanya kepemilikan manajerial di dalam suatu perusahaan maka akan menjadi
upaya dalam mengurangi masalah keagenan dengan manajer serta akan menyelaraskan kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham. Secara teoretis, ketika kepemilikan manajerial tinggi akan diikuti dengan
semakin tingginya tingkat kualitas laba yang dihasilkan. Ini di karenakan praktik manajemen laba akan
berkurang dengan adanya kepemilikan manajerial. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Muid (2009), serta Nadirsyah, & Muharam (2015) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh terhadap kualitas laba.
Berbeda dengan kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen adalah aktivitas atau operasional
yang dilakukan dengan adanya pengawasan dari dewan komisaris terhadap apa yang dilakukan oleh pihak
eksekutif atau direksi. Keberadaan dewan komisaris diharapkan mampu meningkatkan kualitas laba dengan
membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi pengawasan atas pelaporan keuangan Siallagan dan
Machfoedz (2009). Semakin banyak jumlah komisaris independen yang terdapat dalam suatu perusahaan, maka
akan meningkatkan kualitas laba yang dihasilkan. Ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
beberapa ahli, seperti Boediono (2005), Siallagan dan Machfoedz (2006) dan Darabali, P. M., & Saitri (2016)
yang menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap perataan kualitas laba.
Hal lain yang dapat mempengaruhi kualitas laba adalah konservatisme akuntansi. Konservatisme sendiri
adalah tidakan yang bukan hanya untuk mengantisipasi laba, tetapi juga mengantisipasi semua kerugian. Hingga
saat ini, terdapat beberapa prinsip konservatisma yang dianggap sebagai prinsip yang kontroversial, yang
memiliki pro dan kontra mengenai penerapan prinsip konservatismanya. Kritikan mengenai konservatisma
menyatakan bahwa dengan adanya prinsip ini membuat laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat
dijadikan alat oleh pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi risiko yang akan terjadi pada perusahaan. Di
sisi lain, terdapat beberapa peneliti yang mendukung prinsip konservatisme, dimana di temukan banyak alasan
dan penjelasan untuk pencatatan konservatisme akuntansi. Menurut Penman dan Zhang (2002) menyatakan
bahwa pengaruh yang diberikan akibat penerapan konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba menimbulkan
pertumbuhan investasi yang berfluktuasi dan menghasilkan laba yang rendah. Namun hal ini berbeda dengan
penelitian lainnya yang dilakukan Tuwentina, P., & Wirama (2014) yang menyebutkan bahwa konservatisme
akuntansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Hasil ini di dasari oleh prinsip
konservatisme yang melindungi investor dari kesalahan pengambilan keputusan akibat dari jumlah laba yang di
manipulasi, sehingga laba yang konservatif mendapatkan respon positif dari para investor.
TINJAUAN PUSTAKA
Agency, Stewardship dan Signalling Theory
Menurut teori keagenan ini dikatakan bahwa manajemen perusahaan sebagai ‘agents’ bagi para pemegang saham
memiliki perbedaan kepentingan yang terdapat antara pemilik perusahaan dengan manajer. Sehingga dalam teori
keagenan, penerapan Corporate Governance sangat dibutuhkan untuk meminimalisir konflik yang terjadi antara
principal (pemilik modal/shareholders) dan agent (manajemen) serta konflik yang muncul dari hubungan kedua
pihak tersebut. Dalam pengelolaan perusahaan harus dilakukan pengawasan dan pengendalian untuk memastikan
bahwa pengelolaan yang telah dilakukan telah dilajalankan dengan penuh kepatuhan terhadap berbagai peraturan
dan ketentuan yang berlaku.
Menurut Stewardship theory pemilik modal (Principles) dengan pengelola modal (Steward) tidak
termotivasi oleh tujuan – tujuan individu, melainkan berfokus kepada hasil utama yaitu untuk mencapai
kepentingan dan tujuan organisasi. Oleh karena itu, manajemen yang pro organisasi termotivasi untuk
memaksimumkan kinerja perusahaan, disamping juga dapat memberikan kepuasan kepada kepentingan
pemegang saham.
