Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

DI SUSUN OLEH:
ROSTIKA JANUAR (23320072P)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. atas rahmat dan hidayah-nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Keperawatan Kehilangan dan Berduka” tepat waktu.

Makalah Asuhan Keperawatan Kehilangan dan Berdukadisusun penulis juga berharap


agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang konsep dan kasus
berduka/kehilangan.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Ida Hermawati


selaku dosen matakuliah psikososial. tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kepanjen,13 September 2020

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………...……..i


BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB 2.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1 Konsep Kehilangan......................................................................................................................2
2.1.1 Definisi.......................................................................................................................................2
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan.............................................................2
2.1.3 Tipe Kehilangan.........................................................................................................................2
2.1.4 Jenis-Jenis Kehilangan................................................................................................................3
2.1.5 Rentang Respon Kehilangan[3]..................................................................................................3
2.1.6 Tanda Dan Gejala.......................................................................................................................4
2.2 Konsep Berduka..........................................................................................................................5
2.2.1 Pengertian...................................................................................................................................5
2.2.2 Teori Dan Proses Berduka..........................................................................................................5
2.3 Asuhan Keperawatan Kehilangan Dan Berduka..........................................................................6
2.3.1 Pengkajian.................................................................................................................................6
2.3.1 Analisa Data Dan Rumusan Masalah..........................................................................................7
2.3.2 Menegakkan Diagnose Keperawatan..........................................................................................7
POHON MASALAH...........................................................................................................................8
2.3.3 Tindakan Keperawatan...............................................................................................................8
2.3.4 Evaluasi....................................................................................................................................10
2.3.5 Kriteria Pasien Pulang.............................................................................................................10
2.3.6 Dokumentasi............................................................................................................................11
CONTOH KASUS....................................................................................................................................11
BAB 3.......................................................................................................................................................12

ii
PENUTUP.................................................................................................................................................12
Daftar Pustaka...........................................................................................................................................13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu yang
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih
banyak melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya. Pandangan-
pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang
demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus
pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap. [1]

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam
konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat,
ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat
besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu konsep kehilangan?
1.2.2 Apa itu konsep berduka?
1.2.3 Bagaimana asuhan keperawatan dalam konsep kehilangan dan berduka?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah psikososial dan
membahas materi yang berkaitan dengan rumusan masalah. sebagai sumber pembelajaran
bagi kami untuk meningkatkan pemahaman dan pembelajaran dalam mata kuliah yang kami
anut ini.

0
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kehilangan

2.1.1 Definisi
Lambert & Lambert mengatakan bahwa : kehilangan adalah suatu keadaan
individu berpisah dengan sesuatau yang sebelumnya ada, kemungkinan menjadi tidak
ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. kehilangan merupakan pengalaman yang
pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan cenderung mengalami
kembali walaupun dalam bentuk berbeda. [2]

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Kehilangan


a. Arti dari kehilangan
b. Sosial budaya
c. kepercayaan / spiritual
d. Peran seks/jenis kelamin
e. Status sosial ekonomi
f. kondisi fisik dan psikologi individu.

2.1.3 Tipe Kehilangan


Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
a. Kehilangan Aktual Atau Nyata :
Kehilangan ini sangat mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,
seperti hilangnya anggota tubuh sebahagian, amputasi, kematian orang yang
sangat berarti / di cintai.
b. Kehilangan Persepsi :
Kehilangan jenis ini hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat
dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

1
2.1.4 Jenis-Jenis Kehilangan
Terdapat 5 jenis kehilangan, yaitu:
a. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, dan sangat bermakna atau orang
yang berarti merupakana salah satu jenis kehilangan yang paling mengganggu
dari tipe-tipe kehilangan. Kematian akan berdampak menimbulkan kehilangan
bagi orang yang dicintai. Karena hilangnya keintiman, intensitas dan
ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri
atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat
ditutupi.
b. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan
adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Kehilangan ini
meliputi kehilangan perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kehilangan
kemampuan fisik dan mental, sersta kehilngan akan peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau seluruhnya. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
c. Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan
benda milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan.
Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang
tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
d. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan
terpisahnya individu dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari
kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian
secara menetap. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang
baru dan proses penyesuaian baru.
e. Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara
perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada
kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang
kematian.

2.1.5 Rentang Respon Kehilangan[3]


Denial —–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi —— > Acceptance

2
a. Fase Denial
• Merupakan reaksi pertama pada fase ini adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
• Ungkapan verbal pada fase ini biasanya individu mengatakan itu tidak
mungkin, ― saya Sdak percaya itu terjadi .
• Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
b. Fase Anger / Marah
• Individu mulaimenyadari akan kenyataan yang terjadi
• Tibul respon marah diproyeksikan pada orang lain Keperawatan Jiwa 96
• Reaksi fisik yang timbul adalah; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal, serta perilaku agresif. c. Fase bergaining / tawar- menawar.
• Ungkapan secara verbal pada fase ini adalah; kenapa harus terjadi pada saya?,
kalau saja yang sakit bukan saya,seAndainya saya hati-hati .
c. Fase Depresi
• Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
• Gejalapada fase ini individu menolak makan, mengeluh suslit tidur, letih,
dorongan libido menurun.
d. Fase Acceptance
• Pikiran pada objek yang hilang mulai berkurang.
• Ungkapan verbal pada fase ini adalah” apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus operasi”.

