Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

ISU PSIKOLOGI, EMOSIONAL, DAN SOSIAL


PASIEN SAKIT TERMINAL DAN KELUARGANYA

OLEH : KELOMPOK 6

1. Rika pratiwi npm : 23320071P


2. Destiana rosa npm : 23320062P

PRODI STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
petunjuk dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Isu Psikologi, Emosional, dan Sosial Pasien Sakit Terminal dan
Keluarganya” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Paliatif. Disamping itu makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat
mengembangkan pengetahuannya tentang isu psikologi, emosional, dan sosial
pasien sakit terminal dan keluarganya. Tidak lupa pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu penulisan
makalah ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penyajian makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak terutama
mahasiswa keperawatan.

Bandar lampung, oktober 2023

penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………......3
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Psikologi Pasien dengan Sakit Terminal dalam Keperawatan
Paliatif..........................................................................................................5
2.2 Dampak Sakit Terminal Terhadap Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada
Pasien dan Keluarganya..............................................................................8
2.3 Dampak Permasalahan Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada Pasien dengan
Sakit Terminal dan Keluarganya Terhadap Respon Nyeri dan Gejala.........9
2.4 Peran Tim Multidisipliner dalam Keperawatan Paliatif…………………...11
2.5 Pengkajian Pada Pasien dari Latar Belakang Berbagai Budaya.................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17

ii
i
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan paliatif adalah bagian penting dari layanan kesehatan terpadu


yang berpusat pada masyarakat. Meringankan penderitaan serius yang
berhubungan dengan kesehatan, baik fisik, psikologis, sosial, atau spiritual,
merupakan tanggung jawab etika global. Oleh karena itu, apakah penyebab
penderitaannya adalah penyakit kardiovaskular, kanker, kegagalan organ utama,
tuberkulosis yang resistan terhadap obat, luka bakar parah, penyakit kronis
stadium akhir, trauma akut, kelahiran prematur yang ekstrem, atau kelemahan
ekstrem di usia tua, perawatan paliatif mungkin diperlukan dan harus tersedia di
semua tingkat layanan. (World Health Organization (WHO), 2017).
Tujuan perawatan paliatif untuk mengurangi penderitaan pasien,
meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.
Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan
yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya. Meski pada
akhirya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap
secara psikologis dan spiritual, serta tidak stress menghadapi penyakit yang
dideritanya.(anita,2018)
Penyakit terminal adalah penyakit yang secara medis kedokteran tidak
dapat disembuhkan lagi, dan penyakit ini terjadi pada stadium lanjut. Dalam hal
ini, orientasi pelayanan yang diberikan pada pasien tidak hanya penyembuhan
saja, namun juga perawatan yang membuat pasien bisa mencapai kualitas hidup
terbaik bagi dirinya dan keluarga. Kondisi terminal merupakan keadaan sakit
dimana tidak ada lagi harapan bagi pasien untuk bisa sembuh menurut akal sehat.
Keadaan seperti ini bisa diakibatkan oleh penyakit tertentu, atau mengalami
sebuah kecelakaan. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum
dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit
degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson,
gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti
HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di
Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit

1
disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan
tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas
hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium lanjut, pasien
dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti
nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga
mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu
penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan
dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif.
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi
terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif
menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik,
psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik.(arum 2019)

Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah menghargai setiap kehidupan,


menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau
menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan,
menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, mengintegrasikan
aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga,
menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan dukungan yang diperlukan
agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat, memberikan
dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita. Asuhan keperawatan pada
pasien menderita penyakit pada stadium akhir (stadium terminal) merupakan tugas
perawat seperti halnya memberikan asuhan keperawatan para individu dengan
penyakit lain. Proses yang harus dilalui dalam asuhan keperawatan diawali dengan
pengkajian semua aspek dan atau semua sistem tubuh, penegakkan diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi. (arum 2019)