Adapun menurut Signalling theory dikatakan bahwa laporan keuangan dapat memberikan sinyal positif
(keberhasilan) maupun sinyal negatif (kegagalan) manajemen (agent) kepada pihak pemilik atau pemakai
laporan keuangan (principal). Tujuan dari penggunaan teori ini adalah untuk menghindari asimetri informasi
yang mungkin terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham.
Kepemilikan Manajerial
4
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan atas suatu saham perusahaan publik yang dimiliki oleh individu
maupun suatu kelompok yang berasal dari dalam perusahaan (Wiryadi & Sabrina, (2013). Semakin besar
proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung giat untuk kepentingan
pemegang saham yang tidak lain dirinya sendiri (Nugroho, 2014).
Konservatisme Akuntansi
Menurut Mamesah, David Paul Elia Saerang & Lambey (2015) Konservatisme adalah suatu penerapan dari
prinsip kehati-hatian dalam menyusun dan menghasilkan angka – angka yang terdapat di dalam laporan
keuangan, dengan tidak hanya mengantisipasi keuntungan saja sebagai berita baik tetapi juga mengantisipasi
berbagai kerugian sebagai berita buruk sehingga nilai yang terdapat pada laba dan aset cenderung bernilai rendah
serta angka – angka pada biaya dan utang cenderung tinggi. Menurut Brilianti & Fahlefi (2013) Konservatisme
dapat dijelaskan melalui teori keagenan.
Kualitas Laba
Kualitas laba adalah kemampuan laba dalam laporan laba rugi yang mencerminkan bagaimana keadaan
sesungguhnya tentang kinerja perusahaan di bidang keuangan yang sebenarnya (Nadirsyah & Muharam, 2015)
Semakin besar dan akurat laba dalam perusahaan tersebut maka dapat dikatakan bahwa laba yang dihasilkan
berkualitas tinggi. Laba dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membuat keputusan yang terbaik dan memenuhi karakteristik laporan
keuangan yaitu relevan dan reliabilitas (Warianto & Rusiti, 2013)
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dinyatakan sebagai persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga
saham (Untung dan Hartini, 2006). Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham.
Semakin tinggi nilai perusahaan maka dapat menggambarkan bahwa semakin sejahtera pula pemiliknya.
Perumusan Hipotesis
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kualitas Laba
Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai besaran jumlah pemilikan saham yang dimiliki oleh manajer
yang memungkinkan untuk terjadinya peningkatan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba. Kepemilikan
manajerial mampu mencegah adanya masalah dan konflik keagenan yang menguntungkan diri sendiri seperti
praktik dan skandal laporan keuangan khususnya dalam pelaporan laba perusahaan. Maka secara teoretis, ketika
kepemilikan manajerial tinggi akan diikuti dengan semakin tingginya tingkat kualitas laba yang dihasilkan. Ini di
karenakan praktik manajemen laba akan berkurang dengan adanya kepemilikan manajerial.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Muid (2009), Nadirsyah & Muharam (2015)
serta Darabali, P. M. & Saitri (2016), yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh
terhadap kualitas laba. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti seperti
Rachmawati dan Triatmoko (2007) serta Yushita dan Rahmawati (2013) yang membuktikan bahwa Kepemilikan
Manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhaap Kualitas Laba dan arahnya cenderung negatif.