2.1.6 Tanda Dan Gejala


o Gejala yang timbul pada pasien dengan kehilangan antara lain:
a. Adaptasi terhadap kehilangan yang tidak berhasil
b. Depresi, menyangkal yang berkepanjangan
c. Reaksi emosional yang lambat
d. Tidak mampu menerima pola kehidupan yang normal

o Tanda yang mungkin dijumpai pada pasien kehilangan antara lain:


a. Isolasi sosial atau menarik diri

3
b. Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru
c. Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan

2.2 Konsep Berduka

2.2.1 Pengertian
Berduka merupakan respon emosi terhadap kehilangan yangdimanifestasikan dengan
adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka
merupakan respon normal yang terjadi pada semua kejadian kehilangan. NANDA membagi
menjadi dua tipe berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka
diantisipasi merupakan suatu status pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Sedangkan
berduka disfungsional adalah suatu status individu dalam merespon suatu kehilangan dimana
respon kehilangan dibesar-besarkan padaa saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

2.2.2 Teori Dan Proses Berduka


Belum ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep
dan teori berduka hanyalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi
kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi yang bertujuan
untuk membantu individu dalam memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran
perawat pada proses ini adalah mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
Proses berduka menurut Engel (1964) mempunyai beberapa fase :
a. Fase I (Shock dan Tidak Percaya)

Individu yang berada pada fase ini seringkali menolak menerima kenyataan akan
kehilangan yang dialami. Individu mungkin menarik diri dari lingkungan sekitar, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi fisik yang timbul pada fase ini adalah pingsan,
diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.

b. Fase II (Berkembangnya Kesadaran)

4
Individu mulai merasakan adanya kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa,marahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa
tiba-tiba terjadi.

c. Fase III (Restitusi)

Individu berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang


hampa/kosong, pada fase ini individu kehilangan masih tetap tidak dapat menerima
perhatian yang baru dari seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan
seseorang.

d. Fase IV
Individu mulai menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap
almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di
masa lalu terhadap almarhum.

e. Fase V Kehilangan Yang Tak Dapat Dihindari

Pada fase ini individu harus mulai menyadari arti kehilangan. Sehingga pada fase
ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.

2.3 Asuhan Keperawatan Kehilangan Dan Berduka

2.3.1 Pengkajian

Hasil pengkajian didapatkan data yaitu:


a. Perasaan sedih, menangis,
b. Perasaan putus asa, kesepian,
c. Mengingkari kehilangan,
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan,
e. Konsentrasi menurun,
f. Kemarahan yang berlebihan,

5
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain,
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan,.
i. Reaksi emosional yang lambat,
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.

2.3.1 Analisa Data Dan Rumusan Masalah


Anda tentunya masih ingat bagaimana cara melakukan analisis data dan
merusmuskan masalah!. Setelah data dikumpulkan Anda dapat langsung
mengelompokkan data (subyektif dan obyektif) dan merumuskan masalah
keperawatan. Tabel Analisis Data dan Masalah Keperawatan.

N Data Masalah
O
1. Subjektif : Kehilangan
Pasien merasatidak bisa melupakan kehilangan
suaminya akibat tsunami

Objektif :
Pasien terus menangis / mengingat suaminya - Pasien
marah-marah - TD : 130/90 mmHg, P: 20 x/menit, N:
90 x/menit

2.3.2 Menegakkan Diagnose Keperawatan


Dalam menegakkan diagnosa keperawatan Anda dapat melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menyimpulkan core problem (masalah utama) merupakan prioritas masalah dari
beberapa masalah yang dimiliki pasien.
b. Menghubungkan core problem sesuai dengan masalah lain dan sesuai dengan
daftar masalah.
c. Menegakkan diagnosa keperawatan jiwa berdasarkan prioritas.
d. Menyusun diagnosa berdasarkan prioritas diagnosa dengan ”core problem ”
sebagai etiologinya. Setelah Anda memahami contoh analisis data dan masalah di

6
atas, selanjutnya Anda dapat membuat daftar masalah keperawatan jiwa sesuai
dengan pengkajian. Langkah berikutnya adalah membuat pohon masalah. Untuk
dapat membuat pohon masalah. Anda dapat mempelajari kembali bab proses
keperawatan jiwa. Saya yakin, Anda sudah Keperawatan Jiwa 99 memahaminya
dan dapat membuat pohon masalah dimaksud. Mari kita segarkan ingatan kita
kembali tentang cara membuat pohon masalah dengan memperhatikan kembali
contoh di bawah ini.