2
Tenaga kesehatan mengalami kesulitan dalam melakukan perawatan
paliatif. Hal ini tentu saja menjadi masalah bagi tenaga kesehatan. Oleh karena
itu, dalam makalah ini akan menjelaskan bagaimana melakukan perawatan paliatif
terutama melakukan pengkajian tentang masalah yang sering dialami oleh pasien
dengan sakit terminal. Masalah tersebut antara lain masalah psikologis, masalah
emosional, dan masalah sosial. Selain itu juga menjelaskan peran tim multidisiplin
dalam perawatan paliatif karena tenaga kesehatan sangat berperan penting dalam
perawatan paliatif. Aspek kebudayaan sangat diperhatikan dalam perawatan
paliatif karena perawatan paliatif identik dengan masalah sosial dan spiritual dari
pasien maupun keluarganya. Oleh karena itu, latar belakang budaya sangat
diperhatikan dalam pengkajian perawatan paliatif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil


yaitu

1. Apa konsep pengkajian psikologis pada pasien dengan sakit terminal


dalam keperawatan paliatif?
2. Bagaimana timbal balik antara permasalahan psikologis, emosional, dan
sosial akibat dari dampak sakit terminal yang dialami oleh pasien dan
keluarganya dengan respon nyeri dan gejala lainnya?
3. Bagaimana peran tim multidisipliner dalam perawatan paliatif dan pengkajian
pada pasien dengan latar belakang berbagai budaya?

3
1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk :


a. Memenuhi penugasan mata kuliah Keperawatan Paliatif.
b. Mengembangkan materi tentang konsep pengkajian psikologis pada
pasien dengan sakit terminal dalam keperawatan paliatif.
c. Mengembangkan materi tentang timbal balik antara permasalahan
psikologis, emosional, dan sosial akibat dari dampak sakit terminal yang
dialami oleh pasien dan keluarganya dengan respon nyeri dan gejala
lainnya
d. Mengembangkan materi tentang peran tim multidisipliner dalam
perawatan paliatif dan pengkajian pada pasien dengan latar belakang
berbagai budaya.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini yaitu :

a. Agar dapat mengetahui tentang konsep pengkajian psikologis pada


pasien dengan sakit terminal dalam keperawatan paliatif.
b. Agar dapat menjelaskan tentang timbal balik antara permasalahan
psikologis, emosional, dan sosial akibat dari dampak sakit terminal yang
dialami oleh pasien dan keluarganya dengan respon nyeri dan
gejalalainnya.
c. Agar dapat menjelaskan tentang peran tim multidisipliner dalam
perawatan paliatif dan pengkajian pada pasien dengan latar belakang
berbagai budaya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengkajian Psikologi Pasien dengan Sakit Terminal dalam Keperawatan


Paliatif.

Pengkajian Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal,


menggunakan pendekatan holistik yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh
terhadap klien bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan dan
penyembuhan saja akan tetapi juga aspek psikososial lainnya. Salah satu
metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial pada
klien terminal yaitu dengan menggunakan metode ―PERSON. Fase-fase
kehilangan menurut seorang ahli E.Kubbler Ross mempelajari respon-
respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dan hasil
penelitiannya yaitu :
a. Respon kehilangan
 Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah ketakutan.
 Cemas diungkapkan dengan cara menggerakan otot rahang dan
kemudian mengendurkannya.
 Rasa sedih diungkapkan dengan menangis.
b. Hubungan dengan orang lain
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk
berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan.

Pengkajian yang perlu diperhatikan pasien dengan penyakit terminal


menggunakan pendekatan meliputi :

1. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi respon psikologis pasien pada
penyakit terminal, sistem pendekatan bagi pasien. Ras Kerud telah
mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu :
a. Riwayat psikososial
b. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis

5
c. Kemampuan koping
d. Tingkat perkembangan
e. Adanya reaksi sedih dan kehilangan

2. Faktor sosio kultural


Pasien mengekspresikan sesuai tahap perkembangan, pola
kultur terhadap kesehatan, penyakit dan kematian yang
dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.

3. Faktor presipitasi
a. Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian
b. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian
c. Support dari keluarga dan orang terdekat
d. Hilangnya harga diri karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga
pasien menarik diri, cepat tersinggung, dan tidak ada semangat
hidup.