5
H2 : Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kualitas laba
6
kondisi ekonomi perusahaan akan membuat kualitasnya diragukan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) yang mengukur kualitas laba menggunakan discretionary
accruals terhadap nilai perusahaan dengan Tobin’s Q sebagai proksinya. Namun berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2018), Larasati Anisa (2010), serta Pratiwi (2016) yang
membuktikan bahwa kualitas laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hubungan antara Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen dan Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba dan pengaruhnya terhadap Nilai
Perusahaan dapat dilihat pada gambar 1 :
Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari bebarapa situs, diantaranya Bursa Efek Indonesia (BEI),
ICMD, Edu Saham dan sumber relevan lainnya dengan menggunakan data dari Perusahaan Sektor Manufaktur.
Waktu yang digunakan selama penelitian ini berlangsung yakni dimulai dari Februari 2021 sampai dengan Juli
2021.
7
penelitian Wiryadi & Sabrina (2013) dan Yenti & Syofyan (2013) maka Kepemilikan Manajerial dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
COM =
∑ Dewan Komisaris Independen × 100 %
∑ Dewan Komisaris
Konservatisme Akuntansi (X3)
Dalam penelitian ini, konservatisme akuntansi diukur menggunakan ukuran akrual yang digunakan oleh Givoly
& Hayn (2000) yang juga digunakan dalam penelitian Soenarno (2015). Akrual merupakan perbedaan laba
sebelum extraordinary items ditambah depresiasi dan amortisasi, kemudian dikurangkan dengan arus kas dari
kegiatan operasi.
CONACCit = Nlit −¿ CFOit
TACCit = Nl it – CFOit
TACCit
TAit−1
=β 1 (
1
TAit−1
+β2 ) (
∆ REVit
TAit −1
+β3
PPEit
TAit−1 ) (
+ε )
Menentukan nilai Nondiscretionary Accruals (NDACC) dengan menggunakan koefisien regresi dengan rumus
sebagai berikut:
TACCit
DACC it ¿ −NDACCit
TAit−1
Nilai Perusahaan (Y2)
Nilai perusahaan diukur menggunakan rumus Price to Book Value (PBV), digunakan untuk menilai apakah
harga dari saham yang ditawarkan perusahaan tergolong tinggi atau rendah. Adapun model perhitungannya
adalah sebagai berikut:
Harga pasar per lembar saham
PBV =
Nilai buku per lembar saham
Sumber : Atmaja, 2008
8
mengatakan bahwa statistik dekriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang variabel penelitian yang
akan diamati.
9
adalah sebesar 0,007 yang berarti hanya sebagian kecil saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen.
Sedangkan sisanya dimiliki oleh pemerintah atau institusi atau publik. Adapun besaran nilai standar deviasi
sebesar 0,017 mengindikasikan bahwa Kepemilikan Manajerial pada 87 perusahaan manufaktur sudah cukup
baik, di karenakan penyebaran struktur kepemilikan cukup tinggi yang tercermin oleh angka standar deviasi
yang lebih tinggi dari nilai rata - ratanya. Standar deviasi mencerminkan besaran penyimpangan yang sangat
rendah, sehingga penyebaran data menunjukkan hasil yang normal.
10
PDKI → NP 0.047 0.191 0.212 0.221 0.825 Tidak Signifikan
KA → KL -0.005 -0.002 0.026 0.175 0.861 Tidak Signifikan
KA → NP -0.004 -0.004 0.006 0.693 0.489 Tidak Signifikan
KL → NP -0.064 -0.046 0.054 1.192 0.234 Tidak Signifikan
Sumber: Data olahan SmartPLS, 2021 Signifikan jika P Value < 0,05
11
ini dapat dilihat dari hasil uji statiska deskriptif pada tabel yang menyajikan data rata – rata Kepemilikan
Manajerial sangan kecil, yaitu hanya sebesar 0,048 (4,8%). Tidak semua perusahaan terdapat kepemilikan yang
dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan, terdapat perusahaan yang kepemilikannya di miliki oleh publik,
swasta atau institusi. Hal ini di buktikan dari 87 perusahaan manufaktur yang di jadikan sampel, terdapat 43
perusahaan yang tidak memiliki kepemilkan manajerial di dalam perusahaannya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muid (2009), Nadirsyah & Muharam (2015)
serta Darabali & Saitri (2016) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kualitas
Laba. Tetapi hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007)
yang menyimpulkan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap Kualitas Laba. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Wiryadi & Sabrina (2013) juga menyimpulkan bahwa jumlah rata – rata
kepemilikan saham yang dimiliki pleh perusahaan sangat kecil menyebabkan kemungkinan terungkapnya
manajemen laba yang berpengaruh terhadap kualitas laba menjadi rendah.