POHON MASALAH

Harga diri rendah


Efek

Kehilangan disfungsional Masalah Utama

Kematian suami Causa

2.3.3 Tindakan Keperawatan

Langkah selanjutnya setelah Anda menegakkan diagnose keperawatan dan


menentukan masalah utama pada kasus kehilangan adalah melakukan tindakan
keperawatan.
Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya dengan perawat,
b. Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien,
c. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya,

7
d. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya,
e. Memanfaatkan faktor pendukung.

Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar tujuan


berhasil adalah:

a. Membina hubungan saling percaya dengan Pasien,


b. Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa kehilangan dan
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi),
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.

Cara-cara yang dilakukan :

1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan) Harga Diri Rendah Kehilangan


Disfungsional Kematian suami efek masalah utama causa Keperawatan
Jiwa 100
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
3) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk
saling memberikan pengalaman dengan seksama.
e. Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas Tindakan keperawatan
untuk keluarga.

Tindakan keperawatan terhadap keluarga pada keluarga bertujuan agar keluarga


mampu:

a. Mengenal masalah kehilangan dan berduka,


b. Memahami cara merawat Pasien berduka berkepanjangan,
c. Mempraktikkan cara merawat Pasien berduka disfungsional,
d. Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.

8
Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan agar tujuan keperawatan berhasil
adalah:

a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan


dampaknya pada Pasien.
b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh
Pasien
c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat Pasien dengan berduka
disfungsional
d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan
oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh Pasien.

2.3.4 Evaluasi
Coba Anda fikirkan apa langkah selanjutnya setelah tindakan keperawatan?
benar melakukan evaluasi. Keberhasilan tindakan keperawatan tampak dari
kemampuan pasien untuk :
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat,
b. Mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami Pasien,
c. Memahami dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami dengan
keadaan dirinya,
d. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya,
f. Memanfaatkan faktor pendukung.

2.3.5 Kriteria Pasien Pulang


Adalah kriteria yang digunakan untuk menentukan pasien pulang, yaitu:

a. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses berduka yang
normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap tahap. Keperawatan Jiwa
101
b. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka dan
mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga konsep
kehilangan secara jujur.

9
c. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-perilaku
yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan mampu
melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

2.3.6 Dokumentasi
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi tindakan keperawatan, dan evaluasi.

CONTOH KASUS
kasus :

Seorang ibu rumah tangga, Ny.N baru saja ditinggal pergi suaminya yang meninggal secara
tiba-tiba. setelah ditinggalkan, keluarga mengatakan klien mengalami gangguan dalam
menjalankan perannya sebagai ibu semenjak suaminya meninggal karena meminum racun
ditempat ia bekerja. menurut kesaksian ada seseorang yang melihat sosok Tn. B sudah tak
bernafas dan mulut berbusa ketika ditemukan ditempat kerja. keluarga mengatakan bahwa
1 minggu yll Ny.N minta cerai pada Tn.B klien mengungkapkan bahwa dirinya merasa
hampa dalam hidupnya dan mengatakan bahwa dirinya yang berdosa atas meninggalnya
suami. ketika diamati, pasien terlihat berbicara dengan nada marah, dan membentak,
kadang-kadang terlihat melamun walaupun bersama orang lain.

ANALISIS DATA
DS :
keluarga mengatakan klien mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sebagai ibu.
klien mengungkapkan bahwa dirinya merasa hampa dalam hidupnya dan mengatakan
bahwa dirinya yang berdosa atas meninggalnya suami.
DO :
pasien terlihat berbicara dengan nada marah, dan membentak, kadang-kadang terlihat
melamun walaupun bersama orang lain.

10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari konsep dan penjelasan yang telah dipaparkan diata penulis dapat menyimpulkan
bahwa Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan dan berduka adalah respon emosi
yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan, meliputi respon dan perilaku
emosional, fisik, spritual, sosial, dan intelektual yakni individu, keluarga, dan komunitas,
memasukan kehilangan, yang aktual, adaptif, atau dipersepsikan kedalam kehidupan sehari -
hari mereka.

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

11
Daftar Pustaka

[1] F. Magnis-Suseno, “Suseno,” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia


bebas. 1936, [Online]. Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Franz_Magnis-Suseno.

[2] Johann Heinrich Lambert, “Lambert,” Wikipedia bahasa Indonesia,


ensiklopedia bebas. [Online]. Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Johann_Heinrich_Lambert.

[3] kubler ros, “kubler ros,” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
1969, [Online]. Available: https://id.wikipedia.org/wiki/Model_Kü bler-
Ross.

12
13

Anda mungkin juga menyukai