4. Faktor perilaku
a. Respon terhadap pasien
b. Respon terhadap diagnosa
c. Isolasi sosial

5. Mekanisme koping
a. Denial
Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan
penyakit fisik yang berfungsi sebagai pelindung pasien untuk
memahami penyakit secara bertahap adalah :
 Tahap awal (initial stage)
Tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan “saya
harus meninggal karena penyakit ini”.
 Tahap kronik (kronik stage)
Persetujuan dengan proses penyakit “aku menyadari
dengan sakit akan meninggal tetapi tidak sekarang” terjadi

6
secara mendadak dan timbul perlahan-lahan.

 Tahap akhir (finansial stage)


Menerima kehilangaan “saya akan meninggal”
kedamaian dalam kematian sesuai kepercayaan.
b. Regresi
Mekanisme pasien untuk menerima ketergantungan fungsi
perannya.
c. Kompensasi
Suatu tindakan dimana pasien tidak mampu mengatasi
keterbatasan
karena penyakit yang dialami.
d. Belum menyadari (clossed awereness)
Pasien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan
kematian tidak mengerti mengapa pasien sakit.
e. Berpura-pura (mutual prelensa)
f. Menyadari (open awereness)

Komunikasi saat pengkajian psikologis dengan pasien terminal :


1. Denial, pada tahap ini dapat mempergunakan teknik komunikasi :
 Listening : dengarkan apa yang diungkapkan pasien
 Silent : mengkomunikasikan minat perawat pada pasien
secara non verbal
 Broad opening : mengkomunikasikan topik/pikiran yang
sedang dipikirkan pasien
2. Anger, pada tahap ini dapat mempergunakan teknik komunikasi :
 Listening : perawat berusaha dengan sabar mendengar
apapun yang dikatakan pasien

7
3. Bargaining
 Focusing
 Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting
 Sharing perception
 Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan
untuk meluruskan kerancuan
4. Acceptance
 Informing : membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan
tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan atau kemandirian
pasien
 Broad opening : komunikasikan kepada pasien tentang apa yang
dipikirkannya dan harapan-harapannya
 Focusing : membantu pasien mendiskusikan hal yang mencapai topik
utama dan menjaga agar tujuan komunikasi tercapai

2.2 Dampak Sakit Terminal Terhadap Psikologi, Emosional, dan


Sosial Pada Pasien dan Keluarganya
Penyakit yang dialami individu akan memberikan pengaruh besar
dalam emosi, penampilan dan perilaku social individu antarlain :
1) Dampak Psikologi
Dampak psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif
adalah kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan
ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga
menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga.
Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek
negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang
mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan
dimasa yang akan datang dengan perasaan khawatir.
Dampak psikologis : klien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaaan marah dan putus asa
seringkali ditunjukan. Dampak psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak

8
mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan
harapan, kesenjangan komunikasi atau barrier komunikasi.

2) Dampak Gangguan Emosional


Tentunya menderita suatu penyakit serius akan membuat
pasien merasa takut, marah, sedih, emosi tidak terkontrol, dan
depresi. Begitupun dengan keluarga pasien yang juga merasakan
hal yang sama. Dalam perawatan paliatif, hal ini dapat dikurangi
dengan cara melakukan konseling, membuat diskusi antar-sesama
pasien yang memiliki riwayat penyakit yang sama, dan pertemuan
keluarga.
3) Damapak Masalah Sosial
Dampak pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya
ketidaknormalan kondisi hubungan sosial pasien dengan orang yang
ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja. Isolasi
sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