12
tidak berpengaruh dalam memberi nilai tambah perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Hernati (2016) dan Rachmania (2017). Tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2012) dan Saputra (2018).
PENUTUP
Kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap kualitas laba dikarenakan semakin tinggi tingkat
kepemilikan yang dimiliki di dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi kualitas laba yang di hasilkan, begitu
juga sebaliknya. Proporsi dewan komisaris independen tidak benar – benar mendominasi susunan dewan
komisaris yang ada pada perusahaan, sehingga susunan dewan komisaris hanya dilakukan untuk pemenuhan
regulasi saja tanpa benar – benar menerapkan prinsip GCG dalam perusahaan. Sehingga proporsi dewan
komisaris independen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Penerapan konservatisme
akuntansi juga menunjukkan arah yang negatif disebabkan oleh penggunaan prinsip konservatisme di dalam
prinsip akuntansi akan menghasilkan laba yang berfluktuatif, menyebabkan daya prediksi laba menjadi menurun.
Kepemilikan manajerial menghasilkan hubungan yang signifikan terhadap nilai perusahaan di karenakan apabila
jumlah kepemilikan manajerial yang masih rendah akan membuat pihak manajemen meningkatkan kinerjanya
yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai dari perusahaan tersebut. Proporsi dewan komisaris independen
juga menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan, ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Diantaranya yaitu penambahan dewan komisaris independen hanya dilakukan untuk formalitas saja, sedangkan
pemegang saham mayoritas ikut terlibat langsung dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan, sehingga
peran dan kinerja dewan komisaris tidak meningkat dan tidak berpengaruh dalam memberi nilai tambah
perusahaan. Penerapan konservatisme akuntansi juga menunjukkan gejala yang tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang menjadi pertimbangan
bagi investor untuk menilai perusahaan. Investor tidak memandang bahwa Konservatisme Akuntansi dapat
mempengaruhi harga pasar untuk meningkat atau bahkan turun, sehingga Konservatisme Akuntansi tidak
mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Terakhir, berdasarkan data olahan maka didapat
kesimpulan bahwa kualitas laba juga memiliki pengaruh yang negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini
mengindikasikan bahwa besar kecilnya kualitas laba berdasarkan tingkat diskresi akrual nya tidak akan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini, masih terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya
Mengingat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, di harapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat
menambah variabel lain, guna mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai
Perusahaan. Serta dalam mengumpulkan data yang berasal dari laporan keuangan dan tahunan setiap
perusahaan, tidak semua kegiatan diungkapkan dalam laporan tersebut, sehingga harus mencari situs lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Anthonius H Citra Wijaya, N. H. (2016). Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Daerah, 11(2), 01–
13
15.
Basuki, & S. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance dan Prudent Akuntansi Terhadap Nilai Perusahaan
Pada Perusahaan Manufaktur 2014-2017. In Seminar Nasional dan The 2nd Call of Syariah Paper.
Boediono, G. S. B. (2005). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan
Dampaknya Pada Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi/TH.IX.
Brigham dan Gapenski, 2004. (2004). Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bei. EJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 3(2), 282–296.
Brilianti, Y., & Fahlefi, R. (2013). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Konservatisme Akuntansi Perusahaan.
Accounting Analysis Journal, 2(3), 268–275.
Darabali, P. M., & Saitri, P. W. (2016). Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013. Jurnal Riset Akuntansi, 6(1).