2.3 Dampak Permasalahan Psikologi, Emosional, dan Sosial Pada


Pasien dengan Sakit Terminal dan Keluarganya Terhadap
Respon Nyeri dan Gejala
Pada umumnya nyeri dirasakan lebih keras jika terdapat juga
kecemasan, depresi, maupun kesepian. Penderita dengan keluhan
nyeri psikologi ini akan merasakan nyeri yang lebih hebat jika
dihindari oleh keluarga dan teman- temannya. Sebaliknya jika
penderita nyeri psikologi ini diberikan kata-kata yang menentramkan
dan menyenangkan maka rasa nyeri tersebut akan berkurang.
Kecemasan itu sendiri dapat menyebabkan nyeri fisik, karena otot
menjadi tegang sehingga dapat menimbulkan nyeri pada tengkuk,
kepala ataupun punggung. Depresi dapat menyebabkan gangguan
fisik seperti nyeri yang dapat mengakibatkan kemunduran dan
mengganggu aktivitas seharihari. Gangguan-gangguan psikologis

9
yang berhubungan dengan emosi dapat menimbulkan masalah-
masalah kesehatan.

Penderita dengan gangguan nyeri psikologi dapat dibagi menjadi


beberapa kriteria, yaitu :
1. Penderita yang mengeluh tentang badannya tetapi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak ditemukan penyakit
organik yang dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut.
2. Terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala-gejala lain
yang timbul bukan disebabkan penyakit organik itu tetapi karena
faktor psikologik. Jadi factor psikologi ini muncul karena penyakit
organik, misalnya : seseorang dengan kelainan jantung sangat
mencemaskan keadaannya atau seseorang menderita kanker
sangat khawatir penyakitnya menjadi semakin parah.
3. Murni karena gangguan psikologis : gangguan ini tampak jika rasa
nyeri semakin hebat dengan adanya suatu konflik atau problem
psikologis.
Ansietas (kecemasan) mempunyai efek yang besar terhadap
kualitas maupun terhadap intensitas pengalaman nyeri. Ambang batas
nyeri berkurang karena adanya peningkatan rasa cemas dan ansietas
menyebabkan terjadinya lingkaran yang terus berputar karena
peningkatan ansietas akan menyebabkan peningkatan sensitivitas
nyeri. Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan, dan perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri
tetapi adanya dukungan sosial dan keluarga akan mengurangi rasa
kesepian dan ketakutan.
Penderita dengan gangguan nyeri psikologi dapat dibagi menjadi
beberapa kriteria, yaitu :
1. Penderita yang mengeluh tentang badannya tetapi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak ditemukan penyakit
organik yang dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut.

10
2. Terdapat kelainan organik tetapi terdapat juga gejala-gejala lain
yang timbul bukan disebabkan penyakit organik itu tetapi karena
faktor psikologik. Jadi factor psikologi ini muncul karena penyakit
organik, misalnya : seseorang dengan kelainan jantung sangat
mencemaskan keadaannya atau seseorang menderita kanker sangat
khawatir penyakitnya menjadi semakin parah.
3. Murni karena gangguan psikologis : gangguan ini tampak jika rasa
nyeri semakin hebat dengan adanya suatu konflik atau problem
psikologis.
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan, dan perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri
tetapi adanya dukungan sosial dan keluarga akan mengurangi rasa
kesepian dan ketakutan.

2.4 Peran Tim Multidisipliner dalam Keperawatan Paliatif

Tim paliatif adalah tim interdisiplin. Tim interdisiplin yang


memberi pelayanan paliatif terdiri dari individu-individu dari berbagai
profesi dan disiplin yang bekerja sama terintegrasi ke arah tujuan yang
sama. Seperti dikemukakan di bawah, disarankan masing-masing individu
bertanggung jawab dalam hal menentukan strategi langkah-langkah dalam
bidang masing-masing.

Tujuan utama dari pengobatan paliatif adalah mengurangi


penderitaan pasien, karena kualitas hidup seseorang pada akhirnya
ditetapkan oleh dampak berbagai keterbatasan lahiriah yang dialaminya
terhadap konsen hidup yang meliputi jiwa, raga, sosial dan rohani. Karena
itu penderitaan seseorang pasien tidak ditetapkan oleh berbagai masalah
fisik saja tetapi amat tergantung atas berbagai aspek yang dikemukakan di
atas. Berat ringannya penderitaan seseorang amat ditentukan kepribadian
si sakit yang nota bene merupakan bagian penting dan tidak dapat
dipisahkan dari dirinya terutama saat ingin diketahui kualitas hidupnya.