Dechow et al. (1995), Klein (2002), Peasnell et al. (2001), Chtourou et al. (2001), Pranata P.Midiastuty dan
Mas’ud Mahfoedz (2003), Dan (2005)., X. et al. (2003) dalam B. (2013). Accounting Analysis Journal
Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba: Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening.
Accounting Analysis Journal, 2(3), 323–329.
FCGI, 2006. (2018). Corporate Governance (Konsep, Teori dan Aplikasi di Beberapa Negara Asia). 1–162.
https://doi.org/10.31227/osf.io/zpfnx
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Givoly, D., & Hayn, C. (2000). The changing time-series properties of earnings, cash flow and accruals: has
financial reporting become more conservative? Journal of Accounting and Economics, 29, 287–320.
Gosal, Melisa Maria, Pengemanan, Sifrid S., & Tielung, M. V. (2018). The Influence of Good Corporate
Governance on Firm Value: Emperical Study of Companies Listed in IDX30 Index Within 2013-2017
Period. Jurnal EMBA, 6(4), 2688–2697.
Helmayunita dan Sari, 2013. (2018). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris
Independen, Dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Serta Pengaruhnya Terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 12(1), 80–103. https://doi.org/10.25170/jara.v12i1.59
Hernati. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan Sektor Perbankan pada LQ-
45 di Bursa Efek Indonesia. JurnalFinAcc, 1(8).
Irawati, 2016. (2016). Ahmad Subaki. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas Dan Kebijakan Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015-2019), Volume 5, 19–28.
Jusny, F. (2014). Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Nilai Perusahaan Dimoderasi Oleh Good
Corporate Governance. Jurnal Audit Dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, 3(4), 1–
15. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.cell.2009.01.043
Khafid, M., & Arief, S. (2017). Managerial Ownership, Corporate Governance and Earning Quality : The Role
of Instutional Ownership as Moderating Variable. Pertunika Journal of Social Sciences and Humanities,
25, 241–254.
Kurniawan, M., & M. (2013). Pola Hubungan Praktik Good Corporate Governance dan Accounting
Conservatism dalam Membentuk Earnings Quality. Journal of Business and Applied Mnagement, 6(1),
96–118.
Larasati Anisa (2010). (2012). Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan Mekanisme Corporate
Governance Terhadap Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan. Diponogoro Journal of Accounting, 1(1), 24–
37.
Lu. (2012). Corporate Social Responsibility Reporting Quality, Board Characteristics and Corporate Social
Reputation. Pacific Accounting Review, 27(1), 95–118.
Mamesah, M., David Paul Elia Saerang, & Lambey, L. (2015). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Bursa
Malaysia Dan Singapore Stock Exchange Tahun 2010-2014. Jurnal Akuntansi, 237–248.
Manik, T. (2018). Pengaruh Manajemn Laba dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Akuntansi, 2(1), 1–14.
Muid, D. (2009). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba. Fokus Ekonomi, 4(2),
94–108.
Mukminah, Maslichah, M. C. M. (2018). Pengaruh Konservatisme AkuntansiTerhadap Penilaian Ekuitas
Perusahaan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2017) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Mal. E-JRA, 7.
Mustafa, M. M. (2014). Analisis Pengungkapan Corporate Responsibility dan Good Corporate Governance
terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi.
Nadirsyah, & Muharam, F. N. (2015). Struktur Modal, Good Corporate Governance dan Kualitas Laba. Jurnal
14
Dinamika Akuntansi Dan Bisnis (JDAB), 2(2), 184–198.
https://doi.org/https://doi.org/10.24815/jdab.v2i2.4217
Nugroho, D. R. (2014). Pengaruh Corporate Governance terhadap Biaya Ekuitas dan Biaya Hutang. Skripsi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro.
Penman, S. H., dan X. J. Z. (2002). Accounting Conservatism, the Quality of Earnings, and Stock Returns.