11
Berat ringannya dampak sesuatu kejadian baik fisik maupun psikis
terhadap penderitaan seseorang amat ditentukan keadaan fisik,
kepribadian, masa lampaunya, harapan hidupnya, keluarganya,
pengalaman hidupnya, latar belakang kebudayaan, peranan serta
pengalaman dengan sekitarnya, perilaku sehari-hari, masa depannya dan
lain-lain. Tanpa bantuan profesi lain seorang dokter, seorang perawat,
petugas sosial, psikolog, maupun psikoterapis tidak akan dapat
menghayatinya dengan baik penderitaan yang dirasakan oleh pasien.

Profesi yang terkait dengan perawatan paliatif bekerjasama dalam


bentuk tim paliatif. Anggotanya antara lain adalah profesi kedokteran
(berbagai spesialis, dokter keluarga, dokter umum), keperawatan,
psikologi, fisioterapis, pekerja sosial, ahli agama, dan lain-lain. Masing-
masing profesi ini akan terlibat sesuai dengan masalah yang dihadapi
pasien. Dukungan keluarga dan teman-teman penderita tidak kalah
pentingnya dalam menghadapi penderitaan yang dialami.
Penyusunan tim perawatan paliatif disesuaikan dengan kebutuhan
penderita dan tempat perawatan. Dokter, perawat, psikolog, terapis dan
pekerja sosial akan berkunjung secara berkala dan dalam waktu yang
terbatas. Sebagian besar tugas-tugas keperawatan yang dapat dilimpahkan
ke keluarga menjadi beban keluarga. Keluarga juga bisa didampingi oleh
penjaga orang sakit yang sudah dilatih yaitu seorang pelaku rawat (care
giver). Siapapun dapat menjadi tenaga pelaku rawat baik anggota keluarga,
kerabat, tetangga, pembantu rumah tangga atau tenaga lainnya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa penyusunan tim perawatan
paliatif perlu disesuaikan dengan tempat perawatan dan masalah yang
dihadapi, meski demikian harus jelas siapa yang memimpin tim perawatan
paliatif. Sangat penting adanya komunikasi yang baik antara anggota tim.
Komunikasi menyangkut masalah pemberian obat, pengamatan klinis, dan
rencana perawatan selanjutnya. Untuk itulah diperlukan rekam medis yang
dapat dibaca oleh semua anggota tim. Secara berkala tim perawatan
paliatif perlu melakukan pertemuan untuk membahas perjalanan penyakit
penderita, masalah-masalah yang dihadapi dan cara mengatasinya. Jangan

12
dilupakan masalah-masalah non medis yang mungkin timbul karena
adakalanya masalah ini lebih menonjol dan lebih rumit dibandingkan
dengan masalah medisnya.
Tugas dari tim pelayanan paliatif adalah membantu pasien dan
keluarga mengatasi berbagai masalah fisik maupun kejiwaan yang
berkaitan dengan penyakit terminal/tidak dapat disembuhkan. Dalam
melaksanakan tugas tersebut tim paliatif sebaiknya berjalan berdampingan
dengan pasien dan keluarganya, serta selalu siap setiap saat diperlukan
untuk membantu mengatasi berbagai masalah ringan sampai berat baik
fisik maupun mental misalnya mulai dari kesakitan, sesak nafas, rasa
lemah, sampai dengan kesepian, dan ketakutan.
Seperti diutarakan diatas tim paliatif tersebut sebaiknya berjalan
berdampingan dengan pasien dan keluarganya, jadi tidak dengan cara
memberi intruksi melainkan memberikan pandangan dan alternatif.
Walaupun demikian pelayanan paliatif tetap dilakukan dengan kaidah-
kaidah saat membuat analisa dan keputusan. Hal-hal menunjukan bila
suatu program pelayanan paliatif yang baik memerlukan faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Layanan “ home care”
2. Layanan “day care”
3. Layanan rawat inap
4. Pusat informasi
5. Layanan rawat jalan :
a. Klinik nyeri
b. Konsultasi
c. Pemantauan berkala (follow up)

13
2.5 Pengkajian Pada Pasien dari Latar Belakang Berbagai Budaya

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi


masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :
1. Faktor teknologi (technological factors). Teknologi kesehatan
memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi
masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien
memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan
dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical


factors). Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan
pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan
motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.