American Accounting Association, 77(2), 237–264.
Pratiwi, 2016. (2018). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Dan
Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Serta Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal
Akuntansi, 12(1), 80–103. https://doi.org/10.25170/jara.v12i1.59
Rachmania, D. (2017). Pengaruh Corporate Governance, Corporate Social Responsibility dan Komisaris
Independen terhadap Nilai Perusahaan pada Industri Tekstil dan Garmen Periode 2011 – 2013. Jurnal
Competitive, 1(1).
Rachmawati dan Triatmoko, 2007). (2018). Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Dan Konservatisme Akuntansi Terhadap Kualitas Laba Serta Pengaruhnya
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi, 12(1), 86. https://doi.org/10.25170/jara.v12i1.59
Rahmi, S. N. dan H. (2013). Pengaruh Intelectual Capital Disclosure dan Corporate Governance Terhadap Nilai
Perusahaan(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Tekun, 4(2).
Saputra. (2018). Tingkat Konservatisme Akuntansi : Kajian Dewan Komisaris, Modal Manajerial dan Komite
Audit dalam Mekanisme Good Corporate Government. E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1, 93–
110.
Schipper dan Vincent (2003). (2003). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Komisaris Independen
Terhadap Kualitas Laba. EKOMBIS REVIEW: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 2(2), 210–223.
https://doi.org/10.37676/ekombis.v2i2.16
Siagian, 2005. (2020). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Makanan Dan
Minuman Di Bei. Berkala Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 5(1), 14.
https://doi.org/10.20473/baki.v5i1.17172
Siallagan dan Machfoedz, 2006. (2009). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kualitas Laba.
Fokus Ekonomi, 4(2), 94–108.
Siallagan dan Machfoedz, 2006. (2012). Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set (Ios) Dan Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting,
1(1), 24–37.
Suaryana, A. (2008). Pengaruh Konservatisme Laba Terhadap Koefisien Respon Laba. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.
Subramanyam dan Wild. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Salemba Empat.
Sutojodan Aldridge, 2005. (2015). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Proporsi Komisaris Independen Terhadap
Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi, 2(2), 210–223. https://doi.org/10.37676/ekombis.v2i2.16
Thjen, Fabian Tjandra, M. H. S. dan T. J. S. (2012). Pengaruh Konservatisme Akuntansi Terhadap Nilai
Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. Jurnal Akuntansi, 1(1), 14–20.
Tuwentina, P., & Wirama, D. . (2014). Pengaruh Konservatisme Akuntansi dan Good Corporate Governance
pada Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi Dan Manajemen (JAM), 23(2), 79–86.
Untung, dan H. (2006). Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan
Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9.
Warianto, P., & Rusiti, C. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal,Likuiditas dan
InvestmentOppurtumity Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
BEI. MODUS, 26(1), 19–32.
Warianto, Paulina, C. R. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Likuiditas dan investment
opportunity set (IOS) Terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Jurnal
Universitas Atmajaya.
Watts, R. . (2003). Conservatism in Accounting Part I: Explanations and Implications.
Wedayanthi, K. K,. & Darmayanti, N. P. A. (2016). Pengaruh Economic Value Added, Komposisi Dewan
Komisaris Independen dan Return on Asset Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Universitas Udayana,
5(6).
Wiryadi, A., & Sabrina, N. (2013). Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Audit dan Struktur Kepemilikan
tehadap Manajemen Laba. Jurnal Wahana Riset Akuntansi, 1(2), 155–180.
Yenti, Y. E., & Syofyan, E. (2013). Penilaian Ekuitas dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT BEI). Jurnal Wahana Riset
Akuntansi, 1(2), 201–218.
Yushita, N. A., dan Rahmawati, H. T. (2013). Pengaruh mekanisme Good Corporate Governance, Kualitas
Auditor Eksternal dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Jurnal Ekonomia, 9(2), 116–226.
15