3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kindship and social factors).


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap,
nama panggilan, umur, dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and lifeways
factors). Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma- norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji

14
pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari, dan kebiasaan membersihkan diri.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal


factors). Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah
sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat di antaranya: pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari
sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.

7. Faktor pendidikan (educational factors). Latar belakang pendidikan


klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

15
BAB
III

3.1 Kesimpul PENU


an TUP
Respon pada pasien terminal sangat berbeda dengan respon pada
pasien dalam fase akut maupun kronis. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dengan pasien penyakit terminal antara lain faktor predisposisi, faktor sosio
kultural, faktor presipitasi, faktor perilaku, dan mekanisme koping. Selain
itu juga harus memperhatikan komunikasi dalam melakukan pengkajian
dengan pasien fase terminal. Dampak sakit terminal pada pasien dan
keluarganya adalah mengalami masalah psikologis, masalah emosional, dan
masalah sosial. Masalah-masalah tersebut juga akan mempengaruhi respon
nyeri dan gejala lain dalam pasien. Hal ini dapat memperparah kondisi jika
pasien tidak memiliki koping yang sesuai, dukungan dari keluarga yang
kurang, dan tidak bisa mengendalikan kecemasan. Profesi yang terkait
dengan perawatan paliatif bekerjasama dalam bentuk tim paliatif.
Anggotanya antara lain adalah profesi kedokteran (berbagai spesialis, dokter
keluarga, dokter umum), keperawatan, psikologi, fisioterapis, pekerja sosial,
ahli agama, dan lain-lain. Masing-masing profesi ini akan terlibat sesuai
dengan masalah yang dihadapi pasien. Pengkajian keperawatan dari latar
belakang budaya yang berbeda dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada
pada “Sunrise Model” yaitu : faktor teknologi, faktor agama dan falsafah
hidup, faktor sosial dan keterikatan keluarga, faktor nilai-nilai budaya dan
gaya hidup, faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku, faktor ekonomi,
dan faktor pendidikan.

3.2 Saran
Perawatan paliatif sangat berhubungan dengan terapi pikiran agar
pasien menjadi lebih tenang. Dalam hal ini seorang perawat harus benar-
benar memahami pengkajian untuk pasien paliatif, dampak psikologi,

16
dampak emosional, dampak sosial, pengkajian dari latar belakang budaya
yang berbeda dalam perawatan paliatif. Selain itu, perawat harus mampu
bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya sehingga perawatan paliatif
maksimal

DAFTAR PUSTAKA

Anita., dkk. 2018. Tinjauan Agama, Sosial, dan Budaya dalam Perawatan
Paliatif. Tersedia Pada scribd.com/presentation/376888595/Tinjauan- Agama-
Sosial-Budaya-Dalam-Perawatan.
AdhistyK.“PelayananPaliatif pada Pasien Kanker di RSUP
Dr.Sardjito”.Yogyakarta.PerpustkaanPus UGM. 2016
Aselmahuka.PerawatanPaliatif[Internet].2008[cited2016Jan1].Availablefm:http:/
/rumahkanker.com/paliatif/perawatanpaliatif/24-perawatan-paliatif-apa-sih
Nimas. 2019. Apa Itu Perawatan Paliatif? Siapa yang Memerlukannya?.
Tersedia Pada hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/perawatan-paliatif-
adalah/.

Veronica., dkk. 2018. Perawatan Paliatif. Tersedia Pada


rscarolus.or.id/article/perawatan-paliatif.

World Health Organization. (2017). Definition of Palliative Care. Tersedia


Pada who.int/cancer/palliative/definition/en

17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai